Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SINDROM


NEFROTIK

oleh
Kelompok 13 / Kelas A

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
1
MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SINDROM


NEFROTIK

Disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak dengan


Dosen Pembimbing : Ns. Lantin Sulistyorini, M.Kes

oleh
Nurul Izzah Regita C 172310101032
Fauzatul Walidanik 172310101045

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengan Sindrom Nefrotik”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak pada Fakultas Keperawatan Universitas
Jember.

Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan


berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini diantarnya:

1. Ns. Ira Rahmawati, M.Kep., Sp.Kep.An selaku penanggung jawab dan


dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak
2. Ucapan terimakasih penulis kepada teman-teman yang telah mendukung

Penulis juga menerima kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi penulis dan pembacanya.

Jember, 04 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1


1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
1.3 Manfaat ....................................................................................... 2

BAB 2. STUDI LITERATUR ...................................................................... 3

2.1 Definisi ....................................................................................... 3


2.2 Etiologi ....................................................................................... 3
2.3 Klasifikasi ................................................................................... 4
2.4 Manifestasi Klinis ....................................................................... 5
2.5 Patofisiologi ................................................................................ 5
2.6 Penatalaksanaan .......................................................................... 6

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................... 8

3.1 Pengkajian ................................................................................... 8


3.2 Diagnosa (NANDA) ................................................................... 12
3.3 Intervensi (NOC, NIC) ............................................................... 14

BAB 4. WEB OF CAUSATION/PATHWAY.............................................. 23

BAB 5. Penutup .............................................................................................. 24

5.1 Simpulan ..................................................................................... 24


5.2 Rekomendasi Isu Menarik ......................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ginjal merupakan salah satu organ terpenting yang terdapat didalam
tubuh manusia sebagai pengatur keseimbangan tubuh. Ginjal juga bertindak
sebagai pembuangan zat-zat atau produk sampah yang tidak berguna dan
bersifat toksik didalam tubuh. Ginjal dapat menyerap kembali zat-zat ang
dibutuhkan oleh tubuh seperti asam amino, gula, natrium, kalium, dan
nutrisi lainnya. Fungsi ginjal adalah untuk mensekresi air yang berlebihan
dalam darah melalui proses filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi
tubulus. Sindrom nefrotik merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering
dialami oleh anak dan ditandai dengan hilangnya protein urin secara masif
(albuminuria) dan diikuti dengan hipoproteinemia, hipoalbumin yang akan
menyebabkan edema (Mamesah dkk., 2016).
Sekitar 90% kasus yang terjadi pada anak yaitu sindrom nefrotik dan
sisanya adalah sindrom nefrotik sekunder. Sindrom nefrotik primer yang
terjadi pada anak sekitar 16 per 100.000. sedangkan kejadian sindrom
nefrotik dil seluruh dunia mencapai 2-7 per 100.000 anak setiap tahun. Di
Indonesia sendiri terjadi sekitar 6 per 100.000 setiap tahun. Anak yang
menderita sindrom nefrotik biasanya ditandai dengan badan bengkak atau
sembab dengan lokasi sembab terjadi pada daerah kelopak mata, dada,
perut, lengan, dan tungkai. Selain itu anak dengan sindrom nefrotik juga
ditandai dengan hipertensi ringan atau sedang dan adanya oliguria
(Mamesah dkk., 2016).
Pada anak dengan sindrom nefrotik biasanya akan mengalami
kenaikan berat badan yang signifikan hingga mencapai 50% dari berat
badan sebelum sakit. Hal tersebut terjadi karena timbulnya proses
pembengkakan atau edema yang merupakan tanda dan gejala dari sindrom

1
nefrotik. Sehingga untuk mencegah terjadinya sindrom nefrotik pada anak
maka membiasakan anak untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak
dan garam (Mamesah dkk., 2016).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum penyakit sindrom nefrotik pada anak
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Dapat menjelaskan definisi sindrom nefrotik
2. Dapat menjelaskan etiologi sindrom nefrotik
3. Dapat menjelaskan klasifikasi sindrom nefrotik
4. Dapat menjelaskan manifestasi klinis sindrom nefrotik
5. Dapat menjelaskan patofisiologi sindrom nefrotik
6. Dapat menjelaskan penatalaksanaan sindrom nefrotik
7. Dapat menjelaskan pathway sindrom nefrotik
8. Dapat membuat asuhan keperawatan sindrom nefrotik pada anak

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pembaca
Dapat menjadi sumber pembelajaran dan menambah pengetahuan
mengenai sindrom nefrotik pada anak.
1.3.2 Bagi Penulis
Dapat membiasakan mahasiswa dalam penulisan makalah serta memahami
materi sindrom nefrotik pada anak.

2
BAB II

STUDI LITERATUR

2.1. Definsi
Sindrom nefrotik merupakan kerusakan pada organ ginjal yang
mengakibatkan kadar protein didalam urin meningkat. Tingginya kadar
protein tersebut disebabkan oleh kebocoran pada bagian ginjal yang
berfungsi untuk menyaring darah atau disebut dengan glomerulus. Hal ini
dikarenakan ginjal tidak lagi berfungsi secara maksimal (Elizabeth, 2015).
Sindrom nefrotik biasanya ditandai dengan adanya proteinuria berat,
hipoalbuminemia atau penurunan albumin dalam darah (<2,5 g/dl), edema
dan hiperkolesterolemia. Tanda pembengkakan atau edema yang terjadi
pada anak sindrom nefrotik terjadi pada bagian kaki dan pergelangan kaki
serta akan menurunkan tingkat kesehatan pada anak. Sindrom nefrotik
umumnya lebih sering terjadi pada anak-anak yang berusia antara 18 bulan
sampai 8 tahun dengan perbandingan antara anak laki-laki dengan
perempuan yaitu 2:1 (Elizabeth, 2015).

2.2. Etiologi
Sindrom nefrotik biasanya disebabkan karena kerusakan pada
pembuluh darah kecil yang disebut dengan glomerulus yang terdapat dalam
ginjal. Glomerulus mempunyai peran penting bagi tubuh yaitu untuk
menyaring aliran darah yang melewati ginjal. Selain itu glomerulus pada
ginjal yang sehat akan menjaga kadar protein darah terutama albumin atau
zat yang berguna untuk mempertahankan jumlah cairan didalam tubuh dan
akan menyaring produk sampah didalam urin yang keluar dari dalam tubuh.
Akan tetapi, apabila gromerulus pada ginjal rusak atau tidak bisa melakukan
fungsinya secara maksimal sehingga banyak protein yang hilang dari tubuh
dan akan masuk ke dalam urin. Hal ini yang akan mengakibatkan gangguan
pada ginjal atau disebut dengan sindrom nefrotik pada anak. Selain itu
penyebab yang lain dari sindrom nefrotik adalah radang ginjal atau
glomerulonefritis dan penyakit diabetes (Elizabeth, 2015).

3
2.3. Klasifikasi
Secara klinis sindrom nefrotik terdiri dari 2 jenis antara lain:
1. Sindrom nefrotik primer atau idiopatik
Sindrom nefrotik primer atau idiopatik merupakan sindrom nefrotik
yang terjadi akibat kelainan pada glomerulus tanpa adanya penyebab
yang lainnya. Misalnya sindrom nefrotik kongenital atau salah satu
jenis sindrom yang terjadi pada anak yang baru lahir atau usia dibawah
1 tahun. Gejala dari sindrom ini adalah adanya edema pada masa
neonatus. Pada umumnya bayi yang mengalami sindrom nefrotik
primer mayoritas meninggal pada bulan pertama kehidupannya
(Pardede, 2017).
2. Sindrom nefrotik sekunder
Sindrom nefrotik sekunder merupakan sindrom nefrotik yang
disebabkan karena suatu penyakit sistemik misalnya (Pardede, 2017):
a. Penyakit metabolik atau kongenital (diabetes melitus, amiloidosis,
miksema).
b. Infeksi (hepatitis B, malaria, schistosomiasis, lepra, AIDS).
c. Toksin dan alergi (logam berat/ Hg, penisillamin, racun serangga,
bisa ular).

Berdasarkan respon pengobatan, sindrom nefrotik terdiri dari dua


kategori yaitu (Rachmadi, 2010):
1. Sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS)
Sindrom nefrotik sensitif steroid adalah sindrom nefrotik apabila
penderita memberikan respons dan terjadi remisi dalam empat minggu
pengobatan kortikosteroid atau apabila proteinuria negatif (< 4
mg/m2LPB/jam selama 3 hari berturut-turut dalam seminggu).
2. Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS)
Sindrom nefrotik resisten steroid adalah sindrom nefrotik yang tidak
mengalami remisi dan tidak memberikan respons setelah diberikan
terapi standar steroid dalam waktu empat minggu.

4
2.4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada klien sindrom nefrotik sering sekali ditemukan
adanya proteinuria, retensi cairan, edema, berat badan yang meningkat,
edema periobarbital, edema fasial, asites, distensi abdomen, penurunan
jumlah urine, urine tampak berbusa dan gelap. Hematuria, nafsu makan
yang menurun serta mengalami kepucatan. Selain itu, seseorang yang
mengalami sindrom nefrotik umumnya tidak merasakan tanda dan gejala
apapun dan menunjukkan bahwa dirinya masih dalam keadaan sehat. Akan
tetapi sebagian orang yang mengalami sindrom nefrotik akan menunjukkan
beberapa gejala antara lain (Elizabeth, 2015):
1. Edema (Pembengkakan)
Pada umumnya seseorang yang mengalami sindrom nefrotik akan
mengalami edema terutama pada bagian sekitar mata, pergelangan
kaki, dan kaki. Selain itu, edema juga akan terjadi pada bagian paru-
paru yang dapat menyebabkan seseorang sulit untuk bernapas
(Elizabeth, 2015).
2. Urin berbusa
Urin yang berbusa diakibatkan oleh adanya protein dalam urin.
Seseorang yang mengalami sindrom nefrotik, pada bagian organ
ginjalnya akan melepaskan banyak protein ke dalam urin yang dapat
mengakibatkan kadar protein dalam urin menjadi abnormal sehingga
urin akan berbusa (Elizabeth, 2015).
3. Berat badan meningkat
Sindrom nefronik merupakan suatu gangguan pada organ ginjal
sehingga akan menyebabkan tubuh akan menampung cairan dalam
jumlah banyak yang akan membuat berat badan seseorang semakin
meningkat (Elizabeth, 2015).

2.5. Patofisiologi

Sindrom nefrotik merupakan suatu keadaan klinis pada gangguan


ginjal yang erat kaitannya dengan keusakan glomerulus. Pada bagian
glomerulus tersebut terjadi peningkatan permeabilitas glomerulus ginjal
5
yang dapat menimbulkan proteinuria, hipoalbumenemia, hiperlipidemia, dan
edema. Kehilangan protein pada rongga vaskuler yaitu pada ginjal dapat
mengakibatkan tekanan hidrostatik sehingga terdapat adanya akumulasi
cairan pada rongga interstisial dan rongga pada bagian abdomen. Penurunan
volume cairan yang terjadi pada vaskuler ginjal dapat menstimulasi sistem
renin angiotensin yang dapat menyebabkan terjadinya sekresi hormon
antidiuretik dan aldosteron. Selanjutnya akan terjadi peningkatan reabsorpsi
di tubular terhadap natrium dan air sehingga akan mengakibatkan
peningkatan volume intravaskuler. Dengan adanya retensi cairan akibat dari
peningkatan reabsorpsi maka akan menyebabkan peningkatan edema
terutama pada bagian kaki dan pergelangan kaki pada anak (Kharisma,
2017).

2.6. Penatalaksanaan
1. Non Farmakologis :
a. Diet protein normal
Pasien dengan proteinuria persisten atau berulang diperlukan untuk
meningkatkan asupan protein harian menjadi 2-2,5 g/kgbb/hari
(Pardede, 2017).
b. Diet rendah garam
Hal ini perlu diberikan pada penderita sindrom nefrotik untuk
mencegah dan mengobati edema, relaps, atau hipertensi dengan
rendah garam (1-2 g/hari atau 1 mmol/kgbb/hari atau dengan <2
mEq/kgbb/hari). Dan bisa dengan membatasi konsumsi asupan sanck
atau makanan yang banyak mengandung garam (Pardede, 2017).
c. Pemberian Nutrisi yang adekuat
Nutrisi pada klien sindrom nefrotik sangat dibutuhkan untuk proses
pemulihan. Maka harus memperhatikan asupan makanan pada klien
dengan mencukupi jumlah protein , lemak, massa tulang, air dan
mineral alam tubuh. Bisa juga dilakukan dengan konsumsi ikan
gabus karena kandungan albumin yang tinggi pada ikan gabus
(Pardede, 2017).

6
2. Farmakologis :
a. Dalam penatalaksanaan sindrom nefrotik dapat dibantu dengan
kortikosteroid (Pardede, 2017):
- Sebelum pemberian kortikosteroid perlu dilakukan skrinning
untuk menentukan ada atau tidaknya TBC pada klien.
- Obat-obatan dengan golongan kortikosteroid yang sering
digunakan adalah jenis prednisone dengan dosis penuh 60
mg/m2LPB/hari selama 4 minggu. Dan dilanjutkan dengan dosis
2/3 (40 mg/m2LPB/hari) tiga hari berturut-turut selama
seminggu.
b. Pemberian antibiotic
Terapi antibiotic dapat digunakan apabila pasien sindrom nefrotik
mengalani infeksi dan harus diobati dengan adekuat agar dapat
mengurangi morbiditas penyakit (Pardede, 2017).
c. Pemberian jenis obat diuretik
Obat diuretik yang diberikan pada anak sindrom nefrotik berfungsi
untuk membuang cairan yang berlebihan dari dalam tubuh melalui
urin dan untuk mengendalikan adanya pembengkakan (edema).
Misalnya spironolactone/ aldactone (Pardede, 2017).

7
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan proses yang terstruktur dan sistematis, mulai dari


pengumpulan data, verifikasi data, dan komunikasi data tentang klien. Pada
fase pengkajian ini terdapat 2 langkah yaitu pengumpulan data dari klien
(sumber primer) dan keluarga, tenaga kesehatan (sumber sekunder) serta
analisa data untuk diagnosa keperawatan.
a. Identitas klien
Identitas klien terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, tanggal lahir,
suku/bangsa, status perkawinan, pendidikan, alamat, nomor register,
tanggal datang ke rumah sakit, dan tanggal pengkajian.
b. Riwayat Kesehatan yang terdiri dari :
1. Diagnosa medik
Sesuai diagnosa yang ditegakkan oleh dokter dengan penjelasan
dari singkatan-singkatan atau istilah medis terkait sindrom nefrotik.
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan paling mengganggu yang dirasakan klien
sehingga klien datang ke rumah sakit. Keluhan utama yang dialami
oleh penderita sindrom nefrotik adalah bengkak pada kaki,
pergelangan kaki, dan terkadang bisa sampai ke bagian wajah dan
tangan.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan kronologis peristiwa terkait penyakit klien yang
sekarang dialami sejak klien mengalami keluhan pertama kalinya
sampai klien memutuskan ke rumah sakit. Kronologis kejadian yang
harus diceritakan meliputi waktu kejadian, cara/proses, tempat,
suasana, manifestasi klinis, riwayat pengobatan, persepsi tentang
penyebab dan penyakit. Jika terdapat keluhan nyeri maka disertai
pengkajian nyeri PQRST. Biasanya tanda yang awal muncul pada
penderita sindrom nefrotik adanya edema, bertambahnya berat badan
8
akibat penumpukan cairan tubuh, letih, lesu, dan kehilangan nafsu
makan.
4. Riwayat Kesehatan terdahulu
Adanya riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anak.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga ada tidaknya yang sindrom nefrotik digambar
melalui genogram minimal 3 generasi terdahulu dan diberi tanda
sesuai format yang ditentukan.
c. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan.
1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mendeskripsikan bagaimana tentang pola kesehatan dan
kesejahteraan klien. Contohnya saat klien sakit apakah klien memilih
untuk membeli obat di warung atau pergi ke puskesmas.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Menjelaskan tentang pola makan klien, berat badan, intake dan
output. Pada klien dengan sindrom nefrotik biasanya mengalami
penurunan nafsu makan.
3. Pola Eliminasi
Menjelaskan tentang karakteristik urin dan feses yang
dikeluarkan. Karakteristik tersebut meliputi frekuensi, jumlah,
warna, bau, berat jenis. Selain itu gangguan BAK dan BAB perlu
diperhatikan. Pada penderita sindrom nefrotik biasanya BAB biasa
dan volume BAK yang dikeluarkan sedikit-sedikit.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Klien dengan sindrom nefrotik kurang beraktivitas dikarenakan
tubuh klien merasa letih dan lesu.
5. Pola istirahat dan tidur
Klien dengan sindrom nefrotik pola istirahat dan tidurnya masih
normal.

9
6. Pola persepsi sensor dan kognitif
Saat pengkajian berlangsung klien dengan sindrom nefrotik
biasanya masih tetap sadar dan mampu menjawab pertanyaan
dengan baik dan benar.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Menjelaskan tentang gambaran diri, harga diri, ideal diri, dan
peran masing-masing individu. Pada klien dengan sindrom nefrotik
akan mengalami gangguan pada harga diri karena adanya perubahan
berat badan akibat penumpukan cairan tubuh.
8. Pola peran dan hubungan sesama
Klien dengan sindrom nefrotik tidak memiliki masalah dengan
hubungan dengan sesamanya.
9. Pola seksualitas
Pada klien sindrom nefrotik tidak mengalami gangguan pada
seksual reproduksinya.
10. Pola koping
Manajemen koping setiap individu berbeda-beda tergantung dari
berbagai faktor. Pada klien dengan sindrom nefrotik yang perlu
diatasi yaitu cara mengatasi masalah gambaran diri seberapa jauh
klien bisa mengetahui tentang penyakitnya.
11. Sistem nilai dan kepercayaan
Sistem nilai dan kepercayaan ini pada penderita sindrom nefrotik
berkaitan dengan kepercayaan klien mengenai penyakitnya yang
pasti sembuh dan ia berusaha melakukan semua tindakan untuk
kesembuhan dirinya.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pada klien sindrom nefrotik, klien akan merasakan letih, lesu
serta kehilangan nasfu makan. Selain itu berat badan klien dengan
sindrom nefrotik akan bertambah yang diakibatkan oleh
penumpukan cairan tubuh.

10
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pada klien dengan sindrom nefrotik pemeriksaan TTV juga
sama dengan klien lainnya meliputi pemeriksaan nadi, tekanan
darah, pola pernapasan, dan suhu tubuh. Pada umumnya seseorang
yang menderita sindrom nefrotik memiliki riwayat hipertensi,
sehingga memiliki tekanan darah tinggi.
3. Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala
Inspeksi : kepala simetris, perubahan distribusi rambut, dan kulit
kepala kering.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan
abnormal dibagian kepala.
b) Mata
Inspeksi : teliti adanya edema periorbita, eksoftalmus (mata
menonjol), anemis (+), kesulitan memfokuskan mata, dan
hilangnya alis mata.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan
abnormal pada kedua mata.
c) Telinga
Inspeksi : tidak adanya kelainan pada telinga.
Palpasi : tidak adanya nyeri dan benjolan yang abnormal.
d) Hidung
Inspeksi : kebersihan terjaga
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan.
e) Mulut
Inspeksi : mukosa mulut kering, tidak terdapat karang gigi, dan
lidah klien bersih.
Palpasi : tidak ada masalah.
f) Leher
Inspeksi : leher simetris
Palpasi : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan
pembesaran vena jugularis.

11
g) Dada
Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung, secara
umum bentuk dada tidak ada masalah, pergerakan nafas cepat,
krepitasi serta dapat dilihat batas saat perkuasi didapatkan
(bunyi perkusinya hipersonor). Pada pemeriksaan jantung dapat
diperiksa tentang denyut apeks atau dikenal dengan siklus kordis
dan aktivitas artikel, bunyi jantung lebih cepat.
h) Abdomen
Pemeriksaan abdomen meliputi pemeriksaan pada bentuk
perut, dinding perut, bising usus, kaji adanya nyeri tekan serta
dilakukan palpasi pada organ hati, limfa, ginjal, kandung kemih,
yang ditentukan ada tidaknya nyeri pada pembesaran pada organ
tersebut, kemudian pada daerah anus, rectum, dan genitalia.
i) Ekstremitas
Pemeriksaan anggota gerak dan neurologi meliputi adanya
rentang gerak keseimbangan dan gaya berjalan, biasanya pada
klien dengan sindrom nefrotik tidak memiliki keluhan tentang
ekstremitasnya.
j) Kulit dan kuku
Pemeriksaan warna kulit biasanya warna sesuai dengan
warna kulit normal, warna kuku merah muda serta CRT < 2
detik.
k) Keadaan lokal
Pengkajian terfokus pada kondisi local.

3.2 Diagnosa (NANDA)

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis atas respon pasien,


keluarga, atau komunitas terhadap kesehatan dan proses kehidupan aktual
atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar atas pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang mana perawat bertanggung
jawab dan bertanggung gugat. Berikut adalah diagnosa keperawatan sindrom
nefrotik menurut NANDA (2018):

12
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme regulator
ginjal dengan retensi air dan natrium.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet kurang.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fisik tidak bugar.
4. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun.
6. Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan.
7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakit.

13
3.3 Intervensi (NOC, NIC)

Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil


No. Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan (NOC)
1 Domain 2. Nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen cairan (4120) 1. Untuk mengetahui hasil
Kelas 5. Hidrasi keperawatan selama 3 x 24 nutrisi yang diberikan pada
1. Timbang berat badan setiap
Kelebihan volume jam, diharapkan cairan klien.
hari dan monitor status
cairan berhubungan dalam tubuh klien kembali 2. Untuk mengetahui apakah
pasien.
dengan mekanisme normal dengan kriteria klien masih kelebihan
2. Monitor hasil laboratorium
regulator ginjal hasil: cairan atau tidak.
yang relevan dengan retensi
dengan retensi air dan 3. Pemeriksaan ttv dilakukan
Keseimbangan cairan cairan (misalnya
natrium. terutama untuk tekanan
peningkatan berat jenis,
1. Asites dipertahankan darah yang beresiko
penurunan hematokrit, dan
pada skala 2 (banyak mengalami hipertensi atau
peningkatan kadar
terganggu) ditingkatkan kelebihan natrium.
osmolalitas urin).
ke skala 4 (sedikit 4. Untuk mengetahui adanya
3. Monitor tanda-tanda vital
terganggu). edema pada daerah sekitar
pasien.
2. Edema perifer mata, pergelangan kaki,
4. Monitor indikasi kelebihan
dipertahankan pada 2 atau kaki).
cairan (misalnya edema dan

14
(banyak terganggu) asites). 5. Untuk mengetahui lokasi
ditingkatkan ke skala 4 5. Kaji lokasi dan luasnya edema pada klien.
(sedikit terganggu). edema, jika ada. 6. Untuk mengetahui makanan
6. Monitor makanan/ cairan yang dapat dianjurkan
yang dikonsumsi dan hitung misalnya diet rendah garam.
asupan kalori harian.

2 Domain 2. Nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen nutrisi (1100) 1. Agar kebutuhan gizi yang
Kelas 5. Hidrasi keperawatan selama 3 x 24 di konsumsi sesuai anjuran.
1. Tentukan status gizi pasien
Ketidakseimbangan jam, diharapkan kebutuhan 2. Untuk mengetahui nutrisi
dan kemampuan pasien
nutrisi: kurang dari nutrisi klien dapat yang dibutuhkan misalnya
untuk memenuhi kebutuhan
kebutuhan tubuh meningkat dengan kriteria diet rendah garam.
gizi.
berhubungan dengan hasil: 3. Diet yang diberikan harus
2. Instruksikan pasien
asupan diet kurang. sesuai dengan kondisi
Nafsu makan mengenai kebutuhan nutrisi
pasien misalnya dengan
(misalnya membahasan
1. Energi untuk makan makanan yang lembut atau
pedoman diet dan piramida
dipertahankan pada lunak.
makanan).
skala 3 (cukup 4. Untuk membatasi terkait
3. Anjurkan pasien mengenal
terganggu) natrium, kalium, protein,

15
ditingkatkan ke skala 5 modifikasi diet yang atau cairan yang berlebihan.
(tidak terganggu). diperlukan (misalnya cairan 5. Untuk mengetahui berat
2. Intake cairan bening, cairan penuh, badan klien sebelum dan
dipertahankan pada lembut, atau diet sesuai setelah sakit.
skala 2 (banyak toleransi).
terganggu) 4. Anjurkan pasien terkait
ditingkatkan ke skala 5 dengan kebutuhan diet
(tidak terganggu). untuk kondisi sakit (yaitu
untuk pasien dengan
Pengetahuan: diet sehat
penyakit ginjal, pembatasan
1. Intake cairan yang natrium, kalium, protein,
sesuai dengan dan cairan).
kebutuhan metabolik 5. Monitor kecenderungan
pada skala 2 terjadinya penurunan dan
(pengetahuan terbatas) kenaikan berat badan.
ditingkatkan ke skala 4
(pengetahuan banyak).

16
3 Domain 4. Aktivitas/ Setelah dilakukan asuhan Manajemen energi (0180) 1. Untuk mengetahui faktor
tidru keperawatan selama 3 x 24 dari kelelahan yang
1. Kaji status fisiologis pasien
Kelas 4. Respon jam, diharapkan aktivitas disebabkan akibat sindrom
yang menyebabkan
kardiovaskular/ klien dapat kembali ke nefrotik.
kelelahan sesuai dengan
pulmonal semula dengan kriteria 2. Kelelahan disebabkan oleh
konteks usia dan
Intoleransi aktivitas hasil: adanya nasfu makan yang
perkembangan.
berhubungan dengan menurun sehingga energi
Tingkat kelelahan 2. Tentukan persepsi pasien/
fisik tidak bugar. yang didapatkan menurun.
orang terdekat dengan
1. Kelelahan 3. Untuk mengatur jenis
pasien mengenai penyebab
dipertahankan pad skala aktivitas yang dianjurkan.
kelelahan.
2 (cukup berat) 4. Anjurkan pasien untuk
3. Tentukan jenis dan
ditingkatkan ke skala 4 istirahat untuk
banyaknya aktivitas yang
(ringan). meminimalkan adanya
dibutuhkan untuk menjaga
2. Kelesuhan kelelahan.
ketahanan.
dipertahankan pad skala 5. Berikan aktivitas ringan
4. Kurangi ketidaknyamanan
2 (cukup berat) yang bisa dilakukan oleh
fisik yang dialami pasien
ditingkatkan ke skala 4 pasien dengan sindrom
yang bisa mempengaruhi
(ringan). nefrotik.
fungsi kognitif, pemantauan
3. Kegiatan sehari-hari

17
(ADL) dipertahankan diri pengaturan aktivitas
pada skala 3 (sedang) pasien.
ditingkatkan ke skala 5 5. Bantu pasien untuk
(tidak ada). menetapkan tujuan aktivitas
yang akan dicapai secara
realitas.

4 Domain 11. Setelah dilakukan asuhan Pengecekan kulit (3590) 1. Untuk mengetahui adanya
Keamanan/ keperawatan selama 3 x 24 edema pada kulit.
1. Periksa kulit dan selaput
perlindungan jam, diharapkan integritas 2. Untuk meminimalkan
lendir terkait dengan adanya
Kelas 2. cedera kulit normal dengan kriteria adanya gangguan pada
kemerahan, kehangatan
Risiko kerusakan hasil: kulit.
ekstrim, edema,atau
integritas kulit 3. Untuk mengecek adanya
Integritas kulit drainase.
berhubungan dengan kekeringan atau
2. Monitor kulit untuk adanya
gangguan volume 1. Integritas kulit kelembapan pada kulit.
ruam dan lecet.
cairan. dipertahankan pada 4. Untuk mengetahui adanya
3. Monitor kulit untuk adanya
skala 3 (cukup infeksi terutama pada
kekeringan yang berlebihan
terganggu) ditingkatkan daerah yang mengalami

18
ke skala 5 (tidak dan kelembapan. pembengkakan.
terganggu). 4. Monitor infeksi, terutama
2. Lesi pada kulit dari daerah edema.
dipertahankan pada
skala 3 (cukup
terganggu) ditingkatkan
ke skala 5 (tidak
terganggu).

5 Domain 11. Setelah dilakukan asuhan Perlindungan infeksi (6550) 1. Untuk mengetahui adanya
Keamanan/ keperawatan selama 3 x 24 infeksi terutama pada
1. Monitor adanya tanda dan
perlindungan jam, diharapkan risiko daerah edema.
gejala infeksi sistemik dan
Kelas 1. infeksi infeksi tidak terjadi dengan 2. Untuk mengetahui
lokal.
Risiko infeksi kriteria hasil: penyebab timbulkan infeksi
2. Monitor kerentanan
berhubungan dengan misalnya adanya kotoran
Pengetahuan: proses infeksi terhadap infeksi.
penurunan respon atau kelembapan pada kulit.
3. Berikan perawatan kulit
imun. 1. Mengidentifikasi faktor 3. Batasi konsumsi garam
yang tepat untuk area yang
risiko infeksi yang berlebihan.
mengalami edema.
dipertahankan pada 4. Untuk mengetahui adanya

19
skala 3 (kadang-kadang 4. Periksa kulit dan selaput tanda kemerahan akibat
menunjukkan) lendir untuk adanya edema pada kulit.
ditingkatkan ke skala 5 kemerahan, kehangatan 5. untuk mengetahui
(secara konsisten ekstrim, atau drainase. perbedaan antara infeksi
menunjukkan). 5. Anjurkan pasien dan virus dan bakteri yang
2. Mengetahui perilaku keluarga pasien mengenai disebabkan karena virus dan
yang berhubungan perbedaan-perbedaan antara mikroba.
dengan risiko infeksi infeksi-infeksi virus dan 6. Dengan menjaga kebersihan
dipertahankan pada bakteri. agar terhindar dari
skala 3 (kadang-kadang 6. Ajarkan pasien dan anggota timbulnya infeksi.
menunjukkan) keluarga bagaimana cara
ditingkatkan ke skala 5 menghindari infeksi.
(secara konsisten
menunjukkan).

6 Domain 5. Persepsi/ Setelah dilakukan asuhan Pengajaran: proses penyakit 1. Untuk membantu pasien
kognisi keperawatan selama 3 x 24 (5602) mengetahui penyakit yang
Kelas 4. kognisi jam, diharapkan dialaminya.
1. Kaji tingkat pengetahuan

20
Defisiensi pengetahuan klien tentang pasien terkait dengan proses 2. Untuk mengetahui seberapa
pengetahuan penyakit dapat meningkat penyakit yang spesifik. jauh pasien mengetahui
berhubungan dengan dengan kriteria hasil: 2. Kenali pengetahuan pasien tentang kondisi
kurangnya informasi mengenai kondisinya. penyakitnya.
1. Tanda dan gejala
mengenai penyakit. 3. Jelaskan tanda dan gejala 3. Untuk menjelaskan tanda
penyakit dipertahankan
yang umum dari penyakit, dan gejala akibat dari
pada skala 2
sesuai kebutuhan. penyakit yang dideritanya.
(pengetahuan terbatas)
4. Identifikasi perubahan 4. Untuk mengetahui kondisi
ditingkatkan ke skala 4
kondisi fisik pasien. pasien baik sebelum
(pengetahuan banyak).
5. Beri ketenangan terkait maupun setelah sakit.
2. Potensial komplikasi
kondisi pasien, sesuai 5. Agar pasien tidak cemas
penyakit dipertahankan
kebutuhan. terhadap penyakit yang
pada skala 2
6. Diskusikan pilihan terapi/ dideritanya.
(pengetahuan terbatas)
penanganan. 6. Menjelaskan terapi yang
ditingkatkan ke skala 4
7. Edukasi pasien mengenai cocok sesuai dengan
(pengetahuan banyak).
tindakan untuk mengontrol/ penyakitnya.
3. Sumber-sumber
meminimalkan gejala, 7. Untuk menganjurkan
informasi penyakit
sesuai kebutuhan. pasien mengonsumsi
spesifik yang terpercaya
makanan diet rendah garam

21
dipertahankan pada untuk meminimalkan gejala
skala 2 (pengetahuan dari sindrom nefrotik.
terbatas) ditingkatkan ke
skala 4 (pengetahuan
banyak).

22
BAB IV
WEB OF CAUSATION / PATHWAY

Sindrom Nefrotik

Glomerulunefriti
s
Permeabilitas Glomerulus Meningkat

Kenaikan Filtrasi Plasma


Protein

Proteinuria
Penurunan
Respon Imun Hipoalbuminemia

Risiko Infeksi Tekanan Onkotik Plasma Menurun

Volume Darah Efektif Menurun

Aktif Renin Angiotensin


Aldosteron (mekanisme regulator
ginjal)
Retensi air dan natrium Kelebihan Volume
Cairan
Edema

Terasa Penuh Pada Abdomen


Kulit Meregang Kurang informasi terkait
tanda dan gejala penyakit
Nafsu makan Menurun
Kulit Rapuh Dan Tipis
Defisiensi Pengetahuan
Cadangan Energi Dipakai run
Resiko Ketidakseimbangan nutrisi:kurang
Kerusakan Kelelahan dari kebutuhan tubuh
Integritas
Kulit Intoleransi Aktifitas 23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sindrom nefrotik merupakan kerusakan yang terjadi pada organ
ginjal yang mengakibatkan kadar protein didalam urin yang ditandai
dengan adanya proteinuria berat, hipoalbunemia, edema dan
hiperkolesterolemia. Pada umumnya sindrom nefrotik lebih sering terjadi
pada anak-anak sekitar umur 18 bulan sampai 8 tahun. Terdapat dua
penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak yang mengalami sindrom
nefrotik yaitu terapi non farmakologi (diet protein normal, diet rendah
garam, dan pemberian nutrisi yang adekuat) dan terapi farmakologi
(kortikosteroid, diuretik dan pemberian antibiotik).

5.2 Rekomendasi Isu Menarik

Kisah Naufal Jalani Transplantasi Ginjal Akibat Sindrom Nefrotik

Setelah menjalani proses transplantasi ginjal pada September 2017,


Naufal sekarang mempunyai tiga ginjal yaitu milik diri sendiri dan hasil
dari cangkok ginjal hasil donor dari ayahnya. Naufal membutuhkan
transplantasi ginjal karena dirinya menderita sindrom nefrotik yang
merupakan gangguan yang terjadi pada organ ginjal yang dapat
mengakibatkan tubuh banyak mengeluarkan protein sehingga protein akan
terbuang melalui urin yang ditandai dengan adanya pembengkakan pada
daerah mata, kaki, dan pergelangan kaki. Selain itu tanda dan gejala ang
dialami naufal sering mengalami kelelahan dan urin terlihat berbusa
(Harsono, 2018).
Sindrom nefrotik tersebut terjadi saat dirinya masih Sekolah Dasar
kelas 6. Hasil pemeriksaan yang telah dijalani menunjukkan sudah parah
dan ginjalnya tidak berfungsi secara maksimal sehingga Naufal
didiagnosis oleh dokter mengalami gagal ginjal dan harus melakukan
cangkok ginjal atau cuci darah dengan menggunakan hemodialisis. Hal

24
tersebut dilakukan karena melihat kondisi kedua ginjal antara kiri dan
kanan fungsinya sudah berkurang (Harsono, 2018).
Hemodialisis adalah terapi yang digunakan pada pasien yang
menderita penyakit ginjal dengan menggunakan alat penyaring untuk
menghilangkan racun dari dalam tubuh. Setelah memutuskan untuk
dilakukan transplantasi ginjal, Naufal sekarang akhirnya mempunyai tiga
ginjal diantaranya dua ginjal milik Naufal sendiri yang tetap berfungsi
akan tetatpi tidak secara maksimal dan satunya hasil transplantasi ginjal
dari ayahnya. Dengan dilakukan penanganan ginjal, hal ini membuat
tinggi Naufal bertambah dari 141 cm menjadi 145 cm (Harsono, 2018).

25
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, R. 2015. Sindrom Nefrotik Kasus Baru Pada Anak Usia 2 Tahun.
Journal Agromed Unila. Vol 2(3): 217-221

Harsono, F. H. 2018. https://m.liputan6.com/health/read/3387579/kisah-naufal-


jalani-transplantasi-ginjal-bukti-nyata-unlimited-love-dari-orangtua

Heather, H. T. 2018. Nanda-1 Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kharisma, Y. 2017.Tinjau Umum Penyakit Sindrom Nefrotik. Bandung: Fakultas


Kedokteran UIB

Memesah, R. S., A. Umboh., dan S. Gunawan.2016. Hubungan Aspek Klinik Dan


Laboratorium Dengan Tipe Sindrom Nefrotik Pada Anak. Journal e-
Clinic (eCI). Vol 4(1): 349-353.

Pardede, S. O. 2017. Tata Laksana Non Imunosupresan Sindrom Nefrotik Pada


Anak. Sari Pediatri. Vol 19(1): 53-62.

Rachmadi, D. 2010. Aspek Genetik Sindrom Nefrotik Resisten Steroid. MKB.


Vol 42(1): 37-44.

26
KEPERAWATAN ANAK

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

Disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak dengan


Dosen Pembimbing : Ns. Lantin Sulistyorini, M.Kes

oleh

Nurul Izzah Regita C 172310101032

Fauzatul Walidanik 172310101045

PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
27
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
PADA KLIEN DENGAN SINDROM NEFROTIK

Topik : Diet Rendah Lemak dan Garam


Sub Topik : Pengertian makanan berlemak dan garam tinggi, pentingnya
makanan sehat untuk dikonsumsi, jenis makanan rendah lemak
dan garam, dampak mengkonsumsi makanan berlemak, dampak
mengkonsumsi makanan tinggi garam, dan akibat sering
mengkonsumsi makanan yang tidak sehat.
Sasaran : Ibu-Ibu Anggota Posyandu Mawar
Tempat : Rumah Kader Desa Sumber Makmur (Ibu Fauza)
Hari / Tanggal : Minggu / 22 September 2019
Waktu : 20 menit
Penyuluh : Fauzatul Walidanik dan Nurul Izzah Regita C.

I. Analisa Data
A. Kebutuhan Peserta Didik
Penyakit sindrom nefrotik merupakan penyakit yang merusak
fungsi pada ginjal oleh sebab itu pasien dengan sindrom nefrotik perlu
memperhatikan pola makanan yang harus dikonsumsi bagi kesehatannya.
Salah satu pantangan bagi pasien dengan sindrom nefrotik adalah larangan
untuk mengkonsumsi lemak dan garam. Konsumsi lemak dan garam yang
berlebih akan mengganggu proses kerja dari ginjal , oleh sebab itu peserta
didik yang akan dilakukan penyuluhan harus dipahamkan mengenai
seperti apa cara yang benar untuk konsumsi lemak dan garam yang cukup.

B. Karakteristik Peserta Didik


Ibu ibu anggota posyandu di daerah desa sumber makmur
merupakan ibu ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah dengan 60%
lulusan SMP , 30% lulusan SD dan 10% tidak mengenyam pendidikan, ibu
ibu di daerah desa sumber makmur juga termasuk ibu ibu dengan jumlah
anak yang lebih dari dua dan sedikit sekali yang mengikuti progam KB.

28
II. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, diharapkan Ibu ibu anggota
posyandu di desa sumber makmur dapat menjaga konsumsi garam khususnya
bagi anak anak mereka agar terhindar dari penyakit sindrom nefrotik.

III. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit,
diharapkan ibu-ibu anggota posyandu di Desa Sumber makmur :

a. Mereka dapat mengetahui bahaya makanan berlemak dan garam


b. Mereka mengerti akan pentingnya konsumsi makanan sehat
c. Mereka mengetahui jenis makanan rendah lemak dan garam
d. Mereka mengetahui akibat makan dengan lemak dan garam tinggi
e. Mengubah kebiasaan konsumsi makanan berlemak dan garam tinggi
yang tidak sehat.

IV. Materi (Terlampir)


a. Pengertian makanan berlemak dan garam tinggi
b. Pentingnya makanan sehat untuk dikonsumsi
c. Jenis makanan rendah lemak dan garam
d. Dampak memakan makanan berlemak
e. Dampak memakan makanan tinggi garam
f. Akibat sering mengkonsumsi makanan yang tidak sehat

V. Metode
Ceramah dan tanya jawab

VI. Media
Leaflet

29
VII. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 Pembukaan  Memberikan salam  Menjawab
5 menit  Perkenalan salam
 Menjelaskan TIU dan TIK  Mendengarkan
 Menyebutkan materi yang dan
akan diberikan memperhatikan
2. Inti  Menanyakan (review)  Menjawab
10 menit kepada ibu-ibu anggota pertanyaan
posyandu tentang makanan penyuluhan
rendah lemak dan rendah  Mendengarkan
garam untuk anak sindrom dan
nefrotik. memperhatikan
 Menjelaskan materi tentang  Bertanya pada
: pemateri
a. Pengertian makanan apabila masih
berlemak dan garam ada yang belum
tinggi jelas serta
b. Pentingnya makanan belum
sehat untuk dikonsumsi dimengerti
c. Jenis makanan rendah
lemak dan garam
d. Dampak mengkonsumsi
makanan berlemak
e. Dampak mengkonsumsi
makanan tinggi garam
f. Akibat sering
mengkonsumsi makanan
yang tidak sehat
g. Fungsi jajanan dan
minuman sehat

30
3 Penutup  Evaluasi  Menjawab
5 menit  Menyimpulkan pertanyaan
 Mengucapkan salam  Memperhatikan
penutup  Menjawab
salam
VIII. Evaluasi
a. Jelaskan pengertian makanan berlemak dan garam tinggi
b. Pentingnya makanan sehat untuk dikonsumsi
c. Jenis makanan rendah lemak dan garam
d. Dampak mengkonsumsi makanan berlemak
e. Dampak mengkonsumsi makanan tinggi garam
f. Akibat sering mengkonsumsi makanan yang tidak sehat

IX. Referensi
Aprilia, F. 2019. Makanan Tidak Sehat. Jakarta:wbstHalodoc.

Astuti, R. F.2014. Diet Rendah Garam Untuk Mengontrol Tekanan Darah


Pada lansia Dengan Hipertensi. Jakarta:FIK Universitas Indonesia.

Etika, N. M. 2016. Tips Diet Rendah Kalori untuk Turunkan Berat Badan.
Jakarta:WebsiteHelloSehat.

31
Materi Penyuluhan Makanan Rendah Lemak dan Garam

1. Pengertian makanan berlemak dan garam tinggi


Makanan berlemak tinggi merupakan jenis jenis makanan yang
memiliki kandungan minyak atau lemak yang tinggi, lemak disini bagus
jika dikonsumsi dengan takaran yang cukup tetapi makanan berlemak juga
berbahya jika dikonsumsi dengan jumlah yang besar seperti , gajih, jeroan
ayam dan lemak lemak dari kandungan minyak atau makanan lemak
lainnya.

Sedangkan maknan dengan garam yang tinggi merupakan jenis


makanan yang memiliki kandungan garam sangat tinggi yang biasanya
dimasak atau dikonsumsi dengan maknan jenis lainnya yang ditambahkan
dengan jumlah kadar garam yang banyak. Maknan yang erlemak dan
mengandung garam yang tinggi sangat berbahaya jika dikonsumsi dengan
terus menerus karena akan berakibat dalam system kerja organ organ
dalam tubuh seperti jantung, hati dan ginjal, jika lemak dan garam
dikonsumsi terlalu tinggi terutama pada anak anak maka akan
mengakibatkan gangguan pada organ dalam tubuh salah satunya pada
ginjal yang mengalami sindrom nefrotik atau gangguan pada glomerulus
ginjal.

2. Pentingnya makanan sehat untuk dikonsumsi


Makanan sehat sangat penting bagi konsumsi keluarga sehari hari
terutama untuk anak anak pada masa pertumbuhan, pada masa ini anak
anak dipenuhi segala kebutuhan gizi nya dengan porsi yang cukup , tidak
kurang dan juga tidak lebih. Jika makanan yang kita konsumsi termasuk
makanan yang sehat untuk dikonsumsi maka proses tumbuh kembang yang
dialami indivisu khususnya anak anak akan berjalan dengan baik dan
semestinya , kecukupan asupan nutrisi sangat mempengaruhi kesehatan
seseorang, semakin baik nutrisi yang dipenuhi maka semakin baik pula
tingkat kesehatan individu tersebut yang membantu dalam proses imunitas
individu tersebut.makanan yang sehat juga perlu memperhatikan jumlah
32
dan takaran yang akan disajikan mulai dari kadar gula, kadar protein ,
kadar lemak dan juga kadar garam dalam makanan tersebut.

3. Jenis makanan rendah lemak dan garam


Jenis makanan rendah Lemak :

a. Outmeal : pada 1 porsi outmeal terdapat 307 Kalori, mineral dan


antioksidan flavoid , outmeal sendiri merupakan makanan rendah
lemak.

b. Ikan : ikan merupakan makan yang rendah lemak karena memiliki


kandungan lemak tak jenuh yang baik bagi kesehatan tubuh.

c. Putih Telur ayam : pada telur tidak semuanya bisa dikonsumsi


bagi seorang yang dit rendah lemak , bagian yang bisa dikonsumsi
adalah putih telur. Putih telur mengandung antioksidan yang baik
bagi tubuh.

d. Tahu Sutra : jenis tahu sutra merupakan makanan yang sangat


rendah lemak dan memiliki kandungan isoflavon yang dapat
mencegah sel kanker.

e. Kacang kacangan : kacang kacangan merupakan makanan yang


memiliki kadar rendah lemak yang baik bagi tubuh.

Jenis Makanan Rendah Garam :

Makanan rendah garam adalah segala sesuatu makanan yang


memiliki kandungan garam tidak terlalu tinggi baik konsumsi pada
masakan yang sudah diolah atau makanan yang masih mentah dan
dikombinasikan dengan garam.

33
4. Dampak mengkonsumsi makanan berlemak
Konsumsi makanan berlemak tidak hanya berakibat pada hipertensi
saja tetapi banyak sekali efek negative lainnya salah satunya efek pada
jantung dan juga kerja ginjal.dalam pengkonsumsian makanan yang
mengandung lemak juga perlu diperhatikan pemilihan jenis lemaknya, jika
mengkonsumsi lemak jangan sampai mengkonsumsi lemak jenuh karena
sangat berakibat buruk bagi kondisi kesehatan tubuh.

5. Dampak mengkonsumsi makanan tinggi garam


Makan makanan berlemak berakibat buruk bagi tubuh manusia,
konsumsi garam dapur tidak boleh lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari.
Karena konsumsi garam berlebih akan berdampak bagi tubuh kita entah
penyakit yang memang dibawa dari lahir atau gen atau bisa juga karena
kebiasaan hidup yang kurang sehat, salah satunya konsumsi garam
berlebih sangat berakibat buruk bagi jantung seperti hipertensi dan juga
bahaya bagi kerja ginjal yang bisa menyebabkan kelainan sindrom
nefrotik.

6. Akibat sering mengkonsumsi makanan yang tidak sehat


Konsumsi makanan yang tidak sehat akan berakibat buruk bagi
tubuh kita, salah satunya akan hadirnya berbagai penyakit yang juga bisa
melemahkan ketahanan tubuh kita. Semakin sering kita terpapar dengan
makanan yang tidak sehat maka akan semakin tinggi pula kesempatan
berbagai jenis pathogen dapat masuk dalam tubuh kita. Makanan yang
tidak sehat juga biasannya mengandung sedikit zat dan sedikit serat yang
dibutuhkan untuk perkembangan tubuh. Sehingga banyak sekali
kandungan kandungan dalam makanan yang dapat berakibat buruk bagi
kesehatan.

34
35
36

Anda mungkin juga menyukai