Makalah Sindrom Nefrotik - Kelompok 13 - A17
Makalah Sindrom Nefrotik - Kelompok 13 - A17
oleh
Kelompok 13 / Kelas A
oleh
Nurul Izzah Regita C 172310101032
Fauzatul Walidanik 172310101045
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengan Sindrom Nefrotik”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak pada Fakultas Keperawatan Universitas
Jember.
Penulis juga menerima kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi penulis dan pembacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
nefrotik. Sehingga untuk mencegah terjadinya sindrom nefrotik pada anak
maka membiasakan anak untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak
dan garam (Mamesah dkk., 2016).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum penyakit sindrom nefrotik pada anak
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Dapat menjelaskan definisi sindrom nefrotik
2. Dapat menjelaskan etiologi sindrom nefrotik
3. Dapat menjelaskan klasifikasi sindrom nefrotik
4. Dapat menjelaskan manifestasi klinis sindrom nefrotik
5. Dapat menjelaskan patofisiologi sindrom nefrotik
6. Dapat menjelaskan penatalaksanaan sindrom nefrotik
7. Dapat menjelaskan pathway sindrom nefrotik
8. Dapat membuat asuhan keperawatan sindrom nefrotik pada anak
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pembaca
Dapat menjadi sumber pembelajaran dan menambah pengetahuan
mengenai sindrom nefrotik pada anak.
1.3.2 Bagi Penulis
Dapat membiasakan mahasiswa dalam penulisan makalah serta memahami
materi sindrom nefrotik pada anak.
2
BAB II
STUDI LITERATUR
2.1. Definsi
Sindrom nefrotik merupakan kerusakan pada organ ginjal yang
mengakibatkan kadar protein didalam urin meningkat. Tingginya kadar
protein tersebut disebabkan oleh kebocoran pada bagian ginjal yang
berfungsi untuk menyaring darah atau disebut dengan glomerulus. Hal ini
dikarenakan ginjal tidak lagi berfungsi secara maksimal (Elizabeth, 2015).
Sindrom nefrotik biasanya ditandai dengan adanya proteinuria berat,
hipoalbuminemia atau penurunan albumin dalam darah (<2,5 g/dl), edema
dan hiperkolesterolemia. Tanda pembengkakan atau edema yang terjadi
pada anak sindrom nefrotik terjadi pada bagian kaki dan pergelangan kaki
serta akan menurunkan tingkat kesehatan pada anak. Sindrom nefrotik
umumnya lebih sering terjadi pada anak-anak yang berusia antara 18 bulan
sampai 8 tahun dengan perbandingan antara anak laki-laki dengan
perempuan yaitu 2:1 (Elizabeth, 2015).
2.2. Etiologi
Sindrom nefrotik biasanya disebabkan karena kerusakan pada
pembuluh darah kecil yang disebut dengan glomerulus yang terdapat dalam
ginjal. Glomerulus mempunyai peran penting bagi tubuh yaitu untuk
menyaring aliran darah yang melewati ginjal. Selain itu glomerulus pada
ginjal yang sehat akan menjaga kadar protein darah terutama albumin atau
zat yang berguna untuk mempertahankan jumlah cairan didalam tubuh dan
akan menyaring produk sampah didalam urin yang keluar dari dalam tubuh.
Akan tetapi, apabila gromerulus pada ginjal rusak atau tidak bisa melakukan
fungsinya secara maksimal sehingga banyak protein yang hilang dari tubuh
dan akan masuk ke dalam urin. Hal ini yang akan mengakibatkan gangguan
pada ginjal atau disebut dengan sindrom nefrotik pada anak. Selain itu
penyebab yang lain dari sindrom nefrotik adalah radang ginjal atau
glomerulonefritis dan penyakit diabetes (Elizabeth, 2015).
3
2.3. Klasifikasi
Secara klinis sindrom nefrotik terdiri dari 2 jenis antara lain:
1. Sindrom nefrotik primer atau idiopatik
Sindrom nefrotik primer atau idiopatik merupakan sindrom nefrotik
yang terjadi akibat kelainan pada glomerulus tanpa adanya penyebab
yang lainnya. Misalnya sindrom nefrotik kongenital atau salah satu
jenis sindrom yang terjadi pada anak yang baru lahir atau usia dibawah
1 tahun. Gejala dari sindrom ini adalah adanya edema pada masa
neonatus. Pada umumnya bayi yang mengalami sindrom nefrotik
primer mayoritas meninggal pada bulan pertama kehidupannya
(Pardede, 2017).
2. Sindrom nefrotik sekunder
Sindrom nefrotik sekunder merupakan sindrom nefrotik yang
disebabkan karena suatu penyakit sistemik misalnya (Pardede, 2017):
a. Penyakit metabolik atau kongenital (diabetes melitus, amiloidosis,
miksema).
b. Infeksi (hepatitis B, malaria, schistosomiasis, lepra, AIDS).
c. Toksin dan alergi (logam berat/ Hg, penisillamin, racun serangga,
bisa ular).
4
2.4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada klien sindrom nefrotik sering sekali ditemukan
adanya proteinuria, retensi cairan, edema, berat badan yang meningkat,
edema periobarbital, edema fasial, asites, distensi abdomen, penurunan
jumlah urine, urine tampak berbusa dan gelap. Hematuria, nafsu makan
yang menurun serta mengalami kepucatan. Selain itu, seseorang yang
mengalami sindrom nefrotik umumnya tidak merasakan tanda dan gejala
apapun dan menunjukkan bahwa dirinya masih dalam keadaan sehat. Akan
tetapi sebagian orang yang mengalami sindrom nefrotik akan menunjukkan
beberapa gejala antara lain (Elizabeth, 2015):
1. Edema (Pembengkakan)
Pada umumnya seseorang yang mengalami sindrom nefrotik akan
mengalami edema terutama pada bagian sekitar mata, pergelangan
kaki, dan kaki. Selain itu, edema juga akan terjadi pada bagian paru-
paru yang dapat menyebabkan seseorang sulit untuk bernapas
(Elizabeth, 2015).
2. Urin berbusa
Urin yang berbusa diakibatkan oleh adanya protein dalam urin.
Seseorang yang mengalami sindrom nefrotik, pada bagian organ
ginjalnya akan melepaskan banyak protein ke dalam urin yang dapat
mengakibatkan kadar protein dalam urin menjadi abnormal sehingga
urin akan berbusa (Elizabeth, 2015).
3. Berat badan meningkat
Sindrom nefronik merupakan suatu gangguan pada organ ginjal
sehingga akan menyebabkan tubuh akan menampung cairan dalam
jumlah banyak yang akan membuat berat badan seseorang semakin
meningkat (Elizabeth, 2015).
2.5. Patofisiologi
2.6. Penatalaksanaan
1. Non Farmakologis :
a. Diet protein normal
Pasien dengan proteinuria persisten atau berulang diperlukan untuk
meningkatkan asupan protein harian menjadi 2-2,5 g/kgbb/hari
(Pardede, 2017).
b. Diet rendah garam
Hal ini perlu diberikan pada penderita sindrom nefrotik untuk
mencegah dan mengobati edema, relaps, atau hipertensi dengan
rendah garam (1-2 g/hari atau 1 mmol/kgbb/hari atau dengan <2
mEq/kgbb/hari). Dan bisa dengan membatasi konsumsi asupan sanck
atau makanan yang banyak mengandung garam (Pardede, 2017).
c. Pemberian Nutrisi yang adekuat
Nutrisi pada klien sindrom nefrotik sangat dibutuhkan untuk proses
pemulihan. Maka harus memperhatikan asupan makanan pada klien
dengan mencukupi jumlah protein , lemak, massa tulang, air dan
mineral alam tubuh. Bisa juga dilakukan dengan konsumsi ikan
gabus karena kandungan albumin yang tinggi pada ikan gabus
(Pardede, 2017).
6
2. Farmakologis :
a. Dalam penatalaksanaan sindrom nefrotik dapat dibantu dengan
kortikosteroid (Pardede, 2017):
- Sebelum pemberian kortikosteroid perlu dilakukan skrinning
untuk menentukan ada atau tidaknya TBC pada klien.
- Obat-obatan dengan golongan kortikosteroid yang sering
digunakan adalah jenis prednisone dengan dosis penuh 60
mg/m2LPB/hari selama 4 minggu. Dan dilanjutkan dengan dosis
2/3 (40 mg/m2LPB/hari) tiga hari berturut-turut selama
seminggu.
b. Pemberian antibiotic
Terapi antibiotic dapat digunakan apabila pasien sindrom nefrotik
mengalani infeksi dan harus diobati dengan adekuat agar dapat
mengurangi morbiditas penyakit (Pardede, 2017).
c. Pemberian jenis obat diuretik
Obat diuretik yang diberikan pada anak sindrom nefrotik berfungsi
untuk membuang cairan yang berlebihan dari dalam tubuh melalui
urin dan untuk mengendalikan adanya pembengkakan (edema).
Misalnya spironolactone/ aldactone (Pardede, 2017).
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
9
6. Pola persepsi sensor dan kognitif
Saat pengkajian berlangsung klien dengan sindrom nefrotik
biasanya masih tetap sadar dan mampu menjawab pertanyaan
dengan baik dan benar.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Menjelaskan tentang gambaran diri, harga diri, ideal diri, dan
peran masing-masing individu. Pada klien dengan sindrom nefrotik
akan mengalami gangguan pada harga diri karena adanya perubahan
berat badan akibat penumpukan cairan tubuh.
8. Pola peran dan hubungan sesama
Klien dengan sindrom nefrotik tidak memiliki masalah dengan
hubungan dengan sesamanya.
9. Pola seksualitas
Pada klien sindrom nefrotik tidak mengalami gangguan pada
seksual reproduksinya.
10. Pola koping
Manajemen koping setiap individu berbeda-beda tergantung dari
berbagai faktor. Pada klien dengan sindrom nefrotik yang perlu
diatasi yaitu cara mengatasi masalah gambaran diri seberapa jauh
klien bisa mengetahui tentang penyakitnya.
11. Sistem nilai dan kepercayaan
Sistem nilai dan kepercayaan ini pada penderita sindrom nefrotik
berkaitan dengan kepercayaan klien mengenai penyakitnya yang
pasti sembuh dan ia berusaha melakukan semua tindakan untuk
kesembuhan dirinya.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pada klien sindrom nefrotik, klien akan merasakan letih, lesu
serta kehilangan nasfu makan. Selain itu berat badan klien dengan
sindrom nefrotik akan bertambah yang diakibatkan oleh
penumpukan cairan tubuh.
10
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pada klien dengan sindrom nefrotik pemeriksaan TTV juga
sama dengan klien lainnya meliputi pemeriksaan nadi, tekanan
darah, pola pernapasan, dan suhu tubuh. Pada umumnya seseorang
yang menderita sindrom nefrotik memiliki riwayat hipertensi,
sehingga memiliki tekanan darah tinggi.
3. Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala
Inspeksi : kepala simetris, perubahan distribusi rambut, dan kulit
kepala kering.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan
abnormal dibagian kepala.
b) Mata
Inspeksi : teliti adanya edema periorbita, eksoftalmus (mata
menonjol), anemis (+), kesulitan memfokuskan mata, dan
hilangnya alis mata.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan
abnormal pada kedua mata.
c) Telinga
Inspeksi : tidak adanya kelainan pada telinga.
Palpasi : tidak adanya nyeri dan benjolan yang abnormal.
d) Hidung
Inspeksi : kebersihan terjaga
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan.
e) Mulut
Inspeksi : mukosa mulut kering, tidak terdapat karang gigi, dan
lidah klien bersih.
Palpasi : tidak ada masalah.
f) Leher
Inspeksi : leher simetris
Palpasi : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan
pembesaran vena jugularis.
11
g) Dada
Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung, secara
umum bentuk dada tidak ada masalah, pergerakan nafas cepat,
krepitasi serta dapat dilihat batas saat perkuasi didapatkan
(bunyi perkusinya hipersonor). Pada pemeriksaan jantung dapat
diperiksa tentang denyut apeks atau dikenal dengan siklus kordis
dan aktivitas artikel, bunyi jantung lebih cepat.
h) Abdomen
Pemeriksaan abdomen meliputi pemeriksaan pada bentuk
perut, dinding perut, bising usus, kaji adanya nyeri tekan serta
dilakukan palpasi pada organ hati, limfa, ginjal, kandung kemih,
yang ditentukan ada tidaknya nyeri pada pembesaran pada organ
tersebut, kemudian pada daerah anus, rectum, dan genitalia.
i) Ekstremitas
Pemeriksaan anggota gerak dan neurologi meliputi adanya
rentang gerak keseimbangan dan gaya berjalan, biasanya pada
klien dengan sindrom nefrotik tidak memiliki keluhan tentang
ekstremitasnya.
j) Kulit dan kuku
Pemeriksaan warna kulit biasanya warna sesuai dengan
warna kulit normal, warna kuku merah muda serta CRT < 2
detik.
k) Keadaan lokal
Pengkajian terfokus pada kondisi local.
12
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme regulator
ginjal dengan retensi air dan natrium.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet kurang.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fisik tidak bugar.
4. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun.
6. Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan.
7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakit.
13
3.3 Intervensi (NOC, NIC)
14
(banyak terganggu) asites). 5. Untuk mengetahui lokasi
ditingkatkan ke skala 4 5. Kaji lokasi dan luasnya edema pada klien.
(sedikit terganggu). edema, jika ada. 6. Untuk mengetahui makanan
6. Monitor makanan/ cairan yang dapat dianjurkan
yang dikonsumsi dan hitung misalnya diet rendah garam.
asupan kalori harian.
2 Domain 2. Nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen nutrisi (1100) 1. Agar kebutuhan gizi yang
Kelas 5. Hidrasi keperawatan selama 3 x 24 di konsumsi sesuai anjuran.
1. Tentukan status gizi pasien
Ketidakseimbangan jam, diharapkan kebutuhan 2. Untuk mengetahui nutrisi
dan kemampuan pasien
nutrisi: kurang dari nutrisi klien dapat yang dibutuhkan misalnya
untuk memenuhi kebutuhan
kebutuhan tubuh meningkat dengan kriteria diet rendah garam.
gizi.
berhubungan dengan hasil: 3. Diet yang diberikan harus
2. Instruksikan pasien
asupan diet kurang. sesuai dengan kondisi
Nafsu makan mengenai kebutuhan nutrisi
pasien misalnya dengan
(misalnya membahasan
1. Energi untuk makan makanan yang lembut atau
pedoman diet dan piramida
dipertahankan pada lunak.
makanan).
skala 3 (cukup 4. Untuk membatasi terkait
3. Anjurkan pasien mengenal
terganggu) natrium, kalium, protein,
15
ditingkatkan ke skala 5 modifikasi diet yang atau cairan yang berlebihan.
(tidak terganggu). diperlukan (misalnya cairan 5. Untuk mengetahui berat
2. Intake cairan bening, cairan penuh, badan klien sebelum dan
dipertahankan pada lembut, atau diet sesuai setelah sakit.
skala 2 (banyak toleransi).
terganggu) 4. Anjurkan pasien terkait
ditingkatkan ke skala 5 dengan kebutuhan diet
(tidak terganggu). untuk kondisi sakit (yaitu
untuk pasien dengan
Pengetahuan: diet sehat
penyakit ginjal, pembatasan
1. Intake cairan yang natrium, kalium, protein,
sesuai dengan dan cairan).
kebutuhan metabolik 5. Monitor kecenderungan
pada skala 2 terjadinya penurunan dan
(pengetahuan terbatas) kenaikan berat badan.
ditingkatkan ke skala 4
(pengetahuan banyak).
16
3 Domain 4. Aktivitas/ Setelah dilakukan asuhan Manajemen energi (0180) 1. Untuk mengetahui faktor
tidru keperawatan selama 3 x 24 dari kelelahan yang
1. Kaji status fisiologis pasien
Kelas 4. Respon jam, diharapkan aktivitas disebabkan akibat sindrom
yang menyebabkan
kardiovaskular/ klien dapat kembali ke nefrotik.
kelelahan sesuai dengan
pulmonal semula dengan kriteria 2. Kelelahan disebabkan oleh
konteks usia dan
Intoleransi aktivitas hasil: adanya nasfu makan yang
perkembangan.
berhubungan dengan menurun sehingga energi
Tingkat kelelahan 2. Tentukan persepsi pasien/
fisik tidak bugar. yang didapatkan menurun.
orang terdekat dengan
1. Kelelahan 3. Untuk mengatur jenis
pasien mengenai penyebab
dipertahankan pad skala aktivitas yang dianjurkan.
kelelahan.
2 (cukup berat) 4. Anjurkan pasien untuk
3. Tentukan jenis dan
ditingkatkan ke skala 4 istirahat untuk
banyaknya aktivitas yang
(ringan). meminimalkan adanya
dibutuhkan untuk menjaga
2. Kelesuhan kelelahan.
ketahanan.
dipertahankan pad skala 5. Berikan aktivitas ringan
4. Kurangi ketidaknyamanan
2 (cukup berat) yang bisa dilakukan oleh
fisik yang dialami pasien
ditingkatkan ke skala 4 pasien dengan sindrom
yang bisa mempengaruhi
(ringan). nefrotik.
fungsi kognitif, pemantauan
3. Kegiatan sehari-hari
17
(ADL) dipertahankan diri pengaturan aktivitas
pada skala 3 (sedang) pasien.
ditingkatkan ke skala 5 5. Bantu pasien untuk
(tidak ada). menetapkan tujuan aktivitas
yang akan dicapai secara
realitas.
4 Domain 11. Setelah dilakukan asuhan Pengecekan kulit (3590) 1. Untuk mengetahui adanya
Keamanan/ keperawatan selama 3 x 24 edema pada kulit.
1. Periksa kulit dan selaput
perlindungan jam, diharapkan integritas 2. Untuk meminimalkan
lendir terkait dengan adanya
Kelas 2. cedera kulit normal dengan kriteria adanya gangguan pada
kemerahan, kehangatan
Risiko kerusakan hasil: kulit.
ekstrim, edema,atau
integritas kulit 3. Untuk mengecek adanya
Integritas kulit drainase.
berhubungan dengan kekeringan atau
2. Monitor kulit untuk adanya
gangguan volume 1. Integritas kulit kelembapan pada kulit.
ruam dan lecet.
cairan. dipertahankan pada 4. Untuk mengetahui adanya
3. Monitor kulit untuk adanya
skala 3 (cukup infeksi terutama pada
kekeringan yang berlebihan
terganggu) ditingkatkan daerah yang mengalami
18
ke skala 5 (tidak dan kelembapan. pembengkakan.
terganggu). 4. Monitor infeksi, terutama
2. Lesi pada kulit dari daerah edema.
dipertahankan pada
skala 3 (cukup
terganggu) ditingkatkan
ke skala 5 (tidak
terganggu).
5 Domain 11. Setelah dilakukan asuhan Perlindungan infeksi (6550) 1. Untuk mengetahui adanya
Keamanan/ keperawatan selama 3 x 24 infeksi terutama pada
1. Monitor adanya tanda dan
perlindungan jam, diharapkan risiko daerah edema.
gejala infeksi sistemik dan
Kelas 1. infeksi infeksi tidak terjadi dengan 2. Untuk mengetahui
lokal.
Risiko infeksi kriteria hasil: penyebab timbulkan infeksi
2. Monitor kerentanan
berhubungan dengan misalnya adanya kotoran
Pengetahuan: proses infeksi terhadap infeksi.
penurunan respon atau kelembapan pada kulit.
3. Berikan perawatan kulit
imun. 1. Mengidentifikasi faktor 3. Batasi konsumsi garam
yang tepat untuk area yang
risiko infeksi yang berlebihan.
mengalami edema.
dipertahankan pada 4. Untuk mengetahui adanya
19
skala 3 (kadang-kadang 4. Periksa kulit dan selaput tanda kemerahan akibat
menunjukkan) lendir untuk adanya edema pada kulit.
ditingkatkan ke skala 5 kemerahan, kehangatan 5. untuk mengetahui
(secara konsisten ekstrim, atau drainase. perbedaan antara infeksi
menunjukkan). 5. Anjurkan pasien dan virus dan bakteri yang
2. Mengetahui perilaku keluarga pasien mengenai disebabkan karena virus dan
yang berhubungan perbedaan-perbedaan antara mikroba.
dengan risiko infeksi infeksi-infeksi virus dan 6. Dengan menjaga kebersihan
dipertahankan pada bakteri. agar terhindar dari
skala 3 (kadang-kadang 6. Ajarkan pasien dan anggota timbulnya infeksi.
menunjukkan) keluarga bagaimana cara
ditingkatkan ke skala 5 menghindari infeksi.
(secara konsisten
menunjukkan).
6 Domain 5. Persepsi/ Setelah dilakukan asuhan Pengajaran: proses penyakit 1. Untuk membantu pasien
kognisi keperawatan selama 3 x 24 (5602) mengetahui penyakit yang
Kelas 4. kognisi jam, diharapkan dialaminya.
1. Kaji tingkat pengetahuan
20
Defisiensi pengetahuan klien tentang pasien terkait dengan proses 2. Untuk mengetahui seberapa
pengetahuan penyakit dapat meningkat penyakit yang spesifik. jauh pasien mengetahui
berhubungan dengan dengan kriteria hasil: 2. Kenali pengetahuan pasien tentang kondisi
kurangnya informasi mengenai kondisinya. penyakitnya.
1. Tanda dan gejala
mengenai penyakit. 3. Jelaskan tanda dan gejala 3. Untuk menjelaskan tanda
penyakit dipertahankan
yang umum dari penyakit, dan gejala akibat dari
pada skala 2
sesuai kebutuhan. penyakit yang dideritanya.
(pengetahuan terbatas)
4. Identifikasi perubahan 4. Untuk mengetahui kondisi
ditingkatkan ke skala 4
kondisi fisik pasien. pasien baik sebelum
(pengetahuan banyak).
5. Beri ketenangan terkait maupun setelah sakit.
2. Potensial komplikasi
kondisi pasien, sesuai 5. Agar pasien tidak cemas
penyakit dipertahankan
kebutuhan. terhadap penyakit yang
pada skala 2
6. Diskusikan pilihan terapi/ dideritanya.
(pengetahuan terbatas)
penanganan. 6. Menjelaskan terapi yang
ditingkatkan ke skala 4
7. Edukasi pasien mengenai cocok sesuai dengan
(pengetahuan banyak).
tindakan untuk mengontrol/ penyakitnya.
3. Sumber-sumber
meminimalkan gejala, 7. Untuk menganjurkan
informasi penyakit
sesuai kebutuhan. pasien mengonsumsi
spesifik yang terpercaya
makanan diet rendah garam
21
dipertahankan pada untuk meminimalkan gejala
skala 2 (pengetahuan dari sindrom nefrotik.
terbatas) ditingkatkan ke
skala 4 (pengetahuan
banyak).
22
BAB IV
WEB OF CAUSATION / PATHWAY
Sindrom Nefrotik
Glomerulunefriti
s
Permeabilitas Glomerulus Meningkat
Proteinuria
Penurunan
Respon Imun Hipoalbuminemia
24
tersebut dilakukan karena melihat kondisi kedua ginjal antara kiri dan
kanan fungsinya sudah berkurang (Harsono, 2018).
Hemodialisis adalah terapi yang digunakan pada pasien yang
menderita penyakit ginjal dengan menggunakan alat penyaring untuk
menghilangkan racun dari dalam tubuh. Setelah memutuskan untuk
dilakukan transplantasi ginjal, Naufal sekarang akhirnya mempunyai tiga
ginjal diantaranya dua ginjal milik Naufal sendiri yang tetap berfungsi
akan tetatpi tidak secara maksimal dan satunya hasil transplantasi ginjal
dari ayahnya. Dengan dilakukan penanganan ginjal, hal ini membuat
tinggi Naufal bertambah dari 141 cm menjadi 145 cm (Harsono, 2018).
25
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth, R. 2015. Sindrom Nefrotik Kasus Baru Pada Anak Usia 2 Tahun.
Journal Agromed Unila. Vol 2(3): 217-221
26
KEPERAWATAN ANAK
oleh
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
27
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
PADA KLIEN DENGAN SINDROM NEFROTIK
I. Analisa Data
A. Kebutuhan Peserta Didik
Penyakit sindrom nefrotik merupakan penyakit yang merusak
fungsi pada ginjal oleh sebab itu pasien dengan sindrom nefrotik perlu
memperhatikan pola makanan yang harus dikonsumsi bagi kesehatannya.
Salah satu pantangan bagi pasien dengan sindrom nefrotik adalah larangan
untuk mengkonsumsi lemak dan garam. Konsumsi lemak dan garam yang
berlebih akan mengganggu proses kerja dari ginjal , oleh sebab itu peserta
didik yang akan dilakukan penyuluhan harus dipahamkan mengenai
seperti apa cara yang benar untuk konsumsi lemak dan garam yang cukup.
28
II. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, diharapkan Ibu ibu anggota
posyandu di desa sumber makmur dapat menjaga konsumsi garam khususnya
bagi anak anak mereka agar terhindar dari penyakit sindrom nefrotik.
V. Metode
Ceramah dan tanya jawab
VI. Media
Leaflet
29
VII. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 Pembukaan Memberikan salam Menjawab
5 menit Perkenalan salam
Menjelaskan TIU dan TIK Mendengarkan
Menyebutkan materi yang dan
akan diberikan memperhatikan
2. Inti Menanyakan (review) Menjawab
10 menit kepada ibu-ibu anggota pertanyaan
posyandu tentang makanan penyuluhan
rendah lemak dan rendah Mendengarkan
garam untuk anak sindrom dan
nefrotik. memperhatikan
Menjelaskan materi tentang Bertanya pada
: pemateri
a. Pengertian makanan apabila masih
berlemak dan garam ada yang belum
tinggi jelas serta
b. Pentingnya makanan belum
sehat untuk dikonsumsi dimengerti
c. Jenis makanan rendah
lemak dan garam
d. Dampak mengkonsumsi
makanan berlemak
e. Dampak mengkonsumsi
makanan tinggi garam
f. Akibat sering
mengkonsumsi makanan
yang tidak sehat
g. Fungsi jajanan dan
minuman sehat
30
3 Penutup Evaluasi Menjawab
5 menit Menyimpulkan pertanyaan
Mengucapkan salam Memperhatikan
penutup Menjawab
salam
VIII. Evaluasi
a. Jelaskan pengertian makanan berlemak dan garam tinggi
b. Pentingnya makanan sehat untuk dikonsumsi
c. Jenis makanan rendah lemak dan garam
d. Dampak mengkonsumsi makanan berlemak
e. Dampak mengkonsumsi makanan tinggi garam
f. Akibat sering mengkonsumsi makanan yang tidak sehat
IX. Referensi
Aprilia, F. 2019. Makanan Tidak Sehat. Jakarta:wbstHalodoc.
Etika, N. M. 2016. Tips Diet Rendah Kalori untuk Turunkan Berat Badan.
Jakarta:WebsiteHelloSehat.
31
Materi Penyuluhan Makanan Rendah Lemak dan Garam
33
4. Dampak mengkonsumsi makanan berlemak
Konsumsi makanan berlemak tidak hanya berakibat pada hipertensi
saja tetapi banyak sekali efek negative lainnya salah satunya efek pada
jantung dan juga kerja ginjal.dalam pengkonsumsian makanan yang
mengandung lemak juga perlu diperhatikan pemilihan jenis lemaknya, jika
mengkonsumsi lemak jangan sampai mengkonsumsi lemak jenuh karena
sangat berakibat buruk bagi kondisi kesehatan tubuh.
34
35
36