Anda di halaman 1dari 13

KEPRIBADIAN

(TEORI-TEORI DAN TIPE-TIPENYA)

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Umum
Dosen Pengampu : Prof. DR. H. Abdullah Hadziq, MA.

Di susun oleh :
LUKMAN HAKIM (124411026)

FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I. PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk yang kompleks, kekompleksitasan manusia itu tiada taranya di
muka bumi ini. Manusia lebih rumit dari makhluk apapun yang bisa dijumpai dan jauh lebih
rumit dari mesin apapun yang bisa dibuat. Manusia juga sulit dipahami karena keunikannya.
Dengan keunikannya, manusia adalah makhluk tersendiri dan berbeda dengan makhluk apapun
juga dengan sesamanya. Tetapi, bagaimanapun sulitnya atau apapun hambatannya, manusia
ternyata tidak pernah berhenti berusaha menemukan jawaban yang dicarinya itu. Dan barang
kali sudah menjadi ciri atau sifat manusia juga untuk selalu mencari tahu dan tidak pernah puas
dengan pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya, termasuk pengetahuan tentang dirinya
sendiri dan sesamanya.
Sekian banyak upaya yang telah diarahkan untuk memahami manusia. Tetapi tidak semua
upaya tersebut membawa hasil, namun upaya pemahaman tentang manusia tetap memiliki arti
penting dan tetap harus dilaksanakan. Bisa dikatakan bahwa kualitas hidup manusia, tergantung
kepada peningkatan pemahaman kita tentang manusia. Dan psikologi, baik secara terpisah
maupun sama-sama dengan ilmu-ilmu lain, sangat berperan secara mendalam dalam
penanganan masalah kemanusiaan ini.
Dan fokus pembahasan kita kepada kepribadian manusia, apa itu kepribadian, apa saja teori-
teori mengenai kepribadian dan apa saja tipe-tipenya serta apa saja cara perkembangan
kepribadian. Sedikit pemakalah akan sampaikan mengenai itu semua, silahkan simak.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian kepribadian?
2. Apa saja teori-teori kepribadian?
3. Apa saja tipe-tipe kepribadian?
4. Apa saja proses perkembangan kepribadian?

III. PEMBAHASAN
1. Pengertian kepribadian
Istilah “kepribadian” (personality) sesungguhnya memiliki banyak arti. Hal ini
disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian, dan pengukurannya.
Kiranya patut diakui bahwa di antara para ahli psikologi belum ada kesepakatan tentang arti
dan definisi kepribadian itu. Boleh dikatakan, jumlah arti dan definisi adalah sebanyak ahli
yang mencoba menafsirkannya.
Pembahasan kita tentang arti kepribadian akan dimulai dengan membahas pengertian
menurut orang awam atau pengertian kepribadian yang umum dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini dilakukan dengan maksud mempermudah pemahaman kita tentang arti
kepribadian yang sesungguhnya menurut pengertian yang ilmiah (Psikologi).
 Kepribadian menurut pengertian sehari-hari
Kepribaian (personality) yaitu merujuk kepada bagaimana individu tampil dan
menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pengertian kepribadian seperti ini mudah
dimengerti dan karenanya juga mudah dipergunakan. Tetapi sayangnya pengertian kepribadian
yang mudah dan luas dipergunakan ini lemah dan tidak bisa menerangkan arti kepribadian yang
sesungguhnya, sebab pengertian kepribadian tersebut hanya menunjuk terbatas kepada ciri-ciri
yang diamati saja, dan mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini bisa berubah tergantung
kepada situasi keliling. Tambah pula, pengertian kepribadian semacam itu lemah disebabkan
oleh sifatnya yang evaluative (menilai). Bagaimanapun, kepribadian itu pada dasarnya tidak
bisa dinilai ‘baik’ atau ‘buruk’ (netral). Dan para ahli psikologi selalu berusaha menghindarkan
penilaian atas kepribadian.[1]
Menurut pengertian sehari-hari, kepribadian (personality) ini bisa disebut sebagai suatu
istilah yang mengacu pada gambaran-gambaran social tertentu yang diterima oleh individu dari
kelompoknya atau masyarakatnya, kemudian inidividu tersebut diharapkan bertingkah laku
berdasarkan atau sesuai dengan gambaran social (peran) yang diterimanya itu.[2]
 Kepribadian menurut Psikologi
Pengertian kepribadian menurut disiplin ilmu psikologi bisa diambil dari rumusan masalah
beberapa teoritis kepribadian yang terkemuka, diantaranya sbb :
 Browner menyatakan bahwa tingkah laku manusia adalah gerak-gerik suatu badan sehingga
kepribadian dapat dikatakan corak gerak-gerik suatu badan manusia. Tingkah laku yang disebut
kepribadian bersifat sadar dan tidak sadar. Hal itu dapat dilihat dari sudut diri manusia dan dari
sudut lingkungannya.[3]
 George Kelly bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan
pengalaman-pengalaman hidupnya.
 Gordon Allpornt merumuskan kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem
psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas.
Maksudnya “psikofisik” yaitu bahwa jiwa dan raga adalah suatu system yang terpadu
dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta di antara keduanya selalu terjadi interaksi dalam
mengarah tingkah laku. Sedangkan “khas” bahwa individu bertingkah laku dengan caranya
sedniri dan memiliki kepribadian sendiri serta tidak ada yang sama.
 Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem ,
yakni id, ego, dan superego. Dan tingkah laku tidak lain merupakan hasil dari konflik dan
rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian tersebut.[4]

2. Teori-teori kepribadian
Teori kepribadian sama halnya dengan teori-teori yang lain yang terdapat dalam psikologi,
yang merupakan salah satu unsur penting dari setiap pengetahuan ilmiah atau ilmu, termasuk
psikologi kepribadian. Tanpa teori kepribadian usaha memahami perilaku dan kepribadian
manusia pasti sulit untuk dilaksanakan. Apakah yang dimaksud dengan teori kepribadian
? Menurut Hall dan Lindzey, teori kepriadian adalah sekumpulan anggapan atau konsep-konsep
yang satu sama lain berkaitan mengenai tingkah laku manusia.
Banyak sekali teori-teori kepribadian yang ada di dunia ilmu pengetahuan ini dan juga dari
ungkapan-ungkapan para pakar psikologi itu sendiri, akan tetapi keberagaman itu, saya lebih
condong mengambil tiga pakar ahli psikologi yaitu dengan masing-masing teorinya,
diantaranya adalah sbb:
 Teori Kepribadian Psikoanalisis : Sigmund Freud
Dalam teori psikoanalisa, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari
tiga unsur atau sistem, yakni id, ego, dan super ego. Meskipun ketiga sistem tersebut memiliki
fungsi, kelengkapan, prinsip-prinsip operasi, dinamisme, dan mekanismenya masing-masing,
ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
 Id (Istilah Freud : das-es)
Merupakan sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat
naluri-naluri bawaan. Id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi
yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang
dilakukannya.
Id dalam menjalankan fungsi dan operasinya, dilandasi oleh maksud mempertahankan
konstansi (the principle of constancy) yang ditujukan untuk menghindari keadaan tidak
menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan (the pleasure principle).
Untuk keperluan mencapai maksud dan tujuan itu, id memiliki perlengkapan berupa dua
macam proses, yaitu :
Pertama, tindakan-tindakan refleks yakni suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang
mekanisme kerjanya otomatis dan segera, serta adanya pada individu merupakan bawaan.
Contohnya refleks mengisap, batuk, mengedipkan mata, dan bersin.
Kedua, proses primer, yakni suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis
yang rumit. Dengan proses primer ini dimaksudkan bahwa id (dan organism secara
keseluruhan) berusaha mengurangi tegangan dengan cara membentuk bayangan dari objek
yang bisa mengurangi tegangan. Proses primer pada orang yang sedang lapar, sebagai contoh,
adalah membayangkan (menghayalkan) makanan. Tindakan memuaskan suatu kebutuhan yang
berlangsung dalam mimpi (mimpi makan, misalnya) oleh Freud juga dipandang sebagai proses
primer.
Id ini juga bisa dipahami sebagai kecenderungannya kepada hal yang irasional yaitu
selalu mengejar kesenangan tanpa memikirkan konsekuensinya. Misalnya, seorang pegawai
perusahaan swasta setiap bulan ia mendapatkan gaji 5 juta, akan tetapi dia nekat melakukan
kredit mobil yang cicilannya per bulan 4,5 juta. Nah, kemudian yang menjadi masalah, dalam
satu bulan itu bagaimana ia mencukupi kebutuhan keluarga maupun kebutuhan pribadi (pangan,
papan, sandang), sedangkan sisa gajinya tinggal 500 rb. Menurut akal ini tidak rasional, dan
cuma menuruti kesenangan yang menipu.
 Ego
Adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengaruh individu kepada dunia
objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (the reality
principle). Apabila dikaitkan dengan contoh orang yang sedang lapar, maka bisa diterapkan
bahwa ego bertindak sebagai penunjuk atau pengarah pada orang yang sedang lapar ini kepada
makanan. Artinya orang yang merasa lapar harus ditempuh dengan jalan makan makanan
tersebut.
Menurut Freud, ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak
dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego sehubungan dengan upaya
memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan oleh indovidu adalalah proses sekunder
(secondary process). Dengan proses sekundernya ini, ego memformulasikan rencana bagi
pemuasan kebutuhan dan menguji apakah rencana tersebut bisa dilaksanakan atau tidak. Atau
dengan kata lain, akan berfikir, makanan apa yang dia butuhkan, di mana dan bagaimana
makanan itu bisa dia peroleh.
Ego bisa disebut juga menjembatani id dan sebagai mediator dengan menggunakan
prinsip-prinsip realistik atau rasionalitas.
 Superego (Istilah Freud : das Ueberich)
Adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya
evaluative (menyangkut baik-buruk). Menurut Freud, super ego terbentuk melalui internalisasi
nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh, atau
berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru.
Adapun fungsi utama dari super ego adalah :
a. Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls
tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
b. Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan.
c. Mendorong individu kepada kesempurnaan.
Aktivitas super ego dalam diri individu, ternyata apabila aktivitas ini bertentangan atau
konflik dengan ego, menyatakan diri dalam emosi-emosi tertentu seperti perasaan bersalah dan
penyesalan. Sikap-sikap tertentu dari individu seperti observasi diri, koreksi atau kritik, juga
bersumber pada super ego. Dan super ego ini bisa dikatakan juga sebagai hati nurani,
menghendaki yang rasional.[5]
 Teori Behaviorisme : B. F. Skinner
Dari perspektif behaviorisme Skinner, studi tentang kepribadian melibatkan penguji yang
sistematis dan pasti atas sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latar belakang genetik atau
faktor bawaan yang khas dan individu. Menurut Skinner, individu adalah organisme yang
memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab
tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu point di mana factor-faktor lingkungan
(eksternal) dan bawaan yang khas secara bersama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang
khas pula pada individu tersebut. [6]
 Teori Humanistik : Abraham Maslow
Teori Maslow pada dasarnya teori Humanistik, tetapi bisa disebut sebagai psikologi
transpersonal. Maslow menyebut teorinya sendiri sebagai teori holistic dinamis, yang artinya
diri seseorang akan terus menerus bergerak dan termotivasi untuk menuju aktualisasi diri. Teori
Maslow sangat dipengaruhi oleh motivasi, yaitu apa penyebab tingkah laku seseorang.[7]
 Struktur kepribadian
Struktur kepribadian Maslow disebut juga jenjang kebutuhan atau hierarki kebutuhan, ialah
ada lima macam, yaitu sbb :
1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (physiological needs)
Adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena
berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup. Kebutuhan-
kebutuhan itu antara lain : kebutuhan akan makanan, air, oksigen, aktif, istirahat, keseimbangan
temperature, seks, dan kebutuhan akan stimulus sensorik.karena merupakan kebutuhan yang
paling mendesak, maka kebutuhan-kebutuhan fisiologis akan paling didahulukan pemuasannya
oleh individu.
Pada kebutuhan fisiologis ini, Maslow sangat menekankan pada kebutuhan akan
pemenuhan rasa lapar. Rasa lapar memiliki tingkat motivasi yang tinggi untuk dipenuhi karena
manusia pada dasarnya memiliki dorongan dalam dirinya untuk memuaskan rasa laprnya
sehingga kebutuhan ini menjadi kebutuhan yang paling mendasar. Dan jika kebutuhan ini tidak
terpenuhi akan berakibat fatal pada kebutuhan-kebutuhan yang lain, missal orang lapar, akan
malas untuk belajar atau melakukan aktifitas lain karena tubuhnya lemas dan ada beberapa
orang yang mengalami kelaparan yang kronis akan menimbulkan efek moral dan kepribadian
yang negatif, misalnya mencuri, merampok, dll.
2. Kebutuhan akan rasa aman (need for self-security)
Apabila kebutuhan fisiologis sudah terpenuhi, maka kebutuhan yang muncul
selanjutnya adalah kebutuhan akan rasa aman. Yaitu sesuatu kebutuhan yang mendorong
individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan
lingkunganya. Seperti perlingdungan akan sesuatu yang mengancam (perang, terorisme,
penyakit, dan lain-lain). Ketika mereka tidak berhasil memenuhi kebutuhan ini, maka mereka
akan mengalami kecemasan dasar (basic anxiety).
3. Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki (need for love and belongingness)
Adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif
atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang
berlainan jenis, di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan kelompok masyarakat.
Kebutuhan ini sangat penting untuk dipenuhi sejak kecil sebagai proses pembentukan rasa cinta
atau kasih sayang pada setiap individu.
Malsow menegaskan bahwa cinta yang matang menunjuk kepada hubungan cinta yang
sehat di antara dua orang tau lebih, yang di dalamnya terdapat sikap saling percaya dan saling
menghargai. Maslow juga menekankan bahwa kebutuhan akan cinta itu mencakup keinginan
untuk mencintai dan dicintai.
4. Kebutuhan akan rasa harga diri (need for self-esteem)
Maslow membagi kebutuhan ini ke dalam dua bagian. Bagian pertama adalah
penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri, dan bagian yang kedua adalah penghargaan
dari orang lain.
Bagian pertama mencakup hasrat untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri,
kekuatan pribadi, kemandirian, dan kebebasan. Individu ingin mengetahui atau yakin bahwa
dirinya berharga serta mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya.
Adapun bagian yang kedua meliputi antara lain prestasi. Dalam hal ini individu butuh
penghargaan atas apa-apa yang dilakukannya.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self-actualization)
Dalam teori Maslow kebutuhan akan aktualisasi diri inilah kebutuhan manusia yang
paling tinggi. Kebutuhan ini akan muncul ketika kebutuhan-kebutan yang lain sudah terpuaskan
dengan baik. Maslow menandai kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai hasrat individu untuk
menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya. Misalnya seseorang
yang berbakat musik menciptakan komposisi musik, seorang yang memiliki potensi intelektual
menjadi ilmuan, dan seterusnya.
Maslow mencatat bahwa aktualisasi diri itu tidak hanya beruapa penciptaan kreasi atau
karya-karya berdasarkan bakat-bakat atau kemampuan-kemampuan khususu. Orang tua,
mahasiswa, dosen, sekretaris, petani, dan buruh pun bisa mengaktualisasi dirinya, yakni dengan
jalan membuat yang terbaik, atau bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan bidangnya masing-
masing.[8]
 Pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
Maslow mendapatkan gambaran dari kedua gurunya bahwa perkembangan manusia
mengalami level yang paling tinggi ketika mencapai level aktualisasi diri. Untuk mencapainya,
seseorang harus memenuhi beberapa criteria,
Pertama, seseorang harus terbebas dari penyakit psikologis.
Kedua, seseorang harus hidup dengan level kecukupan dalam memenuhi hierarki
kebutuhannya. Dengan demikian, seseorang tidak mengalami ancaman akan perasaan aman
serta mendapatkan cinta serta penghargaan yang cukup.
Ketiga, adalah menjunjung tinggi niali B. Dan terakhir adalah menggunakan seluruh
bakat, kemampuan, serta potensi yang dimiliki.
Akhirnya, seseorang yang dapat mengaktualisasikan dirinya adalah seseorang yang
dapat memenuhi kebutuhan untuk tumbuh, berkembang, dan menjadi diri sendiri sesuai
kemampuan yang dia bisa.[9]
3. Tipe-tipe kepribadian
Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya, keluarga pada
masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir. Menurut Paul Gunadi (2005) pada umumnya
terdapat lima penggolongan/tipe kepribadian yang sering dikenal dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu sebagai berikut .
1. Tipe Sanguin
Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain : memiliki banyak kekuatan,
bersemangat, mempunyai gairah hidup, dapat membuat lingkungannya gembira dan senang.
Akan tetapi, tipe ini pun memiliki kelemahan, antara lain : cenderung impulsif, bertindak sesuai
emosinya atau keinginannya.
Orang bertipe ini sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungannya dan rangsangan dari luar
dirinya, kurang bisa menguasai diri atau penguasaan diri lemah, cenderung mudah jatuh ke
dalam percobaan karena godaan dari luar dapat dengan mudah memikatnya dan dia bisa masuk
terperosok ke dalamnya. Jadi, orang dengan kepribadian Sanguin sangat mudah dipengaruhi
oleh lingkungannya dan rangsangan dari luar dirinya dan dia kurang bisa menguasai diri atau
penguasaan diri lemah.
Oleh karena itu, kelompok ini perlu ditingkatkan secara terus-menerus perkembangan moral
kognitifnya melalui tingkat pertimbangan moralnya sehingga dalam berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang lain menjadi lebih menggunakan pikirannya daripada
menggunakan perasaan/emosinya. Peningkatan moral kognitif akan menjadikan pikiran mereka
lebih tajam dan lebih kritis dalam menghadapi persoalan yang berkaitan dengan orang lain.
2. Tipe Flegmatik
Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain : cenderung tenang, gejolak
emosinya tidak tampak, misalnya dalam kondisi sedih atau senang, sehingga turun naik
emosinya tidak terlihat secara jelas. Orang bertipe ini cenderung dapat menguasai dirinya
dengan cukup baik dan lebih introspektif, memikirkan ke dalam, dan mampu melihat, menatap,
dan memikirkan masalah –masalah yang terjadi di sekitarnya. Mereka seorang pengamat yang
kuat, penonton yang tajam, dan pengkritik yang berbobot.
Akan tetapi orang bertipe seperti ini juga memiliki kelemahan antara lain : ada
kecenderungan untuk mengambil mudahnya dan tidak mau susah. Dengan kelemahan ini,
mereka kurang mau berkorban demi orang lain dan cenderung egois.
Oleh karena itu, mereka perlu mendapatkan bimbingan yang mengarahkan pada
meningkatnya pertimbangan moralnya guna peningkatan rasa kasih sayang sehingga menjadi
orang yang lebih bermurah hati.

3. Tipe Melankolik
Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain : terobsesi dengan karyanya
yang paling bagus atau paling sempurna, mengerti estetika keindahan hidup, perasaannya
sangat kuat, dan angat sensitif.
Orang yang memiliki tiep ini juga memiliki kelemahan antara lain : sangat mudah dikuasi
oleh perasaan dan cenderung perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan
yang murung. Oleh karena itu, orang yang bertipe ini tidak mudah untuk terangkat, senang, dan
tertawa terbahak-bahak.
Pembentukan kepribadian melalui peningkatan pertimbangan moral, kiranya dapat
membantu kelompok ini dalam mengatasi perasaanya yang kuat dan sensitivitas yang mereka
miliki melalui peningkatan moral kognitifnya. Dengan demikian, kekuatan emosionalnya dapat
berkembang secara seimbang dengan perkembangan moral kognitifnya.
4. Tipe Korelik
Seseorang yang memiliki tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain : cenderung berorientasi pada
pekerjaan dan tugas, mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi, mampu melaksanakan tugas
dengan setia dan bertanggung jawab atas tugas yang diembannya.
Orang yang bertipe ini memiliki kelemahan antara lain : kurang mampu merasakan perasaan
orang lain, kurang mampu mengembangkan rasa kasihan kepada orang yang sedang menderita,
dan perasaanya kurang bermain.
Kelompok ini perlu ditingkatkan kepekaan sosialnya melalui pengembangan emosional
yang seimbang dengan moral kognitifnya sehingga menjadi lebih peka terhadap penderitaan
orang lain.
5. Tipe Asertif
Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain : mampu menyatakan
pendapat, ide, dan gagasannya secara tegas, kritis, tetapi perasaannya halus sehingga tidak
menyakiti perasaan orang lain. Perilaku mereka adalah berjuang mempertahankan hak sendiri,
tetapi tidak sampai mengabaikan atau mengancam hak orang lain; melibatkan perasaan dari
kepercayaan orang lain sebagai bagian dari interaksi dengan mereka; mengekspresikan
perasaan dan kepercayaan sendiri dengan cara yang terbuka, langsung, jujur, dan tepat.
Dikarenakan tipe asertif ini adalah tipe yang ideal maka tidak banyak ditemukan orang
kelemahannya. Oleh karena itu, peningkatan pertimbangan moral kognitif anak didik secara
sadar dan terencana diniatkan untuk mencapai model kepribadian tipe asertif ini.[10]
4. Prose Perkembangan Kepribadian
Dr. Atlee Beechy berpendapat “kepribadian” seseorang bertumbuh dan berkembang
melalui tiga proses yaitu :
a. Individualisme, yakni suatu proses menjadi manusia, perubahan masa bayi yang sangat
bergantung menjadi tidak bergantung. Proses ini membantu manusia memperluas kesadaran
identitas pribadinya, penerimaan diri, dan kepastian akan dirinya.
b. Sosialisasi, yaitu suatu proses dinamis di mana individu mempelajari keterampilan-
keterampilan, informasi, dan pemahaman kebutuhan, berhubungan secara efektif dengan orang
lain. Proses sosialisasi berlangsung dengan mementingkan hubungan antara individu dengan
individu dalam kelompok primari.
c. Integrasi, yaitu suatu proses yang mengkombinasikan, mengorganisir, dan mengerjakan
bersama bagian-bagian yang berbeda atau sifat-sifat khas dari seorang individu menuju ke
tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu keseluruhan yang kompleks.
Dalam proses individualisasi, sosialisasi, dan integrasi, manusia pasti mempunyai
pengalaman-pengalaman, baik pengalaman menyenangkan maupun pengalaman tidak
menyenangkan. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia dalam tiga proses di atas,
baik secara langsung maupun tidak langsung pasti mempengaruhi perkembangan kepribadian
manusia. Pengaruh pengalaman-pengalaman tersebut dapat bersifat positif, (membantu)
maupun bersifat negatif (menghambat) terhadap perkembangan kepribadian.[11]

IV. SIMPULAN
Kepribadian bisa dipahami dari dua hal, yang pertama kepribadian menurut kehidupan
sehari-hari (personality) yaitu merujuk kepada bagaimana individu tampil dan menimbulkan
kesan bagi individu-individu lainnya. Dan yang kedua dari ahli psikologis, diantaranya
pendapat dari George Kelly bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam
mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
Dan teori-teori kepribadian ada tiga, yaitu pertama, Teori Psikoanalisis : Sigmund Freud,
yaitu kepribadian di dasari Id (kesenangan), Ego (berfikir dan mediasi Id), dan Super ego (Hati
nurani). Kedua, Teori Behaviorisme : B. F. Skinner, yaitu penyebab tingkah laku, melainkan
tempat kedudukan atau suatu point di mana factor-faktor lingkungan (eksternal) dan bawaan
yang khas secara bersama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu
tersebut. Dan terakhir Teori Humanistik : Abraham Maslow : kepribadian diakibatkan dari
proses pemenuhan kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan akan rasa harga diri, dan kebutuhan akan
aktualisasi diri.
Kemudian proses perkembangan kepribadian yaitu melalui individualisasi, sosialisasi, dan
integrasi.

V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya uraikan. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan. Karena sesungguhnya kesempurnaan itu milik Allah
dan kekurangan adalah bagian dari saya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran
yang kontruktif untuk memperbaiki makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan
menambah referensi pengetahuan kita.
DAFTAR PUSTAKA

E. Koeswara, Teori-teori Kepribadian, (Bandung : PT Eresco : 1991) cet. 2

Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta : PT Bumi Aksara : 2008) cet. 2

http://lailyadja.blogspot.com.com/2013/05/teori-kepribadian-maslow.html?m=1 di
unduh 27/10/2013

Kartono Kartini, Kepribadian Siapakah Saya?, (Jakarta : CV. Rajawali : 1985)


[1]E. Koeswara, Teori-teori Kepribadian, (Bandung : PT Eresco : 1991) cet. 2, hlm. 9-
10
[2] Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta : PT Bumi Aksara : 2008) cet.
2, hlm. 17
Ibid. Sjarkawi, hlm. 18
[3]
Op.Cit, E. Koswara, hlm. 11
[4]
Ibid, E. Koswara, hlm. 32-35
[5]
Ibid, E. Koswara, hlm. 77
[6]
http://lailyadja.blogspot.com.com/2013/05/teori-kepribadian-maslow.html?m=1 di
[7]
unduh 27/10/2013
[8] Op.Cit, E. Koswara, hlm. 119-126
[9] http://lailyadja.blogspot.com.com/2013/05/teori-kepribadian-maslow.html?m=1 di
unduh 27/10/2013
[10] Op.Cit, Sjarkawi, hlm. 11-13
[11] Kartini Kartono, Kepribadian Siapakah Saya?, (Jakarta : CV. Rajawali : 1985)
hlm. 121-122
Posted by Lukman El-Hakiem at 2:01 AM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

No comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home


Subscribe to: Post Comments (Atom)

Total Pageviews

74,540

Blog Archive
 ► 2015 (2)

 ► 2014 (47)

 ▼ 2013 (15)
o ► December (3)
o ▼ November (12)
 DEFINISI AQL, NAFS, QALB, RUH
 ZUHUD PADA ABAD I DAN II HIJRIAH
 AKHIR MASA KANAK-KANAK
 TEORI KEPRIBADIAN DAN TIPE-TIPENYA
 REBO WEKASAN
 TAFSIR -> IHSAN
 HUKUM PIDANA ISLAM
 ZAKAT MAL DAN ZAKAT PROFESI
 FILSAFAT -> THOMAS AQUINAS
 FAQR
 AL-INSAN
 Al-Qusyairi

About Me

Lukman El-Hakiem
View my complete profile

facebook
https://www.facebook.com/sipetualank

Awesome Inc. theme. Theme images by duncan1890. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai