Anda di halaman 1dari 150

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan taufik serta hidayah-Nya sehingga Buku Hasil Analisis Informasi
Perkembangan dan Peluang Pasar dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Buku ini disusun untuk mendukung implementasi revolusi industri 4.0 dimana
Indonesia telah melakukan berbagai upaya dalam perluasan pasar bagi semua
komoditas dari berbagai sektor industri yang memiliki potensi ekspor yakni
diantaranya dengan melakukan kerjasama perdagangan dengan negara-negara
di dunia.

Terselenggaranya penulisan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan


dari berbagai pihak, untuk itu kami sampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Bpk. Dr. Haris


Munandar N., M.A.
2. Para narasumber yang telah membantu yang tidak dapat kami sebutkan
satu persatu.

Kami menyadari bahwa Buku ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu saran dan kritik dari berbagai pihak kami harapkan guna menyempurnakan
penulisan dan penyajian buku ini di masa mendatang.

Kepala Pusat Data dan Informasi

Ir. Willem Petrus Riwu, MM


RINGKASAN EKSEKUTIF
Sektor perindustrian memiliki peranan penting dalam perekonomian
nasional. Kementerian Perindustrian telah menetapkan lima sektor
industri prioritas yang dinilai telah memiliki kesiapan untuk
mengimplementasikan industri 4.0. Sektor-sektor industri yang dimaksud
adalah industri makanan dan minuman, industri otomotif, industri
elektronik, industri kimia serta industri tekstil dan produk tekstil. Kelima
industri tersebut memberikan kontribusi yang tinggi dalam industri
manufaktur di Indonesia.

Dalam rangka mendukung implementasi era revolusi industri 4.0, telah


dilakukan berbagai upaya dalam perluasan pasar bagi semua komoditas
dari berbagai sektor yang memiliki potensi ekspor yakni diantaranya
dengan melakukan kerjasama perdagangan dengan negara-negara di
dunia (Free Trade Agreement). Namun, data menunjukkan bahwa
besarnya pertumbuhan nilai ekspor yang menggunakan SKA Preferensi
pada tahun 2017 adalah sebesar 35.54 persen (Kementerian
Perdagangan, 2018). Data tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan
kerjasama FTA masih belum optimal.

Salah satu alasan utama penyebab belum optimalnya pemanfaatan FTA


oleh para pelaku usaha adalah minimnya informasi mengenai peluang
pasar terkait dengan hasil kerjasama FTA. Informasi mengenai peluang
pasar seperti lokasi pasar potensial, performa perdagangan negara
tujuan, serta hambatan perdagangan yang akan dihadapi menjadi
informasi yang sangat penting bagi para pelaku usaha.
Kajian ini dilakukan dalam rangka mengakomodir kebutuhan informasi
peluang pasar dimaksud untuk para pelaku usaha. Lima produk yang
mewakili lima sektor unggulan di era industri 4.0 akan dianalisis sebagai
tahap awal untuk membangun database informasi peluang pasar. Lima
produk tersebut diperoleh dari hasil filtering dua indikator yaitu Indeks
Penawaran Ekspor, yang menggambarkan kemampuan Indonesia dalam
memproduksi komoditas yang diperdagangkan, serta Indeks Daya Saing,
yang menunjukkan kemampuan bersaing di pasar Negara mitra pada
masing-masing sektor.

Informasi peluang pasar dari kelima produk terpilih yang mewakili lima
sektor unggulan di Era Industri 4.0 kemudian dianalisis berdasarkan pasar
potensial, hambatan (tarif dan NTMs) dan performa perdagangan (RCA
dan CMSA) di delapan Negara mitra FTA yang melingkupi kerjasama FTA
berikut: i) ASEAN-Jepang FTA, ii) ASEAN-China FTA, iii) ASEAN-Korea FTA,
iv) ASEAN-India FTA, v) AANZ FTA, vi) IJEPA Bilateral FTA, vii) Pakistan
Bilateral FTA, dan viii) Chile Bilateral FTA.

Secara ringkas, hasil kajian menunjukkan bahwa dari kelima produk yang
dianalisa, Indonesia memiliki daya saing yang baik di delapan Negara
mitra pada produk HS 382319 yang mewakili Industri Kimia, industrial
monocarboxylic fatty acids; acid oils from refining; (other than stearic
acid, oleic acid or tall oil fatty acids), HS 151190 (Vegetable oils; palm oil
and its fractions, other than crude, whether or not refined, but not
chemically modified ) yang mewakili Industri Makanan dan Minuman,
dan HS 871130 (Motorcycles (including mopeds) and cycles; fitted with an
auxiliary motor, reciprocating internal combustion piston engine, of
cylinder capacity exceeding 250cc but not exceeding 500cc, with or
without side-cars; side-cars) yang mewakili Industri Otomotif. Sedangkan
untuk produk HS 851010 (shavers; with self-contained electric motor)
yang mewakili Industri Elektronik dan HS 551120 (produk Yarn; (not
sewing thread), of synthetic staple fibres, containing less than 85% by
weight of synthetic staple fibres, put up for retail sale) yang mewakili
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi, delapan Negara mitra yang dianalisa
ternyata bukanlah pasar utama Indonesia sehingga dapat dikatakan
bahwa eksportir dari Indonesia belum memanfaatkan tarif preferensi
khusus pada kedua komoditas ini. Sedangkan untuk NTMs yang
cenderung cukup banyak dihadapi oleh kelima produk terpilih
diantaranya yaitu Technical Barriers to Trade (TBTs), Export Related
Measures, dan Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS).
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
1.2. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................. 7
1.3. RUANG LINGKUP KEGIATAN ................................................................. 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 9
2.1. TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL .............................................. 9
2.2. ANALISIS INDEKS PRIORITAS PERDAGANGAN .................................... 22
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN .........................................................................
3.1. DATA ................................................................................................ 31
3.2. PENENTUAN SUBSEKTOR YANG DIANALISA .................................... 31
3.3. REVEALED COMPARATIVE ADVANTAGE (RCA) ................................ 32
3.4. CONSTANT MARKET SHARE ANALYSIS (CMSA) ................................ 34
BAB 4. GAMBARAN KONDISI MAKRO NEGARA MITRA FTA ............................... 37
BAB 5. INDUSTRI ELEKTRONIK ........................................................................... 45
BAB 6. INDUSTRI KIMIA ...................................................................................... 64
BAB 7. INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN ................................................... 83
BAB 8. INDUSTRI OTOMOTIF ........................................................................... 105
BAB 9. INDUSTRI TEKSTIL DAN BUSANA .......................................................... 122
BAB 10. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ..................................................... 137
DAFTAR TABEL

1.1. Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri Besar, Sedang, Menengah
dan Mikro Tahun 2015 – 2017 ..................................................................... 2
1.2. Perkembangan Kontribusi Lima Sektor Industri Prospektif terhadap Sektor
Manufaktur Tahun 2013-2017 ...................................................................... 3
2.1. Perhitungan Indeks dari Variabel Penentu Indeks Prioritas Produk ................ 26
4.1. Indikator Makro Negara Mitra FTA ............................................................ 39
4.2. Final Demand Negara Mitra FTA ................................................................ 40
4.3. Impor Negara Mitra FTA ............................................................................ 41
4.4. Total Gross Export Negara Mitra FTA......................................................... 44
5.1. Revealed Comparative Advantage 8 Negara Mitra FTA untuk HS 851010 47
5.2. Constant Market Share Indonesia di Pasar 8 Negara Mitra FTA untuk HS
851010 ............................................................................................................... 48
5.3. Hambatan Non Tarif HS 851010 ke Australia ............................................. 52
5.4. Hambatan Non Tarif HS 851010 ke New Zealand ...................................... 54
5.5. Hambatan Non Tarif HS 851010 ke Chile ................................................... 55
5.6. Hambatan Non Tarif HS 851010 ke Jepang ................................................ 60
5.7. Hambatan Non Tarif HS 851010 ke Pakistan.............................................. 63
6.1. Revealed Comparative Advantage 8 Negara Mitra FTA untuk HS 382319 67
6.2. Constant Market Share Indonesia di Pasar 8 Negara Mitra FTA untuk HS
382319 ............................................................................................................... 67
6.3. Hambatan Non Tarif HS 382319 ke Australia ............................................. 71
6.4. Hambatan Non Tarif HS 382319 ke New Zealand ...................................... 73
6.5. Hambatan Non Tarif HS 382319 ke Jepang ................................................ 79
7.1. Constant Market Share Indonesia di Pasar 8 Negara Mitra FTA untuk HS
151190 ............................................................................................................... 86
7.2. Hambatan Non Tarif HS 151190 ke Australia ............................................. 90
7.3. Hambatan Non Tarif HS 151190 ke New Zealand ...................................... 93
7.4. Hambatan Non Tarif HS 151190 ke Chile ................................................... 95
7.5. Hambatan Non Tarif HS 151190 ke Jepang............................................... 100
7.6. Hambatan Non Tarif HS 151190 ke Pakistan ............................................ 104
8.1. Constant Market Share Indonesia di Pasar 8 Negara Mitra FTA untuk HS
871130 ............................................................................................................. 108
8.2. Hambatan Non Tarif HS 871130 ke Australia ........................................... 111
8.3. Hambatan Non Tarif HS 871130 ke New Zealand ..................................... 113
8.4. Hambatan Non Tarif HS 871130 ke Jepang............................................... 119
8.5. Hambatan Non Tarif HS 871130 ke Pakistan ............................................ 121
9.1. Constant Market Share Indonesia di Pasar 8 Negara Mitra FTA untuk HS
551120 ............................................................................................................. 125
9.2. Hambatan Non Tarif HS 551120 ke Australia ........................................... 128
DAFTAR GAMBAR
1.1. Kontribusi Sektor Industri terhadap PDB Nasional Tahun 2013-
2017............1
2.1. Kurva Perdagangan Internasional ............................................................... 11
2.2. Dampak Penciptaan atau Kreasi Perdagangan dari Pembentukan Free
Trade Agreement ........................................................................................ 18
2.3. Dampak Diversi Perdagangan Akibat Pembentukan FTA ........................... 21
2.4. Variabel yang Digunakan dalam Menyusun Indeks Prioritas Request ....... 29
4.1. Keragaan Impor Delapan Negara Mitra FTA .............................................. 42
4.2. Keragaan Ekspor Delapan Negara Mitra FTA ............................................. 43
5.1. Tujuan Utama Ekspor Indonesia untuk HS 851010 .................................... 45
5.2. Perkembangan Ekspor Indonesia untuk HS 851010 ke 8 Negara Mitra
FTA ..................................................................................................................... 47
5.3. Eksportir HS 851010 ke Australia ............................................................... 51
5.4. Eksportir HS 851010 ke New Zealand ........................................................ 53
5.5. Eksportir HS 851010 ke Chile...................................................................... 54
5.6. Eksportir HS 851010 ke China .................................................................... 56
5.7. Eksportir HS 851010 ke India...................................................................... 57
5.8. Eksportir HS 851010 ke Jepang .................................................................. 59
5.9. Eksportir HS 851010 ke Korea .................................................................... 61
5.10. Eksportir HS 851010 ke Pakistan .............................................................. 62
6.1. Tujuan Utama Ekspor Indonesia untuk HS 382319 .................................... 65
6.2. Perkembangan Ekspor Indonesia untuk HS 382319 ke 8 Negara Mitra
FTA ..................................................................................................................... 66
6.3. Eksportir HS 382319 ke Australia ............................................................... 70
6.4. Eksportir HS 382319 ke New Zealand ........................................................ 72
6.5. Eksportir HS 382319 ke Chile...................................................................... 73
6.6. Eksportir HS 382319 ke China .................................................................... 75
6.7. Eksportir HS 382319 ke India...................................................................... 77
6.8. Eksportir HS 382319 ke Jepang .................................................................. 78
6.9. Eksportir HS 382319 ke Korea ..................................................................... 79
6.10. Eksportir HS 382319 ke Pakistan .............................................................. 81
7.1. Tujuan Utama Ekspor Indonesia untuk HS 151190..................................... 84
7.2. Ekspor Indonesia dan Nilai RCA untuk HS 151190 pada Delapan Negara
Mitra .................................................................................................................. 85
7.3. Eksportir HS 151190 ke Australia ................................................................ 89
7.4. Eksportir HS 151190 ke New Zealand ......................................................... 92
7.5. Eksportir HS 151190 ke Chile ...................................................................... 95
7.6. Eksportir HS 151190 ke China ..................................................................... 97
7.7. Eksportir HS 151190 ke India ...................................................................... 98
7.8. Eksportir HS 151190 ke Jepang ................................................................... 99
7.9. Eksportir HS 151190 ke Korea................................................................... 102
7.10. Eksportir HS 151190 ke Pakistan ............................................................ 103
8.1. Tujuan Utama Ekspor Indonesia untuk HS 871130 ................................... 106
8.2. Ekspor Indonesia dan Nilai RCA untuk HS 871130 pada Delapan Negara
Mitra ................................................................................................................ 107
8.3. Eksportir HS 871130 ke Australia .............................................................. 110
8.4. Eksportir HS 871130 ke New Zealand ....................................................... 112
8.5. Eksportir HS 871130 ke Chile..................................................................... 114
8.6. Eksportir HS 871130 ke China ................................................................... 115
8.7. Eksportir HS 871130 ke India..................................................................... 116
8.8. Eksportir HS 871130 ke Jepang ................................................................. 118
8.9. Eksportir HS 871130 ke Korea ................................................................... 120
8.10. Eksportir HS 871130 ke Pakistan ............................................................. 121
9.1. Tujuan Utama Ekspor Indonesia untuk HS 551120................................... 123
9.2. Ekspor Indonesia dan Nilai RCA untuk HS 551120 pada Delapan Negara
Mitra ................................................................................................................ 124
9.3. Eksportir HS 551120 ke Australia .............................................................. 127
9.4. Eksportir HS 551120 ke New Zealand ....................................................... 129
9.5. Eksportir HS 551120 ke Chile .................................................................... 130
9.6. Eksportir HS 551120 ke China ................................................................... 131
9.7. Eksportir HS 551120 ke India.................................................................... 132
9.8. Eksportir HS 551120 ke Jepang ................................................................ 133
9.9. Eksportir HS 551120 ke Korea .................................................................. 135
9.10. Eksportir HS 551120 ke Pakistan ............................................................ 136
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Sektor perindustrian memiliki peranan penting dalam
perekonomian nasional yang dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto
(PDB) dan juga penyerapan tenaga kerja nasional. Berdasarkan data BPS,
kontribusi sektor produksi sekitar 21 persen terhadap PDB nasional. Pada
tahun 2013 sektor industri memberikan kontribusi sebesar 1.771,9
trilyun rupiah dan mengalami peningkatan sampai pada tahun 2017 yang
mencapai 2.103,1 trilyun rupiah seperti terlihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Kontribusi Sektor Industri terhadap PDB Nasional Tahun


2013-2017
Sumber : BPS, 2018

Penyerapan tenaga kerja pada sektor industri juga memberikan


dampak bagi perekonomian nasional. Pada tahun 2015 industri besar dan
menengah mampu menyerap tenaga kerja sejumlah 5,2 juta pekerja dan

1
pada tahun 2017 meningkat menjadi 6,2 juta pekerja. Jumlah perusahaan
pada periode yang sama mengalami peningkatan dari 26.322 menjadi
30.993. Total tenaga kerja di industri kecil dan mikro pada tahun 2015
sebesar 8,76 juta orang yang tersebar pada industri kecil sejumlah 2,27
juta orang di 283.022 perusahaan dan sekitar 6,46 juta pada industry
mikro di 3,38 juta perusahaan. Tabel 1.1 memberikan gambaran rinci
jumlah perusahaan, tenaga kerja industri besar, sedang, menengah dan
mikro pada tahun 2015-2017.

Tabel 1.1. Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri Besar,


Sedang, Menengah dan Mikro Tahun 2015-2017
Uraian 2015 2016 2017
Industri Besar dan Sedang
Jumlah Perusahaan 26.322 32.619 30.993
Tenaga Kerja 5.247.301 5.974.776 6.214.582
Industri Kecil
Jumlah Perusahaan 283.022 dna dna
Tenaga Kerja 2.271.387 dna dna
Industri Mikro
Jumlah Perusahaan 3.385.851 dna dna
Tenaga Kerja 6.464.394 dna dna
Sumber : BPS dalam Statistik Indonesia 2018
dna : data not available

Saat ini pengembangan sektor industri difokuskan kepada industri


4.0. Istilah industri 4.0 berawal dari sebuah proyek dalam strategi
teknologi canggih pemerintah Jerman yang
mengutamakan komputerisasi pabrik. Istilah ini kemudian dimunculkan
kembali pada Hannover Fair tahun 2011 dan pada Oktober 2012 Working
Group on Industri 4.0 memaparkan rekomendasi pelaksanaan Industri 4.0
kepada pemerintah federal Jerman. Industri 4.0 ini sebagai
trend otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik yang

2
mencakup sistem siber-fisik, internet, komputasi awan dan komputasi
kognitif.
Saat ini di Indonesia melalui Kementrian Perindustrian telah
menetapkan lima sektor industri prioritas yang dinilai telah memiliki
kesiapan untuk mengimplementasikan industri 4.0. Sektor-sektor industri
yang dimaksud adalah industri makanan dan minuman, industri otomotif,
industri elektronik, industri kimia serta industri tekstil dan produk tekstil.
Kelima industri tersebut memberikan kontribusi yang tinggi dalam
industri manufaktur di Indonesia.

Industri makanan dan minuman pada periode tahun 2013-2017


memberikan kontribusi tertinggi bagi sektor industri dengan trend yang
semakin meningkat yaitu 25,9 persen pada tahun 2013 dan menjadi 30,42
persen. Industri barang logam; komputer, barang elektronik, optik dan
peralatan listrik memberikan kontribusi yang relatif stabil dengan kisaran
9,6 – 10 persen. Demikian pula pada periode yang sama untuk industri
alat angkutan yaitu sebesar 9,4 - 9,7 persen. Kontribusi industri kimia,
farmasi, dan obat tradisional pada periode 2013-2017 stagnan setiap
tahun yaitu 0,1 persen. Sedangkan industri tekstil dan pakaian jadi pada
periode yang sama memiiki trend yang menurun yaitu 6,5 persen pada
tahun 2013 dan 5,5 persen pada tahun 2017. Kontribusi kelima sektor
prospektif yang akan diarahkan pada implementasi industri 4.0 secara
rinci dapat dilihat pada Tabel 1.2.

3
Tabel 1.2 Perkembangan Kontribusi Lima Sektor Industri Prospektif
terhadap Sektor Manufaktur Tahun 2013-2017
No Sub Sektor 2013 2014 2015 2016 2017
Industri Makanan 459.283,0 502.856,2 540.756,4 585.786,3 639.830,0
1
dan Minuman (25,9 %) (27,1%) (28,0 %) (29,0 %) ( 30,4 %)
Industri Tekstil dan 115.913,1 117.723,4 112.078,9 111.978,2 116.192,6
2
Pakaian Jadi (6,5%) (6,3%) (5,8%) (5,6%) (5,5%)
Industri Kimia,
147.248,6 153.191,9 164.843,0 174.469,8 182.378,9
3 Farmasi, dan Obat
(0,1%) (0,1%) (0,1%) (0,1%) (0,1)
Tradisional
Industri Barang
Logam; Komputer,
173.452,4 178.544,2 192.528,0 200.860,9 206.468,6
4 Barang Elektronik,
(9,8%) (9,6%) (10,0%) (10,0%) (9,8%)
Optik; dan
Peralatan Listrik
Industri Alat 171.165,5 178.022,5 182.289,1 190.523,4 197.527,4
5
Angkutan (9,7%) (9,6%) (9,4%) (9,4%) (9,4%)
Total 1,771,961.90 1,854,256.70 1,934,533.20 2,016,876.80 2,103,066.40

Sumber : BPS ,2018

Dalam rangka mendukung implementasi era revolusi industri 4.0,


Indonesia telah melakukan berbagai upaya dalam perluasan pasar bagi
semua komoditas dari berbagai sektor yang memiliki potensi ekspor yakni
diantaranya dengan melakukan kerjasama perdagangan dengan negara-
negara di dunia. Perundingan perdagangan internasional merupakan
salah satu upaya diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam
rangka meningkatkan akses pasar ekspor Indonesia ke negara mitra
dagang. Satu bentuk perundingan perdagangan internasional yang
digiatkan Indonesia saat ini adalah negoisasi Free Trade Agreement (FTA),
baik di tingkat bilateral regional, maupun multilateral.

Saat ini kerja sama FTA yang telah disepakati dan


diimplementasikan dalam kerangka regional yang melibatkan Indonesia
di Internal ASEAN yaitu ASEAN Trade in Goods (ATIGA), ASEAN
Framework Agreement on Services (AFAS) dan ASEAN Comprehensive
Investment Agreement (ACIA). Sementara itu Indonesia juga merupakan

4
bagian dari kerjasama ASEAN-Plus yang meliputi: (i) ASEAN-China Free
Trade Agreement (AC-FTA); (ii) ASEAN-Japan Comprehensive Economic
Partnership (AJCEP); (iii) ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AK-FTA);
(iv) ASEAN-India Free Trade Agreement (AI-FTA); dan (v) ASEAN-Australia-
New Zealand Free Trade Agreement (AANZ-FTA). Indonesia juga
melakukan kerjasama secara bilateral dengan Jepang dengan skema
IJEPA yang telah dinotifikasikan pada 1 Juli 2008, kemudian dengan
Pakistan melalui skema Pakistan-Indonesia FTA yang telah
ditandatangani pada tahun 13 September 2013. Serta kerjasama bilateral
lainnya yang belum lama disahkan yaitu seperti Indonesia-Chile FTA yang
baru ditandatangani pada 14 Desember 2017.

Banyaknya kerjasama yang telah ditandatangani maupun yang


sedang dan akan diinisiasi untuk dinegosiasikan menunjukan komitmen
pemerintah dalam mendukung kinerja perdagangan. Salah satu indikator
yang dapat digunakan untuk melihat seberapa besar pemanfaatan
kerjasama perdagangan adalah besaran pertumbuhan jumlah Surat
Keterangan Asal (SKA) Preferensi yang digunakan oleh eksportir. SKA
atau dikenal juga dengan Certificate of Origin (COO) adalah surat
keterangan yang menunjukkan bahwa suatu barang memenuhi kriteria
“origin” untuk mendapatkan tarif preferensi, yang disertakan pada saat
barang tersebut memasuki wilayah suatu negara tujuan ekspor tertentu.
Eksportir memiliki insentif untuk mengurus SKA agar produk ekspor
Indonesia bisa mendapatkan tarif preferensi di negara tujuan ekspor
Indonesia dengan bea masuk 0 persen atau sesuai kesepakatan Indonesia
dan Mitra Dialog pada perjanjian Free Trade Agreement (FTA). Pada
tahun 2017 rata-rata pertumbuhan jumlah SKA yaitu bernilai 9.01 persen.

5
Nilai tersebut mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun
sebelumnya yang sebesar 8.99 persen. Kemudian, besarnya
pertumbuhan nilai ekspor yang menggunakan SKA Preferensi pada tahun
2017 adalah sebesar 35.54 persen (Kementerian Perdagangan, 2018).
Data tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan kerjasama FTA masih
belum optimal.

Salah satu alasan utama penyebab belum optimalnya pemanfaatan


FTA oleh para pelaku usaha adalah minimnya informasi mengenai
peluang pasar terkait dengan hasil kerjasama FTA. Berdasarkan Perpres
Nomor 2 Tahun 2018 tentang Kebijakan Industri Nasional Tahun 2015-
2019, pengembangan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS)
merupakan aspek penting yang dapat mendukung perkembangan
industri nasional. Oleh karena itu, informasi mengenai peluang pasar
seperti lokasi pasar potensial, performa perdagangan negara tujuan,
serta hambatan perdagangan yang akan dihadapi menjadi informasi yang
sangat penting bagi para pelaku usaha.

Kajian ini dilakukan dalam rangka mengakomodir kebutuhan


informasi peluang pasar dimaksud untuk para pelaku usaha. Lima produk
yang mewakili lima sektor unggulan di era industri 4.0 akan dianalisis
sebagai tahap awal untuk membangun database informasi peluang
pasar. Kedepan, diharapkan para pelaku usaha dapat mengakses
informasi terkait peluang pasar dari setiap produk dengan secara online
dengan mudah.

6
1.2. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi tujuan pasar potensial bagi pelaku usaha.


2. Mengidentifikasi performa perdagangan dari produk yang akan
diekspor oleh pelaku usaha.
3. Menganalisis hambatan perdagangan yang akan dihadapi oleh
pelaku usaha.

1.3. RUANG LINGKUP KEGIATAN


Agar dapat mencapai hasil yang sesuai maksud dan tujuan yang
diharapkan, maka ruang lingkup yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi
sebagai berikut:

1. Kajian ini akan difokuskan kepada lima produk yang mewakili lima
sektor unggulan di era industri 4.0 dengan HS 6 digit.
2. Pemanfaatan hasil kerja sama perdagangan internasional yang
dibahas pada penelitian ini dibatasi pada delapan kerjasama FTA
(meliputi sembilan negara) yaitu:
a) ASEAN-Jepang FTA
b) ASEAN-China FTA
c) ASEAN-Korea FTA
d) ASEAN-India FTA
e) ASEAN-Australia New Zealand FTA
f) IJEPA Bilateral FTA.
g) Pakistan Bilateral FTA.

7
h) Chile Bilateral FTA
3. Informasi peluang pasar yang akan diperoleh dari kelima produk
tersebut adalah tujuan pasar potensial, performa perdagangan, dan
hambatan perdagangan yang akan dihadapi ke enam negara tujuan
mitra FTA.

8
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA

2.1. TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL


Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan
oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar
kesepakatan bersama (Oktaviani dan Novianti 2014). Penduduk yang
dimaksud dapat berupa antar perorangan, antar individu dengan
pemerintah, atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara
lain. Dalam perdagangan internasional maupun domestik, para pelaku
ekonomi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas
ekonomi yang dilakukannya. Setiap negara yang melakukan perdagangan
bertujuan mencari keuntungan dari perdagangan tersebut, Selain motif
mencari keutungan, Krugman (2003) menyatakan alasan utama
terjadinya perdagangan internasional adalah (1) Negara berdagang
karena berbeda satu sama lain, (2) Negara-negara berdagangan dengan
tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economies of scale).

Kegiatan perdagangan internasional secara umum terdiri dari


ekspor dan impor. Ekspor merupakan penjualan barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu negara ke negara lain, sebaliknya impor merupakan
barang dan jasa yang masuk ke suatu negara. Negara yang memproduksi
lebih dari kebutuhan dalam negerinya dapat mengekspor kelebihan
produksi tersebut ke negara lain. Akan tetapi, negara yang tidak mampu
memproduksi sendiri dapat mengimpor dari negara lain. Menurut
Tambunan (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan
internasional dapat dilihat dari teori penawaran dan permintaan. Dari

9
teori penawaran dan permintaan tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya kelebihan
produksi suatu negara dengan kelebihan permintaan negara lain.

Secara teoritis, suatu negara misal negara 1 akan mengekspor


komoditi X ke negara lain, misal negara 2 apabila harga domestik negara
1 sebelum terjadinya perdagangan internasional relatif lebih rendah
dibandingkan dengan harga domestik negara 2 (Gambar 2.1). Struktur
harga yang terjadi di negara 1 lebih rendah karena produksi domestiknya
lebih besar dibandingkan dengan konsumsi domestiknya sehingga terjadi
excess supply di negara 1. Di sisi lain, di negara 2 terjadi excess demand
karena konsumsi domestiknya lebih besar dibandingkan dengan produksi
domestiknya sehingga harga di negara 2 lebih tinggi. Dengan demikian,
negara 1 memiliki kesempatan untuk menjual kelebihan produksinya ke
negara lain, sementara negara 2 berkeinginan untuk membeli komoditi X
dari negara lain yang relatif lebih murah. Jika terjadi komunikasi antara
negara 1 dan negara 2, maka akan terjadi perdagangan antar keduanya
dengan harga yang sama di kedua negara.

10
Px Px Px

Sx

Sx S A
P
Ekspor E B E
P
B E Impor
P Dx
A D
Dx
0 X 0 X 0 X
Negara 1 Negara 2
Sumber: Oktaviani dan Novianti (2014)

Gambar 2.1. Kurva Perdagangan Internasional

Gambar 2.1 memperlihatkan bahwa sebelum terjadi perdagangan


internasional harga di negara 1 adalah sebesar P1, sedangkan harga di
negara 2 adalah sebesar P3. Penawaran di pasar internasional terjadi jika
harga internasional lebih tinggi dibandingkan dengan P1, sedangkan
permintaan di pasar internasional terjadi jika harga internasional lebih
rendah dibandingkan dengan P3. Dengan adanya perdagangan
internasional, maka negara 1 akan mengekspor komoditi X sebesar BE,
sedangkan negara 2 akan mengimpor komoditi X sebesar B’E’ pada
tingkat harga internasional (P2).

Konsep perdagangan bebas untuk pertama kali diperkenalkan


oleh Adam Smith pada awal abad ke-19 dengan teori keunggulan absolut
(absolute comparative). Teori Adam Smith kemudian disempurnakan
oleh David Ricardo (1817) dengan model keunggulan komparatif (The
Theory of Comparative Advantage). Berbeda dengan konsep keunggulan
absolut yang menekankan pada biaya riil yang lebih rendah, keunggulan
komparatif lebih melihat pada perbedaan harga relatif antara dua input
produksi sebagai penentu terjadinya perdagangan.

11
Menurut David Ricardo (Oktaviani dan Novianti, 2014),
perdagangan dapat dilakukan oleh negara yang tidak memiliki
keunggulan absolut pada kedua komoditi yang diperdagangkan dengan
melakukan spesialisasi produk yang kerugian absolutnya lebih kecil atau
memiliki keunggulan komparatif. Hal ini dikenal sebagai Hukum
Keunggulan Komparatif (Law of Comparative Advantage). Keunggulan
komparatif dibedakan atas cost comparative advantage (labor efficiency)
dan production comparative advantage (labor productivity). Asumsi yang
digunakan (Oktaviani dan Novianti, 2014):

a) Hanya terdapat dua negara dan dua komoditi


b) Perdagangan bersifat bebas
c) Terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara
namun tidak ada mobilitas antara dua negara.
d) Biaya produksi konstan
e) Tidak terdapat biaya transportasi
f) Tidak ada perubahan teknologi.
Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu
negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika
melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara
tersebut dapat berproduksi lebih efisien serta mengimpor barang di
mana negara tersebut berproduksi relatif kurang atau tidak efisien.

Berdasarkan analisis production comparative advatage (labor


productivity) dapat dikatakan bahwa suatu negara akan memperoleh
manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi
produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut berproduski
lebih produktif serta mengimpor barang di mana negara tersebut

12
berproduksi realtif kurang atau tidak produktif. Dengan kata lain, cost
comparative menekankan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai
jika suatu negara memproduksi suatu barang yang membutuhkan sedikit
jumlah jam tenaga kerja dibandingkan negara lain sehingga terjadi
efisiensi produksi. Production comparative menekankan bahwa
keunggulan komparatif akan tercapai jika seorang tenaga kerja di suatu
negara dapat memproduksi lebih banyak suatu barang/jasa dibandingkan
negara lain sehingga tidak memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak.
Dengan demikian keuntungan perdagangan diperoleh jika negara
melakukan spesialisasi pada barang yang memiliki cost comparative
advantage dan production advantage. Atau dengan mengekspor barang
yang keunggulan komparatifnya tinggi dan mengimpor barang yang
keunggulan komparatifnya rendah.

Teori klasik Ricardo tersebut selanjutnya dikembangkan oleh


Heckscher-Ohlin (H-O) dengan The Theory of Factor Proportions (1949 –
1977). Model H-O mengatakan bahwa walaupun tingkat teknologi yang
dimiliki sama, perdagangan internasional akan tetap terjadi bila ada
perbedaan kepemilikan faktor produksi (factor endowment) diantara
masing-masing negara. Satu negara dengan kepemilikan kapital berlebih
akan berspesialisasi dan mengekspor komoditi padat kapital (capital-
intensive goods), dan sebaliknya negara dengan kepemilikan tenaga kerja
berlebih akan memproduksi dan mengekspor komoditi padat tenaga
kerja (labor-intensive goods).

Perdagangan bebas diharapkan secara bertahap akan mengurangi


hambatan perdagangan sehingga dapat memacu pertumbuhan volume
perdagangan internasional. Salah satu upaya yang dilakukan adalah

13
kerjasama yang dilakukan antara satu negara dengan negara lainnya atau
antara satu negara dengan negara yang membentuk kelompok sehingga
terciptanya integrasi ekonomi. Negara-negara di seluruh dunia saat ini
menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam
perdagangan mereka. Sebagian negara-negara yang berada di seluruh
dunia telah melakukan integrasi ekonomi dengan negara lain. Secara
umum integrasi yang dilakukan oleh setiap negara bertujuan agar posisi
ekonominya di pasar internasional dapat diperkuat, sehingga setiap negara
dapat bersaing dengan negara-negara yang telah maju dan sudah besar.
Selain itu, integrasi ekonomi dapat memperluas akses pasar dan
mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara ke tingkat yang lebih
tinggi. Integrasi ekonomi yang terdapat dalam suatu kawasan memiliki
beberapa manfaat untuk negara-negara yang tergabung dalam integrasi
tersebut, seperti terdorongnya efisiensi ekonomi di suatu kawasan
ekonomi, mendorong industri lokal agar berkembang, serta manfaat
perdagangan yang meningkat akibat adanya perbaikan terms of trade.

Kegiatan ekonomi internasional memiliki kecenderungan untuk


membentuk organisasi perdagangan multinasional. Organisasi ini
dibentuk dari kumpulan negara berdekatan yang mempunyai kebijakan
perdagangan bersama untuk menghadapi negara lain dalam bidang tarif
dan akses pasar. Alasan umum pembentukan grup ini adalah menjamin
pertumbuhan ekonomi dan bermanfaat bagi Negara anggota. Pengaruh
keberadaan dan pertumbuhan organisasi multinasional ini secara tidak
langsung bagi negara peserta adalah untuk menjaga persaingan secara
global. Secara luas, pengelompokan regional dibentuk sebagai usaha
pemerintah untuk meningkatkan integrasi ekonomi global.

14
Organisasi ini terdiri dari berbagai bentuk, tergantung tingkat
kerjasamanya yang mengarah ke tingkat integrasi berbeda antara negara
peserta. Ada lima tingkat kerja sama formal antar negara anggota
kelompok regional, yaitu Free Trade Area (FTA), Custom Union, Common
Market, Monetary Union, dan Political Union (Kotabe dan Helsen, 2001).

Free Trade Are (FTA) adalah kerjasama formal antara dua atau
lebih negara untuk mengurangi hambatan tarif dan non-tarif diantara
negara anggota. Akan tetapi masing-masing negara anggota bebas
menentukan tingkat tarif individu dengan negara yang bukan anggota.

FTA adalah salah satu bentuk reaksi adanya globalisasi dan


liberalisasi yang berimplikasi pada pengurangan dan penghapusan
berbagai hambatan dalam kegiatan perdagangan baik hambatan tarif
(tarrief-barrier) maupun hambatan non tarif (non-tarrif barier=NTB). FTA
atau Free Trade Area adalah suatu bentuk kerjasama ekonomi regional
yang memperdagangkan produk-produk orisinal negara-negara
anggotanya tidak dipungut bea masuk atau bebas bea masuk. Dengan
kata lain,”internal tariff”antara negara anggota menjadi 0 persen,
sedangkan masing-masing negara memiliki “external tariff” sendiri-
sendiri. Contohnya AFTA (Asean Free Trade Area) yang diawali dengan
CEPT (Common Effective Preferential Tariff) yang mulai diberlakukan
sejak tanggal 1 Januari 1993.

Dampak dibukanya perdagangan bebas tidak hanya akan


dirasakan oleh ekonomi negara-negara yang berdagang, namun juga
akan dirasakan oleh perekonomian dunia secara keseluruhan. Dampak
diliberalisasikannya perdagangan tersebut secara keseluruhan

15
mengakibatkan kesejahteraan dunia menurun. Berdasarkan teori
perdagangan internasional, perdagangan internasional seharusnya akan
meningkatkan kesejahteraan negara-negara yang melakukan
perdagangan bebas, karena melalui perdagangan bebas akan terjadi
peningkatan efisiensi penggunaan sumberdaya domestik dan akses pasar
ke negara lain (Stephenson, 1994).

Namun demikian, secara umum terdapat beberapa variabel


ekonomi dunia yang meningkat seperti investasi global barang-barang
kapital, volume perdagangan dunia, dan indeks harga perdagangan
dunia. Peningkatan arus perdagangan sebagai akibat dibukanya tarif
seluas-luasnya mengakibatkan peningkatan aliran barang-barang kapital
untuk investasi volume perdagangan dunia. Peningkatan investasi global
ternyata diikuti dengan tingkat pengembalian kapital yang negatif
sehingga secara keseluruhan akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan
dunia.

Custom Union. Anggota Custom Union tidak hanya mampu


mengurangi atau menghilangkan tarif antara anggota, tapi juga mereka
mempunyai tarif eksternal bersama terhadap negara yang bukan anggota
Custom Union. Hal ini mencegah negara yang bukan anggota mengekspor
ke negara anggota yang mempunyai tarif eksternal rendah.

Common Market. Jika kerja sama meningkat di antara negara


Custom Union, maka dapat terbentuk Common Market. Common Market
menghilangkan semua tarif dan hambatan lain dalam perdagangan
antara anggota, mengadopsi seperangkat tarif eksternal bersama pada

16
negara bukan anggota, dan menghilangkan batasan-batasan pada aliran
modal dan tenaga kerja antar negara anggota.

Monetary Union. Monetary Union berada pada level integrasi


keempat dengan satu mata uang bersama antar negara. Contohnya
Negara anggota European Union menggunakan mata uang bersama,
Euro. Menurut Wild dan Wild (2000), tingkat integrasi ini juga disebut
Economic Union karena juga melakukan harmonisasi kebijakan ekonomi
negara anggota, seperti pajak, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.

Political Union. Political Union merupakan puncak dari proses


integrasi. Political Union dapat menjadi nama lain dari sebuah negara
ketika union secara sungguh-sungguh mencapai tingkat integrasi.
Terkadang, negara-negara yang berkumpul dalam Political Union antara
lain adalah karena alasan sejarah, seperti British Commonwealth yang
terdiri dari negara-negara yang pernah menjadi bagian oleh British
Empire. Namun ketika British bergabung dengan European Union,
perlakuan istimewa ini hilang. Sekarang kelompok ini hanya sebagai
forum untuk diskusi dan ikatan sejarah yang sama.

Integrasi ekonomi regional (termasuk FTA) akan memberikan


dampak positif dan negatif terhadap perdagangan barang dan jasa
dinegara-negara anggota FTA. Dampak positif dari integrasi ekonomi
adalah (Wild dan Wild, 2000):

1. Trade Creation

Dengan analisis partial equilibrium, trade creation adalah


penggantian dimana produk domestik suatu negara yang melakukan

17
integrasi ekonomi regional melalui pembentukan FTA dengan produk
impor yang lebih murah dari anggota lain. Jika seluruh sumber daya
digunakan secara full employment dan dengan melakukan spesialisasi
berdasarkan comparative advantage, masing-masing negara akan
memperoleh dampak positif berupa peningkatan kesejahteraan
masyarakat karena memperoleh barang dengan harga yang relatif lebih
murah.

Px ($) SX

5 -

4 -
E

3 -

G J H
2 - S1 + T

A C M N B
1 - S1

V U Z W Dx
I I I I I I I I X

10 20 30 40 50 60 70 80

Sumber: Salvatore, 2000

Gambar 2.2. Dampak Penciptaan atau Kreasi Perdagangan dari


Pembentukan Free Trade Agreement

Terjadinya trade creation dapat diilustrasikan pada Gambar


2.2. (Salvatore, 2000). Dx dan Sx masing-masing merupakan kurva
permintaan dan penawaran domestik untuk barang X dari negara II,
sedangkan kurva S1 merupakan kurva penawaran yang elastis
sempurna dalam keadaan free trade untuk barang X dari negara I ($1).

18
Dengan mengenakan tarif bea masuk 100 persen, negara II
mengimpor 30 unit barang X atau JH dari negara I, sehingga harga
impornya menjadi $2 atau kurva S1 + T. Produksi domestik negara II
sebanyak 20 unit barang X atau AM, sedangkan total konsumsi dalam
negara II sebanyak 50 unit barang X atau GH. Kemudian negara I dan
negara II membentuk integrasi ekonomi regional dalam bentuk FTA.
Setelah membentuk FTA, negara II mengimpor 60 unit barang X atau
CB dari negara tanpa bea masuk pada harga $1 (kurva S1). Produk
domestik negara I turun menjadi 10 unit barang X atau CM dan total
konsumsi naik menjadi 70 unit barang X atau AB. Dengan
pembentukan FTA, maka Penerimaan bea masuk untuk negara II akan
hilang, Konsumen domestik akan memperoleh transfer dari produsen
domestik sebesar area AGJC yang merupakan kenaikan konsumen
surplus, Manfaat lain yang diperoleh negara II setara dengan area
CJM + area BHN, atau setara dengan $15.

Konsensus yang lebih besar. Keuntungan untuk mengeliminasi


hambatan perdagangan lebih mudah dilakukan pada kelompok
negara-negara yang lebih kecil, seperti ASEAN dibandingkan dengan
kelompok yang lebih besar seperti WTO.

Kerjasama Politik. Secara politik terdapat keuntungan dari


negara-negara yang berintegrasi terutama dalam memperjuangkan
kepentingan bersama di forum perundingan yang lebih besar seperti
WTO.

Integrasi ekonomi juga memberikan dampak negatif terhadap


anggotanya. Wild dan Wild (2000) mengidentifikasi terdapat tiga

19
dampak negatif yaitu trade diversion, pergeseran tenaga kerja,
hilangnya kedaulatan nasional.

2. Trade Diversion

Terjadinya pengalihan perdagangan dari negara yang tidak


ikut serta dalam perjanjian perdagangan tapi lebih efisien ke negara
yang ikut serta dalam perjanjian walaupun kurang efisien. Gambar 2.4
menunjukkan terjadinya trade diversion pada negara yang melakukan
integrasi ekonomi. Sebagai contoh, Dx dan Sx merupakan kurva
permintaan dan penawaran domestik untuk barang X dari negara II,
sedangkan kurva S1 dan S3 merupakan kurva penawaran yang elastis
sempurna dalam keadaan free trade untuk barang X dari negara I ($1)
dan negara III ($1,5). Dengan mengenakan tarif bea masuk 100
persen, negara II mengimpor 30 unit barang X atau JH dari negara I
sehingga harga impornya menjadi $2 atau kurva S1+T. Kemudian
negara II membentuk integrasi ekonomi regional dalam bentuk FTA
dengan negara III.

Setelah pembentukan FTA, negara II mengimpor 45 unit


barang X atau C’B’ dari negara III yang bebas bea masuk pada harga $
1,5 (kurva S3).Dengan pembentukan FTA maka kesejahteraan /
manfaat yang diperoleh negara II adalah sebesar segitiga C’JJ’ +
segitiga H’HB’, atau senilai $1,25 + $2,5 = $3,75; kesejahteraan /
manfaat yang hilang dari negara II sebesar segiempat MNH’J’ atau
senilai $15; kesejahteraan / manfaat neto yang hilang adalah sebesar
$15 - $3,75 = $11,25 (Lihat Gambar 2.3).

20
Px ($) SX

5 -

4 -
E

3 -

G J H S1 + T
2 - C’
1,5 - G’ J’ B’ S3
H’
1 - S1
M N
Dx
I I I I I I I I I X

10 15 20 30 40 50 60 70 80

Sumber: Salvatore (2000)


Gambar 2.3. Dampak Diversi Perdagangan Akibat Pembentukan
FTA

Pergeseran tenaga kerja. Karena adanya kerjasama


perdagangan, produsen akan berproduksi ke negara yang lebih
efisien. Sebagai contoh, untuk industri yang memerlukan tenaga kerja
dengan tingkat keterampilan yang rendah akan mengalihkan tempat
produksinya ke negara anggota yang memiliki tingkat upah yang
rendah.

Hilangnya kedaulatan politik. Jika integrasi ekonomi sudah


mencapai political union, maka suatu negara akan kehilangan
kebebasan dalam menentukan politik luar negerinya sendiri. Sejauh
ini, bentuk integrasi pada tingkat yang paling tinggi (political union)
sulit untuk dicapai.

21
2.2. ANALISIS INDEKS PRIORITAS PERDAGANGAN
Penentuan produk-produk prioritas dapat dilakukan dengan
beberapa alat analisa yang dapat mengukur tingkat keunggulan produk
utama yang menjadi prioritas perdagangan. Salah satu alat analisis
tersebut menggunakan indeks prioritas perdagangan yaitu penentuan
tingkat prioritas produk didasarkan pada ukuran indeks prioritas produk,
dalam skenario request. Dalam proses penetuan indeks prioritas
dilakukan melalui dua tahap, yakni :

(i) Tahap penentuan besaran bobot terhadap masing-masing


indikator penentu besaran indeks prioritas produk
Indikator penentu besaran indeks prioritas, terdiri dari empat
variabel diantaranya: indeks penawaran ekspor, indeks permintaan
impor, indeks daya saing dan indeks hambatan tarif perdagangan dari
mitra. Masing-masing indikator tersebut memiliki kontribusi terhadap
besaran nilai indeks prioritas produk. Dalam hal penentuan bobot
masing-masing indikator tersebut, didasarkan atas pertimbangan
besaran kontribusi tiap indikator dalam menentukan pertumbuhan
industri. Artinya semakin besar kontribusinya dalam meningkatkan laju
pertumbuhan industry khususnya manufaktur, yang mencerminkan
produktivitas produk domestik yang tinggi. Indikator dengan kontribusi
paling besar terhadap laju pertumbuhan industri manufaktur akan diberi
bobot yang tinggi dibanding indikator lainnya dengan kontribusi yang
lebih rendah. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi masing-
masing indikator tersebut, digunakan alat analisis statistik regresi dengan

22
model panel data. Berikut ini merupakan persamaan regresi panel yang
digunakan untuk menilai bobot masing-masing indikator di atas.

𝑙𝑛𝑀𝑎𝑛𝑖𝑡 = 𝛼0 + 𝛼1 𝑙𝑛𝐸𝑖𝑡 + 𝛼2 𝑙𝑛𝐼𝑖𝑡 + 𝛼3 𝑙𝑛𝐼𝑡𝑎𝑟𝑖𝑓𝑓𝑖𝑡 +


𝛼4 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓𝑓𝑖𝑡 + 𝛼5 𝑙𝑛𝑅𝐶𝐴𝑤𝑡𝑖𝑡 + 𝛼6 𝑙𝑛𝑅𝐶𝐴𝑤𝑖𝑡

Dimana :

𝑙𝑛𝑀𝑎𝑛𝑖𝑡 : laju pertumbuhan natural dari


pertumbuhan industry manufaktur untuk
produk ke-i pada tahun ke-t;
𝑙𝑛𝐸𝑖𝑡 : laju pertumbuhan natural dari ekspor
Indonesia ke dunia untuk produk ke-i pada
tahun ke-t;
𝑙𝑛𝐼𝑖𝑡 : laju pertumbuhan natural dari Impor
Indonesia ke dunia untuk produk ke-i pada
tahun ke-t;
𝑙𝑛𝐼𝑡𝑎𝑟𝑖𝑓𝑓𝑖𝑡 : laju pertumbuhan natural Impor Indonesia
ke dunia pada tingkat laju pertumbuhan
tariff impor untuk produk ke-I pada tahun
ke-t;
𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓𝑓𝑖𝑡 : Tariff impor untuk produk ke- i pada tahun
ke-t;
𝑙𝑛𝑅𝐶𝐴𝑤𝑡𝑖𝑡 : laju pertumbuhan natural daya saing
produk Indonesia di dunia pada tingkat laju
pertumbuhan tariff impor untuk produk
ke-i tahun ke-t;

23
𝑙𝑛𝑅𝐶𝐴𝑤𝑖𝑡 : laju pertumbuhan natural daya saing
produk Indonesia di dunia untuk produk
ke-i pada tahun ke-t;

Data yang digunakan dalam regresi panel di atas ditentukan berdasarkan


produk-produk yang menjadi komoditas ekspor dan impor Indonesia,
baik untuk dunia maupun untuk negara calon mitra. Penetapan sample
produk didasarkan jumlah sample sebanyak 3048 produk tahun 2017
kode HS 6 digit yang mencakup 5 industri sampel.

Untuk menghasilkan model regresi yang terbaik, dalam penelitian


ini menggunakan beberapa tahapan, yakni: pertama, melakukan uji
pemilihan model terbaik antara model fixed effect, random effect atau
common effect (Pooled least squared). Uji Chow digunakan terlebih
dahulu untuk memilih model terbaik antara fixed effect vs pooled least
squared. Setelah didapatkan hasil kemudian dilakukan uji lanjutan antara
model fixed effect vs random effect dengan menggunakan uji Hausman.
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan model, dilakukan pula uji
LM untuk menentukan model terbaik antara pooled least squared vs
random effect. Ketiga uji tersebut dilakukan secara bertahap hingga
didapatkan model yang paling terbaik berdasarkan uji-uji statistik
tersebut. Setelah didapatkan model panel terbaik, maka model tersebut
akan dijadikan dasar dalam menganalisa besaran dampak perubahan dari
masing-masing variabel independen terhadap perubahan variabel
dependen.

24
Dampak yang dimaksud mencerminkan kontribusi dari masing-masing
variabel independen, baik laju ekspor, laju impor, laju interaksi impor
pada tariff tertentu, laju daya saing produk Indonesia di dunia, tarif impor
maupun laju daya saing produk Indonesia di dunia pada tariff tertentu.
Semakin besar kontribusi suatu variabel artinya mencerminkan nilai
bobot yang tinggi dari variabel tersebut. Hal ini dikarenakan dampak
yang diakibatkan oleh variabel tersebut cukup besar dalam
mempengaruhi laju pertumbuhan industri manufaktur. Untuk
mengetahui dampak langsung dari keempat indikator di atas,
diasumsikan bahwa dengan adanya kerjasama perdagangan antara
Indonesia dan Kanada akan berdampak pada liberalisasi tarif. Artinya
perubahan tarif diasumsikan mendekati nol atau tidak berubah. Bobot
masing-masing variabel tersebut disimbolkan dengan koefisien
𝜋𝐼𝐸 (𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟) , 𝜋𝐼𝐼 (𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑖𝑚𝑝𝑜𝑟) ,
𝜋𝐼𝑅𝐶𝐴 (𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑎𝑖𝑛𝑔) dan 𝜋𝐼𝑇 (𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑓𝑓).

(ii) Perhitungan Indeks Prioritas Produk


Dalam menganalisis produk prioritas untuk Request dalam
negosiasi menggunakan beberapa variable yang terkait dengan
penawaran ekspor, permintaan impor, daya saing dan hambatan tariff
perdagangan. Variabel-variabel tersebut adalah pertumbuhan ekspor,
pertumbuhan impor, daya saing produk Indonesia, dan tarif yang
mengacu pada Kajian Puska KPI (2015). Setelah dilakukan penetapan
besaran bobot dari masing-masing variabel, selanjutnya dilakukan
perhitungan indeks dari masing-masing variabel tersebut sesuai besaran
bobot masing-masing. Rincian perhitungan indeks masing-masing
variabel ditunjukkan pada Tabel 2.1.

25
Tabel 2.1. Perhitungan Indeks dari Variabel Penentu Indeks Prioritas
Produk

Indeks Rumus Keterangan


Indeks 𝑁𝑇𝑔𝐸−𝑁𝐸 IE: indeks penawaran ekspor
Penawaran IE = 𝑁𝑡𝑔𝐸−𝑁𝑇𝑟𝐸
NTgE : nilai tertinggi dari Ekspor
Ekspor
NE : nilai ekspor pada tahun
observasi
NTrE : nilai terendah dari ekspor
Indeks 𝑁𝑇𝑔𝐼−𝑁𝐼 II: indeks permintaan Impor
Permintaan II = 𝑁𝑡𝑔𝐼−𝑁𝑇𝑟𝐼
NTgI : nilai tertinggi dari Impor
Impor
NI : nilai Impor pada tahun
observasi
NTrI : nilai terendah dari Impor
Indeks 𝑁𝑇𝑔𝑅𝐶𝐴−𝑁𝑅𝐶𝐴 IRCA: indeks daya saing produk
Daya Saing IRCA = 𝑁𝑡𝑔𝑅𝐶𝐴−𝑁𝑇𝑟𝑅𝐶𝐴
Indonesia
NTgRCA : nilai tertinggi dari daya
saing produk Indonesia
NRCA : nilai daya saing produk
Indonesia pada tahun observasi
NTrRCA : nilai terendah dari daya
saing produk Indonesia
Indeks IT: indeks Tariff Indonesia
IT =
Hambatan 𝑁𝑇𝑔𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓𝑓−𝑁𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓𝑓
terhadap mitra
Tariff 𝑁𝑡𝑔𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓𝑓−𝑁𝑇𝑟𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓𝑓
NTgTariff : nilai tertinggi dari Tariff
Indonesia terhadap mitra

26
NTariff : nilai Tariff Indonesia
terhadap mitra pada tahun
observasi
NTrTariff : nilai terendah dari Tariff

Analisis penyusunan indeks prioritas perdagangan adalah


menyusun beberapa indikator perdagangan dalam suatu indeks untuk
menentukan prioritas produk yang akan diajukan dalam request dalam
perundingan perdagangan barang Indonesia-mitra. Penyusunan indeks
akan menggunakan nilai dengan rentang indeks dari 0 sampai dengan 1.
Nilai mendekati nol menunjukkan produk dengan prioritas terendah
sedangkan nilai mendekati 1 menunjukkan prioritas produk tertinggi yang
akan diajukan dalam request dalam perundingan. Berikut ini adalah
formulasi perhitungan indeks prioritas produk dalam request

𝐼𝑃𝑃 = 𝜋𝐼𝐸 𝐼𝐸 + 𝜋𝐼𝐼 𝐼𝐼 + 𝜋𝐼𝑅𝐶𝐴 𝐼𝑅𝐶𝐴 + 𝜋𝐼𝑇 𝐼𝑇

Dimana :
IPP : Indeks Prioritas Produk
𝜋𝐼𝐸 : Bobot Indeks penawaran ekspor
𝜋𝐼𝐼 : Bobot Indeks permintaan impor
𝜋𝐼𝑅𝐶𝐴 : Bobot Indeks daya saing
𝜋𝐼𝑇 : Bobot Indeks hambatan tariff
IE : Indeks penawaran ekspor
II : Indeks permintaan impor
IRCA : Indeks daya saing
IT : Indeks hambatan tariff

27
Berdasarkan persamaan di atas, dapat didefinisikan Indeks
prioritas produk merupakan hasil penjumlahan indeks dari keempat
variabel di atas setelah dikali dengan bobot masing-masing variabel. Hasil
perhitungan inilah yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan
produk unggulan yang menjadi prioritas dalam perdagangan, dalam
skema request.

Telah disampaikan bahwa dalam menganalisis produk prioritas


Request dalam negosiasi menggunakan beberapa variabel yang terkait
dengan penawaran, permintaan, daya saing dan hambatan perdagangan.
Variabel-variabel tersebut adalah nilai dan pertumbuhan ekspor, nilai dan
pertumbuhan impor, daya saing produk Indonesia, dan tarif yang
mengacu pada kajian Puska KPI (2015). Rincian masing-masing variabel
dapat dilihat pada Gambar 2.4.

28
Penyusunan indeks akan dilakukan pada masing-masing indikator
sebagai berikut:

 Tarif mitra &


Indonesia

Gambar 2.4. Variabel yang Digunakan dalam Menyusun Indeks Prioritas


Request

Variabel-variabel yang digunakan untuk menyusun Indeks


Request mengacu pada Puska KPI (2015). Dalam Puska KPI (2015)
disampaikan bahwa komoditi yang perlu jadi prioritas untuk
dinegosiasikan adalah memiliki peranan (share) yang besar terhadap
total ekspor, memiliki pertumbuhan ekspor yang tinggi, memiliki basis
keunggulan yang besar, dan proteksi di negara tujuan relatif masih tinggi.
Hal yang juga sangat penting adalah besarnya permintaan suatu Negara
terhadap suatu produk/komoditi.
Dengan demikian untuk menyusun Indeks Request, dalam analisis
ini digunakan beberapa variabel yaitu: Indeks Permintaan Impor, Indeks
Penawaran Ekspor, Indeks Daya Saing Produk, dan Indeks Hambatan
Perdagangan. Secara khusus Indeks Request terdiri dari Indeks
Permintaan Impor mitra, Indeks Penawaran Ekspor Indonesia, Indeks
Daya Saing Indonesia dan Indeks Hambatan Perdagangan mitra terhadap

29
produk Indonesia. Sedangkan untuk potensial Indeks Request mitra
terdiri dari Indeks Permintaan Impor Indonesia, Indeks Penawaran Ekspor
mitra Indeks Daya Saing mitra dan Indeks Hambatan Perdagangan
Indonesia terhadap produk mitra.
Selain penggunaan indeks-indeks tersebut di atas, dalam
menyusun Indeks Request, juga diperlukan masukan dari para pelaku
usaha melalui Focus Group Discussion (FGD).

30
BAB III. METODOLOGI
PENELITIAN

3.1. DATA

Analisa yang dilakukan didasarkan pada data-data sekunder yang


dapat diakses secara terbuka dari berbagai sumber. Keragaan dari
beberapa negara mitra dagang Indonesia didasarkan atas data-data yang
diambil dari World Development Indicators, dan UN-COMTRADE.
Selanjutnya analisa mengenai perdagangan bilateral Indonesia dengan
negara mitra didasarkan dari data-data perdagangan yang tersedia secara
detail di WITS Database dan TRADEMAP.

3.2. PENENTUAN SUBSEKTOR YANG DIANALISA

Mempertimbangkan variasi sub-sektor yang ada, penelitian ini


hanya berfokus kepada sektor-sektor prioritas yang penentuannya
didasarkan atas beberapa aspek. Aspek pertama adalah sektor-sektor
yang menjadi fokus kementerian perindustrian yang terdiri atas 5 sektor
utama, yaitu sektor industri elektronik, sektor industri kimia, sektor
industri makanan dan minuman, sektor industri otomotif, sektor industri
tekstil dan busana. Aspek kedua mencakup kemampuan Indonesia dalam
memproduksi komoditas yang ingin diperdagangkan dengan
menggunakan ukuran Indeks Penawaran Ekspor. Aspek ketiga mencakup
daya saing dari komoditas Indonesia pada pasar internasional khususnya
di negara mitra yang dianalisa.

Terkait dengan aspek kedua dan ketiga, mekanisme yang dilakukan


pada dasarnya merupakan bagian dari penentuan Request Indonesia di

31
setiap kerjasama perdagangan yang sedang dinegoisasikan. Namun
demikian, fokus penelitian ini terdapat pada kemampuan Indonesia
untuk memproduksi komoditasnya dan kemampuan bersaing di pasar
negara mitra.

Indeks Penawaran Ekspor dihitung dengan mempertimbangkan


beberapa indikator, yang meliputi ekspor Indonesia ke negara mitra baik
baik dalam nilai ekspor maupun pertumbuhan ekspor, dan ekspor
Indonesia ke seluruh negara mitra FTA baik dalam nilai ekspor maupun
pertumbuhannya. Sementara itu, Indeks Daya Saing diukur dengan
menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA).

3.3. REVEALED COMPARATIVE ADVANTAGE (RCA)

Dalam perkembangan teori perdagangan internasional, terdapat 2


(dua) teori yang didasarkan atas keunggulan comparative, yaitu teori
Hecscher-Ohlin (H-O) dan toeri Ricardian. Toeri Ricardian
mengasumsikan bahwa keunggulan comparative muncul atas adanya
perbedaan teknologi antar negara. Sementara itu, teori H-O
mengasumsikan teknologi yang digunakan setiap negara adalah sama,
yang membedakannya adalah biaya yang muncul dalam produksi di
setiap negara, khususnya yang terkait dengan biaya faktor produksi.

Dikarenakan pengukuran keunggulan comparative berdasarkan


teori H-O sulit dilakukan, maka Balassa (1965) berargumen bahwa tidak
perlu memasukkan semua aspek yang dapat mempengaruhi keunggulan
comparative sebuah negara dalam perhitungan. Balassa (1965)
merumuskan sebuah ukuran keunggulan comparative dengan
menggunakan pola perdagangan (ekspor) yang selanjutnya dikenal

32
dengan konsep revealed comparative advantage (RCA). Konsep
keunggulan comparative tersebut juga dikenal dengan Balassa index,
dimana daya saing dari sebuah negara dianalisa dengan menidentifikasi
apakah pola perdagangan (ekspor) yang dilakukan oleh negara tersebut
memiliki “revealed” comparative advantage dibandingkan dengan
mencari sumber dari keunggulan comparative.

Konsep RCA yang dirumuskan oleh Balassa (1965) pada dasarnya


sejalan dengan konsep yang digunakan oleh Liesner (1958) dimana daya
saing sebuah negara dapat diukur dengan:

𝑅𝐶𝐴1 = 𝑋𝑖𝑗 ⁄𝑋𝑛𝑗

Dimana X merepresentasikan ekspor, i merepresentasikan negara, j


merepresentasikan komoditas atau industri, dan n merepresentasikan
kumpulan negara. Berbeda dengan ukuran RCA berdasakan konsep
Liesner (1958), model RCA yang dikembangkan oleh Balassa (1965) jauh
lebih kompleks, yaitu:

(𝑋𝑖𝑗 ⁄𝑋𝑖𝑡 ) (𝑋𝑖𝑗 ⁄𝑋𝑛𝑗 )


𝑅𝐶𝐴2 = =
(𝑋𝑛𝑗 ⁄𝑋𝑛𝑡 ) (𝑋𝑖𝑡 ⁄𝑋𝑛𝑡 )

Dimana X merepresentasikan ekspor, i merepresentasikan negara, j


merepresentasikan komoditas atau industri, t merepresentasikan
kumpulan komoditas atau industri, dan n merepresentasikan kumpulan
negara. Jika dilihat dari persamaannya, RCA secara tidak langsung
mencerminkan perbandingan dari dua rasio, yaitu rasio ekspor komoditas
j relatif terhadap total ekspor ke negara i, dan rasio ekspor komoditas j
relatif terhadap total ekspor ke kumpulan negara n.

33
3.4. CONSTANT MARKET SHARE ANALYSIS (CMSA)

Constant Market Share Analysis (CMSA) merupakan metode yang


dapat digunakan untuk menganalisa kinerja perdagangan sebuah negara
dengan mitranya. Scara teknis, CMSA merupakan sebuah metode untuk
mendekomposisi (memecah) pertumbuhan ekspor sebuah negara
menjadi beberapa komponen dengan mempertahankan market share
konstan. Ekspor sebuah negara bisa saja tumbuh lebih cepat atau bisa
juga tumbuh lambat dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekspor
negara-negara di dunia, dikarenakan ekspor dari negara tersebut yang
terkonsentrasi pada komoditas yang permintaannya tumbuh relatif lebih
cepat atau lebih lambat. Argumen lain yang mungkin dapat juga
menjelaskan pertumbuhan ekspor sebuah negara adalah adanya profil
ekpor di regional yang didominasi oleh negara-negara yang mengalami
pertumbuhan yang lebih cepat. Salah satu aspek yang dapat
mengakibatkan perubahan kondisi tersebut adalah perjanjian
perdagangan.

CMSA memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan analisa-


analisa lain. Pertama, CMSA secara procedural relatif lebih mudah untuk
menganalisa dinamika pertumbuhan ekspor yang kompleks. Kedua,
CMSA juga memiliki landasan teori yang cukup kuat, salah satunya adalah
dapat diturunkan dari model perdagangan Armington. Ketiga, CMSA
dapat memberikan informasi yang sangat berguna terkait dengan daya
saing komoditas sebuah negara, dan dapat digunakan untuk
merumuskan strategi peningkatan daya saing sebuah negara dan juga
mengevaluasi dampak dari sebuah kebijakan yang terkait dengan
perdagangan.

34
Terdapat berbagai macam metode perhitungan CMSA dalam
literatur. Sebagai dasar dari penurunan CMSA, maka digunakan CMSA
berdasarkan konsep Leamer dan Stern, yang menggunakan pertumbuhan
nilai dari ekspor. Jika diasumsikan perubahan nilai ekspor sebuah negara
dalam dua periode adalah sebagai berikut:

𝑋𝑟1 − 𝑋𝑟0

Maka pertumbuhan ekspor negara tersebut adalah:

𝑋𝑟1 − 𝑋𝑟0 = 𝑔𝑟 𝑋𝑟0

Jika diasumsikan pertumbuhan ekspor dunia adalah


1 0 )/𝑋 0
𝑔 = (𝑋𝑤 − 𝑋𝑤 𝑤 , dan selanjutnya sisi kanan kita tambahkan dan

kurangkan dengan 𝑔𝑋𝑟0 , maka

𝑋𝑟1 − 𝑋𝑟0 = 𝑔𝑟 𝑋𝑟0 + 𝑔𝑋𝑟0 − 𝑔𝑋𝑟0

𝑋𝑟1 − 𝑋𝑟0 = 𝑔𝑋𝑟0 − (𝑔𝑟 − 𝑔)𝑋𝑟0

Persamaan diatas merupakan dekomposisi pertumbuhan ekspor yang


paling sederhana. Komponen pertama, 𝑔𝑋𝑟0 , merepresentasikan world
growth effect. Nilai ini menunjukkan kepada pembaca tentang
pertumbuhan ekspor dari negara r jika mengikuti laju pertumbuhan
ekspor dunia. Selanjutnya, komponen kedua, (𝑔𝑟 − 𝑔)𝑋𝑟0 , menunjukkan
competitiveness effect. Nilai ini menunjukkan aspek lain yang
mempengaruhi pertumbuhan ekspor sebuah negara selain daripada
pertumbuhan ekspor dunia. Jika competitiveness effect memiliki nilai
negatif, maka ekspor negara tersebut tumbuh lebih lambat dibandingkan
dengan ekspor dunia, yang mengakibatkan negara tersebut kehilangan
market share-nya. Sebaliknya, jika competitiveness effect memiliki nilai
positif, maka ekspor negara tersebut tumbuh lebih cepat dibandingkan

35
dengan ekspor dunia, yang mengakibatkan negara tersebut mendapat
peningkatan market share.

Fungsi CMSA di atas dapat dikembangkan lebih lanjut dengan


mendekomposisi (memecah) kembali residualnya dengan memasukkan
aspek struktur dari ekspornya. Dengan menggunakan prosedur
penurunan yang sama, maka dapat dihasilkan fungsi CMSA sebagai
berikut:

0 0
𝑋𝑟1 − 𝑋𝑟0 = 𝑔𝑋𝑟0 + ∑(𝑔𝑖 − 𝑔)𝑋𝑖𝑟 + ∑(𝑔𝑖𝑟 − 𝑔𝑖 )𝑋𝑖𝑟
𝑖 𝑖

Dimana i merepresentasikan komoditas, gi merepresentasikan


pertumbuhan ekspor komoditas i, dan gir merepresentasikan
pertumbuhan ekspor komoditas i dari negara r. Pada persamaan yang
dikembangkan ini, komponen pertama ( 𝑔𝑋𝑟0 ) mencerminkan word
0
growth effect; komponen kedua ( ∑𝑖(𝑔𝑖 − 𝑔)𝑋𝑖𝑟 ) mencerminkan
0
commodity effect; dan komponen ketiga ( ∑𝑖(𝑔𝑖𝑟 − 𝑔𝑖 )𝑋𝑖𝑟 )
mencerminkan competitiveness effect.

36
BAB IV
GAMBARAN KONDISI MAKRO
NEGARA MITRA FTA

Kondisi makro suatu negara dapat menggambarkan kinerja


pembangunan yang telah dilaksanakan dan bisa digunakan pula untuk
memprediksi kondisi yang ada. Beberapa indikator makro yang
digunakan untuk melihat keterkaitan dengan peluang pasar sektor
industri adalah GDP current, tingkat pertumbuhan GDP, nilai tambah jasa
sebagai persentase GDP, pengeluaran konsumsi, populasi dan GDP per
kapita.

GDP (Gross Domestic Product) atau Produk Domestik Bruto (PDB)


merupakan ukuran moneter dari nilai pasar keseluruhan produk berupa
barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu
negara selama satu tahun. Apabila dilihat secara umum, Cina memiliki
keunggulan dalam GDP current, pertumbuhan dan jumlah penduduk.
Namun apabila dilihat dari GDP per kapita sebesar 8.827 USD, Cina masuk
ke dalam kategori negara berpendapatan menengah tinggi
(Upper Middle Income). Adapun negara mitra yang masuk dalam
pendapatan tinggi (High Income) adalah Australia, New Zealand, Chile,
Jepang, Korea. Sedangkan Pakistan dan India berdasarkan kategori World
Bank masih merupakan kelompok pendapatan menengah
(Middle Income).

Jepang, Australia dan New Zealand memiliki persentase yang relatif


tinggi dibandingkan dengan negara mitra lainnya dalam nilai tambah

37
dalam bidang jasa. Hal ini menggambarkan bahwa sektor jasa yang
didalamnya termasuk perdagangan grosir/retail dan lainnya masih
memiliki peluang. Di negara mitra lainnya terlihat masih di atas 50 persen,
sedangkan persentase nilai tambah jasa yang paling kecil terdapat di India
sebesar 48.93 persen.
Pengeluaran konsumsi final merupakan banyaknya pengeluaran
konsumsi akhir rumah tangga maupun pengeluaran konsumsi akhir
pemerintah. Persentase tertinggi dalam pengeluara konsumsi akhir
adalah Pakistan yang mencakup 93,22 persen, sedangkan persentase
terendah adalah China sebesar 52,65. Pengeluaran final konsumsi ini
dapat menggambarkan penggunaan sumber daya relatif terhadap
pasokan sumber daya. Tabel 4.1 secara lebih rinci menggambarkan
indicator makro pada delapan negara mitra FTA.

38
Tabel 4.1. Indikator Makro Negara Mitra FTA
Indicators Australia New Chile China India Jepang Korea Pakistan
Zealand
GDP 1,323.42 205.85 277.08 12,237.70 2,597.4 4,872.14 1,530.7 304.95
Current 9 5
(billion
US$)
GDP growth 1.96 3.03 1.49 6.90 6.62 1.71 3.06 5.70
(annual %)
Services, 66.97 65.61 57.59 51.63 48.93 68.78 52.84 53.09
value
added (% of
GDP)
Final 75.36 75.21 76.24 52.65 70.23 75.46 63.43 93.22
consumptio
n
expenditur
e (% of
GDP)
Populasi
(million) 24.60 4.79 18.05 1,386.40 1,339.1 126.79 51.47 197.02
8
GDP per 1,547.85
capita 53,799.94 42,940.58 15,346. 8,826.99 1,939.6 38,428.10 29,742.
(current 45 1 84
US$)
Sumber : World Development Indicator

Total permintaan akhir negara mitra dapat dibagi menjadi dua


yaitu domestik dan asing. Apabila melihat total demand yang dibutuhkan
asing terlihat bahwa masih banyak peluang terbuka untuk mengisi
pasokan asing. Kisaran permintaan total demand asing di atas 20 persen
yaitu Korea yang mencapai 32.86 persen, Chile 28.76 persen, New
Zealand 25.67 persen dan India 23.53 persen. Di satu sisi, kontribusi
Indonesia dalam memanfaatkan peluang tersebut masih sangat rendah,
hanya berkisar 0.58-3.67 persen. Hal tersebut menunjukkan adanya
peluang untuk mengembangkan ekspor Indonesia ke delapan negara
tujuan yang dianalisa. Tabel 4.2 memperlihatkan secara rinci total final
demand pada delapan negara mitra FTA.

39
Tabel 4.2. Final Demand Negara Mitra FTA
Australia New Chile China India Jepang Korea
Zealand
Domestik 80.79% 74.33% 71.24% 84.54% 76.47% 86.60% 67.14%
(% total
final
demand)
Asing (% 19.21% 25.67% 28.76% 15.46% 23.53% 13.40% 32.86%
total final
demand)
Kontribusi 2.98% 1.64% 0.58% 2.41% 2.72% 3.67% 3.01%
Indonesia
(% asing)
Sumber: OECD-WTO TIVA DATABASE, 2016

Gambar 4.1 menggambarkan persentase nilai impor pada


beberapa sektor yaitu sektor manufaktur, bahan bakar minyak, bahan
baku pertanian dan bijih dan logam. Secara umum dapat dilihat bahwa
negara-negara Asia yang dianalisa memiliki impor yang besar diantara 8
negara yang dianalisa sehingga bisa sebagai peluang bagi Indonesia
dalam mengembangkan pasar ekspor. Selain itu impor yang dilakukan
sebagian besar didominasi oleh barang-barang manufaktur yang bisa
menjadi peluang untuk industri domestik di Indonesia.

Terkait dengan impor negara mitra, sebagian besar (lebih dari


50%) komoditas yang diimpor kedelapan negara mitra digunakan sebagai
intermediate input seperti terdapat pada Tabel 4.3. Pada sisi lain,
kontribusi Indonesia masih sangat rendah dan belum menunjukkan
perbaikan dalam kurun waktu 1 dasawarsa terakhir. Oleh karena itu
masih diperlukan dorongan untuk dapat memanfaatkan peluang pasar
yang masih terbuka.

40
Tabel 4.3. Impor Negara Mitra FTA
Final Demand Intermediate Kontribusi
(persen Input (persen Indonesia (% % import from
Negara terhadap terhadap terhadap total Indonesia as
total) total) import) intermediate input
2001 2011 2001 2011 2001 2011 2001 2011
Australia 44.97 48.72 55.03 51.28 3.51 2.98 75.01 61.87
New Zealand 41.53 47.98 58.47 52.02 1.14 1.27 73.15 64.13
Chile 47.06 48.08 52.94 51.92 0.61 0.34 67.18 58.16
China 28.15 21.11 71.85 78.89 1.47 1.82 75.74 82.14
India 27.73 31.04 72.27 68.96 1.27 2.53 56.42 67.21
Jepang 40.37 30.34 59.63 69.66 3.11 3.56 77.61 85.51
Korea 27.05 18.40 72.95 81.60 2.43 3.09 88.62 90.06
Sumber: OECD-WTO TIVA DATABASE, 2016

41
Agricultural
Australia Food
raw New Zealand Agricultura
material Food
7% l raw
1%Fuels 12% material
11% Ores &
metals 1% Fuels
1% 9% &
Ores
metals
1%

Manufactu
Manufacture
re
80%
77% Total Impor 40.115 (1000 USD)
Total Impor 228,58 (1000 USD)

Chile Agricultural China Food Agricultural raw


Food raw 7% material…
10% material Fuels
1% Fuels 11%
15%
Ores &
Ores & metals
metals 10%
Manufacture
1%
69%
Manufactu
re
73%
Total Impor 65.162 (1000 USD) Total Impor 1.841.889 (1000 USD)

Food; 5,8;
India 6%
Agricultura
l raw
Jepang Agricultura
Food
material; l raw
10%
2,1; 2% Fuels; 29,3; material
1%
30%
Fuels
Manufactu 22%
re; 56,1;
56%
Ores &
metals; 6,1; Manufacture Ores &
6% 61% metals…
Total Impor 671.921 (1000 USD)
Total Impor 447.241 (1000 USD)

Agricultural
Korea raw Pakistan Food
Food material Agricultur
12%
6% 1% al raw
material
Fuels 4%
23%

Fuels
Manufactu 24%
Manufactur
re
e…
63% Ores &
Ores &
metals
metals
Total Impor 478.478 (1000 USD) 7% Total Impor 57.746 (1000 USD) 4%

Gambar 4.1. Keragaan Impor Delapan Negara Mitra FTA

42
Australia
Manufactur New Zealand
e Makanan Manufacture
16% 16% Bahan Baku Ores & 18%
metals
pertanian
3%
3%
Fuel…

Agricultur
al raw Food
Ores & 65%
material
metals Fuels 12%
32% 33%

Total Ekspor 230,829 (1000 USD) Total Ekspor 38.044 (1000 USD)

Agricultural
Manufactur China Food raw
Chilli e 3% material
Fuels
14% 1%1%
Food
24% Agricultural Ores &
raw metals
material 1%
6%

Fuels
1%

Ores & Manufact


metals ure
55% Total Ekspor 68,306 (1000 USD) Total
94%Ekspor 2,263,329 (1000 USD)

India Food Jepang Agricultur


Agricultural
12% al raw
raw
material Foo… Fuels Ores &
material 2% metals
1%
1% 2%
Fuels
12%

Ores &
metals
Manufactur 4%
e
71% Manufact
ure
Total Ekspor 298.376 (1000 USD) Total
94%
Ekspor 698.131 (1000 USD)

Korea Agricultural
Pakistan
Food raw Fuels Agricultur
1% material 6% Food
Ores & al raw
1% 19%
metals material
2% 1% Fuels
1%
Ores &
metals
2%

Manufactur Manufact
e ure
90% Total Ekspor 573.694 (1000 USD) 77% Total Ekspor 21.569 (1000 USD)

Gambar 4.2. Keragaan Ekspor Delapan Negara Mitra FTA

43
Gambar 4.2 menunjukkan keragaan ekspor delapan negara mitra
FTA. Berdasarkan data terlihat bahwa delapan negara mitra yang
dianalisa juga memiliki ekspor yang cukup besar, namun dengan karakter
yang berbeda satu dengan lainnya (jenis komoditas ekspor utama). Selain
itu pasar di negara-negara Asia tetap memiliki potensi yang besar untuk
digali lebih dalam lagi, khususnya untuk produk sektor manufaktur
Indonesia.
Kontribusi asing dalam pembentukan value added dari
komoditas-komoditas yang diekspor oleh delapan negara mitra yang
dianalisa sangat besar pada negara Asia, khususnya Korea, China, dan
India seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.4. Potensi ini belum
dimanfaatkan secara optimal oleh Indonesia, menunjukkan masih
kurangnya partisipasi Indonesia dalam Global Value Chain.
Tabel 4.4. Total Gross Export Negara Mitra FTA
New
Australia Chile China India Jepang Korea
Zealand
Domestik (% total
86.09% 83.18% 79.79% 67.89% 75.97% 85.30% 58.37%
gross export)
Asing (% total gross
13.91% 16.82% 20.21% 32.11% 24.03% 14.70% 41.63%
export)
Kontribusi Indonesia
5.71% 2.07% 0.64% 2.02% 2.63% 4.40% 3.70%
(% asing)
Sumber: OECD-WTO TIVA DATABASE, 2016

44
BAB V
INDUSTRI ELEKTRONIK

Industri elektronik mengambil sampel produk HS 851010 yaitu


shavers; with self-contained electric motor. Produk ini memiliki nilai
Indeks Penawaran Ekspor (IPE) sebesar 0.063 dan merupakan ranking
sebelas pada kelompok industri elektronik. Selain itu, produk ini memiliki
Indeks Daya Saing (IDS) sebesar 0.035 dan masuk dalam ranking ke tiga.

A. Negara Tujuan Ekspor

Lima negara tujuan utama ekspor untuk produk HS 851010


(shavers; with self-contained electric motor) saat ini yaitu negara Kanada,
Perancis, Belanda, Hungaria dan Amerika Serikat. Perkembangan nilai
ekspor ke lima Negara tujuan utama disajikan pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Tujuan Utama Ekspor Indonesia untuk HS 851010

45
Dari kelima Negara tujuan ekspor utama produk HS 851010, nilai
ekspor terbesar berada di Belanda dengan nilai 16.296.100 USD pada
tahun 2017, diikuti oleh Perancis dan Amerika Serikat.

B. Ekspor Produk ke Delapan Negara Mitra

Adapun perkembangan ekspor Indonesia untuk produk HS


851010 (shavers; with self-contained electric motor) ke 8 negara mitra
FTA dapat dilihat pada Gambar 5.2. Dari ke delapan Negara mitra FTA
tidak terdapat kecenderungan yang terlihat akan Negara mana yang
paling besar menerima ekspor dari Indonesia. Selama lima tahun terakhir,
Negara Chile dan China, Jepang dan Pakistan relatif konsisten sebagai
Negara tujuan ekspor dengan nilai ekspor yang fluktuatif dan walaupun
dalam tahun tertentu nilai ekspornya tidak ada. Selebihnya untuk Negara
India, Korea dan New Zealand memberikan kontribusi yang relatif kecil
bahkan untuk Negara Australia yang belum menjadi tujuan ekspor untuk
produk HS 851010. Hal ini sangat disayangkan mengingat Australia dan
Indonesia memiliki kesepakatan kerjasama perdagangan dalam skema
AANZ FTA.

46
Gambar 5.2 Perkembangan Ekspor Indonesia untuk HS 851010 ke 8
Negara Mitra FTA

Sejalan dengan perkembangan nilai ekspor ke delapan Negara


mitra FTA, Tabel 5.1 menyajikan besaran nilai RCA yang menunjukkan
daya saing ekspor ke Negara tujuan dimana jika nilai RCA lebih dari 1
maka daya saing ekspor ke Negara tersebut dapat dikatakan baik. Jika
dilihat lebih lanjut, Negara yang relatif konsisten memiliki nilai RCA lebih
dari 1 adalah Negara Chile.

Tabel 5.1. Revealed Comparative Advantage 8 Negara Mitra FTA


untuk HS 851010
Tahun Australia Chile China India Japan Korea Pakistan New
Rep. Zealand
2013 0 28.64 0.00 4.05 0.05 0 0.00 0.36
2014 0 4.80 0.00 0.00 0.00 0 0.02 0.00
2015 0 0.07 0.01 0.01 0.06 0 0.03 0.00
2016 0 0.05 0.16 0.00 0.00 0 0.03 0.00
2017 0 66.61 0.45 0.00 0.02 0 0.08 4.77

47
C. Constant Market Share Analysis untuk HS 851010

Analisis Constant Market Share Analysis digunakan untuk


menganalisis dekomposisi pertumbuhan ekspor suatu Negara melalui
tiga komponen utama yaitu: (1) Efek Pertumbuhan Impor, (2) Efek
Komposisi Komoditi, dan (3) Efek Daya Saing. Analisis CMSA di 8 Negara
mitra FTA untuk HS 851010 disajikan pada Tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2. Constant Market Share Indonesia di Pasar 8 Negara Mitra


FTA untuk HS 851010

Negara Mitra Tahun Efek Efek Komposisi Efek Daya


FTA Pertumbuhan Komoditi (%) Saing (%)
Impor (%)

Australia 2013/2014 NA NA NA
2014/2015 NA NA NA
2015/2016 NA NA NA
2016/2017 NA NA NA
Chile 2013/2014 9.64 10.62 -19.27
2014/2015 14.52 15.34 -28.86
2015/2016 16.80 20.27 -36.07
2016/2017 0.01 0.00 0.99
China 2013/2014 0.00 0.00 1.00
2014/2015 -0.24 0.84 0.40
2015/2016 -0.26 1.42 -0.16
2016/2017 3.93 1.30 -4.23
India 2013/2014 1.27 -48.41 48.14
2014/2015 0.00 0.00 1.00
2015/2016 8.90 15.02 -22.92
2016/2017 0.00 0.00 1.00
Japan 2013/2014 2.64 12.62 -14.26
2014/2015 -1.92 2.85 0.07
2015/2016 3.01 -23.17 21.16
2016/2017 0.00 0.00 1.00
Korea Rep. 2013/2014 NA NA NA
2014/2015 NA NA NA

48
2015/2016 NA NA NA
2016/2017 NA NA NA
Pakistan 2013/2014 0.00 0.00 1.00
2014/2015 -9.86 -40.86 51.72
2015/2016 7.66 146.48 -153.14
2016/2017 9.27 -13.95 5.68
New Zealand 2013/2014 -7.33 -47.36 55.70
2014/2015 NA NA NA
2015/2016 NA NA NA
2016/2017 0 0 1

Secara umum, negara Chile memiliki efek pertumbuhan impor


yang meningkat. Hasil ini mengartikan bahwa produk HS 851010 memiliki
tingkat pertumbuhan impor Chile yang lebih tinggi dibandingkan tingkat
pertumbuhan impor Chile secara keseluruhan. Dengan kata lain,
pertumbuhan impor produk ini lebih besar dibandingkan dengan
pertumbuhan rata-rata impor Chile dari pasar dunia. Namun jika dilihat
efek daya saing untuk HS 851010 ke Negara Chile, terjadi penurunan daya
saing Indonesia pada periode yang sama.
Kemudian untuk Negara Pakistan, pada tahun 2015 hingga 2017
juga memiliki efek pertumbuhan impor yang meningkat yaitu sebesar
7.66% pada tahun 2015/2016 menjadi sebesar 9.27% pada tahun
2016/2017. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan impor
produk ini lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata
impor Pakistan dari pasar dunia. Lebih lanjut, efek daya saing pada
periode yang sama juga mengalami peningkatan dari -153.14% menjadi
5.68%. Sehingga seharusnya terjadi peningkatan impor Pakistan dari
Indonesia karena produk ini sendiri di pasar Pakistan mengalami
pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan tingkat rata-rata impor Pakistan
dari pasar dunia.

49
Selebihnya, Negara mitra lainnya belum menunjukkan peluang yang
baik bagi Indonesia. Dari ke delapan Negara mitra FTA terdapat dua
Negara yang tidak dapat diperoleh analisis CMSA yaitu Australia dan
Korea disebabkan tidak adanya ekspor produk HS 851010 dari Indonesia
ke kedua Negara tersebut.

D. Keragaan Pasar di Delapan Negara Mitra

Untuk melihat kondisi pasar untuk produk HS 851010 di pasar


delapan negara mitra, perlu dilakukan analisis pesaing yang memasok
produk tersebut pada masing-masing negara mitra FTA. Berikut akan
diuraikan negara yang menjadi pesaing Indonesia pada delapan negara
mitra.

Eksportir HS 851010 ke Australia

Permintaan produk HS 851010 untuk memenuhi pasar Australia


pada periode tahun 2013-2017 disajikan pada Gambar 5.3. Berdasarkan
rata-rata nilai perdagangan pada periode 2013-2017 terdapat lima
negara eksportir terbesar HS 851010 ke Australia yaitu Cina, Jerman,
Hong Kong, Jepang, dan Belanda.

Negara eksportir HS 851010 terbesar ke Australia adalah Negara


China dengan nilai yang cenderung meningkat pada tahun 2013 hingga
2016, dan sempat mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadi
sebesar 12.355.080 USD. Kemudian, Negara eksportir HS 851010 terbesar
kedua adalah Negara Belanda namun dengan tren nilai yang semakin
menurun selama lima tahun terakhir. Kemudian dilanjutkan oleh Negara
Jerman, Jepang dan Hong Kong dengan nilai yang cenderung fluktuatif.

50
Secara umum, pesaing terkuat eksportir produk HS 851010 ke Australia
adalah Negara Cina dan Belanda.

Gambar 5.3. Eksportir HS 851010 ke Australia

Dari sisi hambatan tarif, tarif preferensi dan tarif MFN untuk impor ke
Negara Australia memiliki nilai yang sama yaitu 0%. Hal ini menunjukkan
tidak ada kekhususan bagi Negara mitra FTA jika akan mengekspor HS
851010 ke Negara Australia. Kemudian dari sisi hambatan non-
tarif/NTMs, Negara Australia menetapkan NTMs untuk HS 851010
disajikan pada Tabel 5.3 berikut.

51
Tabel 5.3. Hambatan Non Tarif HS 851010 ke Australia

No Kode NTMs Klasifikasi


1. A140 Special authorization requirement for SPS reasons
2. A860 Quarantine requirement
3. B140 Authorization requirement for TBT reasons
4. B150 Registration requirement for importers for TBT reasons
5. B310 Labelling requirements
6. B820 Testing requirement
7. B840 Inspection requirement
8. B900 TBT measures, n.e.s.
9. C300 Requirement to pass through specified port of customs
10. F300 Variable charges
11. F610 Custom-inspection, -processing and -servicing fees
12. F690 Additional charges, n.e.s
13. P130 Licensing- or permit requirements to export
14. P140 Export registration requirements
15. P500 Export taxes and charges
16. P610 Inspection requirement
17. P690 Export technical measures, n.e.s.

Eksportir HS 851010 ke New Zealand

Seperti hal nya dengan kondisi di Australia, permintaan produk HS


851010 untuk memenuhi pasar New Zealand pada periode tahun 2013-
2017 cenderung berfluktuasi. Lima negara yang memberikan kontribusi
terbesar ekspor produk HS 851010 ke New Zealand adalah Cina, Jerman,
Jepang, Belanda dan Australia seperti terlihat pada Gambar 5.4.

Cina merupakan Negara yang mengekspor produk HS 851010


terbesar ke Negara New Zealand. Nilai impor dari Negara Cina relatif
besar jika dibandingkan dengan ke empat Negara eksportir terbesar
lainnya. Nilai impor dari Negara Cina juga cenderung meningkat dari
tahun 2013 hingga 2017. Pada tahun 2017 nilai impor HS 851010 dari
Negara Cina ke New Zealand adalah sebesar 4093.000 USD. Kemudian
untuk Negara eksportir HS 851010 terbesar kedua ke New Zealand adalah

52
Negara Belanda yang memiliki tren meningkat dengan nilai impor pada
tahun 2017 adalah sebesar 873.440 USD. Kemudian dilanjutkan oleh
Negara Jerman, Jepang dan Australia dengan nilai yang cenderung
fluktuatif. Secara umum, pesaing terkuat eksportir produk HS 851010 ke
New Zealand adalah Negara Cina dan Belanda.

Gambar 5.4. Eksportir HS 851010 ke New Zealand

Dari sisi hambatan tarif, tarif preferensi dan tarif MFN untuk impor ke
Negara New Zealand memiliki nilai yang sama yaitu 0%. Hal ini
menunjukkan tidak ada kekhususan bagi Negara mitra FTA jika akan
mengekspor HS 851010 ke Negara New Zealand. Kemudian dari sisi
hambatan non-tarif/NTMs, Negara New Zealand menetapkan NTMs
untuk HS 851010 disajikan pada Tabel 5.4 berikut.

53
Tabel 5.4. Hambatan Non Tarif HS 851010 ke New Zealand
No Kode NTMs Klasifikasi
1. B140 Authorization requirement for TBT reasons
2. B310 Labelling requirements
3. B700 Product-quality or -performance requirement
4. B890 Conformity assessment related to TBT
5. E315 Labelling requirements
6. F610 Custom-inspection, -processing and -servicing fees
7. F710 Consumption taxes
8. P500 Export taxes and charges
9. P800 Inspection requirement
10. P900 Certification required by the exporting country

Eksportir HS 851010 ke Chile

Selanjutnya, permintaan produk HS 851010 untuk memenuhi


pasar Chile pada periode tahun 2013-2017 disajikan pada Gambar 5.5.
Lima Negara eksportir HS 851010 ke Negara Chile adalah Cina, Jerman,
Belanda, Meksiko dan Peru.

Gambar 5.5. Eksportir HS 851010 ke Chile

54
Cina merupakan Negara yang mengekspor produk HS 851010
terbesar ke Negara Chile. Nilai impor dari Negara Cina relatif besar jika
dibandingkan dengan ke empat Negara eksportir terbesar lainnya.
Namun nilai impor dari Negara Cina juga cenderung menurun dari tahun
2013 hingga 2017. Pada tahun 2017 nilai impor HS 851010 dari Negara
Cina ke Chile adalah sebesar 4.390.049 USD. Kemudian untuk Negara
eksportir HS 851010 terbesar kedua ke Chile adalah Negara Belanda yang
juga memiliki tren yang cenderung menurun dengan nilai impor pada
tahun 2017 adalah sebesar 712.743 USD. Kemudian dilanjutkan oleh
Negara Jerman, Meksiko dan Peru. Secara umum, pesaing terkuat
eksportir produk HS 851010 ke Chile adalah Negara Cina dan Belanda.

Dari sisi hambatan tarif, tarif preferensi dan tarif MFN untuk impor ke
Negara Chile memiliki nilai yang sama yaitu 6%. Hal ini menunjukkan tidak
ada kekhususan bagi Negara mitra FTA jika akan mengekspor HS 851010
ke Negara Chile. Kemudian dari sisi hambatan non-tarif/NTMs, Negara
Chile menetapkan NTMs untuk HS 851010 disajikan pada Tabel 5.5
berikut.

Tabel 5.5. Hambatan Non Tarif HS 851010 ke Chile

No Kode NTMs Klasifikasi


1. B310 Labelling requirements
2. B830 Certification requirement

Eksportir HS 851010 ke China

Permintaan produk HS 851010 untuk memenuhi pasar Cina pada


periode tahun 2013-2017 disajikan pada Gambar 5.6.

55
Lima negara yang memberikan kontribusi terbesar ekspor produk
HS 851010 ke Cina adalah Jerman, Jepang, Belanda, Amerika dan Asia
lainnya.

Gambar 5.6. Eksportir HS 851010 ke China

Jerman merupakan Negara yang mengekspor produk HS 851010


terbesar ke Negara Cina. Nilai impor dari Negara Jerman relatif tinggi jika
dibandingkan dengan ke empat Negara eksportir terbesar lainnya. Nilai
impor dari Negara Jerman juga cenderung meningkat dari tahun 2013
hingga 2017. Pada tahun 2017 nilai impor HS 851010 dari Negara Jerman
ke Cina meningkat cukup tajam menjadi sebesar 34.225.516 USD.
Kemudian untuk Negara eksportir HS 851010 terbesar kedua ke Cina
adalah Negara Belanda yang memiliki tren meningkat dengan nilai impor
pada tahun 2017 adalah sebesar 24.190.664 USD. Kemudian dilanjutkan
oleh Negara Jepang, Amerika Serikat dan Asia lainnya dengan nilai yang

56
cenderung fluktuatif. Secara umum, pesaing terkuat eksportir produk HS
851010 ke Cina adalah Negara Jerman dan Belanda.

Dari sisi hambatan tarif, tarif preferensi dan tarif MFN untuk impor ke
Negara Cina memiliki nilai yang sama yaitu 30%. Hal ini menunjukkan
tidak ada kekhususan bagi Negara mitra FTA jika akan mengekspor HS
851010 ke Negara Cina. Kemudian dari sisi hambatan non-tarif/NTMs,
Negara Cina tidak menetapkan NTMs untuk HS 851010.

Eksportir HS 851010 ke India

Permintaan produk HS 851010 untuk memenuhi pasar India pada


periode tahun 2013-2017 disajikan pada Gambar 5.7. Lima negara yang
memberikan kontribusi terbesar ekspor produk HS 851010 ke India
adalah Negara Cina, Jerman, Meksiko, Belanda dan Polandia.

Gambar 5.7. Eksportir HS 851010 ke India

57
Cina merupakan Negara yang mengekspor produk HS 851010
terbesar ke Negara India. Nilai impor dari Negara Cina relatif tinggi jika
dibandingkan dengan ke empat Negara eksportir terbesar lainnya.
Namun nilai impor dari Negara Cina cenderung menurun dari tahun 2013
hingga 2017. Pada tahun 2017 nilai impor HS 851010 dari Negara Cina ke
India adalah sebesar 4.091.898 USD. Kemudian untuk Negara eksportir
HS 851010 terbesar kedua ke India adalah Negara Jerman yang fluktuatif
dengan nilai impor pada tahun 2017 adalah sebesar 242.323 USD.
Kemudian dilanjutkan oleh Negara Meksiko, Belanda dan Polandia.
Secara umum, pesaing terkuat eksportir produk HS 851010 ke India
adalah Negara Cina dan Jerman.

Dari sisi hambatan tarif, tarif preferensi dan tarif MFN untuk impor ke
Negara India memiliki nilai yang sama yaitu 10%. Hal ini menunjukkan
tidak ada kekhususan bagi Negara mitra FTA jika akan mengekspor HS
851010 ke Negara India. Kemudian dari sisi hambatan non-tarif/NTMs,
Negara India tidak menetapkan NTMs untuk HS 851010.

Eksportir HS 851010 ke Jepang

Permintaan produk HS 851010 untuk memenuhi pasar India pada


periode tahun 2013-2017 disajikan pada Gambar 5.8. Lima negara yang
memberikan kontribusi terbesar ekspor produk HS 851010 ke Jepang
adalah Negara Cina, Jerman, Belanda, Asia lainnya dan Indonesia.

58
Gambar 5.8. Eksportir HS 851010 ke Jepang

Negara Cina merupakan Negara yang mengekspor produk HS


851010 terbesar ke Negara Jepang. Nilai impor dari Negara Cina relatif
tinggi jika dibandingkan dengan ke empat Negara eksportir terbesar
lainnya. Nilai impor dari Negara Cina cenderung meningkat dari tahun
2013 hingga 2017. Pada tahun 2017 nilai impor HS 851010 dari Negara
Cina ke Jepang adalah sebesar 148.665.206 USD. Kemudian untuk Negara
eksportir HS 851010 terbesar kedua dan ketiga ke Jepang adalah Negara
Jerman dan Belanda yang cenderung fluktuatif dengan nilai impor pada
tahun 2017 masing-masing adalah sebesar 63.053.934 USD dan
24.662.587 USD. Kemudian dilanjutkan oleh Negara Asia lainnya dan
Indonesia. Untuk Negara Indonesia sendiri memiliki tren yang cenderung
menurun. Hasil ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki
potensi/peluang untuk dapat meningkatkan daya saing untuk HS 851010
ke Negara Jepang. Secara umum, pesaing terkuat eksportir produk HS
851010 ke Jepang adalah Negara Cina, Jerman dan Jepang.

59
Dari sisi hambatan tarif, tarif preferensi dan tarif MFN untuk
impor ke Negara Jepang memiliki nilai yang sama yaitu 0%. Hal ini
menunjukkan tidak ada kekhususan bagi Negara mitra FTA jika akan
mengekspor HS 851010 ke Negara Jepang. Kemudian dari sisi hambatan
non-tarif/NTMs, Negara Jepang menetapkan NTMs untuk HS 851010
disajikan pada Tabel 5.6 berikut.

Tabel 5.6. Hambatan Non Tarif HS 851010 ke Jepang

No Kode NTMs Klasifikasi


1. B140 Authorization requirement for TBT reasons
2. B150 Registration requirement for importers for TBT reasons
3. B310 Labelling requirements
4. B420 TBT regulations on transport and storage
5. B490 Production or post-production requirements, n.e.s.
6. B700 Product-quality or -performance requirement
7. B820 Testing requirement
8. B830 Certification requirement
9. B850 Traceability information requirements
10. B853 Distribution and location of products after delivery
11. B859 Traceability requirements, n.e.s.
12. B890 Conformity assessment related to TBT, n.e.s.
13. C400 Import-monitoring and -surveillance requirements and other
automatic licensing measures
14. F610 Custom-inspection, -processing and -servicing fees
15. F650 Import licence fee
16. F690 Additional charges, n.e.s
17. P130 Licensing- or permit requirements to export
18. P500 Export taxes and charges
19. P690 Export technical measures, n.e.s.
20. P900 Certification required by the exporting country

Eksportir HS 151190 ke Korea

Permintaan produk HS 851010 untuk memenuhi pasar Korea pada


periode tahun 2013-2017 disajikan pada Gambar 5.9. Lima negara yang
memberikan kontribusi terbesar ekspor produk HS 851010 ke Korea
adalah Negara Cina, Jerman, Belanda, Hong Kong dan Amerika Serikat.

60
Gambar 5.9. Eksportir HS 851010 ke Korea

Negara Belanda merupakan Negara yang mengekspor produk HS


851010 terbesar ke Negara Korea. Pada pasar Negara Korea, Belanda
unggul dibandingkan dengan Cina. Nilai impor dari Negara Belanda relatif
tinggi jika dibandingkan dengan ke empat Negara eksportir terbesar
lainnya. Nilai impor dari Belanda memiliki tren yang cenderung
meningkat dari tahun 2013 hingga 2017. Pada tahun 2017 nilai impor HS
851010 dari Belanda ke Korea adalah sebesar 37.906.351 USD. Kemudian
untuk Negara eksportir HS 851010 terbesar kedua ke Korea adalah
Negara Cina dengan tren nilai impor yang semakin menurun. Pada tahun
2017, nilai impor dari Cina ke Korea adalah sebesar 22.024.964 USD.
Kemudian dilanjutkan oleh Negara Jerman, Hong Kong, dan Amerika
Serikat. Secara umum, pesaing terkuat eksportir produk HS 851010 ke
Korea adalah Negara Belanda dan Cina.

61
Dari sisi hambatan tarif, data tarif preferensi dan tarif MFN untuk
impor ke Negara Korea tidak tersedia pada WITS database. Kemudian
dari sisi hambatan non-tarif/NTMs, Negara Korea tidak menetapkan
NTMs untuk HS 851010.

Eksportir HS 851010 ke Pakistan

Permintaan produk HS 851010 untuk memenuhi pasar Pakistan


pada periode tahun 2013-2017 disajikan pada Gambar 5.10. Lima negara
yang memberikan kontribusi terbesar ekspor produk HS 851010 ke
Pakistan adalah Negara Cina, Jerman, Jepang, Indonesia dan Thailand.

Gambar 5.10. Eksportir HS 851010 ke Pakistan

Negara Cina merupakan Negara yang mengekspor produk HS


851010 terbesar ke Negara Pakistan. Nilai impor dari Negara Cina relatif
sangat tinggi jika dibandingkan dengan ke empat Negara eksportir
terbesar lainnya. Nilai impor dari Negara Cina cenderung meningkat dari
tahun 2013 hingga 2017. Pada tahun 2017 nilai impor HS 851010 dari

62
Negara Cina ke Pakistan relatif menurun jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yaitu menjadi sebesar 934.940 USD. Kemudian untuk Negara
eksportir HS 851010 terbesar kedua dan ketiga ke Pakistan adalah Negara
Jepang dan Jerman yang cenderung fluktuatif dengan nilai impor pada
tahun 2017 masing-masing adalah sebesar 36.136.000 USD dan
6.017.000 USD. Kemudian dilanjutkan oleh Negara Indonesia dan
Thailand. Untuk Negara Indonesia sendiri memiliki tren yang meningkat
pada tahun 2013 sampai dengan 2017. Hasil ini menunjukkan bahwa
Indonesia memiliki potensi/peluang untuk dapat meningkatkan daya
saing untuk HS 851010 ke Negara Pakistan. Secara umum, pesaing terkuat
eksportir produk HS 851010 ke Pakistan adalah Negara Cina.

Dari sisi hambatan tarif, tarif preferensi dan tarif MFN untuk
impor ke Negara Pakistan memiliki nilai yang sama yaitu 3%. Hal ini
menunjukkan tidak ada kekhususan bagi Negara mitra FTA jika akan
mengekspor HS 851010 ke Negara Pakistan. Kemudian dari sisi hambatan
non-tarif/NTMs, Negara Pakistan menetapkan NTMs untuk HS 851010
disajikan pada Tabel 5.7 berikut.

Tabel 5.7. Hambatan Non Tarif HS 851010 ke Pakistan

No Kode NTMs Klasifikasi


1. E316 Prohibition for economic reasons
2. P400 Measures on re-export

63
BAB VI
INDUSTRI KIMIA

Industri kimia mengambil sampel produk HS 382319 yaitu


industrial monocarboxylic fatty acids; acid oils from refining; (other than
stearic acid, oleic acid or tall oil fatty acids). Produk ini memiliki nilai
Indeks Penawaran Ekspor (IPE) sebesar 0.056 dan merupakan ranking
empat belas pada kelompok industri kimia. Selain itu, produk ini memiliki
Indeks Daya Saing (IDS) sebesar 0.109 dan masuk dalam ranking ke dua.

A. Negara Tujuan Ekspor

Lima negara tujuan utama ekspor untuk produk HS 382319


(industrial monocarboxylic fatty acids; acid oils from refining; (other than
stearic acid, oleic acid or tall oil fatty acids)) saat ini yaitu Negara Cina,
India, Malaysia, Singapura dan Spanyol. Perkembangan nilai ekspor ke
lima Negara tujuan utama disajikan pada Gambar 6.1.

64
Gambar 6.1 Tujuan Utama Ekspor Indonesia untuk HS 382319
Dari kelima Negara tujuan ekspor utama produk HS 382319, rata-rata
nilai ekspor terbesar berada di Malaysia dengan nilai 364.812.591 USD
pada tahun 2017, diikuti oleh Negara Cina dan Belanda.

B. Ekspor Produk ke Delapan Negara Mitra

Adapun perkembangan ekspor Indonesia untuk produk HS


382319 (industrial monocarboxylic fatty acids; acid oils from refining;
(other than stearic acid, oleic acid or tall oil fatty acids)) ke 8 negara mitra
FTA dapat dilihat pada Gambar 6.2. Dari ke delapan Negara mitra FTA,
Negara Cina, India dan Korea merupakan Negara tujuan utama ekspor
Indonesia. Selama lima tahun terakhir, Cina dan India menjadi dua Negara
yang nilai ekspornya relatif tinggi dibandingkan ke enam Negara lainnya.
Selebihnya untuk Negara Australia, Chile dan Pakistan memberikan
kontribusi yang relatif kecil bahkan untuk Negara New Zealand yang
belum menjadi tujuan ekspor untuk produk HS 382319. Hal ini sangat

65
disayangkan mengingat New Zealand dan Indonesia memiliki
kesepakatan kerjasama perdagangan dalam skema AANZ FTA.

Gambar 6.2 Perkembangan Ekspor Indonesia untuk HS 382319


ke 8 Negara Mitra FTA

Sejalan dengan perkembangan nilai ekspor ke delapan Negara


mitra FTA, Tabel 6.1 menyajikan besaran nilai RCA yang menunjukkan
daya saing ekspor ke Negara tujuan dimana jika nilai RCA lebih dari 1
maka daya saing ekspor ke Negara tersebut dapat dikatakan baik. Jika
dilihat lebih lanjut, Negara yang relatif konsisten memiliki nilai RCA lebih
dari 1 adalah Negara Cina, India, Jepang, Korea, Pakistan dan Chile. Hanya
Negara Australia dan New Zealand yang nilai RCA nya masih lebih kecil
dari satu.

66
Tabel 6.1. Revealed Comparative Advantage 8 Negara Mitra FTA untuk
HS 382319

Tahun Australia Chile China India Japan Korea Pakistan New


Rep. Zealand

2013 0.62 2.76 78.30 10.76 3.17 8.35 9.57 0

2014 0.12 0.00 141.86 19.28 3.91 25.70 8.24 0

2015 0.00 8.61 133.58 21.31 6.88 30.84 9.98 0

2016 0.02 4.75 110.76 27.22 13.50 38.61 11.56 0

2017 0.25 16.19 93.11 21.75 15.03 32.03 15.01 0

C. Constant Market Share Analysis untuk HS 382319

Analisis Constant Market Share Analysis digunakan untuk


menganalisis dekomposisi pertumbuhan ekspor suatu Negara melalui
tiga komponen utama yaitu: (1) Efek Pertumbuhan Impor, (2) Efek
Komposisi Komoditi, dan (3) Efek Daya Saing. Analisis CMSA di 8 Negara
mitra FTA untuk HS 382319 disajikan pada Tabel 6.2 berikut.

Tabel 6.2. Constant Market Share Indonesia di Pasar 8 Negara Mitra FTA
untuk HS 382319
Negara Mitra Tahun Efek Efek Efek Daya
FTA Pertumbuhan Komposisi Saing (%)
Impor (%) Komoditi (%)
Australia 2013/2014 4.22 -37.84 34.62
2014/2015 11.99 -20.99 10.01
2015/2016 0.00 0.00 1.00
2016/2017 0.85 0.86 -0.70
Chile 2013/2014 8.19 -29.56 22.37
2014/2015 0.00 0.00 1.00
2015/2016 14.30 -18.54 5.23
2016/2017 3.83 4.97 -7.80
China 2013/2014 3.91 59.15 -62.07
2014/2015 25.72 69.75 -94.47
2015/2016 -18.40 129.19 -109.78

67
Negara Mitra Tahun Efek Efek Efek Daya
FTA Pertumbuhan Komposisi Saing (%)
Impor (%) Komoditi (%)
2016/2017 -38359.37 40228.27 -1867.90
India 2013/2014 -0.96 46.10 -44.13
2014/2015 215.94 -116.63 -98.31
2015/2016 -18.98 70.42 -50.43
2016/2017 56.92 32.01 -87.93
Japan 2013/2014 -16.19 189.82 -172.63
2014/2015 -63.49 43.95 20.54
2015/2016 -3.46 21.00 -16.54
2016/2017 24.88 12.73 -36.61
Korea Rep. 2013/2014 1.08 10.66 -10.73
2014/2015 56.05 37.80 -92.85
2015/2016 -14.98 82.55 -66.57
2016/2017 123.70 10.03 -132.73
Pakistan 2013/2014 16.70 13.72 -29.42
2014/2015 -135.56 80.04 56.53
2015/2016 -29.57 35.24 -4.67
2016/2017 3166.31 -3852.62 687.31
New Zealand 2013/2014 NA NA NA
2014/2015 NA NA NA
2015/2016 NA NA NA
2016/2017 NA NA NA

Pada Tabel 6.2 terlihat bahwa kinerja perdagangan dari kedelapan


Negara relatif berfluktuasi. Negara Cina misalnya, memiliki nilai
pertumbuhan impor yang positif pada tahun 2013 hingga 2015. Namun
kemudian pada tahun 2015 hingga 2017 mengalami penurunan efek
pertumbuhan impor yang cukup besar. Kemudian, efek daya saing
Indonesia ke Cina juga mengalami penurunan sejak tahun 2014 hingga
tahun 2017. Bahkan pada tahun 2016 mengalami penurunan daya saing
hingga 1,867%. Hasil ini sejalan dengan perhitungan nilai RCA bilateral
antara Indonesia dengan Cina yang juga mengalami penurunan sejak
tahun 2014.

68
Kemudian pada Negara India, besaran efek pertumbuhan impor
cukup fluktuatif. Jika difokuskan pada perubahan tahun 2016 ke 2017,
terjadi peningkatan efek pertumbuhan impor sebesar 56.92%. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan impor produk ini lebih besar
dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata impor India dari pasar
dunia. Namun jika dilihat dari sisi daya saing, terjadi penurunan daya
saing Indonesia pada periode yang sama sebesar 87.93%.
Peningkatan efek pertumbuhan impor sejak tahun 2014 hingga
tahun 2017 terjadi di Negara Pakistan. Pada tahun 2017 pada khususnya,
terjadi peningkatan efek pertumbuhan impor hingga 3,166%. Lebih
lanjut, jika dilihat efek daya saingnya juga mengalami peningkatan
sebesar 687.31%. Oleh karena itu, peningkatan ekspor ke Pakistan atas
produk HS 382319 dapat menjadi fokus untuk mengembangkan kinerja
perdagangannya. Dari ke delapan Negara mitra FTA terdapat satu Negara
yang tidak dapat diperoleh analisis CMSA yaitu New Zealand disebabkan
tidak adanya ekspor produk HS 382319 dari Indonesia ke Negara
tersebut.
D. Keragaan Pasar di Delapan Negara Mitra

Untuk melihat kondisi pasar untuk produk HS 382319 di delapan


negara mitra, perlu dilakukan analisis pesaing yang memasok produk
tersebut pada masing-masing negara mitra FTA. Berikut akan diuraikan
negara yang menjadi pesaing Indonesia pada delapan negara mitra.

Eksportir HS 382319 ke Australia

Permintaan produk HS 382319 untuk memenuhi pasar Australia


pada periode tahun 2013-2017 disajikan pada Gambar 6.3. Berdasarkan

69
rata-rata nilai perdagangan pada periode 2013-2017 terdapat lima
negara eksportir terbesar HS 382319 ke Australia yaitu Cina, Jerman,
India, Malaysia dan Amerika Serikat.

Negara eksportir HS 382319 terbesar ke Australia adalah Negara


Malaysia dengan nilai yang cenderung meningkat pada tahun 2013
hingga 2017 yang mecapai 2.400.862 USD. Kemudian, Negara eksportir
HS 382319 terbesar kedua adalah Negara India namun dengan tren nilai
yang semakin menurun selama lima tahun terakhir. Kemudian untuk
Negara Cina dari tahun 2013 sampai dengan 2016 mengalami
peningkatan namun kemudian mengalami penurunan yang signifikan
pada tahun 2016 dan 2017. Secara umum, pesaing terkuat eksportir
produk HS 382319 ke Australia adalah Negara Malaysia.

Gambar 6.3. Eksportir HS 382319 ke Australia

Dari sisi hambatan tarif, tarif preferensi ke Negara Australia


adalah sebesar 0%. Sedangkan tarif MFN untuk ke Negara Australia

70
memiliki nilai 5%. Hal ini menunjukkan terdapat keuntungan bagi Negara
mitra FTA termasuk Indonesia jika akan mengekspor HS 382319 ke
Negara Australia. Kemudian dari sisi hambatan non-tarif/NTMs, Negara
Australia menetapkan NTMs untuk HS 382319 disajikan pada Tabel 6.3
berikut.

Tabel 6.3. Hambatan Non Tarif HS 382319 ke Australia


No Kode NTMs Klasifikasi
1. A140 Special authorization requirement for SPS reasons
2. A860 Quarantine requirement
3. B140 Authorization requirement for TBT reasons
4. B900 TBT measures, n.e.s.
5. C300 Requirement to pass through specified port of customs
6. F610 Custom-inspection, -processing and -servicing fees
7. F690 Additional charges, n.e.s
8. P130 Licensing- or permit requirements to export

Eksportir HS 382319 ke New Zealand

Seperti hal nya dengan kondisi di Australia, permintaan produk HS


382319 untuk memenuhi pasar New Zealand pada periode tahun 2013-
2017 cenderung berfluktuasi. Lima negara yang memberikan kontribusi
terbesar ekspor produk HS 382319 ke New Zealand adalah Australia, Cina,
Malaysia, Inggris, dan Amerika Serikat seperti terlihat pada Gambar 6.4.

Malaysia merupakan Negara yang mengekspor produk HS 382319


terbesar ke Negara New Zealand. Nilai impor dari Negara Malaysia
sempat turun cukup signifikan pada tahun 2014, namun kemudian
meningkat kembali hingga tahun 2017. Pada tahun 2017 nilai impor HS
382319 dari Negara Malaysia ke New Zealand adalah sebesar 294.850
USD. Kemudian untuk Negara eksportir HS 382319 terbesar kedua ke
New Zealand adalah Negara Cina yang mengalami peningkatan tajam

71
sejak tahun 2016 dimana nilai impor HS 382319 dari Negara Cina ke New
Zealand pada tahun 2017 adalah sebesar 183.760 USD. Kemudian
dilanjutkan oleh Negara Inggris, Amerika Serikat dan Australia dengan
nilai yang cenderung fluktuatif. Secara umum, pesaing terkuat eksportir
produk HS 382319 ke New Zealand adalah Negara Malaysia.

Gambar 6.4. Eksportir HS 382319 ke New Zealand

Dari sisi hambatan tarif, data terkait tarif preferensi dan tarif MFN
untuk impor ke Negara New Zealand tidak tersedia dalam WITS database.
Kemudian dari sisi hambatan non-tarif/NTMs, Negara New Zealand
menetapkan NTMs untuk HS 382319 disajikan pada Tabel 6.4 berikut.

72
Tabel 6.4. Hambatan Non Tarif HS 382319 ke New Zealand
No Kode NTMs Klasifikasi
1. E315 Requirement to pass through specified port of customs
2. F610 Custom-inspection, -processing and -servicing fees
3. F710 Consumption taxes
4. P500 Export taxes and charges
5. P800 Inspection requirement
6. P900 Certification required by the exporting country

Eksportir HS 382319 ke Chile

Selanjutnya, permintaan produk HS 382319 untuk memenuhi


pasar Chile pada periode tahun 2013-2017 disajikan pada Gambar 6.5.
Lima Negara eksportir HS 382319 ke Negara Chile adalah Argentina, Cina,
Malaysia, Maroko dan Peru.

16000
Import Value (1000 USD)

14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Argentina China Malaysia Morocco Peru
2013 9835,24 0,87 760,29 497,02 4040,81
2014 8441,03 1062,68 748,21 2747,17 5103,24
2015 8091,51 1828,63 943,65 3259,01 2677,21
2016 11261,93 2058,72 1033,35 571,43 1435,57
2017 14209,68 1817,03 1311,19 419,46 3351,15

Gambar 6.5. Eksportir HS 382319 ke Chile

Argentina merupakan Negara yang mengekspor produk HS


382319 terbesar ke Negara Chile. Nilai impor dari Negara Argentina relatif
besar jika dibandingkan dengan ke empat Negara eksportir terbesar

73
lainnya. Nilai impor dari Negara Argentinamengalami penurunan pada
tahun 2013 hingga 2015, namun kemudian mengalami peningkatan
kembali hingga tahun 2017. Pada tahun 2017 nilai impor HS 382319 dari
Negara Argentina ke Chile adalah sebesar 14.209.680 USD. Kemudian
untuk Negara eksportir HS 851010 terbesar kedua ke Chile adalah Negara
Peru. Kemudian dilanjutkan oleh Negara Cina, Malaysia dan Maroko.
Secara umum, pesaing terkuat eksportir produk HS 382319 ke Chile
adalah Negara Argentina.

Dari sisi hambatan tarif, tarif preferensi dan tarif MFN untuk impor ke
Negara Chile memiliki nilai yang sama yaitu 6%. Hal ini menunjukkan tidak
ada kekhususan bagi Negara mitra FTA jika akan mengekspor HS 382319
ke Negara Chile. Kemudian dari sisi hambatan non-tarif/NTMs, Negara
Chile tidak menerapkan NTMs untuk HS 382319.

Eksportir HS 382319 ke China

Permintaan produk HS 382319 untuk memenuhi pasar Cina pada


periode tahun 2013-2017 disajikan pada Gambar 6.6. Lima negara yang
memberikan kontribusi terbesar ekspor produk HS 382319 ke Indonesia,
Malaysia, Filipina, Thailand dan Korea.

74
450000

Import Value (1000 USD)


400000
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
Philippine
Indonesia Korea Malaysia Thailand
s
2013 286273,07 322,94 80461,50 19155,26 8422,67
2014 410086,09 10661,96 58161,68 16028,35 12724,01
2015 236706,58 809,83 40825,73 12231,83 3789,16
2016 311623,17 1105,88 65850,90 14136,97 3795,58
2017 311492,12 2778,01 51275,88 15072,31 10276,17

Gambar 6.6. Eksportir HS 382319 ke China

Indonesia merupakan Negara yang mengekspor produk HS


382319 terbesar ke Negara Cina. Nilai impor dari Negara Indonesia relatif
tinggi jika dibandingkan dengan ke empat Negara eksportir terbesar
lainnya. Nilai impor dari Indonesia juga relatif konsisten dari tahun 2013
hingga 2017. Pada tahun 2017 nilai impor HS 382319 dari Negara
Indonesia ke Cina mencapai 311.492.120 USD. Hal ini menunjukkan
Indonesia memiliki daya saing yang tinggi untuk HS 382319 di pasar
Negara Cina. Kemudian untuk Negara eksportir HS 382319 terbesar
kedua ke Cina adalah Negara Malaysia dengan nilai impor pada tahun
2017 adalah sebesar 51.275.880 USD. Kemudian dilanjutkan oleh Negara
Filipina, Thailand dan Korea. Secara umum, pemain terkuat eksportir
produk HS 382319 ke Cina adalah Indonesia.

75
Dari sisi hambatan tarif, tarif preferensi dan tarif MFN untuk impor ke
Negara Cina memiliki nilai yang sama yaitu 16%. Hal ini menunjukkan
tidak ada kekhususan bagi Negara mitra FTA jika akan mengekspor HS
382319 ke Negara Cina. Kemudian dari sisi hambatan non-tarif/NTMs,
Negara Cina tidak menetapkan NTMs untuk HS 382319.

Eksportir HS 382319 ke India

Permintaan produk HS 382319 untuk memenuhi pasar India pada


periode tahun 2013-2017 disajikan pada Gambar 6.7. Lima negara yang
memberikan kontribusi terbesar ekspor produk HS 382319 ke India
adalah Negara Indonesia, Malaysia, Thailand, Jerman dan Cina.

Indonesia merupakan Negara yang mengimpor produk HS 382319


terbesar ke Negara India. Nilai impor dari Negara Cina relatif sangat tinggi
jika dibandingkan dengan ke empat Negara eksportir terbesar lainnya
serta mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2017 nilai
impor HS 382319 dari Negara Indonesia ke India adalah sebesar
238.080.490 USD. Kemudian untuk Negara eksportir HS 382319 terbesar
kedua ke India adalah Negara Malaysia dengan nilai impor pada tahun
2017 adalah sebesar 64.494.450 USD. Kemudian dilanjutkan oleh Negara
Thailand, Jerman dan Cina. Secara umum, pemain terkuat eksportir
produk HS 382319 ke India adalah Indonesia dengan competitor Negara
Malaysia.

76
250000

Import Value (1000 USD)


200000
150000
100000
50000
0
China Germany Indonesia Malaysia Thailand
2013 1289,46 1935,51 51083,21 63621,12 910,40
2014 1245,16 2374,71 118345,15 58388,67 9451,88
2015 1576,65 581,11 109933,67 60823,87 726,57
2016 2124,50 814,11 161461,97 48538,14 958,86
2017 2192,50 217,56 238080,49 64494,45 2306,50

Gambar 6.7. Eksportir HS 382319 ke India

Dari sisi hambatan tarif, tarif preferensi dan tarif MFN untuk impor ke
Negara India memiliki nilai yang sama yaitu 7.5%. Hal ini menunjukkan
tidak ada kekhususan bagi Negara mitra FTA jika akan mengekspor HS
382319 ke Negara India. Kemudian dari sisi hambatan non-tarif/NTMs,
Negara India tidak menetapkan NTMs untuk HS 382319.

Eksportir HS 382319 ke Jepang

Permintaan produk HS 382319 untuk memenuhi pasar India pada


periode tahun 2013-2017 disajikan pada Gambar 6.8. Lima negara yang
memberikan kontribusi terbesar ekspor produk HS 382319 ke Jepang
adalah Negara Malaysia, Indonesia, India, Jerman dan Belanda.

Negara Malaysia merupakan Negara yang mengimpor produk HS


382319 terbesar ke Negara Jepang. Nilai impor dari Negara Malaysia
relatif tinggi jika dibandingkan dengan ke empat Negara eksportir
terbesar lainnya dengan tren yang semakin meningkat dari tahun 2013

77
hingga 2017. Pada tahun 2017 nilai impor HS 382319 dari Negara
Malaysia ke Jepang adalah sebesar 48.827.250 USD. Kemudian untuk
Negara eksportir HS 382319 terbesar kedua dan ketiga ke Jepang adalah
Negara India dan Indonesia dimana sejak tahun 2016, nilai impor dari
Indonesia mengungguli nilai impor dari India dimana untuk Negara
Indonesia sendiri memiliki tren yang cenderung meningkat. Hal ini
mengindikasikan Indonesia memiliki peluang untuk mengembangkan
pasar HS 382319 di Negara Jepang. Kemudian untuk eksportir lainnya
dilanjutkan oleh Negara Jerman dan Belanda. Secara umum, pesaing
terkuat eksportir produk HS 382319 ke Jepang adalah Negara Malaysia.

60000
Import Value (1000 USD)

50000
40000
30000
20000
10000
0
Netherlan
Germany India Indonesia Malaysia
ds
2013 9429,85 14377,43 5927,08 27465,33 5717,02
2014 8589,21 18299,40 6859,46 40019,58 6300,34
2015 5097,68 15260,69 9377,44 40342,96 7336,32
2016 5646,25 14017,47 17542,29 45342,78 7362,82
2017 5272,38 19873,40 25086,85 48827,25 8175,59

Gambar 6.8. Eksportir HS 382319 ke Jepang


Dari sisi hambatan tarif, tarif preferensi untuk impor ke Negara
Jepang adalah sebesar 0%, sedangkan tariff MFN sebesar 2.5%. Hal ini
menunjukkan terdapat keuntungan bagi Negara mitra FTA jika akan
mengekspor HS 382319 ke Negara Jepang. Kemudian dari sisi hambatan

78
non-tarif/NTMs, Negara Jepang menetapkan NTMs untuk HS 382319
disajikan pada Tabel 6.5 berikut.

Tabel 6.5. Hambatan Non Tarif HS 382319 ke Jepang


No Kode NTMs Klasifikasi
1. B330 Packaging requirements
2. B420 TBT regulations on transport and storage
3. B490 Production or post-production requirements, n.e.s.
4. B820 Testing requirement
5. B859 Traceability requirements, n.e.s.

Eksportir HS 382319 ke Korea

Permintaan produk HS 382319 untuk memenuhi pasar Korea pada


periode tahun 2013-2017 disajikan pada Gambar 6.9. Lima negara yang
memberikan kontribusi terbesar ekspor produk HS 382319 ke Korea
adalah Indonesia, Malaysia, Thailand, India dan Cina.

100000
Import Value (1000 USD)

90000
80000
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
China India Indonesia Malaysia Thailand
2013 6718,63 5044,75 23157,35 66195,01 37465,56
2014 11476,28 6121,57 64761,24 63940,51 22414,49
2015 254,37 5269,53 45180,62 59196,86 6612,58
2016 2704,28 6064,43 66123,64 75172,58 5973,77
2017 3453,66 8748,53 75635,07 86882,72 5959,90

Gambar 6.9. Eksportir HS 382319 ke Korea

79
Negara Malaysia merupakan Negara yang mengimpor produk HS
382319 terbesar ke Negara Korea. Nilai impor dari Negara Malaysia tidak
jauh berbeda dengan nilai impor HS 382319 dari Indonesia. Baik Malaysia
maupun Indonesia memiliki nilai impor dengan tren yang cenderung
meningkat dari tahun 2013 hingga 2017. Pada tahun 2017 nilai impor HS
382319 dari Malaysia ke Korea adalah sebesar 86.882.720 USD.
Sedangkan nilai impor HS 382319 dari Indonesia pada tahun 2017 adalah
sebesar 75.635.070 USD. Kemudian dilanjutkan oleh Negara Thailand,
India dan Cina. Secara umum, pesaing terkuat eksportir produk HS
382319 ke Korea adalah Negara Malaysia.

Dari sisi hambatan tarif, tarif preferensi dan tarif MFN untuk impor ke
Negara Korea memiliki nilai yang sama yaitu 8%. Hal ini menunjukkan
tidak ada kekhususan bagi Negara mitra FTA jika akan mengekspor HS
382319 ke Negara Korea. Kemudian dari sisi hambatan non-tarif/NTMs,
Negara Korea tidak menetapkan NTMs untuk HS 382319.

Eksportir HS 382319 ke Pakistan

Permintaan produk HS 382319 untuk memenuhi pasar Pakistan


pada periode tahun 2013-2017 disajikan pada Gambar 6.10. Lima negara
yang memberikan kontribusi terbesar ekspor produk HS 382319 ke
Pakistan adalah Negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Arab Saudi dan
Thailand.

80
16000

Import Value (1000 USD)


14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Philippine Saudi
Indonesia Malaysia Thailand
s Arabia
2013 9140,25 13580,73 534,43 539,63 2597,17
2014 13854,57 8335,57 854,46 235,41 7100,40
2015 14626,04 11150,54 923,21 374,09 2685,74
2016 11286,75 13735,89 1071,43 2417,98 1420,70
2017 11366,43 11642,99 1619,75 1015,90 2541,61

Gambar 6.10. Eksportir HS 382319 ke Pakistan

Negara Indonesia dan Malaysia merupakan Negara yang


mengimpor produk HS 382319 terbesar ke Negara Pakistan. Nilai impor
dari Negara Malaysia dan Indonesia relatif berfluktuasi dimana setiap
tahunnya nilai impor ke Pakistan saling menyusul. Untuk tahun 2017
sendiri nilai impor HS 382319 dari Negara Malaysia ke Pakistan adalah
sebesar 11.642.990 USD. Sedangkan nilai impor dari Indonesia untuk HS
382319 pada tahun 2017 adalah sebesar 11.266.430 USD. Kemudian
dilanjutkan oleh Negara Thailand, Filipina dan Arab Saudi. Secara umum,
pesaing terkuat eksportir produk HS 382319 ke Pakistan adalah Negara
Malaysia dimana Indonesia juga sebagai pemain utama.

Dari sisi hambatan tarif, tarif preferensi dan tarif MFN untuk
impor ke Negara Pakistan memiliki nilai yang sama yaitu 13.75%. Hal ini
menunjukkan tidak ada kekhususan bagi Negara mitra FTA jika akan
mengekspor HS 382319 ke Negara Pakistan. Kemudian dari sisi hambatan

81
non-tarif/NTMs, Negara Pakistan menetapkan NTMs untuk HS 382319
diantaranya yaitu terkait dengan P400 yaitu terkait Measures on re-
export.

82
BAB VII
INDUSTRI MAKANAN
DAN MINUMAN

Industri makanan dan minuman mengambil sampel produk HS


151190 yaitu Vegetable oils; palm oil and its fractions, other than crude,
whether or not refined, but not chemically modified. Produk ini memiliki
nilai Indeks Penawaran Ekspor (IPE) sebesar 0.2647 dan merupakan
ranking satu pada kelompok makanan minuman. Selain itu, produk ini
memiliki Indeks Daya Saing (IDS) sebesar 0.1655 dan masuk dalam
ranking ke delapan.

A. Negara Tujuan Ekspor

Lima negara tujuan ekspor untuk produk HS 151190 (Vegetable oils;


palm oil and its fractions, other than crude, whether or not refined, but
not chemically modified) saat ini yaitu negara Cina, India, Pakistan,
Republik Arab Saudi dan Bangladesh seperti terlihat pada Gambar 7.1.

83
2500000
Export Value (1000 USD)
2000000
1500000
1000000
500000
0
Egypt, Banglades
Cina India Pakistan
Arab Rep. h
2013 1766094,95 1949818,77 778227,48 561550,52 498059,80
2014 1789195,18 1533608,28 1350526,54 751879,58 795850,50
2015 2038848,82 1104421,36 1290974,39 672822,78 672049,68
2016 1632525,79 1570116,67 1289448,04 627559,79 575417,63
2017 2068901,87 1826905,21 1459742,61 810426,28 824566,41

Gambar 7.1. Lima Negara Tujuan Utama Ekspor Indonesia untuk HS


151190
Lima negara tujuan utama ekspor Indonesia untuk HS 151190
secara umum memiliki trend yang meningkat. Hal ini menunjukkan
bahwa permintaan pasar terhadap produk HS 151190 masih baik dan
dapat lebih ditingkatkan kembali.

B. Ekspor Produk ke Delapan Negara Mitra

Perkembangan ekspor Indonesia untuk produk HS 151190


(Vegetable oils; palm oil and its fractions, other than crude, whether or
not refined, but not chemically modified)ke 8 negara mitra FTA dapat
dilihat pada Gambar 7.2. Cina merupakan negara tujuan ekspor tertinggi
bagi Indonesia diantara delapan negara mitra FTA, setelah itu India dan
Pakistan. Jepang dan Korea masih terlihat memberikan kontribusi.
Selebihnya Australia, Cina dan New Zealand walaupun jumlahnya dan
kontribusinya masih sedikit.

84
2.500.000
Export Value (1000 USD)
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
0
New
Austra Pakist
Chile China India Japan Korea Zealan
lia an
d
2013 1864, 73,15 19399 16442 80153 32300 65476 415,5
2014 1225, 92,35 20149 88379 70333 11693 13985 634,4
2015 516,9 2073, 21367 10876 63993 86757 13617 236,2
2016 460,0 3271, 16637 15964 12397 13336 13484 83,58
2017 573,8 1595, 22090 18046 15597 16270 16189 162,0

RCA

Gambar 7.2. Ekspor Indonesia dan Nilai RCA untuk HS 151190 ke 8


Negara Mitra FTA
Berdasarkan nilai RCA terlihat bahwa seluruh delapan negara
mitra memiliki nilai di atas 1 (satu) sehingga Indonesia dinilai memiliki
daya saing yang bagus bagi produk HS 151190. Negara Chile memiliki nilai
RCA yang relatif tinggi dibandingkan dengan negara mitra yang lain,
bahkan pada tahun 2016 memiliki nilai RCA sebesar 275.36. Kondisi ini
dapat diartikan bahwa Chile memiliki daya saing yang tinggi sehingga
produk HS 151190 mampu memasuki pasar, diminati konsumen dan
mampu bertahan di pasar Chile. Pasar lain yang memiliki RCA relatif
tinggi adalah pasar di kawasan Asia seperti Cina, Korea, India dan
Pakistan. Nilai RCA untuk di Australia dan New Zealand relatif lebih
rendah dibandingkan negara mitra yang lainnya.

85
C. Constant Market Share Analysis untuk HS 151190

Analisis Constant Market Share Analysis digunakan untuk


menganalisis dekomposisi pertumbuhan ekspor suatu Negara melalui
tiga komponen utama yaitu: (1) Efek Pertumbuhan Impor, (2) Efek
Komposisi Komoditi, dan (3) Efek Daya Saing. Analisis CMSA di 8 Negara
mitra FTA untuk HS 151190 disajikan pada Tabel 7.1 berikut.

Tabel 7.1. Constant Market Share Indonesia di Pasar 8 Negara Mitra FTA
untuk HS 151190
Negara Mitra Tahun Efek Efek Efek Daya Saing
FTA Pertumbuhan Komposisi (%)
Impor (%) Komoditi (%)
Australia 2013/2014 8.36 -18.96 11.59
2014/2015 20.73 -2.35 -17.38
2015/2016 33.64 -41.70 9.06
2016/2017 63.77 76.29 -139.06
Chile 2013/2014 -31.20 266.09 -233.88
2014/2015 -0.67 4.08 -2.41
2015/2016 -10.06 23.17 -12.11
2016/2017 -20.49 -56.07 77.56
China 2013/2014 43.76 -280.39 237.63
2014/2015 -179.83 -78.03 258.87
2015/2016 26.31 76.70 -102.02
2016/2017 49.22 19.49 -67.71
India 2013/2014 2.74 85.55 -87.30
2014/2015 -66.53 108.28 -40.75
2015/2016 -19.02 117.87 -97.84
2016/2017 207.07 -122.25 -83.83
Japan 2013/2014 20.79 -6.74 -13.06
2014/2015 258.53 -92.67 -164.85
2015/2016 -3.21 5.23 -1.02
2016/2017 41.44 25.58 -66.03
Korea Rep. 2013/2014 0.74 11.80 -11.53
2014/2015 65.67 23.32 -87.99
2015/2016 -12.92 29.11 -15.19
2016/2017 80.88 2.45 -82.34
Pakistan 2013/2014 7.58 6.22 -12.81

86
Negara Mitra Tahun Efek Efek Efek Daya Saing
FTA Pertumbuhan Komposisi (%)
Impor (%) Komoditi (%)
2014/2015 286.88 313.11 -599.00
2015/2016 -690.61 292.14 399.48
2016/2017 111.44 5.53 -115.97
New Zealand 2013/2014 13.92 -10.15 -2.77
2014/2015 22.44 16.45 -37.89
2015/2016 1.48 -3.22 2.75
2016/2017 11.41 -5.71 -4.70

Secara umum, kedelapan Negara mitra FTA menunjukkan kinerja


perdagangan yang cukup baik. Pada Negara Australia misalnya, nilai efek
pertumbuhan impor dari tahun 2013 hingga tahun 2017 mengalami
pertumbuhan yang positif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pertumbuhan impor produk ini lebih besar dibandingkan dengan
pertumbuhan rata-rata impor Australia dari pasar dunia. Sehingga akan
bagus jika terjadi peningkatan impor Australia dari Indonesia produk HS
151190.
Selanjutnya untuk Negara Chile, Cina, India, Jepang, Korea, Pakistan
dan New Zealand memiliki nilai efek pertumbuhan impor yang
berfluktuasi. Untuk Negara Cina, pada tahun 2015 hingga 2017
menunjukkan peningkatan efek pertumbuhan impor yaitu mencapai
49.22% pada tahun 2017. Begitu pula pada Negara India yang mengalami
peningkatan efek pertumbuhan impor pada tahun 2017 hingga 207%.
Serta pada Negara Jepang, Korea, Pakistan dan New Zealand yang juga
mengalami peningkatan efek pertumbuhan impor. Lebih lanjut beberapa
Negara diantaranya Chile, Cina dan Pakistan, yang mengalami peningkatan
daya saing pada tahun 2016 ke 2017.

87
D. Keragaan Pasar di Delapan Negara Mitra

Untuk melihat kondisi pasar produk HS 151190 di pasar delapan


negara mitra, perlu dilakukan analisis pesaing yang memasok produk
tersebut pada masing-masing negara mitra FTA. Berikut akan diuraikan
negara yang melakukan ekspor produk HS 151190 ke delapan negara
mitra.

Eksportir HS 151190 ke Australia

Permintaan produk HS 151190 untuk memenuhi pasar Australia


pada periode tahun 2013-2017 dari segi kuantitas mengalami trend yang
meningkat, namun berdasarkan nilai perdagangan mengalami fluktuasi.
Pada tahun 2013 dan 2014 nilai perdagangan mengalami peningkatan
yaitu dari 85.384.722 USD menjadi 88.486.544 USD. Namun pada tahun
2015 mengalami penurunan menjadi 79.082.579 USD. Tahun selanjutnya
mulai mengalami peningkatan kembali senilai 79.784.278 USD dan
bahkan pada tahun 2017 mengalami peningkatan yang cukup signifikan
dari tahun-tahun sebelumnya menjadi 107.407.217 USD. Berdasarkan
rata-rata nilai perdagangan pada periode 2013-2017 terdapat lima
negara eksportir terbesar HS 151190 ke Australia yaitu Malaysia,
Singapura, Indonesia, Panama dan Colombia seperti terlihat pada
Gambar 7.3.

Pasokan produk HS 151190 sebagian besar berasal dari Malaysia.


Rata-rata dari tahun 2013-2017, Malaysia berkontribusi sebesar 95,99
persen untuk memasok produk HS 151190 ke Australia. Adapun
Indonesia dalam periode yang sama memberikan kontribusi sebesar 1,07
persen yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Singapura yang

88
memberikan kontribusi rata-rata sebesar 1,48 persen. Ekspor produk HS
151190 Indonesia ke Australia memiliki kecenderungan yang menurun
pada periode tahun 2013-2016.

Dua negara lain yang masuk dalam lima besar importer Australia
untuk produk HS 151190 adalah Panama dan Colombia dengan rata-rata
share yang cukup kecil 0,69 persen dan 0,18 persen. Panama memiliki
trend yang menurun, sedangkan Colombia memiliki kecenderungan
kenaikan trend ekspor produk HS 151190 ke Australia. Negara lain yang
melakukan perdagangan dengan Australia walaupun dengan kontribusi
yang kecil adalah Jepang, Ghana, Inggris, Korea Republik, India, Swedia
dan lainnya.
120000
Import Value (1000 USD)

100000
80000
60000
40000
20000
0
Malaysia Singapore Indonesia Panama Colombia
2013 80375,19 1377,97 1864,85 1267,30 0,00
2014 84310,91 1096,03 1225,41 1139,48 0,00
2015 76688,92 1041,48 516,99 430,45 18,22
2016 76499,50 1641,04 460,07 101,86 451,92
2017 104896,69 1258,11 573,80 0,00 345,24

Gambar 7.3. Eksportir HS 151190 ke Australia

89
Terkait dengan hambatan ekspor masuk ke Ausralia terdiri dari
hambatan tarif dan non tarif. Hambatan tarif yang dikenakan Australia
adalah tarif MFN sebesar 5%, sedangkan tariff preferensi ditetapkan 0
persen. Adapun untuk Non Tariff Measures (NTMs) terdiri dari 30 item
(Tabel 7.2).

Tabel 7.2. Hambatan Non Tarif HS 151190 ke Australia


No Kode NTMs Klasifikasi
11. A140 Special authorization requirement for SPS reasons
12. A190 Prohibitions/restrictions of imports for SPS reasons, not
elsewhere specified (n.e.s.)
13. A210 Tolerance limits for residues of or contamination by certain
(non-microbiological) substances
14. A220 Restricted use of certain substances in foods and feeds and
their contact materials
15. A310 Labelling requirements
16. A320 Marking requirements
17. A330 Packaging requirements
18. A410 Microbiological criteria of the final product
19. A690 Other requirements on production or post-production
processes, n.e.s
20. A820 Testing requirement
21. A830 Certification requirement
22. A840 Inspection requirement
23. A850 Traceability requirements
24. A851 Origin of materials and parts
25. A859 Traceability requirements, n.e.s.
26. A860 Quarantine requirement
27. B140 Authorization requirement for TBT reasons
28. B310 Labelling requirements
29. B820 Testing requirement
30. B840 Inspection requirement
31. B900 TBT measures, n.e.s.
32. C300 Requirement to pass through specified port of customs
33. F610 Custom-inspection, -processing and -servicing fees
34. F690 Additional charges, n.e.s
35. P130 Licensing- or permit requirements to export
36. P140 Export registration requirements
37. P500 Export taxes and charges
38. P610 Inspection requirement
39. P620 Certification required by the exporting country
40. P690 Export technical measures, n.e.s.

90
Eksportir HS 151190 ke New Zealand

Seperti halnya dengan kondisi di Australia, permintaan produk HS


151190 untuk memenuhi pasar New Zealand pada periode tahun 2013-
2017 berfluktuasi dari sisi kuantitas maupun nilai perdagangan.
Berdasarkan nilai perdagangan, pada tahun 2013 dan 2014 mengalami
sedikit peningkatan yaitu dari 22.344.160 USD menjadi 22.787.410 USD.
Namun tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 17.225.490 USD. Dari
titik inilah mulai meningkatkan lagi menjadi 17.419.740 USD pada tahun
2016 dan 18.351.680 USD pada tahun 2017. Lima negara yang
memberikan kontribusi terbesar ekspor produk HS 151190 ke New
Zealand adalah Malaysia, Thailand, Indonesia, Australia dan Colombia
seperti terlihat pada Gambar 7.4.

Malaysia merupakan importir paling besar untuk produk HS


151190 ke negara New Zealand walaupun memiliki trend yang menurun
seiring dengan penurunan total permintaan ke New Zealand. Pada tahun
2013 import HS 151190 New Zealand dari Malaysia senilai 21.763.860
USD dengan permintaan dari dunia senilai 22.344.155 USD, sehingga
Malaysia memberikan kontribusi sebesar 97,4 persen. Sedangkan pada
tahun 2017 memberikan kontribusi sebanyak 93,38 persen yaitu senilai
17.137.420 USD dari total permintaan sebesar 18.351.682 USD.

Thailand memiliki kecenderungan trend positif dan memberikan


rata-rata kontribusi impor HS 151190 ke New Zealand sekitar 1,82 persen
pada periode 2013-2017. Adapun Indonesia memiliki penurunan dalam
periode yang sama, dimana pada tahun 2013 senilai 415,510 USD
menjadi 162.050 USD pada tahun 2017.

91
Kontribusi impor Indonesia untuk HS 151190 sangat kecil, hanya
sekitar 0,5 persen dari total impor New Zealand pada periode tahun
2013-2017. Sementara itu Australia memasok 0,77 persen dan Colombia
0,03 persen.

25000
Import Value (1000 USD)

20000
15000
10000
5000
0
Malaysia Thailand Indonesia Australia Colombia
2013 21763,86 55,15 415,51 103,87 0,00
2014 21859,31 234,15 634,42 9,30 0,00
2015 16520,20 396,09 236,21 38,35 0,00
2016 16724,78 566,95 83,59 0,00 5,50
2017 17137,42 421,23 162,05 576,75 24,61

Gambar 7.4. Eksportir HS 151190 ke New Zealand

Terkait dengan hambatan ekspor masuk untuk produk HS 151190,


New Zealand tidak terdapat hambatan tarif baik tarif referensi maupun
MFN. Kedua tariff tersebut ditetapkan sebesar 0 persen. Adapun untuk
Non Tarif Measures sebanyak 15 items dapat dilihat pada Tabel 7.3.

92
Tabel 7.3. Hambatan Non Tarif HS 151190 ke New Zealand
No Kode NTM Klasifikasi
1. A150 Registration requirements for importers
2. A210 Tolerance limits for residues of or contamination by certain
(non-microbiological) substances
3. A220 Restricted use of certain substances in foods and feeds and
their contact materials
4. A310 Labelling requirements
5. A690 Other requirements on production or post-production
processes, n.e.s
6. B150 Registration requirement for importers for TBT reasons
7. B310 Labelling requirements
8. B490 Production or post-production requirements, n.e.s.
9. B850 Traceability information requirements
10. E315 Requirement to pass through specified port of customs
11. F610 Custom-inspection, -processing and -servicing fees
12. F710 Consumption taxes
13. P500 Export taxes and charges
14. P800 Inspection requirement
15. P900 Certification required by the exporting country

Eksportir HS 151190 ke Chile

Permintaan produk HS 151190 ke Chile memiliki trend yang


meningkat pada periode tahun 2013-2017 masing-masing yaitu
4.288.506 USD, 6.932.033 USD, 11.997.866 USD, 12.906.093 USD,
17.966.720 USD. Lima importer produk HS 151190 ke Chile berasal dari
negara Peru, Malaysia, Colombia, Indonesia dan Ecuador. Kelima negara
ini memiliki kecenderungan trend perdagangan yang meningkat selama
kurun wakt 2013-2017 seperti terlihat pada Gambar 7.5.

Peru yang berada pula di wilayah Amerika Selatan memberikan


kontribusi tertinggi dalam supply produk HS 151190 ke Chile, bahkan pada
tahun 2014 memiliki kontribusi terbesar yaitu 70,55 persen dari total impor
negara lainnya. Peningkatan nilai perdagangan Peru dapat dilihat pada tahun

93
2013 yang memiliki nilai sebesar 519.100 USD dan menjadi 7.562, 930 pada
tahun 2017.

Malaysia memiliki trend perdagangan yang meningkat dan pada


periode tahun 2013-2017 memberikan kontribusi rata-rata 21,14 persen.
Pertumbuhan positif terlihat setiap tahunnya. Nilai Impor HS 151190 dari
Colombia ke Chile memiliki trend yang fluktuatif walau pada tahun 2013-
2017 memiliki rata-rata kontribusi sebesar 25,95 persen.

Sedangkan Indonesia memiliki peningkatan nilai perdagangan


yang cukup signifikan pada periode tahun 2013-2016, yaitu 73.160 USD
menjadi 3.271.290 USD. Namun terjadi penurunan pada tahun 2017
menjadi 1.595.820 USD. Rata-rata kontribusi pada periode lima tahun
terakhir sebesar 10,91 persen.

Ecuador memberikan kontribusi rata-rata 1,09 persen kepada


share impor HS 151190 ke Chile. Negara lain yang tercatat menjadi
importer adalah Singapore, Italy, Amerika Serikat, Brazil, Cina, Prancis,
Srilanka dan Maroko.

94
8000

Import Value (1000 USD)


7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Peru Malaysia Colombia Indonesia Ecuador
2013 519,10 1064,79 2542,92 73,16 85,60
2014 4890,22 1212,70 721,75 92,36 14,89
2015 5682,15 1483,08 2717,75 2073,58 19,27
2016 4099,59 2788,29 2400,77 3271,29 346,01
2017 7562,93 5283,81 3378,43 1595,82 70,14

Gambar 7.5. Eksportir HS 151190 ke Chile

Hambatan ekspor masuk ke Chile terdiri dari hambatan tarif dan


non tarif. Hambatan tarif terdiri dari tarif preferensi sebesar 6% dan tarif
MFN sebesar 6%. Sedangkan untuk hambatan non tariff atau NTMs
terdapat 9 items seperti terlihat pada Tabel 7.4.

Tabel 7.4. Hambatan Non Tarif HS 151190 ke Chile


No Kode NTMs Klasifikasi
1. A140 Special authorization requirement for SPS reasons
2. A210 Tolerance limits for residues of or contamination by certain
(non-microbiological) substances
3. A310 Labelling requirements
4. A410 Microbiological criteria of the final product
5. A830 Certification requirement
6. A840 Inspection requirement
7. B310 Labelling requirements
8. B900 TBT measures, n.e.s.
9. C300 Requirement to pass through specified port of customs

95
Eksportir HS 151190 ke Cina

Permintaan pasar produk HS 151190 ke Cina pada periode tahun


2013-2017 memilki kecenderungan yang menurun. Pada Tahun 2013 nilai
perdagangan mencapai 4.820.042.684 USD, secara berangsur-angsur
menurun menjadi 4.379.163.151 USD, 3.696.357.674 USD, dan
2.853.435.769 USD. Baru kemudian pada tahun 2017 ada kenaikan
kembali menjadi 3.495.999.650 USD. Indonesia dan Malaysia merupakan
dua negara yang memberikan kontribusi besar dalam memasok
permintaan pasar Cina seperti yang terlihat pada Gambar 7.6.

Berdasarkan rata-rata kontribusi pada tahun 2013-2017, Indonesia


memberikan kontribusi sebesar 53,11 persen dan Malaysia sebesar 46,69
persen. Pertumbuhan nilai ekspor Indonesia ke Cina untuk HS 151190
relatif stabil, sedangkan untuk Malaysia cenderung terdapat penurunan.
Negara lain yang melakukan impor yaitu India, Asia lainnya, Thailand,
Netherland, Singapura, Swedia, Srilanka, Jepang, Itali, Jerman, Belgia,
Inggris, Denmark dan Kenya.

96
3000000
2500000
Import Value (1000 USD) 2000000
1500000
1000000
500000
0
Other
Indonesia Malaysia India Thailand
Asia, nes
2013 1939921,88 2840579,35 33762,93 5131,39 0,00
2014 2014908,55 2364211,57 0,00 0,00 0,00
2015 2136741,80 1555817,02 3673,78 0,00 0,00
2016 1663752,11 1189211,66 0,00 0,00 169,01
2017 2209035,25 1285581,57 5,95 0,00 1239,10

Gambar 7.6. Eksportir HS 151190 ke Cina

Terkait dengan hambatan ekspor masuk ke Cina hanya terdiri dari


hambatan tarif dan tidak ada hambatan non tarif. Hambatan tarif terdiri
dari penerapan tarif preferensi dan tarif MFN yang keduanya sama
sebesar 8.67 persen.

Eksportir HS 151190 ke India

Permintaan India untuk HS 151190 memiliki fluktuasi. Pada tahun


2013 nilai perdagangan sebesar 2,082,060,992 USD dan mengalami
penurunan tahun 2014 sebesar 1.231.785.793 USD. Periode tahun 2015-
2017 selanjutnya terjadi peningkatan masing-masing menjadi
1.350.431.540 USD, 1.974.745.000 USD dan 2.193.249.073 USD.

Lima negara eksportir HS 151190 berdasarkan nilai perdagangan


rata-rata selama tahun 2013-2017 ke India yaitu Indonesia, Malaysia,
Iran, Argentina dan Singapore (Gambar 7.7). Indonesia dan Malaysia

97
masih mendominasi sebagai negara pemasok produk ini dengan rata-rata
konstribusi masing-masing sebesar 78,88 persen dan 20,80 persen.

Adapun negara lain yang pernah tercatat melakukan perdagangan


dengan India untuk produk HS 151190 adalah Argentia, Belgia, Swiss,
Jerman, Denmark, Prancis, Inggris, Korea, Nigeria, Belanda dan Amerika
Serikat. Negara-negara tersebut memberikan kontribusi yang sangat
kecil dan terkadang tidak continue setiap tahun melakukan perdagangan
ke India.

2000000
1800000
Import Value (1000 USD)

1600000
1400000
1200000
1000000
800000
600000
400000
200000
0
Iran,
Indonesia Malaysia Islamic Argentina Singapore
Rep.
2013 1644283,32 437319,28 0,00 0,00 408,64
2014 883798,94 328550,81 10134,62 9284,28 0,00
2015 1087683,55 262713,86 0,00 0,00 0,00
2016 1596411,10 378303,87 0,00 0,00 0,00
2017 1804653,07 388480,82 0,00 0,00 0,00

Gambar 7.7. Eksportir HS 151190 ke India

Hambatan ekspor yang masuk ke India hanya terdapat hambatan


tarif yaitu Tarif Preferensi dan tarif MFN yang keduanya sama sebesar 15
persen. Pemerintah India tidak menerapkan hambatan Non tariff untuk
produk HS 151190 yang akan masuk ke India.

98
Eksportir HS 151190 ke Jepang

Produk HS 151190 yang diekspor ke Jepang oleh negara lain di


dunia mengalami trend yang meningkat dilihat dari jumlah. Namun
terdapat kecenderungan yang menurun apabila dilihat dari nilai
perdagangan dari tahun 2013-2015 yaitu sebesar 529.342.657 USD,
520.226.704 USD dan 442.443.966 USD. Kemudian pada tahun 2016-
2017 nilai perdagangan mulai merangkak naik lagi menjadi 450.812.904
USD dan 528.826.370 USD.

Lima negara eksportir terbesar untuk produk HS 151190 ke


Jepang berdasarkan nilai rata-rata perdagangan pada periode tahun
2013-2017 yaitu Malaysia, Indonesia, Singapura, Colombia dan Ghana.
Gambar 7.8 menunjukkan lima negara eksportir terbesar beserta nilai
perdagangan ke Jepang.

500000
450000
400000
350000
300000
Import Value (1000 USD)

250000
200000
150000
100000
50000
0
Malaysia Indonesia Singapura Colombia Ghana
2013 446580,57 80153,49 2067,24 521,04 0,00
2014 447272,92 70333,65 1873,07 710,18 12,73
2015 375398,73 63993,10 2317,51 723,14 3,89
2016 324917,37 123972,38 1385,63 526,32 8,13
2017 370948,02 155979,67 1376,39 512,61 9,68

Gambar 7.8. Eksportir HS 151190 ke Jepang

99
Malaysia dan Indonesia merupakan dua negara yang memberikan
kontribusi signifikan dalam memenuhi pasar Jepang yaitu 79,48 persen
dari Malaysia dan 20,02 persen dari Indonesia. Negara lain yang tercatat
melakukan ekspor ke Jepang yaitu Brazil, Jerman, Perancis, Inggris,
Nigeria Belanda dan Swedia.

Adapun hambatan ekspor masuk ke Jepang terdiri dari hambatan


tarif dan hambatan non tarif. Hambatan tarif terdiri dari tarif MFN
sebesar 3 persen, sedangkan hambatan tarif preferensi ditetapkan 0
persen. Adapun NTMs seperti Tabel 7.5 terdiri dari 7 jenis hambatan non
tarif.

Tabel 7.5. Hambatan Non Tarif HS 151190 ke Jepang


No Kode NTMs Klasifikasi
1. A210 Tolerance limits for residues of or contamination by certain
(non-microbiological) substances
2. A310 Labelling requirements
3. A420 Hygienic practices during production
4. A850 Traceability requirements
5. B310 Labelling requirements
6. G900 TBT measures, n.e.s.
7. P130 Licensing- or permit requirements to export

Eksportir HS 151190 ke Korea

Permintaan Korea terhadap produk HS 151190 cenderung


mengalami peningkatan pada periode tahun 2013-2017. Nilai produk
perdagangan pada periode tahun tersebut masing-masing adalah
271,368,475 USD, 360,491,321 USD, 277,701,918 USD, 301,854,204 USD
dan 357,195,356 USD.

100
Gambar 7.9 menunjukkan lima negara yang berkontribusi
terbesar dalam perdagangan HS 151190 ke Korea berdasarkan rata-rata
nilai perdagangan tahun 2013-2017 yaitu Malaysia, Indonesia, Cina,
Singapura dan Kamboja. Negara yang tercatat lainnya adalah Perancis,
Turki, Asia lainnya, Amerika Serikat, Perancis, India, Jerman, Swis, Italy,
Thailand, Brazil, Belgia, Spanyol, Piliphina, Iceland, Australia, New
Zealand, Vietnam, Hongkong, Canada, Tonga, Greece, Ukraina, Mexico,
Uni Emirat Arab, Argentina, Jepang, Srilanka, Afrika Selatan, Ireland,
Pakistan, Belanda, Ekuador, Denmark, Colombia.

Dua negara yang memberikan kontribusi terbesar adalah


Malaysia dan Indonesia. Malaysia memberikan rata-rata kontribusi
sebesar 66,16 persen terhadap total nilai perdagangan pada tahun 2013-
2017. Sedangkan Indonesia pada periode yang sama memberikan
kontribusi sebesar 33,06 persen. Malaysia memiliki kecenderungan
penurunan nilai perdagangan, namun Indonesia terlihat memiliki trend
yang meningkat.

Hambatan ekspor masuk ke Korea hanya terdiri dari hambatan tarif


yang terdiri dari tarif MFN dan tariff preferensi sebesar 2 persen.
Pemerintah Korea tidak menerapkan hambatan non tariff atau NTMs
kepada negara-negara yang akan melakukan ekspor produk HS 551190
ke Korea.

101
250000
200000
150000
100000
Import Value (1000 USD)

50000
0
Malaysia Indonesia China Singapore Cambodia
2013 237513,37 32300,61 0,00 948,55 0,00
2014 236717,46 116933,57 1957,73 1213,71 3272,40
2015 189325,77 86757,39 0,00 858,87 544,48
2016 166994,72 133368,45 0,00 1149,91 0,00
2017 193240,22 162708,64 0,00 901,60 0,00

Gambar 7.9. Eksportir HS 151190 ke Korea

Eksportir HS 151190 ke Pakistan

Permintaan produk HS 151190 mengalami trend yang semakin


meningkat pada periode tahun 2013-2017. Berdasarkan nilai
perdagangan HS 151190, ekspor negara-negara di dunia ke Pakistan yaitu
1.610.011.706 USD, 1.862.523.872 USD, 1.568.479.293 USD,
1.629.568.508 USD dan 2.011.892.476 USD.

Lima negara yang memiliki kontribusi eskpor terbesar untuk


produk HS 151190 yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Australia dan
Italia. Adapun negara eksporter lainnya adalah Perancis, Hongkong,
Inggris, Nigeria, Korea, Uni Emirate Arab, Cina, Afganistan, Mesir, Jepang,
India, Thailand, Amerika Serikat, Sri lanka, Iran, Brazil, Vanuatu, Australia,
Turki, Belgia, dan Paraguay.

Indonesia pada periode 2013-2017 rata-rata memberikan


kontribusi sebesar 73,16 persen, sedangkan Malaysia memberikan share
kontribusi sebedar 28,46 persen. Secara umum, trend perdagangan HS

102
151190 Indonesia berkebalikan dengan Malaysia dimana Indonesia
memiliki trend yang meningkat sedangkan Malaysia memiliki penurunan.
Nilai perdagangan secara rinci lima negara eksportir terbesar dapat
dilihat pada Gambar 7.10.

1800000
1600000
Import Value (1000 USD)

1400000
1200000
1000000
800000
600000
400000
200000
0
Indonesia Malaysia Singapore Austria Italy
2013 654762,00 953604,90 1145,66 0,00 0,00
2014 1398562,95 460155,05 3222,13 0,00 176,22
2015 1361763,26 204151,76 2303,21 0,00 156,14
2016 1348453,05 280926,90 0,00 0,00 184,96
2017 1618927,16 392499,63 197,12 0,00 0,00

Gambar 7.10. Lima Negara Eksportir HS 151190 ke Pakistan

Hambatan ekspor masuk ke Pakistan untuk produk HS 151190 hanya


terdiri dari hambatan non tariff. Hambatan tariff tidak menjadi
perhitungan karena pemerintah Pakistan menerapkan 0 persen tariff
preferensi maupun tariff MFN. Adapun hambatan non tariff terdapat
delapan jenis hambatan seperti terlihat pada Tabel 7.6.

103
Tabel 7.6. Hambatan Non Tarif HS 151190 ke Pakistan
No Kode NTMs Klasifikasi
1. A310 Labelling requirements
2. A490 Hygienic requirements, n.e.s.
3. B150 Registration requirement for importers for TBT reasons
4. B700 Product-quality or -performance requirement
5. B830 Certification requirement
6. E322 Prohibition for political reasons (embargo)
7. F610 Custom-inspection, -processing and -servicing fees
8. P400 Measures on re-export

104
BAB VIII
INDUSTRI OTOMOTIF

Sampel untuk industri otomotif yaitu produk HS 871130 yaitu


Motorcycles (including mopeds) and cycles; fitted with an auxiliary motor,
reciprocating internal combustion piston engine, of cylinder capacity
exceeding 250cc but not exceeding 500cc, with or without side-cars; side-
cars. Produk ini memiliki nilai Indeks Penawaran Ekspor (IPE) sebesar
0.078 dan merupakan ranking keempat pada kelompok industri otomotif.
Selain itu, produk ini memiliki Indeks Daya Saing (IDS) sebesar 0.041 dan
masuk dalam ranking kedua.

A. Negara Tujuan Ekspor

Lima negara tujuan ekspor untuk produk 871130 saat ini yaitu
negara Amerika Serikat, Thailand, Asia lainnya, Italia dan Jepang seperti
terlihat pada Gambar 8.1. Lima negara tujuan utama ekspor Indonesia untuk
produk HS 871130 secara umum memiliki trend yang meningkat walaupun
sebagian mengalami penurunan pada tahun 2016.

105
25000
Export Value (1000 USD)

20000
15000
10000
5000
0
United Other
Thailand Italy Japan
States Asia, nes
2013 0,00 207,68 0,00 0,00 0,00
2014 16,62 113,28 21,89 0,00 74,76
2015 21329,61 16858,58 4311,08 2082,94 6255,29
2016 12233,07 6076,68 5341,14 1154,43 4520,78
2017 14619,67 16468,28 10179,97 16559,40 5311,64
Gambar 8.1. Tujuan Utama Ekspor Indonesia untuk HS 871130

B. Ekspor Produk ke Delapan Negara Mitra

Perkembangan ekspor Indonesia untuk produk HS 871130 ke


delapan negara mitra FTA dapat dilihat pada Gambar 8.2. Negara
Australia, Korea, Jepang, Chile dan New Zealand memiliki permintaan
yang semakin meningkat untuk produk HS 871130. Sedangkan Pakistan,
India dan Cina walaupun masih terdapat permintaan impor dari Indonesia
namun memiliki daya saing yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai
RCA yang masih kurang dari 1 (satu) bagi ketiga negara tersebut.

106
Export Value (1000 USD) 12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
New
Austral Pakista
Chile China India Japan Korea Zealan
ia n
d
2013 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 71,31
2014 9,61 0,00 0,00 0,00 133,21 0,00 0,00 8,91
2015 5296,14 1439,93 0,00 8,00 5147,43 101,52 0,00 795,79
2016 7148,47 3558,76 13,15 0,00 4451,09 6795,95 0,00 827,34
2017 5813,02 4710,02 28,83 12,99 5525,48 10564,2 2,02 1497,09

RCA

Gambar 8.2. Ekspor Indonesia dan Nilai RCA untuk HS 871130 pada
Delapan Negara Mitra

C. Constant Market Share Analysis untuk HS 871130

Analisis Constant Market Share Analysis digunakan untuk


menganalisis dekomposisi pertumbuhan ekspor suatu Negara melalui
tiga komponen utama yaitu: (1) Efek Pertumbuhan Impor, (2) Efek
Komposisi Komoditi, dan (3) Efek Daya Saing. Analisis CMSA di 8 Negara
mitra FTA untuk HS 871130 disajikan pada Tabel 8.1 berikut.

107
Tabel 8.1. Constant Market Share Indonesia di Pasar 8 Negara Mitra FTA
untuk HS 871130
Negara Tahun Efek Pertumbuhan Efek Komposisi Efek Daya
Mitra Impor (%) Komoditi (%) Saing (%)
FTA

Australia 2013/2014 0.00 0.00 1.00


2014/2015 -0.02 -0.01 1.03
2015/2016 -10.59 23.95 -12.36
2016/2017 -84.38 -32.05 117.42
Chile 2013/2014 NA NA NA
2014/2015 0.00 0.00 1.00
2015/2016 -3.95 15.64 -10.69
2016/2017 32.44 73.79 -105.23
China 2013/2014 NA NA NA
2014/2015 NA NA NA
2015/2016 0.00 0.00 1.00
2016/2017 13.52 90.65 -103.17
India 2013/2014 NA NA NA
2014/2015 0.00 0.00 1.00
2015/2016 8.90 -25.29 17.39
2016/2017 0.00 0.00 1.00
Japan 2013/2014 0.00 0.00 1.00
2014/2015 -0.62 1.24 0.38
2015/2016 22.27 -131.13 109.87
2016/2017 44.33 17.80 -61.13
Korea 2013/2014 NA NA NA
Rep. 2014/2015 0.00 0.00 1.00
2015/2016 -0.11 0.89 0.22
2016/2017 32.09 27.86 -58.95
Pakistan 2013/2014 NA NA NA
2014/2015 NA NA NA
2015/2016 NA NA NA
2016/2017 0.00 0.00 1.00
New 2013/2014 -8.38 -16.24 25.61
Zealand 2014/2015 -0.16 -0.06 1.22
2015/2016 -24.11 433.69 -408.58
2016/2017 13.23 18.26 -30.49

108
Secara umum, negara Chile memiliki efek pertumbuhan impor
yang meningkat khususnya pada tahun 2016/2017 yakni sebesar 32.4%.
Hasil ini mengartikan bahwa produk HS 871130 memiliki tingkat
pertumbuhan impor Chile yang lebih tinggi dibandingkan tingkat
pertumbuhan impor Chile secara keseluruhan. Dengan kata lain,
pertumbuhan impor produk ini lebih besar dibandingkan dengan
pertumbuhan rata-rata impor Chile dari pasar dunia. Namun jika dilihat
efek daya saing untuk HS 871130 ke Negara Chile, terjadi penurunan daya
saing Indonesia pada periode yang sama.
Sebaliknya pada Negara Australia, terjadi penurunan efek
pertumbuhan impor pada tahun 2016/2017 yaitu sebesar 84%. Akan
tetapi, pada periode yang sama terjadi peningkatan daya saing Indonesia
ke Australia sebesar 117%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun tingkat
perumbuhan impor Australia atas HS 871130 lebih rendah dibandingkan
dengan pertumbuhan rata-rata impor Australia secara keseluruhan,
terjadi peningkatan daya saing ekspor Indonesia ke Australia atas HS
871130 jika dibandingkan dengan Negara lainnya. Sehingga dapat
disarankan untuk dapat meningkatkan potensi ekspor HS 871130 dari
Indonesia ke Australia.
Dari ke delapan Negara mitra FTA terdapat satu Negara yang tidak
dapat diperoleh analisis CMSA yaitu Pakistan disebabkan tidak adanya
ekspor produk HS 871130 dari Indonesia ke Negara tersebut.

D. Keragaan Pasar di Delapan Negara Mitra

Keragaan pasar di delapan negara mitra FTA yaitu Australia, Chile,


Cina, India, Jepang, Korea, Pakistan dan New Zealand diperlukan untuk

109
melihat kondisi pesaing pasar untuk produk HS 871130. Terkait dengan
hal tersebut akan dipetakan negara yang menjadi pemasok atau eksportir
produk HS 871130 ke delapan negara mitra FTA.

Eksportir HS 871130 ke Australia


Pada periode tahun 2013-2017 Australia memperoleh pasokan
impor produk HS 871130 dari beberapa negara yaitu Jepang, Austria,
Thailand, India, Itali dan Indonesia. Berdasarkan pada nilai perdagangan
pada periode tersebut, Jepang dan Thailand relatif mengalami
penurunan. Sedangkan untuk negara Austria, India, Italia dan Indonesia
relatif mengalami peningkatan. Gambar 8.3 secara rinci menggambarkan
negara eksportir produk HS 871130 ke Australia.

45000
40000
35000
Impport Value (1000 USD)

30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
Indonesi
Japan Austria Thailand India Italy
a
2013 40549,40 30519,39 30204,69 581,67 8727,04 0,00
2014 39585,49 28455,31 19105,77 6924,46 3514,93 9,61
2015 25453,81 23924,37 9147,87 11106,54 1401,29 5296,14
2016 20642,36 26196,80 15989,75 8934,29 3121,87 7148,47
2017 27666,06 35947,04 13227,78 11547,55 5516,31 5813,02

Gambar 8.3. Eksportir HS 871130 ke Australia

Pemerintah Australia menetapkan 0 persen tarif preferential dan tarif


MFN sehingga tidak terdapat hambatan bagi negara lain dalam hal tarif.

110
Namun terdapat 18 jenis hambatan non tariff yang harus dipenuhi
eksportir produk HS 871130 ke Australia untuk masuk pasar. Hambatan
non tarif (NTMs) yang diterapkan tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.2.

Tabel 8.2. Hambatan Non Tarif HS 871130 ke Australia


No Kode NTMs Klasifikasi
1. A140 Special authorization requirement for SPS reasons
2. A860 Quarantine requirement
3. B140 Authorization requirement for TBT reasons
4. B310 Labelling requirements
5. B320 Marking requirements
6. B700 Product-quality or -performance requirement
7. B810 Product registration requirement
8. B820 Testing requirement
9. B830 Certification requirement
10. B840 Inspection requirement
11. B850 Traceability information requirements
12. B900 TBT measures, n.e.s.
13. C300 Requirement to pass through specified port of
customs
14. F610 Custom-inspection, -processing and -servicing fees
15. F690 Additional charges, n.e.s.
16. P130 Licensing- or permit requirements to export
17. P620 Certification required by the exporting country
18. P690 Export technical measures, n.e.s.

Eksportir HS 871130 ke New Zealand


Negara yang memasok produk HS 871130 ke New Zealand
diantaranya Jepang, Austria, Thailand, India dan Indonesia. Dari lima
negara tersebut, nilai perdagangan ekspor Thailand ke New Zealand
cenderung mengalami penurunan pada periode 2013-2017 seperti
terlihat pada Gambar 8.4. Sedangkan negara eksportir lainnya cenderung
mengalami kenaikan dalam nilai perdagangannya, termasuk Indonesia
yang pada tahun 2013 mengekspor senilai 71.310 USD hingga pada tahun
2017 ekspor produk HS 871130 mencapai 1.497.09 USD. Demikian pula

111
dengan India yang semakin meningkatkan nilai perdagangan, bahkan
pada tahun 2017 mampu melebihi nilai ekspor negara Thailand yang
semakin mengalami penurunan. Adapun Jepang dan Austria tetap
menjadi pemimpin pasar ekspor HS 871130 ke New Zealand pada periode
tahun 2013-2017.

5000
4500
4000
Import Value (1000 USD)

3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Japan Austria Thailand India Indonesia
2013 3530,77 2854,16 2435,95 141,84 71,31
2014 3795,93 3849,50 2089,05 386,72 8,91
2015 2968,34 3138,16 1097,65 682,51 795,79
2016 3155,63 3201,00 1810,64 1253,79 827,34
2017 4357,17 3591,80 779,53 2838,51 1497,09

Gambar 8.4. Eksportir HS 871130 ke New Zealand

Hambatan tarif tidak menjadi kendala dalam melakukan ekspor


HS 871130 karena sama halnya dengan di Australia, pemerintah New
Zealand menetapkan 0 persen tarif preferential dan tarif MFN. Namun
eksportir harus memenuhi 13 jenis hambatan non tarif untuk dapat
masuk pasar seperti yang terlihat pada Tabel 8.3.

112
Tabel 8.3. Hambatan Non Tarif HS 871130 ke New Zealand
No Kode NTMs Klasifikasi
1. A590 Treatment for elimination of plant and animal pests and
disease-causing organisms in the final product, n.e.s.
2. B150 Registration requirement for importers for TBT reasons
3. B490 Production or post-production requirements, n.e.s.
4. B700 Product-quality or -performance requirement
5. B820 Testing requirement
6. B840 Inspection requirement
7. E315 TProhibition of products infringing patents or other
intellectual property rights
8. F610 Custom-inspection, -processing and -servicing fees
9. F710 Consumption taxes
10. P110 Licensing- or permit requirements to export
11. P500 Certification required by the exporting country
12. P800 Export technical measures, n.e.s.
13. P900 Export measures, n.e.s.

Eksportir HS 871130 ke Chile

Chile memperoleh pasokan impor untuk produk HS 871130 dari


berbegai nagara diantaranya yang memberikan kontribusi besar adalah
Jepang, Austria, Indonesia, Thailand dan Cina. Jepang dan Austria selama
periode 2013-2017 cenderung mengalami penurunan nilai perdagangan,
sementara Thailand dan Cina walaupun berfluktuasi namun masih
terlihat kecenderungan yang meningkat.

Indonesia pada tiga tahun terakhir memiliki peningkatan yang


cukup signifikan. Pada tahun 2015 nilai perdagangan impor Indonesia ke
Chile sebesar 1.439.930 USD dan pada tahun 2017 meningkat menjadi
4.710.020 USD. Pada dua tahun itu Indonesia menjadi eksportir terbesar
bagi Chile. Dari total nilai ekspor Chile pada tahun 2016 sebesar USD
12.621.594.000. Indonesia memberikan kontribusi sebesar 28,20 persen.
Sementara pada tahun 2017 memberikan kontribusi sebesar 27,77
persen dari total impor Chile untuk produk HS 871130 sebesar

113
16.959.062.000 USD. Secara rinci nilai perdagangan lima negara eksportir
terbesar dapat dilihat pada Gambar 8.5.

5000
4500
Import Value (1000 USD)

4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Japan Austria Indonesia Thailand China
2013 3954,60 2460,99 0,00 1272,43 909,70
2014 4294,38 1873,22 0,00 2644,37 567,42
2015 2875,05 1366,55 1439,93 1268,55 1423,39
2016 2527,86 1574,12 3558,76 2300,58 1065,84
2017 2306,44 1822,31 4710,02 2008,45 3160,82

Gambar 8.5. Eksportir HS 871130 ke Chile

Pemerintah Chile menerapkan hambatan hambatan tarif dan


hambatan non tarif bagi produk HS 871130 yang akan masuk sebagai
barang impor ke Chile. Hambatan tarif yang diterapkan terdiri dari tarif
MFN dan tariff preferensi masig-masing sebesar 6 persen. Sedangkan
untuk hambatan non tariff atau NTMs hanya satu jenis yaitu berupa B900
(TBT measures, n.e.s).

Eksportir HS 871130 ke Cina


Negara yang melakukan ekspor produk HS 871130 ke Cina
diantaranya Thailand, Italia, Asia lainnya, India, Austria. Cina memperoleh
total ekspor dari semua negara dunia pada periode tahun 2013-2017

114
berturut-turut adalah 424.555.000 USD, 1.626.891.000 USD,
14.587.235.000 USD, 4.011.251.000 USD dan 8.996.757.000 USD.

Dibandingkan dengan negara eksportir lainnya, Thailand


merupakan negara yang memiliki nilai perdagangan paling tinggi
walaupun berfluktuatif. Pada periode tersebut pada tahun 2015 terjadi
lonjakan nilai ekspor dan permintaan ini direspon terutama oleh negara
Thailand hingga nilai ekspornya mencapai 13.302.110 USD. Nilai
perdagangan masing-masing negara secara rinci dapat dilihat pada
Gambar 8.6.

14000
12000
10000
8000
Import Value (1000 USD)

6000
4000
2000
0
Other Asia,
Thailand Italy India Austria
nes
2013 33,26 0,00 229,12 0,00 83,49
2014 583,20 306,12 544,28 7,59 120,67
2015 13302,11 841,68 258,40 5,96 161,27
2016 2675,52 864,48 261,22 0,00 157,35
2017 5415,98 1544,78 408,89 1496,24 0,00

Gambar 8.6. Eksportir HS 871130 ke Cina

Terkait dengan hambatan ekspor masuk ke negara Cina untuk


produk HS 871130 pada WITS database belum tersedia. Sedangkan untuk
hambatan non tariff, pemerintah Cina tidak menerapkan NTMs untuk
produk HS 871130.

115
Eksportir HS 871130 ke India

Total nilai impor produk HS 871130 di India pada periode tahun


2013-2017 berturut-turut adalah 3.166.103.000 USD, 1.922.624.000 USD,
4.126.439.000 USD, 4.802.848.000 USD dan 3.337.406.000 USD.
Beberapa negara yang melakukan ekspor ke India untuk produk HS
871130 adalah Cina, Thailand, Korea, Jepang dan Austria.

Dari negara tersebut, Cina masih terlihat memiliki trend yang


meningkat dalam nilai perdagangan walapun pada tahun 2017
mengalami penurunan. Sedangkan Thailand, Korea, Jepang dan Austria
terlihat cenderung mengalami trend yang semakin menurun. Rincian
nilai perdagangan selama periode 2013-2017 dapat dilihat pada Gambar
8.7.

3500
Import Value (1000 USD)

3000
2500
2000
1500
1000
500
0
China Thailand Korea, Rep. Japan Austria
2013 237,25 2528,78 0,00 124,55 185,57
2014 35,98 1586,44 0,00 188,42 0,00
2015 2237,43 491,83 1299,03 8,54 11,01
2016 3269,97 4,50 1394,58 23,12 0,00
2017 2652,72 84,84 362,08 32,09 15,22

Gambar 8.7. Eksportir Produk HS 871130 ke India

116
Hambatan ekspor masuk yang diterapkan pemerintah India untuk
produk HS 871130 hanya terdiri dari hambatan tarif dan tidak ada
penerapan hambatan non tarif. Hambatan tarif terdiri dari tarif MFN dan
preferensi yang masih tinggi yaitu masing-masing sebesar 100 persen.

Eksportir HS 871130 ke Jepang

Produk HS 871130 di Jepang diimpor dari beberapa negara lain,


dianataranya yang memberikan kontribusi terbesar adalah Thailand,
Indonesia, India, Austria dan Italia. Total nilai ekspor dari semua negara
pada periode tahun 2013-2017 masing-masing sebesar 17.267.791.000
USD, 12.659.530 USD, 15.596.689 USD, 17.893.661.000 USD dan
20.576.906.000 USD.

Thailand memberikan kontribusi terbesar dalam nilai impor


produk HS 871130 di Jepang. Namun demikian Thailand relatif memiliki
trend yang menurun dibandingkan dengan negara eksportir lainnya.
Sementara Indonesia memiliki trend yang semakin meningkat pada
periode tahun 2014-2017. Pada tahun 2014 nilai perdagangan Indonesia
mencapai 133.210 USD dan pada tahun 2017 mengalami peningkatan
menjadi 5.525.480 USD.

India juga menunjukkan peningkatan nilai ekspor, bahkan pada


tahun 2017 terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari 1.877.860 USD
menjadi 4.183.140 USD. Sedangkan untuk Austria dan Italia pada tahun
2013 memiliki nilai di atas satu juta USD, namun kemudian mengalami
penurunan walaupun kemudian mengalami peninglatan kembali. Gambar
8.8 memperlihatkan secara rinci nilai perdagangan lima negara eksportir
terbesar untuk produk HS 871130 ke pasar Jepang.

117
Import Value (1000 USD) 12000,00
10000,00
8000,00
6000,00
4000,00
2000,00
0,00
Thailand Indonesia India Austria Italy
2013 11333,72 0,00 1526,03 1113,31 1457,44
2014 7444,35 133,21 1927,46 658,78 962,02
2015 5298,41 5147,43 2120,25 804,34 479,67
2016 7668,45 4451,09 1877,86 1073,09 922,72
2017 4793,09 5525,48 4183,14 1060,65 916,93

Gambar 8.8. Eksportir HS 871130 ke Jepang

Hambatan ekspor masuk ke Jepang hanya terdiri dari hambatan


non tariff karena pemerintah Jepang menerapkan tarif MFN dan
preferensi masig-masing sebesar 0 persen. Adapun untuk hambatan non
tariff pemerintah Jepang menerapkan sepuluh jenis NTMs seperti terlihat
pada Tabel 8.4.

118
Tabel 8.4. Hambatan Non Tarif HS 871130 ke Jepang
No Kode NTMs Klasifikasi
1. B140 Authorization requirement for TBT reasons
2. B420 TBT regulations on transport and storage
3. B490 Production or post-production requirements, n.e.s.
4. B700 Product-quality or -performance requirement
5. C400 Import-monitoring and -surveillance requirements
and other automatic licensing measures
6. F610 Custom-inspection, -processing and -servicing fees
7. G900 Finance measures, n.e.s.
8. P130 Licensing- or permit requirements to export
9. P500 Certification required by the exporting country
10. P900 Export measures, n.e.s.

Eksportir HS 871130 ke Korea

Lima negara eksportir terbesar HS 871130 adalah Asia lainnya,


Indonesia, Italia, Thailand dan Austria. Nilai total impor Korea untuk
produk HS 871130 pada periode tahun 2013-2017 mengalami trend yang
semakin meningkat, berturut-turut adalah 7.186.846.000 USD,
10.256.915.000 USD, 10.710.257.000 USD, 16.238.515.000 USD dan
21.636.458.000 USD.

. Dalam dua tahun terakhir Indonesia menjadi negara eksportir


yang memberikan share tertinggi yaitu sebesar 41,85 persen tahun 2016
dan 48,83 persen pada tahun 2017. Negara lain memiliki nilai ekspor
yang cenderung berfluktuatif. Gambar 8.9 menunjukkan secara rinci nilai
perdagangan pada lima negara eksportir HS 871130 ke Korea.

119
12000
10000
8000
Import Value (1000 USD)

6000
4000
2000
0
Other Asia,
Indonesia Italy Thailand Austria
nes
2013 2939,78 0,00 1254,62 1642,54 701,60
2014 4356,12 0,00 1454,18 2012,39 946,62
2015 3296,79 101,52 2888,04 2504,59 903,60
2016 3580,51 6795,95 2066,56 1616,71 701,60
2017 2328,71 10564,25 2341,17 1716,80 1336,53

Gambar 8.9. Eksportir HS 871130 ke Korea

Pemerintah Korea memberikan hambatan tarif ekspor masuk ke


Korea yaitu berupa tarif MFN dan tariff preferensi masig-masing sebesar
8 persen. Tidak ada hambatan non tariff atau NTMs yang diterapkan.

Eksportir HS 871130 ke Pakistan

Pakistan memperoleh produk HS 871130 yang berasal dari


eksportir Thailand, Cina, jepang, Amerika Serikat dan Inggris. Ekspor
Thailand mendominasi share produk HS 871130 pada tahun 2015 sebesar
1.470.750 USD dan pada tahun 2017 yang meningkat menjadi 2.797.780
USD. Cina sebagai pesaing ekspor Thailand memberikan kontribusi
tertinggi pada tahun 2013 dan 2014, namun setelah itu mengalami
penurunan. Sementara Jepang, Amerika Serikata dan Inggris berfluktuatif
dan tidak kontinyu dalam melakukan ekspor produk HS 871130 ke

120
Pakistan. Gambar 8.10 menggambarkan secara rinci negara Eksportir HS
871130 ke Pakistan.

3.000,00
Import Value (1000 USD)

2.500,00
2.000,00
1.500,00
1.000,00
500,00
-
United United
Thailand China Japan
States Kingdom
2012 3,22 96,39 10,63 9,15 8,60
2013 - 741,67 35,53 12,87 17,52
2014 76,62 580,11 4,62 - 6,35
2015 1.470,75 9,76 15,28 57,79 13,47
2016 - 0,00 7,83 3,83 -
2017 2.797,78 8,59 17,79 - -

Gambar 8.10. Eksportir HS 871130 ke Pakistan

Tidak ditemukan data pada WITS database terkait hambatan tarif


MFN maupun preferensial untuk ekspor HS 871130 ke Pakistan.
Sedangkan untuk hambatan non tariff, pemerintah Pakistan menerapkan
tujuh jenis NTMs seperti terihat pada Tabel 8.5 berikut.

Tabel 8.5. Hambatan Non Tarif HS 871130 ke Pakistan


No Kode NTMs Klasifikasi
1. B150 Registration requirement for importers for TBT reasons
2. B700 Product-quality or -performance requirement
3. B830 Certification requirement
4. E316
5. E322 Prohibition for political reasons (embargo)
6. F610 Custom-inspection, -processing and -servicing fees
7. P400 Measures on re-export

121
BAB IX
INDUSTRI TEKSTIL DAN
BUSANA

Produk HS 551120 yang merupakan produk Yarn; (not sewing


thread), of synthetic staple fibres, containing less than 85% by weight of
synthetic staple fibres, put up for retail sale dipilih untuk kelompok
industri tekstil dan busana. Produk ini memiliki nilai Indeks Penawaran
Ekspor (IPE) sebesar 0.094 dan merupakan ranking kelima pada kelompok
industri tekstil dan busana. Selain itu, produk ini memiliki Indeks Daya
Saing (IDS) sebesar 0.042 dan masuk dalam ranking ke duapuluh
sembilan.

A. Negara Tujuan Ekspor

Walaupun masih memiliki nilai ekspor yang relative sedikit, namun


ekspor produk HS 551120 memiliki trend yang semakin meningkat pada
periode tahun 2013-2017. Nilai total ekspor Indonesia produk HS 551120
ke beberapa negara selama periode tersebut berturut-turut yaitu 103
USD, 325 USD, 28.604 USD, 90.097 USD dan 360.688 USD.

Lima negara tujuan ekspor terbesar Indonesia untuk produk HS


551120 saat ini yaitu negara Piliphina, Mexico, Amerika Serikat, Timor
Timur dan Singapura. Gambar 9.1 menunjukkan bahwa Philiphina
merupakan negara tujuan ekspor HS 551120 terbesar pada dua tahun
terakhir. Pada tahun 2017 ekspor ke Philipina sebesar 350.800 USD.

122
400,00
Export Value (1000 USD)

350,00
300,00
250,00
200,00
150,00
100,00
50,00
0,00
United
Philippines Mexico East Timor Singapore
States
2013 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2014 0,00 0,00 0,00 0,00 0,33
2015 0,00 27,80 0,00 0,00 0,01
2016 47,06 0,00 15,82 2,24 0,01
2017 350,80 0,00 0,00 0,07 0,33

Gambar 9.1. Lima Negara Tujuan Utama Ekspor Indonesia untuk HS


551120

B. Ekspor Produk ke Delapan Negara Mitra

Gambar 9.2 menunjukkan perkembangan ekspor Indonesia untuk


produk HS 551120 ke delapan negara mitra FTA. Dari delapan negara,
Indonesia melakukan ekspor ke negara Australia, Korea, Cina, dan
Pakistan. Walaupun ekspor ke beberapa negara tersebut tidak kontinue,
namun jika dilihat semua nilai RCA yang lebih dari 1 (satu) bahkan ekspor
Korea mencapai nilai RCA di atas 200. Hal ini menunjukkan bahwa produk
HS 551120 memiliki daya saing ke negara mitra tersebut.

123
300
Export Value (1000 USD)

250
200
150
100
50
0
Australi New
Chile China India Jepang Korea Pakistan
a Zealand
2013 11,20 0,00 0,00 0,00 0,00 132,18 0,00 0,00
2014 12,13 0,00 0,00 0,00 0,00 280,06 36,73 0,00
2015 7,52 0,00 34,94 0,00 0,00 129,02 0,44 0,00
2016 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 250,25 0,00 0,00
2017 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Gambar 9.2. Ekspor Indonesia dan Nilai RCA untuk Produk HS 551120
pada Delapan Negara Mitra

C. Constant Market Share Analysis untuk HS 551120

Analisis Constant Market Share Analysis digunakan untuk


menganalisis dekomposisi pertumbuhan ekspor suatu Negara melalui
tiga komponen utama yaitu: (1) Efek Pertumbuhan Impor, (2) Efek
Komposisi Komoditi, dan (3) Efek Daya Saing. Analisis CMSA di 8 Negara
mitra FTA untuk HS 551120 disajikan pada Tabel 9.1 berikut.

124
Tabel 9.1. Constant Market Share Indonesia di Pasar 8 Negara Mitra FTA
untuk HS 551120
Negara Mitra Tahun Efek Pertumbuhan Efek Efek Daya
FTA Impor (%) Komposisi Saing (%)
Komoditi (%)
Australia 2013/2014 -34.54 -164.64 200.18
2014/2015 31.54 128.66 -159.19
2015/2016 3.70 -48.83 46.12
2016/2017 NA NA NA
Chile 2013/2014 NA NA NA
2014/2015 NA NA NA
2015/2016 NA NA NA
2016/2017 NA NA NA
China 2013/2014 NA NA NA
2014/2015 0.00 0.00 1.00
2015/2016 5.82 43.60 -48.42
2016/2017 NA NA NA
India 2013/2014 NA NA NA
2014/2015 NA NA NA
2015/2016 NA NA NA
2016/2017 NA NA NA
Japan 2013/2014 NA NA NA
2014/2015 NA NA NA
2015/2016 NA NA NA
2016/2017 NA NA NA
Korea Rep. 2013/2014 1.73 -31.50 30.76
2014/2015 31.43 -33.19 2.76
2015/2016 -7.39 23.69 -15.30
2016/2017 -17.79 44.89 -26.09
Pakistan 2013/2014 0.00 0.00 1.00
2014/2015 7.55 92.34 -98.89
2015/2016 -6.75 -328914.86 328922.61
2016/2017 NA NA NA
New Zealand 2013/2014 NA NA NA
2014/2015 NA NA NA
2015/2016 NA NA NA
2016/2017 NA NA NA

125
Pada Tabel 9.1 terlihat bahwa kinerja perdagangan dari kedelapan
Negara dapat dikatakan kurang baik. Sebagaimana telah disajikan pada
bahasan sebelumnya bahwa perkembangan ekspor Indonesia untuk HS
551120 ke delapan Negara mitra FTA belum optimal. Indonesia belum
dapat mengekspor HS 551120 ke Negara Chile, India, Jepang dan New
Zealand. Sedangkan untuk Negara Cina dan Chile, Indonesia hanya
pernah melakukan ekspor HS 551120 sebanyak satu kali yaitu pada tahun
2015. Sehubungan dengan hal tersebut analisis CMSA khususnya untuk
Negara Chile, India, Jepang dan New Zealand belum dapat diidentifikasi
lebih lanjut.
Disamping itu, pada Negara Korea terlihat bahwa terjadi
peningkatan efek pertumbuhan impor pada tahun 2013 hingga 2015 yang
mana pada periode tersebut juga terjadi peningkatan efek daya saing.
Namun kemudian, pada tahun 2015 hingga 2017 terjadi hal sebaliknya
yaitu penurunan efek pertumbuhan impor yang disertai dengan
penurunan efek daya saing. Disamping itu semua, Negara Korea menjadi
satu-satunya Negara diantara 7 negara mitra FTA lainnya yang masih
memiliki peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan kinerja ekspor HS
551120.

D. Keragaan Pasar di Delapan Negara Mitra

Keragaan pasar di negara mitra dilakukan salah satunya untuk


melihat kondisi pesaing pasar produk HS 871130 bagi Indonesia. Pada
bagian ini akan diuraikan negara yang menjadi pemasok atau eksportir
produk HS 871130 pada delapan negara mitra.

126
Eksportir HS 551120 ke Australia

Berdasarkan rata-rata nilai perdagangan terlihat bahwa eksportir


produk HS 551120 ke Australia terbesar adalah Cina, selanjutnya Turki,
Italia, Amerika Serikat dan New Zealand. Apabila dilihat selama periode
tahun 2013-2017 terlihat kecenderungan ada penurunan dari masing-
masing negara eksportir. Pada tahun 2017 Amerika Serikat memberikan
kontribusi yang cukup signifikan pada ekspor produk 551120 ke Australia.
Secara rinci nilai perdagangan beberapa negara eksortiri dapat dilihat
pada Gambar 9.3

900
800
Import Value (1000 USD)

700
600
500
400
300
200
100
0
United New
China Turkey Italy
States Zealand
2013 854,99 209,97 148,76 0,00 160,18
2014 347,02 436,63 427,86 5,63 30,66
2015 313,64 87,39 89,62 0,00 0,00
2016 334,39 197,48 183,71 0,00 0,00
2017 296,76 278,76 81,54 348,43 13,67

Gambar 9.3. Eksportir HS 551120 ke Australia

Hambatan masuk pasar Australia untuk HS 551120 berupa


hambatan tarif dan non tarif. Hambatan tarif yang diterapkan pemeritah
Australia berupa tarif MFN sebesar 5 persen, adapun tariff preferensial

127
sebesar 0 persen. Sedangkan untuk hambatan non tariff terdapat 10 jenis
NTMs seperti diuraikan pada Tabel 9.2.

Tabel 9.2. Hambatan Non Tarif HS 551120 ke Australia


NoKode NTMs Klasifikasi
1. A140 Special authorization requirement for SPS reasons
2. A860 Quarantine requirement
3. B140 Authorization requirement for TBT reasons
4. B310 Labelling requirements
5. B840 Inspection requirement
6. B900 TBT measures, n.e.s.
7. C300 Requirement to pass through specified port of customs
8. F610 Custom-inspection, -processing and -servicing fees
9. F690 Measures on re-export
10. P130 Licensing- or permit requirements to export

Eksportir HS 551120 ke New Zealand

New Zealand memperoleh pasokan produk HS 551120 sebagian


besar berasal dari Cina, Turki, Italia, Australia dan negara Asia lainnya.
Gambar 9.4 menunjukkan bahwa Australia dan negara Asia lainnya relatif
mengalami penurunan, sedangkan Cina, Turki dan Italia mengalami
fluktuasi dalam melakukan ekspor ke New Zealand.

128
140
Import Value (1000 USD)
120
100
80
60
40
20
0
Other Asia,
China Turkey Italy Australia
nes
2013 33,47 102,14 3,01 24,89 15,56
2014 117,54 103,94 15,34 11,26 11,73
2015 74,46 57,26 11,00 3,10 0,00
2016 113,13 51,73 6,14 0,00 0,00
2017 74,26 84,11 19,05 0,45 0,00

Gambar 9.4. Eksportir HS 551120 ke New Zealand

Tidak ditemukan data terkait hambatan ekspor HS 551120 tarif


untuk masuk ke pasar New Zealand pada WITS databased. Sedangkan
untuk hambatan NTMs terkait enam hambatan non tarif yang diterapkan
seperti terdapat pada Tabel 9.3.
Tabel 9.3. Hambatan Non Tarif HS 551120 ke New Zealand
No Kode NTMs Klasifikasi
1. E315 TProhibition of products infringing patents or
other
intellectual property rights
2. F610 Custom-inspection, -processing and -servicing
fees
3. F710 Consumption taxes
4. P500 Export taxes and charges
5. P800 Export credits
6. P900 Export measures, n.e.s.

Eksportir HS 551120 ke Chile


Pemasok produk HS 551120 ke Chile adalah Turki, Cina, Brazil,
Peru dan India. Diantara negara eksportir tersebut, Turki memiliki

129
kecenderungan peningkatan dalam nilai perdagangan selama tahun
2013-2017 seperti terlihat pada Gambar 9.5. Negara lainnya memiliki nilai
perdagangan yang fluktuatif dan semakin menurun, bahkan Peru setelah
tahun 2014 tidak melakukan ekspor produk 551120 ke Chile.

250,00
Import Value (1000 USD)

200,00

150,00

100,00

50,00

0,00
Turkey China Brazil Peru India
2013 53,66 0,00 34,16 107,95 0,00
2014 85,94 38,10 9,78 0,00 58,59
2015 72,88 6,08 35,08 0,00 7,87
2016 99,98 74,31 35,13 0,00 14,27
2017 198,16 63,83 20,46 0,00 24,46

Gambar 9.5. Eksportir HS 551120 ke Chile

Tidak ditemukan data pada WITS database terkait hambatan


ekspor HS 551120 berupa tariff preferential maupun tariff MFN ke Chile.
Adapun untuk hambatan NTMs, pemerintah Chile menerapkan jenis
B830 yaitu Certification requirement.

Eksportir HS 551120 ke Cina

Cina melakukan impor produk HS 551120 dari beberapa negara


yaitu Jepang, Itali, negara Asia lainnya, Indonesia dan Turki. Jika melihat
nilai perdagangan negara eksportir pada Gambar 9.6 terlihat
berfluktuatif. Indonesia sendiri selama periode tahun 2013-2017 hanya
melakukan ekspor ke Cina pada tahun 2015 sebesar 33.940 USD. Negara

130
Asia lainnya selama dua tahun terakhir juga tidak melakukan
perdagangan ekspor ke Cina.

Gambar 9.6. Eksportir HS 551120 ke Cina

Hambatan ekspor produk HS 551120 untuk masuk ke Cina hanya


terdiri dari hambatan tarif yaitu tarif MFN dan preferensi masig-masing
sebesar 5 persen. Pemerintah Cina tidak menerapkan hambatan NTMs

kepada para eksportir HS 551120.

Eksportir HS 551120 ke India

Nilai total ekspor produk HS 551120 ke India pada periode tahun

2013-2017 berfluktuatif dengan mengalami kenaikan, penurunan dan


meningkat kembali. Secara berturut-turut nilai perdagangan tersebut
sebesar 14.410 USD, 33.270 USD, 9.460 USD, 15.280 USD dan 18.240
USD. Eksportir produk ini ke India juga relatif sedikit dan hanya berasal
dari Turki, Italia dan Jerman.

131
Dalam satu tahun tidak semua negara melakukan ekspor. Turki
merupakan negara yang lebih sering melakukan ekspor dibandingkan dua
negara lainnya dan hanya tahun 2015 yang tidak melakukan ekspor.
Secara rinci Gambar 9.7 menunjukkan negara eksportir HS 551120 ke
India.

35,00
Import Value (1000 USD)

30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
Turkey Italy Germany
2013 14,41 0,00 0,00
2014 31,55 1,72 0,00
2015 0,00 9,46 0,00
2016 15,28 0,00 0,00
2017 16,17 0,00 2,08

Gambar 9.7. Eksportir HS 551120 ke India

Tidak ditemukan data hambatan ekspor HS 551120 yang terkait


dengan tarif untuk masuk ke pasar India pada WITS Database. Terkait
dengan hambatan non tariff, pemerintah India tidak menetapkan jenis
NTMs yang harus dipenuhi oleh pelaku pasar yang akan melakukan
ekspor ke India.

Eksportir HS 551120 ke Jepang

Nilai ekspor perdagangan produk HS 551120 ke Jepang pada


periode tahun 2013-2017 mengalami kecenderungan penurunan,
berturut-turut yaitu 3.724.450 USD, 2.481.460 USD, 2.207.080 USD,

132
2.126.780 USD dan 1.687.340 USD. Negara eksportir diantaranya adalah
Cina, Italia, Turki, negara Asia lainnya dan Rumania.

Gambar 9.8 memperlihatkan bahwa Cina merupakan eksportir


terbesar dalam memasok produk HS 551120 ke Jepang dan mengikuti
pola permintaan yang cenderung mengalami penurunan. Adapun negara
lainnya relatif berfluktuasi.

3500,00
Import Value (1000 USD)

3000,00
2500,00
2000,00
1500,00
1000,00
500,00
0,00
Other Asia,
China Italy Turkey Romania
nes
2013 2896,99 372,24 355,15 75,95 3,16
2014 1812,13 283,48 367,10 10,36 0,00
2015 1680,95 308,41 166,35 42,20 0,00
2016 1346,74 138,73 604,65 32,61 0,00
2017 1079,99 397,66 185,98 0,00 23,72

Gambar 9.8. Eksportir HS 551120 ke Jepang

Tidak ditemukan data pada WITS Database terkait hambatan


ekspor HS 551120 tarif untuk masuk ke Jepang. Sedangkan untuk
hambatan non tariff, pemerintah Jepang menetapkan bahwa eksportir
harus memenuhi NTMs B310 yaitu terkait dengan Labelling

requirements.

133
Eksportir HS 551120 ke Korea

Beberapa negara melakukan ekspor produk HS 551120 ke Korea


diantaranya Turki, Cina, Italia, Indonesia dan Amerika Serikat. Pada
periode tahun 2013-2017 produk ini memiliki nilai perdagangan yang
semakin menurun namun pada tahun 2016 mulai meningkat dan tahun
2017 kembali mengalami penurunan. Berturut-turut sebesar 1.959.760
USD, 1.307.170 USD, 1.319.610 USD, 1.521.740 USD dan 1.109.460 USD.

Pada Gambar 9.9 menunjukkan bahwa Turki merupakan negara


yang berkontribusi paling besar dalam nilai impor Korea terhadap produk
HS 551120 walaupun berfluktuatif adanya penurunan pada tahun 2014.
Cina pada tahun 2013 memberikan kontribusi kedua setelah Turki,
namun tahun 2013 juga mengalami penurunan drastis sejalan dengan
adanya penuruan dari total ekspor HS 551120 ke Cina. Italia memiliki
trend yang menurun, sedangkan Indonesia mengalami fluktuasi dan pada
tahun 2017 tidak melakukan ekspor. Hal ini berkebalikan dengan Amerika
Serikat yang pada tahun 2017 memberikan kontribusi ekspor setelah
Turki.

134
800,00

Import Value (1000 USD)


700,00
600,00
500,00
400,00
300,00
200,00
100,00
0,00
United
Turkey China Italy Indonesia
States
2013 619,10 508,48 415,28 132,18 0,15
2014 406,59 70,44 319,85 280,06 0,00
2015 709,50 130,87 151,08 129,02 5,44
2016 697,08 142,28 11,66 250,25 0,00
2017 599,04 80,88 25,90 0,00 328,77

Gambar 9.9. Eksportir HS 551120 ke Korea

Hambatan ekspor yang ditetapkan pemerintah Korea untuk


produk HS 551120 terdiri dari hambatan tarif yaitu tarif MFN dan tariff
preferensi masig-masing sebesar 8 persen. Adapun jenis hambatan non

tariff tidak terdapat di Korea untuk produk HS 551120.

Eksportir HS 551120 ke Pakistan

Ekspor produk HS 551120 ke Pakistan dilakukan oleh beberapa


negara yaitu Cina, India, Amerika Serikat, Thailand dan Indonesia. Pada
periode tahun 2013-2017 nilai perdagangan total dari semua negara yang
masuk ke Pakistan secara umum mengalami peningkatan kecuali pada
tahun 2015 yang mengalami penurunan tajam. Nilai perdagangan
tersebut berturut-turut adalah 16.250 USD, 399.250 USD, 440 USD,
1.431.240 USD dan 1.520.160 USD.

135
Kelima negara eksportir tersebut tidak secara kontine setiap
tahunnya melakukan impor. Nilai perdagangan untuk negara eksportir
secara rinci dapat dilihat pada Gambar 9.10.

1400
Import Value (1000 USD)

1200
1000
800
600
400
200
0
United
China India Thailand Indonesia
States
2013 0 0 0 16,245 0
2014 111,17 84,19 0 167,151 36,734
2015 98,019 0 0 0 0,435
2016 0 1333,225 0 0 0
2017 367,05 1150,007 3,098 0 0

Gambar 9.10. Eksportir HS 551120 ke Pakistan

Hambatan ekspor HS 551120 masuk ke Pakistan terdiri dari


hambatan tarif dan hambatan non tarif. Hambatan tarif terdiri dari tarif
preferensi dan MFN masing-masing sebesar 10 persen. Sedangkan
hambatan NTMs berupa B700 (Product-quality or -performance
requirement) dan P400 (Measures on re-export).

136
BAB X.
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI

Pada produk HS 851010, delapan negara mitra yang dianalisa


bukanlah pasar utama Indonesia. Tren ekspor ke delapan negara mitra
cenderung menurun, kecuali pada tahun 2017 dimana terjadi lonjakan
ekspor yang signifikan ke Negara Chile, China, dan New Zealand. Terlihat
adanya perkembangan yang positif dan stabil (meskipun dengan nilai
yang kecil pada pasar Negara Pakistan). Pesaing utama Indonesia di pasar
delapan negara mitra adalah China, Jerman, Belanda, dan Jepang.
Eksportir dari Indonesia tidak dapat memanfaatkan tarif preferensi
khusus pada komoditas ini. Sedangkan NTMs cenderung cukup banyak,
dan didominasi oleh Technical Barriers to Trade (TBTs) dan Export Related
Measures.

Pada produk HS 382319, China dan India, Malaysia dan Singapura


merupakan negara mitra yang menjadi salah satu pasar utama Indonesia.
Ekspor Indonesia ke India cenderung memiliki tren yang positif dalam 5
tahun terakhir. Hal ini dapat menjadi peluang pasar yang sangat baik bagi
Indonesia di pasar India. Kompetitor utama di pasar 8 negara mitra
adalah Malaysia. Dari sisi hambatan perdagangan, eksportir Indonesia
dapat memanfaatkan tarif preferensi di negara mitra FTA, yakni Australia
dan Jepang. Sedangkan NTMs pada komoditas ini didominasi oleh
Technical Barriers to Trade (TBTs) dan Export Related Measures.

137
Pada produk HS 151190, tiga dari delapan negara mitra merupakan
negara tujuan ekspor utama, yaitu Cina, India, dan Pakistan. Ekspor
Indonesia ke tiga negara tersebut cenderung memiliki tren positif meski
pernah terjadi disrupsi pada tahun 2014. Daya saing Indonesia tergolong
sangat baik pada delapan negara yang dianalisa. Kompetitor utama
Indonesia pada 8 negara yang dianalisa adalah Malaysia, dan khusus
pasar Chile adalah Peru dan Kolombia. Eksportir Indonesia dapat
memanfaatkan tarif preferensi di negara mitra FTA, yakni Australia dan
Jepang. NTMs cenderung cukup banyak, dan didominasi oleh Sanitary
and Phytosanitary Measures (SPS) dan Technical Barriers to Trade (TBTs)
Pada produk HS 871130, hanya Jepang dari delapan negara mitra
FTA yang merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia. Ekspor
Indonesia ke delapan negara mitra FTA cenderung memiliki tren positif.
Daya saing Indonesia tergolong baik di negara Australia, Chile, Jepang,
Korea dan New Zealand. Namun tidak demikian pada pasar Cina dan
India. Kompetitor utama Indonesia pada 8 negara yang dianalisa adalah
Jepang, Australia, Thailand, dan Cina. Eksportir Indonesia tidak dapat
memanfaatkan tarif preferensi di negara mitra FTA karena tidak berbeda
dengan tarif MFN. NTMs cenderung didominasi oleh Technical Barriers to
Trade (TBTs).
Sedangkan pada produk HS 551120, tidak ada satupun dari negara
mitra FTA yang menjadi salah satu pasar tujuan utama ekspor Indonesia.
Ekspor Indonesia negara mitra FTA sangat terbatas, hanya teridentifikasi
ke Korea. Pada tahun 2017 tidak ada ekspor Indonesia ke delapan negara
mitra FTA. Daya saing Indonesia tergolong baik hanya pada negara Korea.
Kompetitor utama Indonesia pada 8 negara yang dianalisa adalah Cina,

138
Turki, dan Italia. Eksportir Indonesia dapat memanfaatkan tarif preferensi
di negara mitra FTA, yakni Australia. NTMs yang dihadapi tidak banyak,
dan didominasi oleh Technical Barriers to Trade (TBTs).

139

Anda mungkin juga menyukai