Anda di halaman 1dari 32

Makalah Hasil Wawancara Pelaksaan Program BPJS

Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu

Dosen Pengampu :
Dr. Dewi Purnamawati, SKM., M.KM
Disusun Oleh :

Devi Damayanti 2016710018


Silvia Huwaida 2016710025
Putri Ayu Indriani 2016710034
Nadya Rahma Puspita 2016710040
Dian Utami 2016710065
Mirna Arin Juwita 2019716002

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
mengenai Pelaksanaan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial di Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Minggu.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Sistem Jaminan Sosial
Nasional Rumah program studi kesehatan masyarakat S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat
pada Universitas Muhammadiyah Jakarta. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Dewi Purnamawati, SKM., M.KM selaku dosen
pengampu mata kuliah yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan
makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami
dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca.

Cireundeu, 29 November 2019

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ......................................................................................................................................... 3
1.5 Ruang Lingkup ............................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 4

2.1 Sejarah Singkat BPJS Kesehatan .................................................................................................. 4


2.2 Visi dan Misi BPJS Kesehatan ..................................................................................................... 5
2.3 Definisi Jaminan Kesehatan Nasional .......................................................................................... 6
2.4 Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional .......................................................................................... 6
2.5 Prinsip Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional................................................................ 6
2.6 Kepesertaan Jaminan Sosial ..................................................................................................... 9
2.7 Pelayanan Kesehatan yang Dijamin oleh BPJS Kesehatan ........................................................ 10
2.8 Prosedur Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta BPJS Kesehatan ................................................... 11
2.9 Alur Pelayanan Kesehatan Tingkat Rujukan BPJS Kesehatan ................................................... 13
2.10 Ketentuan Umum Administrasi Klaim BPJS Kesehatan ..................................................... 14
2.11 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia .............................................................. 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................18


3.1 Jenis dan Desain Penelitian .............................................................................................18
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................................................18
3.3 Informan Penelitian .........................................................................................................18
3.4 Jenis Data ........................................................................................................................19
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..............................................................................................19
3.6 Validasi Data ...................................................................................................................19

BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................................21


4.1 Sejarah Singkat RSUD Pasar Minggu ........................................................................................ 21
4.2 Visi dan Misi RSUD Pasar Minggu............................................................................................ 21
4.3 Hasil dan Pembahasan................................................................................................................. 22

BAB V PENUTUP ......................................................................................................................... 27


5.1 Kesimpulan ......................................................................................................................27
5.2 Saran ...............................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan


bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini
diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib
(mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam
sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat
yang layak (Kemenkes-RI, 2014).
Program jaminan sosial yang menjamin biaya pemeliharaan kesehatan serta
pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan nasional secara bergotong-
royong wajib oleh Pemerintah kepada badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan nir
laba. –BPJS Kesehatan
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan sebuah Sistem Jaminan Sosial
yang diberlakukan di Indonesia. Jaminan Sosial ini merupakan salah satu bentuk
perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh Negara Republik Indonesia guna menjamin
warga negaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak, sebagaimana dalam
Deklarasi PBB tentang Hak Asasi Manusia (HAM) tahun 1948 dan konvensi ILO No. 102
tahun 1952 (Kemenkes RI, 2012).
Peserta Jaminan Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja
paling singkat 6 bulan di Indonesia. Peserta Jaminan Kesehatan Non PBI merupakan
peserta yang tidak masuk dalam golongan fakir miskin dan orang tidak mampu, meliputi
pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, pekerja bukan penerima upah dan
anggota keluarganya, bukan pekerja dan anggota keluarganya. Peserta Non PBI Mandiri
meliputi pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja. Yang dimaksud dengan pekerja
bukan penerima upah adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri,
sedangkan yang dimaksud dengan bukan pekerja adalah setiap orang yang tidak bekerja
tetapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan secara mandiri (Perpres RI, 2013).

1
Selama periode 3 tahun cakupan kepesertaan terus mengalami peningkatan, sampai
dengan 31 Desember 2016 mencapai 171.939.254 jiwa. Jumlah peserta pada tahun 2015
mengalami peningkatan sebesar 17,51% dibandingkan tahun 2014 (133.423.653 jiwa),
dengan ratarata peningkatan jumlah peserta per triwulan sebesar 4,38% atau 5.841.659
jiwa. Pada tahun 2016, jumlah peserta mengalami sebesar 9,66% dibandingkan tahun 2015
(156.790.287 jiwa) dengan rata-rata peningkatan jumlah peserta per triwulan sebesar 2,42%
atau 3.787.242 jiwa.
Berdasarkan pengamatan, permasalahan yang terjadi pada aspek kepesertaan saat
ini, yaitu belum semua penduduk dicakup jaminan kesehatan, data kepesertaan jaminan
kesehatan secara keseluruhan belum terintegrasi, dan pemahaman masyarakat tentang
jaminan kesehatan masih sangat beragam. Target kedepan sesuai dengan Pasal 4 Undang-
Undang SJSN yaitu semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta Jaminan Kesehatan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis berkeinginan untuk mengkaji
lebih dalam mengenai Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Pasar Minggu bagi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut “Pelaksanaan Program Badan Penyelenggaraan Kesehatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu”

1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah singkat Bapan Penyelenggara Jaminan Sosial kesehatan
2. Mengetahui visi dan misi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kesehatan
3. Mengetahui dan memahami definisi jaminan nasional kesehatan
4. Mengetahui dan memahami manfaat jaminan nasional kesehatan
5. Mengetahui dan memahami prinsip penyelenggaraan jaminan kesehatan
nasional
6. Mengetahui kepesertaan jaminan kesehatan nasional
7. Mengetahui pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan
8. Mengetahui Prosedur Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta BPJS Kesehatan
9. Mengetahui alur pelayanan kesehatan tingkat rujukan BPJS Kesehatan
10. Mengetahui ketentuan umun administrasi klaim fasilitas BPJS Kesehatan
11. Mengetahui peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia

2
1.4 Pertanyaan Penelitian
1. Apa saja hak-hak peserta BPJS dalam rumah sakit?
2. Apakah SDM dirumah sakit sudah tercukupi dan sesuai dengan standar yang
berlaku?
3. Adakah pelatihan yang dilakukan rumah sakit dalam melaksanakan program BPJS
4. Apakah terdapat kendala dalam melaksanakan pelayanan kesehatan untuk
pengguna BPJS?
5. Apa saja jenis pelayanan yg diberikan rumah sakit untuk pengguna BP
6. Bagaimana pelayanan kesehatan untuk pengguna BPJS dalam pemberian obat-
obatan di rumah sakit?
7. Aakah pelaksanaan program BPJS di RSUD sudah berjalan dengan baik?
8. Bagaimana proses dan prosedur pelayanan untuk peseta BPJS di rumah sakit?
9. Apakah ada upaya untuk memberikan kepuasan pasien?
10. Apa saja upaya untuk mengendalikan kendala dalam pelaksanan BPJS?
11. Apakah ada perbedaan administrasi untuk pengguna BPJS dan juga pasien
umum?
12. Apakah terdapat perbedaan dalam pemilihan pasien oleh pihak rumah sakit?
13. Bagaimana sikap rumah sakit dalam menangani pasien pengguna BPJS?
14. Bagaimana mekanisme klaim yang dilakukan pihak rumah sakit ke BPJS?

1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Peneliti

Sebagai bahan tambahan pengetahuan dan wawasan ilmu pengetahuan di bidang


kesehatan mengenai “Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Pasar Minggu bagi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional.”

1.5.2 Bagi BPJS RSUD Pasar Minggu

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan cakupan kepesertaan Jaminan


Kesehatan Nasional.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Singkat BPJS Kesehatan

Adapun sejarah singkat mengenai Jaminan Sosial Kesehatan yaitu:

 1986 - Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan secara jelas mengatur


pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun (PNS dan
ABRI) beserta anggota keluarganya brerdasarkan Keputusan Presiden Nomor 230
Tahun 1986. Menteri Kesehatan membentuk badan khusus di lingkungan
Departenen Kesehatan RI yaitu Badan Penyelenggara Dana Pemelihara Kesehatan
(BPDPK), sehingga ini menjadi cikal bakal Asuransi Kesehatan Nasional. 
 1984 – Untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
peserta dan agar dapat dikelola secara professional, pemerintah menerbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan bagi
Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara) beserta
anggota keluarganya. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1984, status
Badan Penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum Husada Bhakti. 
 1991 - Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991, kepesertaan
program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum Husada Bhakti
ditambah dengan Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya.
Disamping itu, perusahaan diijinkan memperluas jangkauan kepesertaannya ke
badan usaha dan badan lainnya sebagai peserta sukarela. 
 1992 – berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status Perum
diubah menjadi Perusahaan Perseroan (PT Perseroan) dengan pertimbangan
fleskibilitas pengelolan keuangan, kontribusi kepada pemerintah dapat dinegosiasi
untuk kepentingan pelayanan kepada peserta dan manajemen lebih mandiri. 

4
 2005 – PT Askes (Persero) diberi tugas oleh Pemerintah melalui Departemen
Kesehatan RI, sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor 56/MENKES/SK/1/2005, sebagai
Penyelenggara Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (PJKMM/ASKESKIN).

2.2 Visi dan Misi BPJS Kesehatan

Adapun visi dan misi program BPJS kesehatan yang ingin dicapai dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat yaitu:
a. Visi :
Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki
jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS kesehatan yang handal,
unggul dan terpercaya.
b. Misi :
1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan
mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan jaminan
kesehatan nasional (JKN). 2. Menjalankan dan memantapkan sistem
jaminan pelayanan kesehatan yang efektif, efisien dan bermutu kepada
peserta melalui kemitraan yang optimal dengan fasilitas kesehatan. 3.
Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana
BPJS kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk
mendukung kesinambungan program. 4. Membangun BPJS kesehatan
yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata kelola organisasi yang
baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja
unggul. 5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem mutu
perencanaan dan evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen
resiko atas seluruh operasionalisasi BPJS kesehatan. 6. Mengembangkan
dan menetapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung
operasionalisasi BPJS kesehatan.

5
2.3 Definisi Jaminan Kesehatan Nasional

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disebut


BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program Jaminan Kesehatan nasional di Indonesia . Jaminan kesehatan adalah
jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah. Manfaat Jaminan Kesehatan mencakup
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang
diperlukan dan dilakukan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan (BPJS Kesehatan, 2014b).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan adalah badan hokum yang


dibentuk oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.
Landasan hokum dari program ini yaitu sesuai dengan Undang – Undang No. 24
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

2.4 Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional


Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi :
a. Administrasi Pelayanan
b. Pelayanan promotif dan preventif
c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
f. Transfuse darah sesuai kebutuhan medis
g. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama
h. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi

2.5 Prinsip Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional

6
Penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional di Indonesia mengacu
pada prinsip-prinsip sistem jaminan sosial nasional seperti yang di atur
dalam undangundang nomor 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial
nasional yang dimana prinsipnya adalah sebagai berikut :
a) Prinsip kegotong royongan, adalah prinsip kebersamaan antar
peserta dalam menanggung beban biaya jaminan sosial, yang di wujudkan
dengan kewajiban setiap peserta membayar iuran sesuai dengan tingkat gaji,
upah atau penghasilannya. Dalam prinsip kegotongroyongan ini terdapat
prinsip kebersamaan, Karena adanya prinsip kebersamaan ini berarti peserta
yang mampu dapat membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang
sehat membantu yang sakit atau beresiko tinggi. Melalui prinsip kegotong
royongan ini jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan social bagi
keseluruhan rakyat Indonesia.

b) Prinsip nirlaba, adalah prinsip pengelolaan usaha yang


mengutamakan penggunaan hasil pengembangan dana untuk memberikan
manfaat sebesarbesarnya bagi seluruh peserta. Dana yang di kumpulkan oleh
peserta merupakan dana amanat oleh Badan Penyelenggaraa Jaminan Sosial
(BPJS) dana amanat ini di kelola oleh BPJS secara nirlaba bukan untuk
mencari laba (for profit oriented). Di mana tujuan utama pengelolaan dana
amanat ini oleh BPJS di kelola untuk memenuhi kepentingan dari
pesertanya. Dana amanat yang berasal dari peserta ini akan di manfaatkan
seoptimal mungkin guna memenuhi kebutuhan seluruh pesertanya.

c) Prinsip keterbukaan, adalah prinsip mempermudah informasi yang


lengkap, benar dan jelas bagi setiap peserta. Prinsip ini di maksudkan agar
segala informasi terkait dengan BPJS dapat di akses secara mudah oleh para
peserta BPJS dan tanpa adanya kesimpang siuran.

d) Prinsip kehati-hatian, Prinsip kehatihatian adalah prinsip


pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta secara cermat, teliti, aman
dan tertib. Prinsip kehati-hatian ini, dana amanat yang berasal dari para
peserta di kelola secara cermat dan tepat oleh BPJS.

7
e) Prinsip akuntabilitas, adalah prinsip pelaksanaan program dan
pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

f) Prinsip portabilitas, adalah jaminan sosial di maksudkan untuk


memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara kesatuan republik
Indonesia. Jadi ketika peserta berpindah daerah atau tempat kerja, maka
peserta tersebut tetap memperoleh hak yang sama seperti sebelum dia
berpindah tempat.

g) Prinsip kepesertaan bersifat wajib, di maksudkan agar seluruh


penduduk Indonesia menjadi peserta jaminan sosial, yang di laksanakan
secara bertahap. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat,
namun dalam penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi
rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program yang
semuanya dilakukan secara bertahap. Tahapan pertama dimulai dari pekerja
di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi
peserta secara mandiri.

h) Dana amanat, maksudnya adalah bahwa iuran yang di bayarkan


oleh para peserta adalah titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk di
kelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk
kesejahteraan rakyat. Dana yang di kumpulkan oleh badan-badan
penyelenggara merupakan dana amanat yang di kelola secara tepat dan
cermat oleh badan-badan penyelenggara demi kesejahteraan bersama bagi
para peserta jaminan sosial.

i) Prinsip hasil pengelolaan dana jaminan social, prinsip yang


dimaksud adalah prinsip pengelolaan hasil berupa keuntungan dari
pemegang saham yang dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta jaminan sosial.

8
2.6 Kepesertaan Jaminan Nasional
Kepersertaan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional
dijelaskan dalam Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan yang kemudian dilakukan perbaikan penjelasan dalam Peraturan
Presiden Nomor 111 tahun 2013. Kepersertaan Jaminan Kesehatan bersifat
wajib dan mencakup seluruh penduduk Indonesia. Beberapa penjelasan lain
mengenai kepesertaan berdasarkan Perpres tersebut antara lain adalah:
1) Peserta yang mengikuti program JKN terbagi dalam dua golongan
:
1. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan
meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.
2. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir
miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas:
a. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a) Pegawai Negeri Sipil;
b) Anggota TNI;
c) Anggota Polri;
d) Pejabat Negara;
e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;
f) Pegawai Swasta; dan
g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf
f yang menerima Upah. Anggota keluarga bagi pekerja
penerima upah meliputi, Istri atau suami yang sah dari
peserta, Anak kandung, anak tiri/atau anak angkat yang sah
dari peserta, dengan kriteria, tidak atau belum pernah
menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri dan
Belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun yang
masih melanjutkan pendidikan formal.

b. Bukan pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas :


a) Investor
b) Pemberi kerja

9
c) Penerima pensiun
d) Veteran
e) Perintis kemerdekaan
f) Bukan pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan
huruf e yang mampu membayar iuran.

2.7 Pelayanan Kesehatan yang Dijamin oleh BPJS

RUANG LINGKUP PELAYANAN (Perpres 12 Tahun 2013, Peraturan


BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014)

1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama


Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan
kesehatan non spesialistik yang mencakup:
a. Administrasi pelayanan;
b. Pelayanan promotif dan preventif;
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non
operatif;
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
f. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;
g. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat
pratama; dan
h. Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis.
2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan
kesehatan rawat jalan dan rawat inap, yang mencakup:
a. Administrasi pelayanan;
b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh
dokter spesialis dan subspesialis;
c. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah
sesuai dengan indikasi medis;
d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

10
e. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi
medis;
f. Rehabilitasi medis;
g. Pelayanan darah;
h. Pelayanan kedokteran forensik klinik;
i. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal setelah dirawat
inap di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan bpjs kesehatan,
berupa pemulasaran jenazah tidak termasuk peti mati dan mobil
jenazah;
j. Perawatan inap non intensif; dan
k. Perawatan inap di ruang intensif.

3. Persalinan
Persalinan yang ditanggung BPJS Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama maupun Tingkat Lanjutan adalah persalinan sampai dengan
anak ketiga tanpa melihat anak hidup/ meninggal.

4. Ambulan

Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas


Kesehatan satu ke fasilitas kesehatan lainnya, dengan tujuan menyelamatkan
nyawa pasien.

2.8 Prosedur Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta BPJS Kesehatan

Prosedur pelayanan kesehatan bagi peserta (Permenkes No 71/2013,


Peraturan BPJS Kesehatan No 1 Tahun 2014) adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan kesehatan bagi Peserta dilaksanakan secara berjenjang sesuai


kebutuhan medis dimulai dari Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama bagi Peserta diselenggarakan oleh
Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat Peserta terdaftar

11
3. Dalam keadaan tertentu, ketentuan sebagaimana dimaksud di atas tidak
berlaku bagi Peserta yang:
- berada di luar wilayah Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat Peserta
terdaftar; atau
- dalam keadaan kedaruratan medis.

4. Dalam hal Peserta memerlukan Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat


Lanjutan atas indikasi medis, Fasilitas Kesehatan tingkat pertama harus
merujuk ke Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan terdekat sesuai
dengan Sistem Rujukan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan
dari Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
6. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan
dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.
7. Ketentuan sebagaimana dimaksud di atas dikecualikan pada keadaan
gawat darurat, bencana, kekhususan permasalahan kesehatan pasien,
pertimbangan geografis, dan pertimbangan ketersediaan fasilitas.
8. Tata cara rujukan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

12
2.9 Alur Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan

13
2.10 Ketentuan Umum Administrasi Klaim BPJS Kesehatan

1. Fasilitas Kesehatan mengajukan klaim setiap bulan secara reguler paling


lambat tanggal 10 bulan berikutnya, kecuali kapitasi, tidak perlu diajukan
klaim oleh Fasilitas Kesehatan.

2. BPJS Kesehatan wajib membayar Fasiltas Kesehatan atas pelayanan yang


diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak
dokumen klaim diterima lengkap di Kantor Cabang/Kantor Operasional
Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan.

3. Kendali Mutu dan Biaya.

a. Dalam rangka penyelenggaraan kendali mutu dan kendali biaya, BPJS


Kesehatan membentuk tim kendali mutu dan kendali biaya yang terdiri dari
unsur organisasi profesi, akademisi, dan pakar klinis.

b. Tim kendali mutu dan kendali biaya dapat melakukan:

1) sosialisasi kewenangan tenaga kesehatan dalam


menjalankan praktik profesi kompetensi;

2) utilization review dan audit medis; dan/atau

3) pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan.

c. Pada kasus tertentu, tim kendali mutu dan kendali biaya dapat meminta
informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan Peserta dalam bentuk salinan/fotokopi
rekam medis kepada Fasilitas Kesehatan sesuai kebutuhan.

4. Kadaluarsa Klaim

a. Klaim Kolektiff; Fasilitas Kesehatan milik Pemerintah maupun Swasta,


baik Tingkat Pertama maupun Tingkat Lanjutan adalah 2 (dua) tahun
setelah pelayanan diberikan.

b. Klaim Perorangan Batas; waktu maksimal pengajuan klaim perorangan


adalah 2 (dua) tahun setelah pelayanan diberikan, kecuali diatur secara
khusus.

5. Kelengkapan administrasi klaim umum

a. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

14
1. Formulir pengajuan klaim (FPK) rangkap 3 (tiga)

2. Softcopy data pelayanan bagi Fasilitas Kesehatan yang telah menggunakan


aplikasi P-Care/aplikasi BPJS Kesehatan lain (untuk PMI/UTD) atau
rekapitulasi pelayanan secara manual untuk Fasilitas Kesehatan yang belum
menggunakan aplikasi P-Care.

3. Kuitansi asli bermaterai cukup

4. Bukti pelayanan yang sudah ditandatangani oleh peserta atau anggota keluarga.

5. Kelengkapan lain yang dipersyaratkan oleh masing-masing tagihan klaim

b. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan

1. Formulir pengajuan klaim (FPK) rangkap 3 (tiga),

2. Softcopy luaran aplikasi

3. Kuitansi asli bermaterai cukup

4. Bukti pelayanan yang sudah ditandatangani oleh peserta atau anggota keluarga.

5. Kelengkapan lain yang dipersyaraktkan oleh masing-masing tagihan klaim

2.11 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2014


Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.

Pengaturan Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional bertujuan


untuk memberikan acuan bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan,
Pemerintah (Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota) dan Pihak Pemberi Pelayanan
Kesehatan yang bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat
Lanjutan), peserta program Jaminan Kesehatan Nasional dan pihak terkait dalam
penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional.

a. Hak Dan Kewajiban Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Dalam


peraturan Menteri Nomor 28 Tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan

15
jaminan kesehatan nasional di atur hak dan kewajiban dari pesrta Jaminan
Kesehatan Nasional, dimana hak tersebut adalah sebagai berikut :

 Mendapatkan nomor identitas tunggal peserta.


 Memperoleh manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang
bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan (BPJS Kesehatan).
 Memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama
dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
Kesehatan) sesuai yang diinginkan.
 Perpindahan fasilitas kesehatan tingkat pertama selanjutnya dapat
dilakukan setelah 3 (tiga) bulan. Khusus bagi peserta: Askes sosial
dari PT. Askes (Persero), Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
dari PT. (Persero) Jamsostek, program Jamkesmas dan TNI/POLRI, 3
(tiga) bulan pertama penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) ditetapkan oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan).

Setiap Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) berkewajiban untuk:

 Mendaftarkan diri dan membayar iuran, kecuali Penerima Bantuan


Iuran (PBI) jaminan kesehatan pendaftaran dan pembayaran iurannya
dilakukan oleh Pemerintah.
 Mentaati prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan.
 Melaporkan perubahan data kepesertaan kepada Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) dengan
menunjukkan identitas peserta pada saat pindah domisili, pindah
kerja, menikah, perceraian, kematian, kelahiran dan lain-lain.
b. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang berhak di dapatkan oleh peserta badan
penyelenggara jaminan sosial (BPJS) adalah, pelayanan kesehatan rawat
jalan tingkat pratama (RJTP) dan rawat inap tingkat pratama (RITP),
pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat lanjutan dan pelayanan rawat

16
inap tingkat lanjutan (RITL), pelayanan gawat darurat pelayanan
kesehatan lain yang ditetapkan oleh menteri. Pelayanan kesehatan di
berikan secara komprehensif yaiu pelayanan kesehatan secara
menyeluruh sesuai dengan kebutuhan medis yang di perlukan. Pelayanan
kesehatan di berikan kepada peserta melalui fasilitas kesehatan yang
telah bekerjasama dengan pihak BPJS, namun apabila terjadi keadaan
darurat maka bisa melalui fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama
dengan BPJS.
Pelayanan kesehatan dalam program JKN diberikan secara
berjenjang, efektif dan efisien dengan menerapkan prinsip kendali mutu
dan kendali biaya. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang
dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan
tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya
dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau
tingkat pertama, kecuali pada keadaan gawat darurat, kekhususan
permasalahan kesehatan pasien, pertimbangan geografis, dan
pertimbangan ketersediaan fasilitas.

17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. sugiyono (2008)
mengmukakan bahwa metode kualitatif ialah metode penelitian yang berlandaskan
kata-kata tertulis dan digunakan untuk. meneliti objek. penelitian kualitatif
menggambarkan bawa penelitian ini mengutamakan latar ilmiah, agar hasilnya
dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena, dan metode yang biasanya
digunakan dalam wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.

Penelitian ini dilakukan dengan interview langsung narasumber sehingga


mendapatkan jawaban yang alamiah dengan Bahasa yang mudah dimengerti
sehingga mendapatkan informasi yang diinginkan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu

Waktu : November 2019

3.3 Informan Penelitian


Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif umumnya
menampilkan karakteristik yaitu, diarahkan tidak pada jumlah sampel yang
besar melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian,
tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam hal
jumlah maupun karakteristik sampelnya sesuai dengan pemahaman konseptual
yang berkembang dalam penelitian dan tidak diarahkan pada keterwakilan
(dalam arti jumlah/peristiwa acak), melainkan pada kecocokan konteks
(Lokollo, 2009). Dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah
Kepala Sub Bagian Anggaran dan Mobilisasi Dana sedangkan objek penelitian
ini yaitu pelaksanaan BPJS Kesehatan di rumah sakit umum daerah pasar
minggu.

18
3.4 Jenis Data
Dara primer yang diperoleh langsung dari lapangan baik melalui observasi
maupun melalui wawancara dengan pihak informan. Metode pengambilan data
primer dilakukan dengan cara wawancara langsung.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


a.Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Moloeng,
2010). Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur
yaitu, wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara
sistematis dan pertanyaan yang diajukan telah disusun.
b. Observasi
Observasi adalah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk
memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis (Herdiansyah, 2011).

3.6 Validasi Data

19
Menurut Sugiyono, 2007, keabsahan data merupakan konsep yang penting
yang diperbaharui dari konsep valiabilitas dan reliabilitas. Trianggulasi adalah cara
yang paling umum digunakan dalam penjaminan validitas data dalam penelitian
kualitatif. Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan data
atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Triangulasi berupaya untuk mengecek kebenaran datadan membandingkan
dengan data yang diperoleh dari sumberlain, pada berbagai fase penelitian lapangan,
pada waktu yangberlainan dan dengan metode yang berlainan. Adapun triangulasi
yang dilakukan dengan tiga macam teknik pemeriksaan yang memanfaatkan
penggunaan sumber data, metode, dan teori. Untuk itu, maka peneliti dapat
melakukan dengan cara:
1) Mengajukan berbagai variasi pertanyaan
2) Membandingkan data hasil pengamatan (observasi) dengan wawancara
3) Mengeceknya dengan berbagai sumber data
4) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan data dapat dilakukan.
Berdasarkan hasil triangulasi tersebut, maka akan sampai pada salah satu
kemungkinan yaitu apakah data yang diperoleh ternyata konsisten, tidak konsisten,
atau berlawanan. Selanjutnya mengungkapkan gambaran yang lebih memadai
mengenai gejala yang diteliti.

20
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Singkat RSUD Pasar Minggu


Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu merupakan salah satu Rumah
Sakit milik Pemerintah daerah tipe B Non Pendidikan yang terletak di pusat kota
Jakarta Selatan. Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu melayani pasien Umum
dan BPJS. Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan efektif untuk memberikan nilai terbaik, sehingga
menjadi pilihan utama bagi semua masyarakat dan perusahaan.

RSUD Pasar Minggu dibentuk berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi


DKI Jakarta Nomor : 211 Tahun 2015. Dan telah mendapat penetapan sebagai
Rumah Sakit yang menerapkan Pola Pengelolaan keuangan berdasarkan peraturan
Gubenur Provinsi DKI Jakarta.RSUD Pasar Minggu memiliki luas tanah 25.087 m²,
luas dasar 4.381 m² dan luas bangunan 43.495,78 m². Bangunan RSUD Pasar
Minggu terdiri dari 1 lantai basement, 3 lantai podium dan 9 lantai tower.

21
RSUD Pasar Minggu termasuk kedalam RS Tipe Kelas B. Rumah Sakit ini
telah teregistrasi mulai 06/11/2015 dengan Nomor Surat Izin 44/2.5/31/-1.77/2015
dan Tanggal Surat Izin 01/09/2015 dari PTSP PEMPROV . DKI JAKARTA
dengan Sifat Perpanjang, dan berlaku sampai 1 SEPTEMBER 2015 – 1
SEPTEMBER 2020. Setelah melaksanakan Proses AKREDITASI Rumah sakit
Seluruh Indonesia dengan proses akhirnya diberikan status Akreditasi Rumah Sakit

4.3 Visi dan Misi RSUD Pasar Minggu


1) Visi
Menjadikan Rumah Sakit pilihan masyarakat dengan layanan terbaik
menuju Jakarta Sehat untuk semua.
2) Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, tanggap,
bermutu dan nyaman secara paripurna.
2. Menerapkan system manajemen yang efektif, efisien,
transparan, dan akuntabel.
3. Pengembangan SDM yang profesional dengan peningkatan
kompetensi yang berkesinambungan.

b. MOTO BUDAYA “KERJA"

Komitmen : Menjunjung tinggi nilai-nilai yang disepakati untuk mencapai


hasil terbaik dan bertanggung jawab dengan sepenuh hati

Empati : Memberikan pelayanan dengan sepenuh hati, ramah dan


memahami kebutuhan pasien.

Rajin : Berkerja dengan penuh dedikasi serta meningkatkan


keterampilan
dan kompetensi sesuai dengan keahliannya.

Jujur : Menjujung tinggi kebenaran sesuai kode etik rumah sakit

Amanah : Dapat dipercaya dalam mengemban setiap pekerjaan dengan


benar

22
4.3 Hasil dan Pembahasan
Melihat pentingnya tahapan implementasi dari sebuah kebijakan yang telah
dijelaskan di atas, tentunya jaminan sosial kesehatan yang dilaksanakan Oleh BPJS
Kesehatan sebagai sebuah kebijakan juga perlu untuk di implementasikan agar tidak
hanya terlihat rapi di dalam arsip. Dalam pengimplementasiannya di RSUD Pasar
Minggu perlu kiranya melihat pelaksanaan progam BPJS Kesehatan yang mencakup
beberapa unsur pelayanan diantaranya yaitu: prosedur pelayanan, sumber daya & staf,
dan mekanisme klaim pihak rumah saakit ke BPJS.
Bagi yang memiliki kartu BPJS, Peserta mempunyai hak-hak dan
kewajibannya, termasuk di RSUD Pasar Minggu, mereka memiliki hak-hak peserta
BPJS, sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan, jawaban yang diberikan oleh
pihak RSUD Pasar Minggu yaitu :
“Ada hak atas pemeriksaan pengobatan dan konsultasi oleh dokter spesialis
dan subspesialis dan hak atas pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
lainnya.”
Selain memiliki hak-hak menjadi peserta BPJS, pihak RSUD Pasar Minggu
juga memiliki jenis pelayanan bagi pengguna BPJS yaitu pelayanan promotif dan
preventif, seperti yang dijawab oleh pihak rumah sakit
“Pelayanan promotif, preventif seperti penyuluhan kesehatan individu,
imunisasi rutin, KB, skrining riwayat kesehatan atau skrining kesehatan tertentu dan
peseta yang menderita penyakit kronis, serta pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
medis, pelayanan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan rawat inap
tingkat pertama’
Adapun proses dan prosedur pelayanan untuk peserta BPJS di RSUD Pasar
Minggu, dari hasil wawancara yang dilakukan prosedur yang harus dilakukan peseta
BPJS yaitu,
“Pelayanan promotif, preventif seperti penyuluhan kesehatan individu,
imunisasi rutin, KB, skrining riwayat kesehatan atau skrining kesehatan tertentu dan
peseta yang menderita penyakit kronis, serta pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
medis, pelayanan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan rawat inap
tingkat pertama”

23
Peserta BPJS yang mendapatkan pelayanan kesehatan di RSUD pasar minggu
tidak mendapatkan perbedaan obat yang diberikan pihak rumah sakit kepada pasien
BPJS, baik pasien umum dan BPJS memperoleh obat yang sama, seperti yang
dijelaskan oleh pihak rumah sakit “Tidak semua obat-obatan ditanggung oleh pihak BPJS
dalam arti tidak semua tercover, tidak semua obat-obatan bekerja sama dengan pihak BPJS,
jadi beberapa obat harus ditanggung sendiri oleh pasien.”
Peserta BPJS jika ingin mendapatkan pelayanan di RSUD Pasar Minggu, hanya ada
perbedaan administrasi saja, jawaban yang kami peroleh dari hasil wawancara, yaitu Kalau
pasien umum, tinggal sebut nama dan kita cari data pasien tsb kalau BPJS, mereka harus
membawa surat rujukan dari faskes tingkat I terlebih dahulu.
Pihak RSUD Pasar Minggu juga tidak membeda-bedakan pasien umum dengan
pasien BPJS, hal ini sesuai dengan jawaban yang diberikan pihak rumah sakit,
“Kami menerima pasien umum maupun pasien bpjsdi Rumah Sakit, ada keuntungan
yang didapat dalam arti lebih merasakan keuntungan dengan adanya pasien bpjs, Rumah sakit
ini lebih ramai semenjak ada program BPJS.”
Sikap RSUD pasar Minggu dalam menangani pasien BPJS juga sama saja
dengan pasien umum tidak ada yang dibedakan
“Kami menerima pasien umum maupun pasien bpjsdi Rumah Sakit, ada keuntungan
yang didapat dalam arti lebih merasakan keuntungan dengan adanya pasien bpjs, Rumah sakit
ini lebih ramai semenjak ada program BPJS.”
Hal tersebut juga didukung oleh SDM yang baik dan mencukupi, RSUD Pasar
Minggu sudah memenuhi standar untuk jumlah SDM,
“Ssecara real dilapangan RSUD Pasar Minggu sudah memenuhi standar jumlah
SDM, ada dokter, bidan perawat, apoteker, dll”
Adapun pelatihan-pelatihan yang diberikan pihak Rumah Sakit untuk para teknisi
yang melaksanakan program BPJS, seperti yang dijelaskan oleh informan bahwa<
“Berupa peningkatan kompetensi SDM, yaitu pelatihan untuk menggunakan aplikasi
primary care dan memberikan pelatihan supaya para pelaksanan teknisnya memahami proses
alur administrasi pendaftaran, prosedur layanan dan pengelolaan data dengan baik”
Dalam melaksanakan program BPJS kesehatan dirumah sakit tidaklah mudah, hal
tersebut juga didapatkan oleh RSUD Pasar Minggu, seperti yang sudah dijelaskan, kendala
yang dihadapi rumah sakit, yaitu

24
“Ada beberapa pasien saat mendaftar tetapi kartu kepesertaannya sudah tidak aktif
dan pasien tidak mengerti prosedur pelayanan kesehatan BPJS ini, karna keterlambatan
membayar iuran”
Saat menghadapi kendala tersebut, tentu pihak rumah sakit harus bisa dengan sigap
menyelesaikan masalah, upaya-upaya yang dilakukan oleh rumah sakit untuk mengendalikan
kendala tersebut, yaitu memberikan sosialisasi kepada pengguna BPJS, seperti yang
dijelaskan,
“Pasien tidak mengerti dengan prosedur administrasi pendaftaran dan prosedur
pelayanan, biasanya dari pihak rumah sakit membantu menjelaskan ke pasiennya. “
Meskipun terdapat kendala saat melaksankan program BPJS tersebut, tetapi RSUD
Pasar Minggu termasuk dalam kategori yang sudah berjalan baik,seperti jawaban yang
didapatkan, yaitu
“Sudah berjalan dengan baik dengan mengikuti prosedur yang ada”
RSUD Pasar Minggu tidak membedakan antara pasien umum dan pasien BPJS,
keduanya mendapatkan perlakukan yang sama oleh rumah sakit, pihak RSUD Pasar Minggu
juga mementingkan upaya untuk kepuasan dari pasien BPJS, hal ini sesuai dengan jawaban
yang ditanggapi oleh pihak rumah sakit , yaitu
“Kami tidak membedakan antara pasien umum dan pasien BPJS, keduanya kita
sama-sama berupaya agar untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya yang
dibutuhkan oleh pasien, seperti pelayanann yang baik, dengan merespon cepatpanggilan dan
proses administrasi yang tidak berbelit-belit.”
Mekanisme klaim yang dilakukan oleh RSUD Pasar Minggu, yaitu
“Klaim dilakukan kepada BPJS maksimal tanggal 10 bulan berikutnya menggunakan
aplikasi INA CBGs, dengan melampirkan berkas pendukung lalu di verifikasi kepesertaan
dan pelayanannya, kalau sudah disetujui, baru akan melakukan pembayaran ke rumah sakit”

Hasil wawancara dengan pasien BPJS yang pernah memakai pelayanan kesehatan di RSUD
Pasar Minggu :

a. Mahasiswa : Apakah saat mendaftar di RS sebagai pasien BPJS, diberi


kemudahan dalam pengurusan pelayanan?
Pasien : proses administrasi pendaftaran dan prosedur pelayanan
dipersulit sih engga. Asal berkasnya lengkap. Tetapi kalo mau berobat harus
ada surat rujukan dulu dari puskesmas, baru nanti surat rujukan itu dibawa

25
ke pendaftaran rumah sakit, kalau cuma bawa kartu BPJS nya saja, biasanya
di tolak
b. Mahasiswa : Apakah ada biaya tambahan sebagai pasien BPJS?
Pasien : Gak ada, semuanya sudah beres
c. Mahasiswa : Bagaimana respon perawat saat memberikan pelayanan
kesehatan ?
Pasien : kadang ada yang judes
d. Mahasiswa : Apakah semua kebutuhan obat di rumah sakit tercover oleh
BPJS?
Pasien : tidak, ada beberapa obat yang tidak di cover oleh
BPJS, jadi harus bayar mandiri
e. Mahasiswa : Apakah pelayanan yang dijanjikan BPJS sesuai dengan
yang diberikan oleh rumah sakit?
f. Pasien : Terkadang suka susah dapat kamarnya, kadang dapat kamar yang
gak sesuai sama BPJSnya
g. Mahasiswa : Apakah semua pelayanan di rumah sakit tercover oleh
BPJS?
Pasien : kalau laboratorium engga, tetapi kalau membutuhkan pelayanan
lab, nanti akan ada biaya tambahan

26
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah program negara yang bertujuan untuk
memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat.
Sedangkan BPJS adalah badan hokum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial.,BPJS terdiri dari BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan. Setiap orang
termasuk orang asing yang bekerja di Indonesia yang telah membayar iuran bisa menjadi
peserta BPJS. Selain itu, dalam pelaksanaan program BPJS Kesehatan di tiap-tiap rumah
sakit, harus diperlakukan dengan baik dan sama seperti pasien umum.

5.2 Saran
Dari hasil wawancara dilapangan bahwa Pelaksanaan Program BPJS dirumah Sakit
Umum Daerah Pasar Minggu sudah cukup baik, namun pihak rumah sakit tetap harus
berupaya untuk melakukan perbaikan. Sumber Daya sudah cukup baik, namun harus lebih
ditingkatkan lagi sumber dayanya.

27
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Dedi. 2012. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika

BPJS-Kesehatan.2016

(https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/b39df9ae7a30a5c7d4bd0f54d763b447.pdf)

Depkes RI. 2013. Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional Menurut Undang-Undang


SJSN. Jakarta: Depkes RI.

Dinas Kesehatan. 2014. Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional oleh BPJS


Kesehatan Bulan Januari 2014. Semarang: DINKES Provinsi Jawa tengah.

Kemenkes RI. 2012. Modul Pelatihan Jaminan Kesehatan bagi Petugas Puskesmas.
Jakarta: Kemenkes RI.

Pedoman Umum Tata Kekola Yang Baik (Good Governance) BPJS Keehatan.
Tahun 2014.
http://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/0b39109dea70b55a221953e28d55e948.pdf
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Sandar Tarif
Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Tingkat Kesehatan Pertama dan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.

28
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan

Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2013.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Sandar Tarif Pelayanan
Kesehatan Pada Fasilitas Tingkat Kesehatan Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat
Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.

Panduan praktis pelayanan kesehatan oleh BPJS Kesehatan

Perpres 12 Tahun 2013, Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014

Permenkes No 71/2013, Peraturan BPJS Kesehatan No 1 Tahun 2014

Panduan Praktis Tentang Kepesertaan dan Pelayanan Kesehatan yang Diselenggarakan


Oleh BPJS Kesehatan Berdasarkan Regulasi yang Sudah Terbit

Panduan Praktis Administrasi Klaim Fasilitas Kesehatan BPJS Kesehatan

Seputar BPJS Kesehatan oleh BPJS Kesehatan

Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.


Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

29

Anda mungkin juga menyukai