STUDI KASUS
A. Kasus Pemicu
Seorang perempuan, berusia 40 tahun, mengatakan bahwa sejak
diceraikan oleh suaminya ia merasa hidupnya tidak berarti, ia merasa
sebagai istri yang gagal dan tidak berguna dan tidak punya keinginan lagi
seperti dulu untuk melakukan hobinya. Saat berinteraksi, perempuan
tersebut tidak berani menatap lawan bicara.
A. Kata/Promlem Kunci
1. Cerai
2. Interaksi
3. Isteri
C. Problem Tree
Factor Predisposisi &
Presipitasi
Penerimaan Yang
Kurang Menarik diri dari
lingkungan
Gangguan Psikologis
Perubahan Fungsi
Peran
Stress Emosional
E. Jawaban Penting
1. Pengkajian Keperawatan
a. Data subyektif:
1) Klien mengatakan sejak diceraikan merasa hidupnya tidak berarti
tidak berarti
2) Klien mengatakan ia merasa sebagai istri yang gagal dan tidak
bergunna
3) Klien mengatakan tidak punya keinginan lagi seperti dulu untuk
mlakukan hobbynya
b. Data Obyektif
Klien tampak tidak berani menatapp lawan bicara.
2. Diagnose Keperawatan
Harga Diri Rendah Kronik berhubungan dengan Perceraian, ditandai
dengan:
a. Data subyektif:
1) Klien mengatakan sejak diceraikan merasa hidupnya tidak berarti
tidak berarti
2) Klien mengatakan ia merasa sebagai istri yang gagal dan tidak
bergunna
3) Klien mengatakan tidak punya keinginan lagi seperti dulu untuk
mlakukan hobbynya
b. Data Obyektif
Klien tampak tidak berani menatap lawan bicara.
3. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien
c. Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Bantu pasien untuk dapat memilih/ menetapkan kegiatan berdasarkan
daftar kegiatan yang dapat dilakukan
e. Latih kegiatan yang telah dipilih pasien
f. Rencanakan kegiatan sesuai kemampuan pasien dan menyusun rencana
kegiatan
4. Evaluasi dari tindakan
a. Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan
c. Melatih kemampuan yang dapat dikerjakan
d. Membuat jadual kegiatan harian
e. Melakukan kegiatan sesuai jadual kegiatan harian
f. Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam mengatasi harga
diri rendah
g. Klien bisaberinteraksi dengan social
5. Contoh dokumentasi kepererawatan
FORM PENDOKUMENTASIAN
Implementasi Evaluasi
1. Data: S:
a. DS: Pasien mengatakan merasa
1) Klien mengatakan sejak nyaman berkomunikasi dengan
diceraikan merasa perawat.
hidupnya tidak berarti O:
tidak berarti Pasien tampak mampu menatap
2) Klien mengatakan ia lawan bicara
merasa sebagai istri yang A:
gagal dan tidak berguna Harga Diri Rendah Kronik
3) Klien mengatakan tidak berhubungan dengan Perceraian
punya keinginan lagi
seperti dulu untuk P:
mlakukan hobbynya Focus psikomotor:
b. DO: Latihan untuk melakukan
Klien tampak tidak berani hobbynya kembali
menatapp lawan bicara
2. DX Keperawatan:
Harga Diri Rendah Kronik
berhubungan dengan
Perceraian
3. Tindakan Keperawatan:
a. Identifikasi kemampuan dan
aspek positif yang masih
dimiliki pasien
b. Bantu pasien menilai
kemampuan yang dapat
digunakan
4. RTL:
a. Bantu pasien untuk dapat
memilih/ menetapkan
kegiatan berdasarkan daftar
kegiatan yang dapat
dilakukan
b. Latih kegiatan yang telah
dipilih pasien
c. Rencanakan kegiatan sesuai
kemampuan pasien dan
menyusun rencana kegiatan
F. Tujuan Pembelajaran
Jenis obat psikofarmaka dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu golongan
geneasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk
golongan generasi pertama misalnya Chlorpromazine HCL (psikotropik untuk
menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengaobati kondisi gugup).
Obat yang termasuk geneasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas),
Aripiprazole (untuk antiseptic).
G. Informasi Tambahan
Manajemen Kasus Pada Klien Harga Diri Rendah Kronis Dengan Teori
Caring.
H. Klarifikasi Informasi
Manajemen kasus pada klien harga diri rendah kronis dengan teori caring
dapat dilakukan dengan Terapi kognitif. Terapi kogitif salah satu terapi yang
digunakan untuk meningkatkan harga diri klien. Intervensi keperawatan
spesialais terapi kognitif berfokus pada masalah, berorientasi pada tujuan, dan
mengatasi masalah yang terjadi saat ini. Tujuan terapi kognitif adalah merubah
keyakinan irrasional penalaran yang tidak tepat, dan pernyataan tentang
kejelasan diri yang mendasari masalah perilaku. Terapi perilaku kognitif
adalah salah satu intervensu keperawatan yang dilakaukan sebagai cara
melatih dan mendidik klien untuk mengembangkan suatu keterampilan yang
didasarkan pada kolaborasi dengan klien untuk mengidentifikasi masalah,
mengidentifikasi tujuan, merumuskan strategi terapi. Terapis dalam
melakukan terapi kognitif mengajak klien untuk mengidentifikasi pikiran
negative yang muncul, mengubah pikiran negative menjadi positif dan
membudayakan perubahan pikiran tersebut pada klien. Kualitas pelayanan
keperawatan dapat terjadi dengan didukung oleh penerapan teori model
konsep keperawatan sebagai kerangka kerja bagi perawat. Teori konsep yang
diterapkan dalam pemberian askep ini adalah interpersonal caring.
A. Kesimpulan
B. Saran
Setelah kami menyimpulkan apa yang telah dijabarkan, maka sekiranya
ada kesalahan ataupun kekeliruan dari makalah ini, baik dalam penulisan
maupun dalam penyusunan, kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan
demi kelangsungan penulisan kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Wardhani Y,I., Daulima C,H,N., & Irawati K (2019). Manajemen Kasus Pada Klien
Harga Diri Rendah Kronis Dengan Pendekatan Teori Caring. Yogyakarta:
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendai. Journal keperawatan Volume
11 No 2 Juni 2019
Dosen Pengajar: Umi Rachmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,SPJ
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
J1 KEPERAWATAN
NURHASANAH (P201701002)
DONY (P201701009)
HARMIN (P201701037)
KENDARI
2019