Anda di halaman 1dari 13

BAB I

STUDI KASUS

A. Kasus Pemicu
Seorang perempuan, berusia 40 tahun, mengatakan bahwa sejak
diceraikan oleh suaminya ia merasa hidupnya tidak berarti, ia merasa
sebagai istri yang gagal dan tidak berguna dan tidak punya keinginan lagi
seperti dulu untuk melakukan hobinya. Saat berinteraksi, perempuan
tersebut tidak berani menatap lawan bicara.

B. Langkah Seven Jump


1. Kata/Promlem Kunci
2. Klarifikasi Kata Kunci
3. Problem Tree
4. Pertanyaan Penting
5. Jawaban Penting
6. Tujuan Pembelajaran
7. Informasi Tambahan
8. Klarifikasi Informasi
9. Analisi dan sintesis informasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kata/Promlem Kunci
1. Cerai
2. Interaksi
3. Isteri

B. Klarifikasi Kata Kunci


1. Cerai: Pisah, putus hubungan sebagai suami isteri.
2. Isteri: Wanita (perempuan) yang telah bersuami.
3. Interaksi: Hal saling melakukan aksi berhubungan, mempengaruhi, antar
hubungan.

C. Problem Tree
Factor Predisposisi &
Presipitasi

Psikologis: Klien Sosial


Diceirakan

Tidak punya keinginan


Merasa Sebagai Istri Yang untuk melakukan
Gagal hobbynya

Penerimaan Yang
Kurang Menarik diri dari
lingkungan

Gangguan Psikologis
Perubahan Fungsi
Peran
Stress Emosional

Harga Diri Rendah Kronis


D. Pertanyaan Penting
1. Tuliskan hasil pengkajian keperawatan berdasarkan kasus?
2. Sebutkan diagnose keperawatan berdasarrkan kasus pemicu?
3. Tuliskan tindakan/intervensi keperawatan berdasarkan kasus pemicu?
4. Tuliskan evalusi berdasarkan tindakan keperawatan yang dilakukan?
5. Tuliskan contoh pendokumentasian keperawatan berdasarkan kasus?
6. Buatlah contoh pelaksanaan aspek etik legal berdasarkan kasus?

E. Jawaban Penting
1. Pengkajian Keperawatan
a. Data subyektif:
1) Klien mengatakan sejak diceraikan merasa hidupnya tidak berarti
tidak berarti
2) Klien mengatakan ia merasa sebagai istri yang gagal dan tidak
bergunna
3) Klien mengatakan tidak punya keinginan lagi seperti dulu untuk
mlakukan hobbynya
b. Data Obyektif
Klien tampak tidak berani menatapp lawan bicara.
2. Diagnose Keperawatan
Harga Diri Rendah Kronik berhubungan dengan Perceraian, ditandai
dengan:
a. Data subyektif:
1) Klien mengatakan sejak diceraikan merasa hidupnya tidak berarti
tidak berarti
2) Klien mengatakan ia merasa sebagai istri yang gagal dan tidak
bergunna
3) Klien mengatakan tidak punya keinginan lagi seperti dulu untuk
mlakukan hobbynya
b. Data Obyektif
Klien tampak tidak berani menatap lawan bicara.
3. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien
c. Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Bantu pasien untuk dapat memilih/ menetapkan kegiatan berdasarkan
daftar kegiatan yang dapat dilakukan
e. Latih kegiatan yang telah dipilih pasien
f. Rencanakan kegiatan sesuai kemampuan pasien dan menyusun rencana
kegiatan
4. Evaluasi dari tindakan
a. Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan
c. Melatih kemampuan yang dapat dikerjakan
d. Membuat jadual kegiatan harian
e. Melakukan kegiatan sesuai jadual kegiatan harian
f. Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam mengatasi harga
diri rendah
g. Klien bisaberinteraksi dengan social
5. Contoh dokumentasi kepererawatan

FORM PENDOKUMENTASIAN

Nama Pasien : Ny. Z


Tanggal : 31 Oktober 2019
Jam : 09.00 WITA3c

Implementasi Evaluasi
1. Data: S:
a. DS: Pasien mengatakan merasa
1) Klien mengatakan sejak nyaman berkomunikasi dengan
diceraikan merasa perawat.
hidupnya tidak berarti O:
tidak berarti Pasien tampak mampu menatap
2) Klien mengatakan ia lawan bicara
merasa sebagai istri yang A:
gagal dan tidak berguna Harga Diri Rendah Kronik
3) Klien mengatakan tidak berhubungan dengan Perceraian
punya keinginan lagi
seperti dulu untuk P:
mlakukan hobbynya Focus psikomotor:
b. DO: Latihan untuk melakukan
Klien tampak tidak berani hobbynya kembali
menatapp lawan bicara
2. DX Keperawatan:
Harga Diri Rendah Kronik
berhubungan dengan
Perceraian
3. Tindakan Keperawatan:
a. Identifikasi kemampuan dan
aspek positif yang masih
dimiliki pasien
b. Bantu pasien menilai
kemampuan yang dapat
digunakan
4. RTL:
a. Bantu pasien untuk dapat
memilih/ menetapkan
kegiatan berdasarkan daftar
kegiatan yang dapat
dilakukan
b. Latih kegiatan yang telah
dipilih pasien
c. Rencanakan kegiatan sesuai
kemampuan pasien dan
menyusun rencana kegiatan

6. Aspek Etik dan Legal


a. Confidentiality (Kerahasiaan)
Confidentiality berasal dari bahasa Latin “fide”, yang berarti percaya.
Confide “menunjukan kepercayaan dengan menjaga rahasia”, “bercerita
dengan jaminan kerahasiaan”; “mempercayaai; melaksanakan tanggung
jawab, pengetahuan atau keyakinan orang lain yang baik”. Pelaksanaan
berdasarkan kasus diatas disini perawat memegang seluruh rahasia
setiap informasi dan menggunakan penilaian professional ketika
berbagi informasi.
b. Fidelity (Kesetiaan)
Kesetiaan berarti setia pada satu komitmen dan janji. Komitmen
perawat terhaddap klien termasuk melakukan perawatan yang aman
dan menjaga kemampuan dalam hal praktik keperawatan. Perawat
harus menggunakan pertimbangan yang baik ketika berjanji kepada
pasien. Kesetiaan tidak hanya berarti menjaga komitmen, tetapi juga
menjaga tanggung jawab kita.

F. Tujuan Pembelajaran
Jenis obat psikofarmaka dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu golongan
geneasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk
golongan generasi pertama misalnya Chlorpromazine HCL (psikotropik untuk
menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengaobati kondisi gugup).
Obat yang termasuk geneasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas),
Aripiprazole (untuk antiseptic).

G. Informasi Tambahan
Manajemen Kasus Pada Klien Harga Diri Rendah Kronis Dengan Teori
Caring.

H. Klarifikasi Informasi
Manajemen kasus pada klien harga diri rendah kronis dengan teori caring
dapat dilakukan dengan Terapi kognitif. Terapi kogitif salah satu terapi yang
digunakan untuk meningkatkan harga diri klien. Intervensi keperawatan
spesialais terapi kognitif berfokus pada masalah, berorientasi pada tujuan, dan
mengatasi masalah yang terjadi saat ini. Tujuan terapi kognitif adalah merubah
keyakinan irrasional penalaran yang tidak tepat, dan pernyataan tentang
kejelasan diri yang mendasari masalah perilaku. Terapi perilaku kognitif
adalah salah satu intervensu keperawatan yang dilakaukan sebagai cara
melatih dan mendidik klien untuk mengembangkan suatu keterampilan yang
didasarkan pada kolaborasi dengan klien untuk mengidentifikasi masalah,
mengidentifikasi tujuan, merumuskan strategi terapi. Terapis dalam
melakukan terapi kognitif mengajak klien untuk mengidentifikasi pikiran
negative yang muncul, mengubah pikiran negative menjadi positif dan
membudayakan perubahan pikiran tersebut pada klien. Kualitas pelayanan
keperawatan dapat terjadi dengan didukung oleh penerapan teori model
konsep keperawatan sebagai kerangka kerja bagi perawat. Teori konsep yang
diterapkan dalam pemberian askep ini adalah interpersonal caring.

I. Analisi dan sintesis informasi


Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhaddap diri sendiri
atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal
karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. Berbagai faktor
penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang. Menurut Stuart
dan Sundeen (2006), factor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah
kronik meliputi factor predisposisi sepeti penolakan orang tua, harapan orang
tua yang tidak realistic, kegagalan yang berulang, kurang memiliki tangguang
jawab yang personal dan lain sebagainya. Sedangkan factor presipitasi
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan
atau produktifitas yang menurun.
Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara situasional dan
kronik, kalau secara situasional yaitu terjadi trauma yang tiiba-tiba, misalnya
harus dioperasi, kecelakaan, dan putus sekolah. Sedangkan secara kronik yaitu
perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat, pasien mempunyai cara berfikir yang negative. Tanda dan gejala
perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah seperti mengkritik diri
sendiri, pandangan hidup yang pesimis, perasaan lemah dan takut, penolakan
terhadap kemampuan diri sendiri ekspresi wajah malu dan rasa bersalah,
menunjukan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan), merndahkan
martabat dan lain sebagainya.
Pengkajian pada kasus harga diri rendah kronis perawat mengidentifikasi
identitas pasien, alas an masuk rumah sakit dan juga melakukan pemeriksaan
fisik, psikososial maupun status mental klien. Selanjutnya perawat menganalisa
data dari hasil pengkajian yang dilakukan sebelumnya baik itu data subjektif
maupun data objektif. Diagnosa keperawtan merupakan pernyataan yang
dibuat oleh perawat tentang masalah atau status kesehatan klien yang
ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data hasil pengkajian.
Berdasarkan data hasil pengkajian perawat dapat merumuskan massalah yaitu
harga diri rendah kronik. Pada tahap selanjutnya yaitu intervensi yaitu dimana
perawat merencanakan tindakan keperawatan pada klien sesuai dengan
diagnose keperawatan yang telah ditegakkan. Selanjutnya pada tahap
implementasi dimana merupakan tahap pelaksanaan dari rencana tindakan
keperawatan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap selanjutnya yaitu
evaluasi keperawatan yaitu kegiatan aktif dari proses keperawatan, dimana
perawat dapat menilai hasil yang diharapkan terhadap masalah dan menilai
sejauh mana masalah dapat diatasi. Manajemen kasus pada klien harga diri
rendah kronis dengan teori caring dapat dilakukan dengan Terapi kognitif.
Terapi kogitif salah satu terapi yang digunakan untuk meningkatkan harga diri
klien. Terapis dalam melakukan terapi kognitif mengajak klien untuk
mengidentifikasi pikiran negative yang muncul, mengubah pikiran negative
menjadi positif dan membudayakan perubahan pikiran tersebut pada klien.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Setelah kami menyimpulkan apa yang telah dijabarkan, maka sekiranya
ada kesalahan ataupun kekeliruan dari makalah ini, baik dalam penulisan
maupun dalam penyusunan, kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan
demi kelangsungan penulisan kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilistyawati, A (2013). Etika dan Hukum Keperawatan Profesional. Yogyakarta:


Imperium

Wardhani Y,I., Daulima C,H,N., & Irawati K (2019). Manajemen Kasus Pada Klien
Harga Diri Rendah Kronis Dengan Pendekatan Teori Caring. Yogyakarta:
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendai. Journal keperawatan Volume
11 No 2 Juni 2019
Dosen Pengajar: Umi Rachmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,SPJ

KASUS DEPRESI “HARGA DIRI RENDAH KRONIS”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

J1 KEPERAWATAN

NURHASANAH (P201701002)

DONY (P201701009)

HARMIN (P201701037)

TUTI ASRIANI (P201701027)

ALDA PRATIWI (P201701137)

PROGRAN STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MANDALA WALUYA

KENDARI

2019

Anda mungkin juga menyukai