LP Jiwa Halu
LP Jiwa Halu
Disusun Oleh
NAMA : KURNIAHASMITA
NIM : 171440111
A. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa
adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien
mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada (Yusuf, dkk, 2015)
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi/pendapat tentang lingkungannya tanpa data objek atau
rangsangan yang nyata (Farida & Hartono, 2010).
Halusinasi adalah gangguan/perubahan pasien melaporkan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi (Eko prabowo, 2014).
B. Rentang respon
Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, waham
merupakan gangguan pada isi pikiran. Keduanya merupakan gangguan dari
respons neorobiologi. Oleh karenanya secara keseluruhan, rentang respons
halusinasi mengikuti kaidah rentang respons neorobiologi. (Yusuf Ahmad,
2015)
Rentang respons neorobiologi yang paling adaptif adalah adanya
pikiran logis dan terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Rentang respons
yang paling maladaptif adalah adanya waham, halusinasi, termasuk isolasi
sosial menarik diri. Berikut adalah gambaran rentang respons neorobiologi.
(Yusuf Ahmad, 2015)
Adaptif Maladaptif
F. Mekanisme koping
Eko prabowo tahun 2014 menyatakan mekanisme koping halusinasi,
yaitu:
1. Regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
2. Proyeksi: menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
bertanggung jawab kepada orang lain.
3. Menarik diri; sulit mempercayai orang lain dan asik denagn stimulasi
internal.
G. Penatalaksanaan
Eko Prabowo tahun 2014 menyatakan penatalaksanaan yang dapat
diberikan kepada klien halusinasi, yaitu:
1. Farmakoterapi
Neoroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizofrenia
yang menahun, halusinasinya lebih banyak jika diberi dalam dua tahun
penyakit. Neuroleptika denagn dosis yang efektif tinggi bermanfaat pada
penderita halusinasi yang meningkat.
2. Psikoterapi dan rehabitilasi
a. Terapi aktivitas
1) Terapi musik
Fokus: mendengar, mematikan alat musik, bernyanyi.
2) Terapi seni
Fokus: untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan
seni
3) Terapi menari
Fokus: ekspresi perasaan melaui gerakan tubuh.
4) Terapi relaksasi
Belajar dan praktik relaksasi dalam kelompok.
b. Terapi sosial
Pasien belajar bersosialisasi dengan pasien lain.
c. Terapi kelompok
1) Terapi grup
2) Terapi aktivitas kelompok (TAK)
3) TAK: stimulasi persepsi halusinasi
a) Sesi I : mengenal halusinasi
b) Sesi II : mengontrol halusinasi dengan menghardik
c) Sesi III : mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
d) Sesi IV : mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
e) Sesi V : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
d. Terapi lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana didalam keluarga.
H. Proses keperawatan
1. Pengkajian
Yusuf Ahmad, dkk tahun 2015 menyatakan pengkajian keperawatan yang
dapat dilakukan, yaitu:
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal yang dapat meningkatkan stres dan ansietas yang
dapat berakhir dengan gangguan persepsi. Pasien mungkin menekan
perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi
tidak efektif.
2) Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang
merasa disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi
sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi.
3) Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran
ganda atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas
berat terakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan, sehingga
terjadi halusinasi.
4) Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien
gangguan orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak,
pembesaran ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan
limbik.
5) Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya
ditemukan pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup
tinggi pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya
mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang tua
skizofrenia.
b. Faktor Presipitasi
1) Stresor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau
diasingkan dari kelompok dapat menimbulkan halusinasi.
2) Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin,
indolamin, serta zat halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan
orientasi realitas termasuk halusinasi.
3) Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan
berkembangnya gangguan orientasi realitas. Pasien
mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak
menyenangkan.
4) Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan
orientasi realitas berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif
persepsi, motorik, dan sosial.
2. Diagnosa Keperawatan
Yusuf Ahmad, dkk tahun 2015 menyatakan diagnosa keperawatan yang
muncul, yaitu:
a. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan halusinasi.
b. Perubahan persepsi sensor: halusinasi berhubungan dengan menarik
diri.
3. Intrevensi keperawatan
Yusuf Ahmad, dkk tahun 2015 menyatakan intervensi keperawatan
yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1) Tujuan tindakan untuk pasien meliputi hal berikut.
a) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.
b) Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
c) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.
2) Tindakan keperawatan
a) Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi
dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat),
waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi
yang menyebabkan halusinasi muncul, dan respons pasien saat
halusinasi muncul.
b) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien
agar mampu mengontrol halusinasi, Anda dapat melatih pasien
empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi,
yaitu sebagai berikut.
(1) Menghardik halusinasi
(2) Bercakap-cakap dengan orang lain
(3) Melakukan aktivitas yang terjadwal.
(4) Menggunakan obat secara teratur.
b. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
1) Tujuan
a) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah
sakit maupun di rumah.
b) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk
pasien.
2) Tindakan keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien.
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi,
jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi,
proses terjadinya halusinasi, serta cara merawat pasien
halusinasi.
c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
d. Buat perencanaan pulang dengan keluarga.
4. Evaluasi
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah Anda
lakukan untuk pasien halusinasi adalah sebagai berikut: (Yusuf Ahmad,
dkk, 2015
a. Pasien mempercayai kepada perawat.
b. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan
merupakan masalah yang harus diatasi.
c. Pasien dapat mengontrol halusinasi.
d. Keluarga mampu merawat pasien di rumah, ditandai dengan hal
berikut.
1) Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh
pasien.
2) Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah.
3) Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien.
4) Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah pasien.
5) Keluarga melaporkan keberhasilannnya merawat pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati Firda dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika
Prabowo Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Yusuf Ahmad, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika