Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PROGSUS KLKK

KESEHATAN KERJA

CARPAL TUNNEL SYNDROME

DISUSUN OLEH :

Kelompok 4

1. I Putu Arya Sagita Darastama 15700086


2. Putu Desita Devi Saraswati 15700088
3. Novita Dwi Wijayanti 13700014
4. Fihrotul Dwi Ameliya 13700106
5. Arif Bagus Adianto 13700204
6. Dwi Arumaniya 15700042

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2017-2018
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................4

A. LATAR BELAKANG .....................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH .................................................................5

C. TUJUAN ..........................................................................................5

BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN .....................................................6

A. ANALISIS .......................................................................................6

1. SKENARIO (KAUSA DAN ALTERNATIF KAUSA) .............6

2. INVENTARIS MASALAH ........................................................8

3. DIAGRAM FISHBONE ...........................................................10

B. PEMBAHASAN ............................................................................16

RENCANA PROGRAM ................................................................................13

A. TABEL SCORING PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH ....13

B. RENCANA PROGRAM ................................................................14

C. RENCANA KEGIATAN (POA) ...................................................15

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................18

BAB V DAFTAR PUSTAKA ........................................................................19

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas Program Khusus Kesehatan Lingkungan
pada skenario 1 ini yang berjudul “ Kesehatan Kerja ”. Penulisan laporan ini merupakan
salah satu tugas untuk menjabarkan hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.

Dalam Penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak – pihak yang membantu dalam menyelesaikan penulisan laporan ini
yaitu keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang
besar kepada para penulis, dan rekan-rekan sekelompok kerja kelompok, serta Semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan
makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca dan
semua orang yang memanfaatkannya.

Surabaya, 08 Februari 2018

Tim Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu penyakit yang paling sering mengenai Nervus medianus adalah neuropati
tekanan/jebakan (entrapment neuropathy). Di pergelangan tangan nervus medianus berjalan
melalui terowongan karpal (carpal tunnel) dan menginnervasi kulit telapak tangan dan
punggung tangan di daerah ibu jari, telunjuk, jari tengah dan setengah sisi radial jari manis.
Pada saat berjalan melalui terowongan inilah nervus medianus paling sering mengalami
tekanan yang menyebabkan terjadinya neuropati tekanan yang dikenal dengan istilah
Sindroma Terowongan Karpal/STK (Carpal Tunnel Syndrome/CTS).(Bachrodin,2011)

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan sindrom yang timbul akibat N. Medianus
tertekan di dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) di pergelangan tangan, sewaktu nervus
melewati terowongan tersebut dari lengan bawah ke tangan. CTS merupakan salah satu
penyakit yang dilaporkan oleh badan-badan statistik perburuhan di negara maju sebagai
penyakit yang sering dijumpai di kalangan pekerja-pekerja industri.(Bachrodin,2011)

Tingginya angka prevalensi yang diikuti tingginya biaya yang harus dikeluarkan
membuat permasalahan ini menjadi masalah besar dalam dunia okupasi. Beberapa faktor
diketahui menjadi risiko terhadap terjadinya CTS pada pekerja, seperti gerakan berulang
dengan kekuatan, tekanan pada otot, getaran, suhu, postur kerja yang tidak ergonomik dan
lain-lain. (Jeffrey,2002)

Angka kejadian Carpal Tunnel Syndrome di Amerika Serikat telah diperkirakan


sekitar 1-3 kasus per 1.000 orang setiap tahunnya dengan revalensi sekitar 50 kasus dari
1.000 orang pada populasi umum. National Health Interview Study (NIHS) memperkirakan
bahwa prevalensi CTS yang dilaporkan sendiri diantara populasi dewasa adalah sebesar
1.55% (2,6 juta). CTS lebih sering mengenai wanita daripada pria dengan usia berkisar 25 -
64 tahun, prevalensi tertinggi pada wanita usia > 55 tahun, biasanya antara 40 – 60 tahun.
Prevalensi CTS dalam populasi umum telah diperkirakan 5% untuk wanita dan 0,6% untuk
laki-laki CTS adalah jenis neuropati jebakan yang paling sering ditemui. Sindroma tersebut
unilateral pada 42% kasus ( 29% kanan,13% kiri ) dan 58% bilateral (3,4). (Bachrodin,2011)

4
Di Indonesia, urutan prevalensi CTS dalam masalah kerja belum diketahui karena
sampai tahun 2001 masih sangat sedikit diagnosis penyakit akibat kerja yang dilaporkan
karena berbagai hal, antara lain sulitnya diagnosis. Penelitian pada pekerjaan dengan risiko
tinggi pada pergelangan tangan dan tangan melaporkan prevalensi CTS antara 5,6% sampai
dengan 15%. Penelitian Harsono pada pekerja suatu perusahaan ban di Indonesia melaporkan
prevalensi CTS pada pekerja sebesar 12,7%. Silverstein dan peneliti lain melaporkan adanya
hubungan positip antara keluhan dan gejala CTS dengan faktor kecepatan menggunakan alat
dan faktor kekuatan melakukan gerakan pada tangan.(Bachrodin,2011).

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan Carpal Tunnel Syndrom?
2) Bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi Carpal Tunnel Syndrom?
1.3 Tujuan Umum
1) Melakukan upaya penanggulangan dan pencegahan penyakit Carpal Tunnel
Syndrom.

1.4 Tujuan Khusus


1) Pengertian tentang penyakit Carpal Tunnel Syndrom.
2) Bagaimana pengobatan untuk Carpal Tunnel Syndrom.

5
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS
1. Skenario
Seorang perempuan, 50 tahun dating ke fasilitas kesehatan pratama dengan keluhan
rasa tidak nyaman pada kedua tangan terutama tangan kanan. Tangan terasa baal
(mati rasa) terutama jari-jari 1-3 dan terkadang terasa seperti ada sengatan listrik.
Keluhan dirasakan sejak satu bulan yang dan bertambah berat sejak seminggu yang
lalu, 2 hari yang lalu disertai bengkak pada pergelangan tangan sehingga penderita tak
berani menggerakkan tangannya karena nyeri.
a. Anamnesis

Nama : Ny. Mediana

Umur : 50 tahun

Status : Menikah

Alamat : Jl. Gembili I/20 Surabaya

Pekerjaan : Juru Ketik

 Riwayat Penyakit Sekarang :


1. Tangan terasa baal terutama pada jari 1-3 dan terkadang terasa seperti ada sengatan
listrik sejak 1 bulan yang lalu
2. Bertambah berat sejak 1 minggu yang lalu disertai bengkak pada pergelangan
tangan sejak 2 hari yang lalu
3. Keluhan berkurang pada malam hari atau saat istirahat
4. Belum pernah sakit seperti ini sebelumnya
5. Selama ini hanya minum asaam mefenamat 500mg bila nyeri
 Riwayat Penyakit Keluarga :
1. Tidak ada tekanan darah tinggi maupun diabetes
2. Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini sebelumnya
3. Rutin cek kolesterol dan asam urat dengan hasil normal
 Riwayat Sosial

6
1. Tidak minum alcohol atau konsumsi makanan dan minuman yang manis ataupun
cepat saji
2. Setiap hari menangani surat menyurat dan pengetikan dokumen hingga berates
ratus dokumen
b. Pemeriksaan Fisik
 Vital sign :

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 37,5 oC

 Kepala/leher :

A/I/C/D : -/-/-/-

Pembesarasan kgb : -

 Thorax :

Cor/pulmo : dbn

 Abdomen :

Peristaltik + normal

Hepar/lien ttb

 Ekstremitas

Oedem + di pergelangan tangan kanan

Hiperestesi +/+ pada jari 1-3 D et S

Phalen tes : +

tourniqtt tes : +

tinnel tes : +

1.1 Learning Objective

Mahasiswa mampu menjelasakn :

1.1.1 Mahasiswa memahami apa yang dimaksud dengan penyakit akibat kerja
1.1.2 Mahasiswa memahami patofisiologi penyakit
1.1.3 Mahasiswa mampu melakukan diagnosis penyakit akibat kerja

7
2. Inventaris Masalah
Salah satu penyakit yang paling sering mengenai Nervus medianus adalah
neuropati tekanan/jebakan (entrapment neuropathy). Di pergelangan tangan nervus
medianus berjalan melalui terowongan karpal (carpal tunnel) dan menginnervasi kulit
telapak tangan dan punggung tangan di daerah ibu jari, telunjuk, jari tengah dan
setengah sisi radial jari manis. Pada saat berjalan melalui terowongan inilah nervus
medianus paling sering mengalami tekanan yang menyebabkan terjadinya neuropati
tekanan yang dikenal dengan istilah Sindroma Terowongan Karpal/STK (Carpal
Tunnel Syndrome/CTS).
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan sindrom yang timbul akibat N.
Medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) di pergelangan
tangan, sewaktu nervus melewati terowongan tersebut dari lengan bawah ke tangan.
CTS merupakan salah satu penyakit yang dilaporkan oleh badan-badan statistik
perburuhan di negara maju sebagai penyakit yang sering dijumpai di kalangan
pekerja-pekerja industri.
Patogenesis CTS masih belum jelas.Beberapa teori telah diajukan untuk
menjelaskan gejala dan gangguan studi konduksi saraf.Yang paling populer adalah
kompresi mekanik, insufisiensi mikrovaskular, dan teori getaran.Menurut teori
kompresi mekanik, gejala CTS adalah karena kompresi nervus medianus di
terowongan karpal. Kelemahan utama dari teori ini adalah bahwa ia menjelaskan
konsekuensi dari kompresi saraf tetapi tidak menjelaskan etiologi yang mendasari
kompresi mekanik. Kompresi diyakini dimediasi oleh beberapa faktor
sepertiketegangan, tenaga berlebihan, hyperfunction, ekstensi pergelangan tangan
berkepanjangan atau berulang.
Teori insufisiensi mikro - vaskular mennyatakan bahwa kurangnya pasokan
darah menyebabkan penipisan nutrisi dan oksigen ke saraf yang menyebabkan ia
perlahan-lahan kehilangan kemampuan untuk mengirimkan impuls saraf. Scar dan
jaringan fibrotik akhirnya berkembang dalam saraf. Tergantung pada keparahan
cedera, perubahan saraf dan otot mungkin permanen.Karakteristik gejala CTS,
terutama kesemutan, mati rasa dan nyeri akut, bersama dengan kehilangan konduksi
saraf akut dan reversibel dianggap gejala untuk iskemia. Seiler et al menunjukkan
(dengan Doppler laser flowmetry ) bahwa normalnya aliran darah berdenyut di dalam
saraf median dipulihkan dalam 1 menit dari saat ligamentum karpal transversal
dilepaskan. Sejumlah penelitian eksperimental mendukung teori iskemia akibat

8
kompresi diterapkan secara eksternal dan karena peningkatan tekanan di karpal
tunnel. Gejala akan bervariasi sesuai dengan integritas suplai darah dari saraf dan
tekanan darah sistolik .Kiernan dkk menemukan bahwa konduksi melambat pada
median saraf dapat dijelaskan oleh kompresi iskemik saja dan mungkin tidak selalu
disebabkan myelinisasi yang terganggu.
Menurut teori getaran gejala CTS bisa disebabkan oleh efek dari penggunaan
jangka panjang alat yang bergetar pada saraf median di karpal tunnel.Lundborg et al
mencatat edema epineural pada saraf median dalam beberapa hari berikut paparan alat
getar genggam.Selanjutnya, terjadi perubahan serupa mengikuti mekanik, iskemik,
dan trauma kimia.
Ipotesis lain dari CTS berpendapat bahwa faktor mekanik dan vaskular
memegang peranan penting dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi secara
kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan
terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan
mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena
intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi
intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel
ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa
ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang timbul terutama pada
malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat digerakgerakkan
atau diurut, mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah. Apabila
kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf.
Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang
mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara menyeluruh.
Selain akibat adanya penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler akan
menyebabkan gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik ini
diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang menyebabkan
berlanjutnya gangguan aliran darah.Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang
menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu yang berkibat terjadi
kerusakan pada saraf tersebut.
Penelitian yang telah dilakukan Kouyoumdjian yang menyatakan CTS terjadi
karena kompresi saraf median di bawah ligamentum karpal transversalberhubungan
dengan naiknya berat badan dan IMT.IMT yang rendah merupakan kondisi kesehatan
yang baik untuk proteksi fungsi nervus medianus.Pekerja dengan IMT minimal ≥25

9
lebih mungkin untuk terkena CTS dibandingkan dengan pekerjaan yang mempunyai
berat badan ramping.American Obesity Association menemukan bahwa 70% dari
penderita CTS memiliki kelebihan berat badan. Setiap peningkatan nilai IMT 8%
resiko CTS meningkat

3. Diagram Fishbone

LINGKUNGAN

HUBUNGAN
PROSES HUBUNGAN ANTARA MASA
ANTARA KERJA DENGAN
UMUR DAN KEJADIAN CTS
PERBAIKAN PERALATAN
CTS
KERJA BAGI PEKERJA
DENGAN TUBUH YANG
TIDAK SESUAI DENGAN
HUBUNGAN
UKURAN STANDAR
ANTARA LAMA
KERJA DAN CTS
KESALAHAN POSISI
DAN SIKAP KERJA
YANG TIDAK BENAR

CTS

BAGI PERUSAHAAN

BAGI PEKERJA BAGI PENELITI LAIN

MASUKAN

B. PEMBAHASAN
1. Analisis Fishbone

PROSES

1.1 Kebiasaan salah posis dan sikap kerja yang tidak benar
Postur tubuh adalah posisi relatif tubuh ketika melakukan pekerjaan. Postur
tubuh ditentukan oleh ukuran dan ukuran peralatan atau benda yang digunakan. Pada

10
saat bekerja perlu diperhatikan postur tubuh dalam keadaan seimbang agar dapat
bekerja dengan nyaman dan tahan lama. Keseimbangan tubuh sangat dipengaruhi
oleh luas dasar penyangga atau lantai dan tinggi dari titik gaya berat. Untuk
mempertahankan postur tubuh tertentu, seseorang harus melakukan kontraksi otot
yang melibatkan system musculoskeletal..
1.2 Perbaikan peralatan kerja bagi pekerja dengan tubuh yang tidak sesuai dengan
ukuran standar
1.2.1 Bentuk dan letak keyboard
CTS beresiko terjadi pada pengguna keyboard pada computer yang
posisinya tidak baik. Karena pekerjaanya memerlukann pergerakan
pergelangan tangan secara terus menerus . penelitian menunjukkan bahwa
posisi keyboard merupakan salah satu faktor penyebab CTS atau nyeri otot
dan persendian. Penyebab nyeri oto dan tulang yang disebabkan oleh keyboard
adalah penggunaan jari-jari tertentu saja dalam waktu yang lama.
1.2.2 Bentuk dan letak mouse
Mouse merupakan satu komponen umum dari perlengkapan computer yang
membantu orang menggunakan computer lebih cepat dan lebih mudah.
Menuggunakan mouse yang kecil sering membuat lelah, karena bentuknya
yang kecil seluruh permukaan telapak tangan tidak menyentuh punggung
mouse, hal ini menyebabkan jari-jari cepat lelah dan pegal, karena jempol dan
kelingking menahan dan menggerakan mouse, untuk itu sebaiknya dalam
menggunakan mouse lebih baik menggunakan mouse yang nyaman untuk
dipegang. Dimana seluruh permukaan tangan dapat memegang. Bersandar dan
menggerakannya pun lebih mudah, salah satu mouse yang dapat mencegah
atau mendukung proses terapi CTS adalah dengan menggunakan Vertival
mouse.Saat menggunakan keyboard maupun mouse pengguna harus menjaga
pergelangan pada posisi yang benar yaitu antara tangan dengan bahu harus
lurus. Tangan boleh lebih rendah daripada bahu. Tetapi tangan tidak boleh
lebih tinggi dan pergelangan tidak boleh menggantung. Letak keyboard
maupun mouse sebaiknya mudah digapai oleh tangan tanpa harus
memanjangkan tangan terlalu lama dengan letak keyboard selalu rendah,
tangan dijaga supaya lebih remdah dari siku, begitu pula dengan peletakkan
mouse.

11
LINGKUNGAN

1.1 Huubungan antara masa kerja dengan kejadian CTS


Proporsi carpal tunnel syndrome (CTS) lebih banyak ditemukan pada responden
yang mempunyai masa kerja > 4 tahun (92.0%), dibandingkan dengan responden
dengan masa kerja 1-4 tahun (88.2%) yang mengalami kejadian positif CTS. Hasil
analisis dengan uji chi square didapat nilai p = 0,000, ini berarti nilai p < α (0,05),
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan
kejadian CTS pada petugas komputer. Dengan nilai OR = 18.096. Hal ini berarti
responden yang masa kerjanya > 4 tahun mempunyai resiko mengalami kejadian CTS
18.096 kali lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang masa kerjanya 1-4 tahun.
Lusianawaty dkk (2004:102) mengemukakan masa kerja sebelum terjadinya CTS
minimal berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2 tahun, Harsono melaporkan terjadinya
peningktan masa kerja dengan kejadian Carpal Tunnel Snydrome (CTS) pada pekerja
dikarenakan gerakan berulang pada finger ( Jari-jari tangan) secara terus menerus
dalam jangka waktu yang lama sehingga menyebabkan stress pada jaringan di sekitar
terowongan karpal.
1.2 Hubungan antara umur dan CTS
Carpel Tunnel Syndrom biasanya mulai terdapat pada usia 20-60 tahun
(Hobby,2005). Laki-laki menunjukkan peningkatan kejadian CTS secara bertahap
dengan meningkat sampai usia lanjut, sedangkan wanita memuncak setelah
menopause (sesuai dengan kelompok usia 50-54 tahun), hal yang tersebut secara
umum konsisten dengan konsep bahwa pada wanita mungkin ada komponen
hormonal dalam penyebab CTS(Hadge, 2009; Matiolli, 2008; Asworth, 2010).
Namun Griffith menyatakan bahwa CTS sering dialami oleh wanita berusia 29-62
tahun. Beberapa studi juga mengungkapkan bahwa CTS umumnya dialami oleh
wanita 30 an.
1.3 Hubungan antara lama kerja dan CTS
Proporsi CTS lebih banyak ditemukan pada responden yang mempunyai lama
kerja 4-8 jam, (94.9%), dibandingkan dengan responden dengan lama kerja ≤ 4 jam
perhari (27.3%) yang mengalami kejadian CTS. Dengan nilai p = 0,000, maka p < α
(0,05), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa lama kerja berhubungan dengan
kejadian CTS. Dengan nilai OR = 24.505. Hal ini berarti responden yang lama
kerjanya 4-8 jam mempunyai resiko terkena CTS 24.505 kali lebih besar

12
dibandingkan dengan perokok yang lama kerjanya < 4 jam. Efek gerakan berulang
sangat tergantung pada lama kerjanya begitu pula pada pekerja komputer bagian
pengetikan mengalami adanya paparan dari media kerja. Lama paparan bagi tenaga
kerja di tentukan oleh lama kerja dari pekerja itu sendiri. Karena dengan lama kerja
maka selama itu pula pekerja terpapar oleh indikator penyebab CTS
(Grandjean,1988 : 297). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Kurniawan dkk (2008) pada variable lama kerja menunjukkan hasil yang tidak
signifikan karena dari 31 responden yang di teliti di dapatkan p=0.0913 artinya tidak
ada hubungan lama kerja dengan kejadian CTS pada pekerja pemetik.

MASUKAN

1.1 Bagi pekerja


Kepada para pekerja yang menderita gejala CTS sebelum melakukan pekerjaanya
dilakukan dulu peregangan (streching).
1.2 Bagi perusahaan
Lebih memperhatikan tingkat kenyamanan (ergonomis) media kerja dan
memantau langsung pekerja untuk mengenali keluhan pekerja, guna mengungkap
kasus CTS.
1.3 Bagi peneliti lain
Untuk menggunakan pemeriksaan yang lain selain test phalen guna menambah
pengetahuan dalam memperkuat diagnosa CTS.
2. Tabel Scoring Prioritas Pemecahan

MASALAH

Efektifitas Efisiensi Hasil


No. Kegiatan
𝑴𝒙𝑰𝒙𝑽
M I V C P= 𝑪

1. Penyuluhan 3 3 3 2 13,5

Perbaikan peralatan kerja bagi


2. pekerja dengan tubuh yang tidak 4 3 3 5 7,5
sesuai dengan ukuran standar.

Pemberlakuan masa pensiun pekerja


3. 5 5 5 3 20
di usia 50tahun

13
P : Prioritas jalan keluar

M : Magnitude, besarnya masalah yang bias diatasi apabila solusi ini dilaksanakan

(turunnya prevalensi dan besarnya masalah ini)

I : Implementasi, kelanggengan selesainya masalah.

V : Valiability, sensitifnya dalam mengatasi masalah

C : Cost, biaya yang diperlukan

14
BAB III
RENCANA PROGRAM

Strategi mengurangi prevalensi Carpal Tunnel Syndrome dengan cara


pemberlakuan masa pensiun di usia 50tahun kepada pekerja. Dapat dilihat dari
pembahasan analisis Fishbone bahwa Carpal Tunnel Syndrome ada hubungannya
dengan penyakit akibat kerja, yaitu dari kebiasaan salah posis dan sikap kerja yang
tidak benar, peralatan kerja bagi pekerja dengan tubuh yang tidak sesuai dengan
ukuran standar, hubungan antara masa kerja, hubungan antara lama kerja.

15
a. RENCANA KEGIATAN PEMBERLAKUAN MASA PENSIUN PEKERJADI USIA 50 TAHUN

(PLAN OF ACTIVITY/POA)

No KEGIATAN SASARAN TARGET VOLUME RINCIAN LOKASI TENAGA JADWAL KEBUTUHAN INDIKATOR
KEGIATA KEGIATAN KEGIATA PELAKSAN PELAKSANA
N N A AN

1. Sekretaris Seluruhpek Terbentukn 1 kali 1. Mendata nama Perusahaa Sekretaris Pertengahan 1. Komputer Terbentuknya
Perusahaan erja juru ya data pekerja yang n Juru perusahaan bulan 2. Microsoft data nama
Juru Ketik ketik nama berusia Ketik Juru Ketik Februari excel pekerja yang
50tahun 3. Printer
mendata nama pekerja berusia
4. Kertas HVS
pekerja yang yang berusia 50tahun
berusia 50tahun
50tahun

2. Sekretaris Pekerja Disetujuiny 1 kali 1. Sekretaris Perusahaa Sekretaris 3 hari 1. Kertas HVS Disetujuinya
melaporkan yang a pembuatan melaporkan n Juru dan kepala setelah 2. Map pembuatan
hasil data berusia 50 surat hasil data yang Ketik pimpinan jadinya hasil surat pensiun
telah dikelola
nama pekerja tahun pensiun perusahaan data nama
kepada kepala
yang berusia pimpinan pekerja
50 tahun perusahaan yang berusia
kepada kepala 50tahun
pimpinan
perusahaan

3. Pembuatan Pekerja Terbuatnya 1 kali 1. Membuat surat Perusahaa Sekretaris 1 hari 1. Komputer Terbuatnya
surat pensiun yang surat pension untuk n Juru perusahaan setelah 2. Microsoft surat pensiun
bagi pekerja berusia 50 pensiun pekerja yang selesainya word untuk pekerja
3. Printer

16
yang berusia tahun untuk berusia 50tahun Ketik juru ketik pembuatan 4. Amplop 50tahun
50tahun pekerja surat
yang berusia pensiun
50tahun

4. Evaluasi Seluruh Survei 1 kali 1. Mengevaluasiti Perusahaa Sekretaris 1 tahun Berkurangnya


Pemberlakuan pekerja kepada ngkat n juru dan Kepala setelah prevalensi
masa pensiun perusahaan pekerja prevalensi ketik pimpinan pemberhenti Carpal Tunnel
Carpal Tunnel
di usia 50tahun juru ketik mengenai perusahaan an masa Syndrome
Syndrome
berukurangn diperusahaan Juru Ketik kerja / diperusahaan
ya juru ketik pensiun juru ketik
prevalensi -
Carpal
Tunnel
Syndrom
diperusahaa
n juru ketik

17
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Dari uraian yang telah dijelaskan dalam bab terdahulu, mulai dari penyebab, perjalanan penyakit sampai pelaksanaaan terapi dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa carpal tunnel syndrome adalah suatu sindroma akibat adanya penekanan nervus medianus pada terowongan
carpal dengan derajat penekanan yang bervariasi dari ringan sampai berat. Keadaan tersebut muncul karena adanya berbagai kondisi, artinya
syndroma ini jarang muncul sendiri tanpa adanya kondisi lain sebaga pencetus carpal tunnel syndrome sendiri mempunyai gejala dan tanda
klinis yang beragam tergantung derajat kerusakan nervus medianus yang tertekan. Modalitas fisioterapi yang dapat diberikan pada kondisi ini
antara lain: ultra sonic, short wave diathermy, micro wave diathermy, infra red, massage, terapi latihan, cold pack. Fisioterapi dengan modalitas
ultra sonic dan terapi latihan merupakan terapi yang dapat diberikan pada kondisi carpal tunnel syndrome. Untuk mengatasi masalah yang
muncul, yang meliputiimpairment, functional limitation, serta disabilitynya.

SARAN
Adanya kerja sama dengan tenaga kesehatan yang lain merupakan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang
ditimbulkan, meskipun pemberian modalitas fisioterapi memegang peranan penting. Hendaknya fisioterapimelakukan identifikasi dan
interprestasi masalah dengan baik sehingga bisa diberikan interfensi yang sesuai dengan permasalahan yang ada. Dalam pemberian modalitas
perlu diperhatikan pengecekan terhadap modalitas secara periodik agar program terapi yang dilaksanakan dapat mencapai hasil yang optimal.
Fisioterapi sendiri hendaknya mengembangkan pengetahuan dan selalu merasa tidak puas dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Hal-hal yang
juga mempengaruhi keberhasilan terapi adalah motivasi pasien untuk sembuh, peranan dari keluarga serta kerjasama dari tenaga kesehatan lain
yang terkait. Penulis berharap semoga penyajian penulisan ini dapat bermanfaat dalam memberikan pelayanan terapi pada carpal tunnel
syndrome dengan modalitas fisioterapi berupa ultra sonic dan terapi latihan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Megerian, J. T., et al 2007. Evidence based clinical medicine. Utility of nerve conduction studies for carpal tunnel syndrome by family
medicine, primary care, and internal medicine physicians. JABFM. Edisi ke 01.

Huldani, Dr. Carpal Tunnel Syndrome. Universitas Lambung Mangkurat, Fakultas Kedokteran. Banjarmasin

Rambe, Aldi S. Sindroma Terowongan Karpal. Bagian Neurologi FK USU. 2004.

Luchetti, R., 2002; Carpal Tunnel Syndrome; Berlin: Springer-Verlag.

Hudaya, P, 2002; Rematologi; Cetakan Ketujuh, Akademi Fisioterapi Surakarta, Surakarta,.

Wiqcek, R., Pielka, S. 2007. Evaluation of the dynamics of sensory improvement in the hand after surgical treatment of carpal tunnel
syndrome. Neurology J, 41(6): 517-24.

World Health Organization, Internasional Classification of Diseases (ICD).Availablefrom:http://www.who.int/classifications/carpaltunnels


yndrome/.2004. [Acessed 10 Mei 2016]

19

Anda mungkin juga menyukai