Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER

FILSAFAT SENI

Oleh:

Gintang Win Gemintang

1810156026

Dosen Pengampu;

A.Sujud Dartanto, S.Sn., M,Hum

JURUSAN TATA KELOLA SENI

FAKULTAS SENI RUPA

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

2018
Pendahuluan

Seni adalah ekspresi manusia yang diungkapkan melalui suatu media yang sifatnya nyata,
baik dalam bentuk nada, rupa, gerak, dan syair, serta dapat dirasakan oleh penikmat. Seni juga
merupakan ciptaan manusia yang mengandung unsur keindahan dan dapat mempengaruhi orang
lain. Dalam seni terdapat suatu ilmu yang diterapkan untuk mencermati, mengamati dan
mengkritisi berbagai fenomena dalam seni maupun yang berkaitan dnegan seni, baik yang fisik
maupun konseptual. Maka dari itu sangat dibutuhkan orang yang paham tentang seni.

Dalam dunia kesenian, kurator dan penulis memiliki peran yang besar. Fungsi sederhana
mereka adalah sebagai penghubung antara seorang seniman dengan penyelenggara pameran dan
penikmat seni. Dari fungsi yang paling sederhana tersebut para kurator dan penulis
membutuhkan sebuah modal penting yaitu pengetahuan yang luas tidak hanya tentang seni
namun hal-hal yang berkaitan dengn kehidupan manusia lainnya. Di Indonesia belum banyak
yang menggeluti dunia kuratorial, dan penulisan (bidang seni). Pada dunia kurator memiliki lebih
sedikit SDA dikarenakan belum adanya pendidikan khusus sebagai seorang kurator. Sehingga
rata-rata seorang kurator adalah para lulusan dar seni rupa. Selain itu kurator dan penulis harus
berani mengambil resiko pada pekerjaannya, inilah mengapa tidak sembarangan orang yang
dapat menggelutinya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) pengertian kurator, kritikus dan penulis,
antara lain :

1. Kurator adalah seorang pengurus atau pengawas harta benda orang (bisa museum,
pameran lukisan, perpustakaan) dari perguruan tinggi.
2. Penulis adalah sesorang yang menulis, biasa disebut pengarang.

Seorang kurator juga mesti membekali diri mereka dengan ilmu filsafat. Filsafat bisa
dianggap sebagai pengetahuan tantang kebijaksanaa untuk memenuhi prinsip-prinsip kebenaran
atau berpikir rasional-logis dan bebas. Tidak jarang juga filsafat dikaitkan dengan keindahan
atau estetika. Filsafat menjawab hal-hal mendasar yang kadang kala tidak pernah menjadi
pertanyaan.
Pembahasan

Dalam pembahasan kali ini kita akan membahas tentanng cara pandang yang berbeda
terhadap sebuah seni melalui ilmu filsafat. Seperti yang diketahui filsafat juga mengkaji masalah
umum dan mendasar tentang persoalaan seperti eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan
bahasa dengan menggunakan metode mengajukan pertanyaan, diskusi kritikal, dialektik dan
presentasi.

Berikut adalah cara pandangan yang akan dibahas :

A. Seni melalui cara pandang eksistensialisme

Eksistensialisme adalah sebuah konsep bahwa pemikiran itu bermula dari manusia bukan
hanya manusia yang berpikir tetapi juga manusia yang merasa, dan melakukan, terutama yang
hidup. Point utama dari cara pandang ini sering dianggap sebagai kebebasan pemikiran atau yang
paling penting adalah otentisitas (keaslian). Sebagai seorang kurator atau penulis keaslian pikiran
atau konsep dan pendapat sangatlah penting. Selain sebagai jembatan antara seniman dan
pengunjung sebuah pameran tulisan yang disuguhkan diharapkan murni atau asli tentang apa
yang kurator pikirkan tentang karya yang diulas. Inilah tantangan yang menujukan cara pandang
eksistensialisme, yaitu semacam perasaan bingung atau ketakutan kepada sebuah objek yang
tampat tidak berarti atau tidak jelas (absurd).

Pada karya seni milik Vincent van Gogh konsep eksistensialisme ini amat terasa. Vincent van
Gogh memiliki lata belakang hidup yng cukup rumit sehingga ia selalu memikirkan hidupnya.
Perseteruan dengan kawannya yang cukup popular adalah salah satu contoh sikap
eksistensialiesme yang nyata. Dapat dilihat pada karya-karyanya, ia selalu mengemukakan ke
otentikan ide yang ia tuangkan ke dalam karya seni lukisan kebanyakan. Hal ini juga dapat
disebabkan oleh masalah hidup yang dimiliki Vincent van Gogh. Latar belakang hidup Vincent
van Gogh telah menjadi rahasia umum, keadaan ini menjadi salah satu alasan van Gogh dapat
dinilai melalui eksistensinya.

Oleh para eksistensialis masalah kehidupan yang ontetik milik seseorang dianggap sebagai
masalah yang sangat mendasar pada kehidupan manusia. Sifat manusia sebagai makhluk bebas
diyakini dapat menjadi modal dasar untuk menjadi individu yang otentik. Eksitensialisme juga
menjadi sesuatu yang penting dalam perkembangan pendidikan. Pendidikan yang kembali
melihat kodrat manusia sebagai manusia atas alam dan kehidupannya sendiri, serta menjadi suatu
pencerahan bahwa pendidikan tidak semestinya mengekang manusia.

B. Seni melalui cara pandang fenomenologi

Pada dasarnya fenomenologi adalah sebuah kajian terhadap fenomena atau segala sesuatu
yang terlihat/tampak. Dalam artian yang luas fenomenologi berarti ilmu tentang gejala atau apa
saja yang tampak dan terlihat. Sedangkan dalam arti sempit, fenomenologi berarti ilmu tentang
gejala atau apa saja yang menampakan diri pada kesadaran kita. Peran utama fenomenologi
adalah menjalin ikatan antara manusia dan realitasnya. Pada sebuah karya seni ilmu ini dapat
diterapka untuk mempeajari atau lebih mendalami tentang aliran seni abstrak yang pada abad ke
20 menjadi sebuah fenomena. Seniman asal Rusia bernama Wassily Kadinsky percaya bila
warna akan memprovokasi emosi seseorang. Saat itu karya Kadinsky merupakan bentuk respon
dari Perang Dunia ke 2. Emosia dan perasaan yang bertentangan dengan kekuasaa kerajaan saat
itulah yang memicu seni abstrak.

Pandangan terhadap fenomenologi bisa dilihat sebai reaksi terhadap sesuatu yang positive
atay sebagai kritik terhadap kritik. Pada karya-karya Kadinsky lebih banyak dilihat sebagai
bentuk kritik terhadap kerajaan yang tidak berpihak kepada masyarakat. Fenomena ini
mengantarkan Kadinsky sebagai seniman yang dapat dilihat melalui cara pandang fenomenologi.
Namun fenomenolgi tak sepenuhnya memihak pada hal yang baik. Kelamahan dari
fenemenologi adalah ketidak bebasaan atau memilki aturan-aturan yang mengikat.

C. Seni melalui cara pandang psikoanalisa

Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Teori ini
berusaha menjelaskan perkembangan kepribadian manusia. Faktor-faktor yang menjadi objek
pembelajaran adalah motivasi,emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Psikoanalsi memliki
setidanya 20 orientasi teoritis yang mendasari pemahaman aktivitas mental manusia. Bagi Freud,
tingkahlaku manusia digerakkan oleh dorongan-dorongan impulsif bawah sadar yang
ditransformasi sedemikian rupa menjadi berbagai wujud tingkahlaku, termasuk perilaku artistik.

Pada Leonardo da Vinci, ia memilki kecenderungan pada sifat kanak-kanak karena sisa-
sisa krisis di masa bayi. Pada umumnya seni adalah proyeksi dari kondisi psikis senimannya,
dari konflik piskis, kecemasan, dan depresi. Seniman melakukan proyeksi dengan menyalurkan
energi, juga pikiran dan ide-ide yang direpresi, ke karya seni. Pada karya The Mona Lisa dan St
Anne, St Mary and Jesus, Leonardo menunjukan pegaru pengalaman-pengalaman masa kecilnya
dalam perkembangan psiko-seksualnya.

D. Seni melalui cara pandang marxisme

Marxisme merupakan paham yang berasal dari cara oandang Karl Marx. Paham ni
berkaitan dengan system ekonomi, system social, dan politik atau bias disebut dasar teori
komunisme modern. Awalnya ini merupakan bentuk proses Marx terhadap paham kaitalisme.
Marxisme merupakan system pemikiran yang amat kaya arena memadukan tiga tradisi
intelektual yang saat itu masih berkembang, yaitu filsafat, teori politik Prancis, dan ilmu
ekonomi Inggris.
Di Indonesia pada saat era Lekra seniman-seniman banyak menghasilkan karya-karya
yang mengandung visi baru yang menjamin ratanya kebahagiaan, keadilan, dan kemakmuran.
Pada masa ini ppula Soedjojono memantapkan dirinya untuk membawa seni kepada dasar
pemhaman estetika yang baru, dengan menghilangkan atau membuat borjis tidak nampak. Aliran
seni ini kemudian dinamai “seni untuk rakyat” dan inilah pemahaman Marxisme.
DAFTAR PUSTAKA

Gutek. Gerals L. 1988. Philosophical and Ideological Perspectives on Education. New Jersey:
Prentice Hall Inc.

Delgaauw, Bernard, 2001, Filsafat Abad 20, terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tia
Wacana.

Hall, Calvin. 1960. Sigmund Freud: Pengantar ke dalam Ilmu Djiwa. Jakarta: P.T Pembangunan.

Popper, Karl. R, 2002, Masyarakat Terbuka dan Musuh-musuhnya, Terjemahan, Uzair Pauzan,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai