Anda di halaman 1dari 41

KEWARGANEGARAAN

“RANGKUMAN SEMUA MATERI YANG SUDAH DI PELAJARI”

DISUSUN OLEH :
DIKA
( 113063C118007 )

DOSEN PENGAMPU :
DIAN AGUS RUCHYALDI S.Pd, M.Pd

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN BANJARMASIN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik
tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi
dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga
negara. Seorang warga negara berhak memiliki paspor dari negara yang dianggotainya.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (bahasa Inggris:
citizenship). Di dalam pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai
warga kota atau warga kabupaten, karena keduanya juga merupakan satuan politik.
Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi penting, karena masing-masing satuan
politik akan memberikan hak (biasanya sosial) yang berbeda-beda bagi warganya.
Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan (bahasa Inggris:
nationality). Yang membedakan adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada
kemungkinan untuk memiliki kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh,
secara hukum merupakan subyek suatu negara dan berhak atas perlindungan tanpa
memiliki hak berpartisipasi dalam politik). Juga dimungkinkan untuk memiliki hak
politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu Negara
Seperti yang kita ketahui, setiap suatu bangsa mempunyai sejarah perjuangan dari
para orang-orang terdahulu yang dimana terdapat banyak nilai-nilai nasionalis, patriolis
dan lain sebagainya yang pada saat itu mengikat erat pada setiap jiwa warga negaranya.
Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang makin pesat, nilai-nilai
tersebut makin lama makin hilang dari diri seseorang di dalam suatu bangsa, oleh karena
itu perlu adanya pembelajaran untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut agar terus
menyatu dalam setiap warga negara agar setip warga negara tahu hak dan kewajiban
dalam menjalankan kehidupan berbangasa dan bernegara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu identitas nasional ?
2. Apa itu konstitusi ?
3. Bagaimana hak dan kewajiban warga Negara ?
4. Apa itu demokrasi ?
5. Apa itu geostrategic ?
6. Apa itu geopolitik ?
7. Apa itu integrasi nasional ?

C. Tujuan
1. Mengetahui identitas nasional.
2. Mengetahui konstitusi.
3. Mengetahui hak dan kewajiban warga Negara.
4. Mengetahuidemokrasi.
5. Mengetahui geostrategic.
6. Mengetahui geopolitik.
7. Mengetahui integrasi nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identitas Nasional
1. Pengertian Identitas Nasional
Identitas sendiri memiliki arti sebagai ciri yang dimiliki setiap pihak yang
dimaksud sebagai suatu pembeda atau pembanding dengan pihak yang lain.
Sedangkan nasional atau Nasionalisme memiliki arti suatu paham, yang berpendapat
bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada Negara kebangsaan.
Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki
suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lainnya. Identitas
nasional dalam kosteks bangsa cenderung mengecu pada kebudayaan, adat istiadat,
serta karakter khas suatu negara.
Sedangkan identitas nasional dalam konteks negara tercermin dalam simbol-
simbol kenegaraan seperti: Pancasila, Bendera Merah Putih, Bahasa Nasional yaitu
Bahasa Indonesia, Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, Dasar Falsafah
negara yaitu Pancasila, Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945 serta
Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Pahlawan –
pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti Pattimura, Hasanudin,
Pangeran Antasari dan lain – lain.
Dengan terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan negara Indonesia
dapat mengikat eksistensinya serta memberikan daya hidup. Sebagai bangsa dan
negara yang merdeka, berdaulat dalam hubungan internasional akan dihargai dan
sejajar dengan bangsa dan negara lain. Identitas bersama itu juga dapat menunjukkan
jatidiri serta kepribadiannya. Rasa solidaritas sosial, kebersamaan sebagai kelompok
dapat mendukung upaya mengisi kemerdekaan. Dengan identitas bersama itu juga
dapat memberikan motivasi untuk mencapai kejayaan bangsa dan negara di masa
depan.
Identitas nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah ada
padanan sebelumnya. Perlu dirumuskan oleh suku-suku tersebut. Istilah Identitas
Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang
secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Eksistensi suatu
bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat terutama karena pengaruh kekuasaan
internasional. Ciri khas suatu bangsa yang merupakan local genius dalam
menghadapi pengaruh budaya asing akan menghadapi challence dan response. Jika
challence cukup besar sementara response kecil maka bangsa tersebut akan punah
dan hal ini sebagaimana terjadi pada bangsa Aborigin di Australia dan bangsa Indian
di Amerika.
Namun demikian jika challance kecil sementara response besar maka bangsa
tersebut tidak akan berkembang menjadi bangsa yang kreatif. Oleh karena itu, agar
bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap
meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa
Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi. Sebagaimana
terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan penuh
tantangan yang cenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan
kembali kesadaran nasional.

2. Faktor Pembentuk Identitas Nasional


Terdapat dua faktor penting dalam pembentukan identitas nasional yaitu
faktor primodial dan faktor kondisional. Faktor primodial atau faktor objektif adalah
faktor bawaan yang bersifat alamiah yang melekat pada bangsa tersebut seperti
geografi, ekologi dan demografi. Kondisi geografis-ekologis yang membentuk
Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di
persimpangan jalan komunikasi anta rwilayah dunia di Asia Tenggara, ikut
mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan kultural
bangsa Indonesia. Sedangkan faktor kondisional atau faktor subyektif adalah keadaan
yang mempengaruhi terbentuknya identitas nasional.
Faktor subyektif meliputi faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang
dimiliki bangsa Indonesia. Faktor historis ini mempengaruhi proses pembentukan
masyarakat dan bangsa Indonesia, beserta identitasnya, melalui interaksi berbagai
faktor yang terlibat di dalamnya. Hasil dari interaksi dari berbagai faktor tersebut.
Selain itu terdapat factor lain yaitu faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang
dipeluk masyarakat atau ideologi doktriner yang diakui oleh masyarakat yang
bersangkutan. Agama dan ideologi merupakan faktor sakral yang dapat membentuk
bangsa negara. Faktor sakral ikut menyumbang terbentuknya satu nasionalitas baru.
Negara Indonesia diikat oleh kesamaan ideologi Pancasila. Tokoh kepemimpinan
dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh masyarakat dapat pula menjadi
faktor yang menyatukan bangsa negara.
Pemimpin di beberapa negara dianggap sebagai penyambung lidah rakyat,
pemersatu rakyat dan simbol pemersatu bangsa yang bersangkutan. Contohnya
Soekarno di Indonesia, Nelson Mandela di Afrika Selatan, Mahatma Gandhi di India,
dan Tito di Yugoslavia. Prinsip kesediaan warga bangsa bersatu dalam perbedaan
(unity in deversity) juga menjadi faktor pembentuk identitas nasional. Yang disebut
bersatu dalam perbedaan adalah kesediaan warga bangsa untuk setia pada lembaga
yang disebut negara dan pemerintahnya tanpa menghilangkan keterikatannya pada
suku bangsa, adat, ras, agamanya.
Sesungguhnya warga bangsa memiliki kesetiaan ganda (multiloyalities).
Warga setia pada identitas primordialnya dan warga juga memiliki kesetiaan pada
pemerintah dan negara, namun mereka menunjukkan kesetiaan yang lebih besar pada
kebersamaan yang terwujud dalam bangsa negara di bawah satu pemerintah yang
sah. Mereka sepakat untuk hidup bersama di bawah satu bangsa meskipun berbeda
latar belakang. Oleh karena itu, setiap warga negara perlu memiliki kesadaran akan
arti pentingnya penghargaan terhadap suatu identitas bersama yang tujuannya adalah
menegakkan Bhinneka Tunggal Ika atau kesatuan dalam perbedaan (unity in
deversity) suatu solidaritas yang didasarkan pada kesantunan (civility). Faktor yang
tak kalah penting yaitu sejarah. Persepsi yang sama diantara warga masyarakat
tentang sejarah mereka dapat menyatukan diri dalam satu bangsa. Persepsi yang
sama tentang pengalaman masa lalu, seperti sama-sama menderita karena penjajahan,
tidak hanya melahirkan solidaritas tetapi juga melahirkan tekad dan tujuan yang
sama antar anggota masyarakat itu.
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi
pekerjaan profesi sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu
dan variasi kebutuhan masyarakat, semakin saling tergantung diantara jenis
pekerjaan. Setiap orang akan saling bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Semakin kuat saling ketergantungan anggota masyarakat karena perkembangan
ekonomi, akan semakin besar solidaritas dan persatuan dalam masyarakat. Solidaritas
yang terjadi karena perkembangan ekonomi oleh Emile Durkheim disebut Solidaritas
Organis. Faktor ini berlaku di masyarkat industri maju seperti Amerika Utara dan
Eropa Barat. Lembaga-lembaga pemerintahan dan politik. Lembaga-lembaga itu
seperti birokrasi, angkatan bersenjata, pengadilan, dan partai politik. Lembaga-
lembaga itu melayani dan mempertemukan warga tanpa membeda-bedakan asal usul
dan golongannya dalam masyarakat.
Kerja dan perilaku lembaga politik dapat mempersatukan orang sebagai satu
bangsa. Faktor persamaan turunan, bahasa, daerah, kesatuan politik, adat-istiadat dan
tradisi, atau persamaan agama. Akan tetapi teranglah bahwa tiada satupun di antara
faktor-faktor ini bersifat hakiki untuk menentukan ada - tidaknya atau untuk
merumuskan bahwa mereka harus seketurunan untuk merupakan suatu bangsa.
Faktor-faktor obyektif itu penting, namun unsur yang terpenting ialah kemauan
bersama yang hidup nyata. Kemauan inilah yang kita namakan Nasionalisme. Yakni
suatu paham yang memberi ilham kepada

3. Sifat Identitas Nasional


Identitas nasional merupakan jati diri bangsa yang bersifat dinamis dan khas
yang menjadi pandangan hidup dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup bersama.
Pada era globalisasi ini eksistensi bangsa-bangsa di dunia sedang dihadapkan oleh
tantangan yang sangat kuat dari kekuatan internasional baik di bidang ekonomi,
sosial, budaya dan politik. Apabila bangsa tersebut tidak mempunyai atau tidak
mampu mempertahankan identitas nasional yang menjadi kepribadiannya, maka
bangsa tersebut akan mudah goyah dan terombang-ambing oleh tantangan zaman.
Bangsa yang tidak mampu mempertahankan identitas nasional akan menjadi kacau,
bimbang dan kesulitan dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup bersama. Kondisi
suatu bangsa yang sedemikianrupa sudah tentu merupakan hal yang mudah bagi
bangsa lain yang lebih kuat untuk menguasai bahkan untuk menghancurkan bangsa
yang lemah tersebut. Oleh karena itu, identitas nasional sangat mutlak diperlukan
supaya suatu bangsa dapat mempertahankan eksistensi diri dan mencapai hal-hal
yang menjadi cita-cita dan tujuan hidup bersama.

4. Hubungan Antara Identitas Nasional Dengan Karakter Bangsa


Identitas kebangsaan (political unity) merujuk pada bangsa dalam pengertian
politik, yaitu bangsa negara. Bisa saja dalam negara hanya ada satu bangsa
(homogen), tetapi umumnya terdiri dari banyak bangsa (heterogen). Karena itu
negara perlu menciptakan identitas kebangsaan atau identitas nasional, yang
merupakan kesepakatan dari banyak bangsa di dalamnya. Identitas nasional dapat
berasal dari identitas satu bangsa yang kemudian disepakati oleh bangsa-bangsa
lainnya yang ada dalam negara itu atau juga dari identitas beberapa bangsa-negara.
Kesediaan dan kesetiaan warga bangsa-negara untuk mendukung identitas nasional
perlu ditanamkan, dipupuk, dan dikembangkan terus-menerus. Warga lebih dulu
memiliki identitas kelompoknya, sehingga jangan sampai melunturkan identitas
nasional. Di sini perlu ditekankan bahwa kesetiaan pada identitas nasional akan
mempersatukan warga bangsa itu sebagai “satu bangsa” dalam negara.
Sebagai warga negara Indonesia, kita perlu mengetahui proses terjadinya
pembentukan negara ini, sehingga dapat menambah kecintaan kita pada tanah air ini.
Para pendiri negara Indonesia (the founding fathers) menyadari bahwa negara
Indonesia yang hendak didirikan haruslah mampu berada di atas semua kelompok
dan golongan yang beragam. Hal yang diharapkan adalah keinginan hidup bersatu
sebagai satu keluarga bangsa karena adanya persamaan nasib, citacita, dan karena
berasal dalam ikatan wilayah atau wilayah yang sama. Kesadaran demikian
melahirkan paham nasionalisme, paham kebangsaan, yang pada gilirannya
melahirkan semangat untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Selanjutnya
nasionalisme memunculkan semangat untuk mendirikan negara bangsa dalam
merealisasikan cita-cita, yaitu merdeka dan tercapainya masyarakat yang adil dan
makmur.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang penting bagi
pembentukan bangsa Indonesia antara lain:
a. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah penjajahan bangsa
asing lebih kurang selama 350 tahun.
b. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari belenggu
penjajahan.
c. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang membentang dari
Sabang sampai Merauke.
d. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan suatu
bangsa. Negara Indonesia tidak terjadi begitu saja.
Kemerdekaan Indonesia diraih dengan perjuangan dan pengorbanan, bukan
pemberian. Terjadinya negara Indonesia merupakan proses atau rangkaian tahap yang
berkesinambungan. Rangkaian tahap perkembangan tersebut digambarkan sesuai
dengan keempat alinea dalam pembukaan UUD 1945.
Secara teoretis, perkembangan negara Indonesia terjadi sebagai berikut :
a. Terjadinya negara tidak sekadar dimulai dari proklamasi, tetapi adanya
pengakuan akan hak setiap bangsa untuk memerdekakan dirinya. Bangsa
Indonesia memiliki tekad kuat untuk menghapus segala penindasan dan
penjajahan suatu bangsa atas bangsa lain. Inilah yang menjadi sumber motivasi
perjuangan (Alinea I Pembukaan UUD 1945).
b. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Perjuangan panjang
bangsa Indonesia menghasilkan proklamasi. Proklamasi barulah mengantarkan ke
pintu gerbang kemerdekaan. Jadi, dengan proklamasi tidaklah selesai kita
bernegara. Negara yang kita cita-citakan adalah menuju pada keadaan merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur (Alinea II Pembukaan UUD 1945).
c. Terjadinya negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh bangsa Indonesia,
sebagai suatu keinginan luhur bersama. Di samping itu adalah kehendak dan atas
rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Ini membuktikan bangsa 11 Indonesia adalah
bangsa yang religius dan mengakui adanya motivasi spiritual (Alinea III
Pembukaan UUD 1945).
d. Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat kelengkapan negara yang meliputi
tujuan negara, bentuk negara, sistem pemerintahan negara, UUD negara, dan
dasar negara. Dengan demikian, semakin sempurna proses terjadinya negara
Indonesia (Alinea IV Pembukaan UUD 1945).
Oleh karena itu, berdasarkan kenyataan yang ada, terjadinya negara
Indonesia bukan melalui pendudukan, pemisahan, penggabungan, pemecahan,
atau penyerahan. Bukti menunjukkan bahwa negara Indonesia terbentuk melalui
proses perjuangan (revolusi). Dokumentasi proses perjuangan dan pengorbanan
dalam pembentukan negara ini tertata rapi dalam unsur produk hukum negara ini,
yaitu Pembukaan UUD 1945.
Wawasan kebangsaan yang kita anut sebagai kepribadian bangsa adalah
wawasan kebangsaan yang berlandaskan Pancasila yaitu wawasan kebangsaan
yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa dan oleh karena nya memeliki
landasan moral, etik dan spiritiual serta yang berkeinginan untuk membangun
masa kini dan masa depan bangsa yang sejahtera lahir dan batin, material dan
spiritual, di dunia dan di akhirat. Dapat pula dikatakan bahwa Pancasila sebagai
dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada
nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai
kepribadian bangsa.
Jadi, filsafat Pancasila itu bukan muncul secara tiba-tiba dan dipaksakan
oleh suatu rezim atau penguasa, melainkan melalui suatu fase historis yang cukup
panjang. Pancasila sebelum dirumuskan secara formal yuridis dalam Pembukaan
UUD 1945 sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, nilai-nilainya telah ada pada
bangsa Indonesia, dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu pandangan hidup,
sehingga materi Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari
bangsa Indonesia sendiri. Menurut Notonegoro, bangsa Indonesia adalah sebagai
kausa materialis Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan
dirumuskan secara formal oleh para pendiri Negara untuk dijadikan sebagai dasar
Negara Republik Indonesia. Proses perumusan materi Pancasila secara formal
tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang “Panitia 9”,
sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya disahkan secara formal yuridis sebagai
dasar filsafat Negara Republik Indonesia.

B. Konstitusi
1. Pengertian Konstitusi
Pengertian Konstutusi Konstitusi merupakan naskah dasar sebagai kaidah
fundamental negara. Istilah konstitusional berasal dari bahasa Perancis constituer
yang berarti membentuk, yaitu membentuk menyusun atau menyatakan suatu negara,
konstitusi diartikan peraturan dasar tentang pembentukan suatu negara, atau UUD.
Dalam KBBI istilah konstitusi berati sebagai ketentuan dan aturan mengenai
ketatanegaraan atau berarti juga undang-undang suatu negra. Dalam bahasa Belanda
istilah konstitusi dikenal dengan grondwet (grond= dasar, wet= undang-undang) yang
berarti UUD. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah constitusion yang
diartikan sebagai undang-undang dasar yaitu keseluruhan peraturan yang tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur masyarakat dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara.
Secara terminologis konstitusi adalah sekumpulan ketentuan-ketentuan dan
aturan-aturan dasar yang dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga
pemerintahan termasuk juga dasar hubungan antara negara dan rakyat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tujuan adanya konstitusi secara ringkas dapat diklasifikasikan tiga tujuan,
yaitu :
a. Konstitusi bertujuan memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap
kekuasaan politik.
b. Konstitusi bertujuan untuk mengawasi atau mengontrol proses-proses kekuasaan
dari para enguasa.
c. Konstitusi bertujuan memberi batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa
dalam menjalankan kekuasannya.
2. Sejarah Konstitusi
Catatan historis timbulnya negara konstitusi sebenarnya merupakan proses
sejarah yang panjang dan menarik untuk dikaji. Konstitusi sebagai suatu kerangka
kehidupan politik telah disusun melalui dan oleh hukum. Yaitu sejak zaman sejarah
Yunani dimana mereka telah mengenal beberapa kumpulan hukum pada masa
kejayaan Athena. Pemahaman pada masa itu henyalah merupakan suatu kumpulan
dari peraturan serta adat kebiasaan semata-mata.3 Kemudian pada masa Kekaisaran
Roma pengertian konstitusi memperoleh tambahan arti sebagai suatu kumpulan
ketentuan serta peraturan yang dibuat oleh para kaisar. Termasuk didalam nya
pernyataan pendapat para ahli hukum serta adat kebiasaan setempat disamping pada
undang-undang. Konstitusi Roma mempunyai pengaruh cukup besar sampai abad
pertengahan. Dimana konsep tentang kekuasaan tertinggi dari para kaisar Roma telah
menjelma dalam bentuk umum di Perancis. Bahkan kegandrungan orang Romawi
akan masa orde telah memberikan inspirasi bagi tumbuhnya paham “Demokrasi
Perwakilan” dan “Nasionalisme”. Dua paham inilah merupakan cikla bakal
munculnya paham konstitusi modern.
Pada abad pertengahan corak konstitusi bergeser ke arah feodilisme yang
mengandung pengertian bahwa tanah dikuasai oleh para tuan tanah. Suasana seperti
ini dibarengi oleh adanya keyakinan bahwa setiap orang harus mengabdi pada salah
satu tuannya. Sehingga raja yang semestinya mempunyai status lebih tinggi dari pada
tuan rumah dan menjadi tidak mendapat tempat. Pada abad VII (zaman klasik)
lahirlah konstitusi Madinah yang dibentuk pada awal masa klasik Islam tepatnya
sekitar tahun 622 M. Sedangkan di Eropa kontitusi, pihak raja lah yang memperoleh
kemenangan yaitu ditandai dengan semakin kokohnya absolutisme. Khususnya di
Perancis, Rusia, dan Australia pada abad ke-15.
Lain halnya di Inggris, kaum bangsawan lah yang mendapat kemenangan dan
sebagai puncak kemenangannya ditandai dengan pecahnya revolusi istana pada tahun
1688. Kemenangan kaum bangsawan dalam revolusi istana ini telah menyebabkan
berakhirnya absolutisme di Inggris, serta munculnya parlemen sebagai pemegang
kedaulatan. Konstitusi sebagai UUD dalam hukum dasar yang mempunyai arti
penting atau sering disebut dengan konstitusi modern. Baru muncul bersamaan
dengan semakin berkembangnya sistem demokrasi perwakilan dan konsep
nasionalisme. Demokrasi perwakilan muncul sebagai pembunuhan rakyat akan
kehadiran lembaga legislatif. Lembaga ini diharapkan dapat membuat UUD untuk
mengurangi serta membatasi dominasi hak-hak raja. Alasan inilah yang mendudukan
konstitusi sebagai hukum dasar yang lebih tinggi daripada raja. Sekaligus terkandung
maksud memperkokoh lembaga perwakilan rakyat. Beralih pada masa perang dunia I
tahun 1914 telah banyak memberikan dorongan yang dahsyat bagi
konstitusionalisme. Yaitu, dengan jalan menghancurkan pemerintahan yang tidak
liberal dan menciptakan negara baru dengan konstitusi yang berdasarkan demokrasi
dan nasionalisme.
3. Cara mengubah konstutusi
a. Perubahan konstutusi pasca amandemen UUD 1945. Menurut Miriam Budiarjo
ada 4 macam prosedur dalam mengubah konstitusi yaitu :
1) Sidang badan legislatif dengan ditambah beberapa syarat, misalnya :
pencapaian kuorum dalam jumlah minimum untuk menerimanya.
2) Referendum yaitu permintaan pendapat rakyat tentang perlunya perubahan
atau tidak terdapat konstitusi.
3) Melalui negara-negara bagian dalam negara federal.
4) Melalui musyawarah khusus.
b. Amandemen UUD 1945
UUD 1945 telah mengalami 4 kali perubahan yaitu perubahan pertama SU
MPR tanggal 12-19 oktober 1999. Perubahan kedua pada sidang tahunan MPR
yang ditetapkan 19 agustus 2000. Perubahan ketiga dilakukan pada ST MPR
tanggal 9 november 2001 sedangkan perubahan keempat dilaksanakan pada ST
MPR 10 agustus 2002 tentu saja dengan hasil amandemen tersebut terjadilah
perubahan dari segi redaksi, kontennya, maupun maknanya. Perubahan itu juga
ada pengurangan, ada penghapusan, ada penambahan, dan ada yang baru sama
sekali.
Diantara hasil perubahan yang prinsipil dari UUD 1945 hasil amandemen
antara lain :
1) Tentang MPR dimana anggotanya berasal dari hasil pemilu (tidak ada yang di
angkat).
2) Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
3) Keberadaan DPH dihapus.

C. Hak dan Kewajiban Warga Negara


1. Pengertian Hak
Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh
individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan . Hak
pada umumnya didapat dengan cara diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas
kewajiban .
Contoh Hak Warga Negara Indonesia :
a. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum.
b. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
c. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam
pemerintahan.
d. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan
kepercayaan masing-masing yang dipercayai.
e. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
f. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia
atau NKRI dari serangan musuh.
g. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat,
berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang
yang berlaku.
2. Pengertian Kewajiban
Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu keharusan /
kewajiban untuk dilaksanakan oleh individu sebagai anggota warga negara guna
mendapatkan hak yang pantas untuk didapat . Kewajiban pada umumnya mengarah
pada suatu keharusan / kewajiban bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai
anggota warga negara guna mendapat pengakuan akan hak yang sesuai dengan
pelaksanaan kewajiban tersebut.
Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia :
a. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh.
b. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan
oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda).
c. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum
dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
d. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum
yang berlaku di wilayah negara Indonesia.
e. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun
bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik

Kewajiban warga negara berdasarkan UUD 1945 :


a. Membayar pajak.
b. Membela pertahanan dan keamanan.
c. Menghormati hak asasi.
d. Menjunjung hukum dan pemerintahan.
e. Ikut serta membela negara.
f. Tunduk pada pembatasan yang ditetapkan oleh UU.
g. Wajib mengikuti pendidikan dasar.

Pasal yang menyatakan HAK dan KEWAJIBAN warga Negara dalam UUD
1945 :
a. Pasal 26 ayat 1 yang menjadi warga Negara adalah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang sebagai warga Negara pada ayat 2, syarat –syarat mengenai
kewarganegaraan ditetapkan dgn undang-undang.
b. Pasal 27 ayat 1 bahwa segala warga Negara bersamaan kedudukan nya
didalam hukum dan pemerintahan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pada ayat 2 disebutkan bahwa
tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
c. Pasal 28 disebutkan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dgn lisan dan sebagainya ditetapkan dgn undang-
undang.
d. Pasal 30 ayat 1 bahwa hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta
dalam pembelaan negara dan ayat 2 mengatakan pengaturan lebih lanjut
diatur dengan UU.

Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh


Pemerintah Negara tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri. Adapun
pengertian penduduk menurut Kansil adalah mereka yang telah memenuhi syarat-
syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan negara yang bersangkutan,
diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam wilayah negara
itu.

Pengertian warga negara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)


adalah sebuah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran, dan sebagainya, yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai
seorang warga dari negara itu. Sedangkan menurut Dr. A.S. Hikam (2000), adalah
anggota dari sebuah komunitas yang membentuk itu sendiri.

Beberapa pengertian tentang warganegara juga diatur oleh UUD 1945, pasal
26 menyatakan : “ warga negara adalah bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang
disahkan undang-undang sebagai warga negara”. Pasal 1 UU No. 22/1958, dan UU
Np. 12/2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, menekankan kepada
peraturan yang menyatakan bahwa warga negara RI adalah orang yang berdasarkan
perundang-undangan dan atau perjanjian-perjanjian dan atau peraturan yang berlaku
sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga negara RI.

Warga negara dari suatu negara merupakan pendukung dan penanggung


jawab kemajuan dan kemunduran suatu negara. Oleh karena itu, seseorang yang
menjadi anggota atau warga suatu negara haruslah ditentukan oleh UU yang dibuat
oleh negara tersebut.

Sebelum negara menentukan siapa yang menjadi warga negara, maka negara
harus mengakui bahwa setiap orang berhak memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak kembali
sebagaimana diatur pasal 28 E ayat (1) UUD 1945. Pernyataan ini berarti bahwa
orang-orang yang tinggal dalam wilayah negara dapat diklasifikasikian menjadi :

a. Warga negara Indonesia, adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
b. Penduduk, yaitu orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat sementara
sesuai dengan visa (surat ijin untuk memasuki suatu negara dan tinggal sementara
yang diberikan oleh pejabat suatu negara yang dituju) yang diberikan negara
melalui kantor imigrasi.
3. Hak Dan Kewajiban Negara/ Pemerintah
Hak dan kewajiban negara adalah menggambarkan apa yang seharusnya
diterima dan dilakukan oleh negara atau pemerintah dalam melindungi dan menjamin
kelangsungan kehidupan negara serta terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional
sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
a. Hak negara atau pemerintah adalah meliputi :
1) Menciptakan peraturan dan UU untuk ketertiban dan keamanan.
2) Melakukan monopoli sumber daya yang menguasai hajat hidup orang
banyak.
3) Memaksa warga negara taat akan hukum yang berlaku.
b. Kewajiban negara berdasarkan UUD 1945 :
1) Melindungi wilayah dan warga negara.
2) Memajukan kesejahteraan umum.
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
5) Menjamin kemerdekaan penduduk memeluk agama.
6) Membiayai pendidikan dasar.
7) Menyelenggarakan sistem pendidikan nasional.
8) Memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20 % dari anggaran belanja
negara dan belanja daerah.
9) Memajukan pendidikan dan kebudayaan.
10) Mengembangkan sistem jaminan sosial.
11) Menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kebudayaan nasional.
12) Menguasai cabang-cabang produksi penting bagi negara dan menguasai
hidup orang banyak.
13) Menguasai bumi, air, dan kekayaan alam demi kemakmuran rakyat.
14) Memelihara fakir miskin.
15) Mengembangkan sistem jaminan sosial.
16) Menyediakan fasilitas layanan kesehatan dan publik yang layak.

D. Demokrasi
1. Pengertian Demokrasi
Demokrasi secara etimologis berasal dari bahasa yunani
“Demokratia” yang dibagi dalam dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan
sebagai pemerintahan rakyat atau pemerintahan yang rakyatnya memegang peranan
yang sangat menentukan. Secara harfiah, demokrasi berarti kekuatan rakyat atau
suatu bentuk pemerintahan dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatannya.
Berikut ini pengertian demokrasi menurut beberapa ahli :
a. Menurut Aristoteles Demokrasi adalah suatu negara suatu kebebasan karena
melalui kebebasanlah setiap warga negara bisa saling berbagi kekuasaan di
dalamnya.
b. Menurut Abraham Lincoln Democracy is government of the people, by the
people, and for the people (Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat).
c. Menurut Hans Kelsen Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk
rakyat. Yang melaksanakan kekuasaan negara ialah wakil-wakil rakyat yang
terpilih. Dimana rakyat telah yakin, bahwa segala kehendak dan
kepentingannya akan diperhatikan didalam melaksanakan kekuasaan negara.
d. Menurut Sidney Hook Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana
keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak
didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat
dewasa.
e. Menurut Mohammad Hatta Demokrasi sebagai sebuah pergeseran dan
penggantian kedaulatan raja menjadi kedaulatan rakyat.
2. Sejarah Demokrasi
Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena
kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh
awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern.
Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi
modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan
sistem “demokrasi” di banyak negara.
3. Macam - macam Demokrasi
a. Dilihat dari cara penyaluran kehendak rakyat
1) Demokrasi langsung (direct democracy) : Yaitu rakyat secara langsung
dapat membicarakan dan menentukan suatu urusan politik kenegaraan.
2) Demokrasi perwakilan atau tidak langsung (representative democracy) :
Yaitu aspirasi rakyat disalurkan melalui wakil-wakilnya yang duduk di
lembaga perwakilan rakyat (parlemen).
3) Demokrasi sistem referendum : Yaitu rakyat memilih wakil-wakilnya
yang duduk di parlemen tetapi dalam melaksanakan tgasnya, parlemen
dikontrol oleh rakyat melalui sistem referendum.

b. Dilihat dari dasar atau paham ideologi yang dianut


1) Demokrasi liberal : Yaitu paham demokrasi dengan menitikberatkan
pada ideologi liberalis yang cenderung pada kebebasan individu atau
perseorangan
2) Demokrasi rakyatatau proletariat (komunis) : Yaitu demokrasi yang
cenderung kepada kepentingan umum (dalam hal negara ini) sehingga
hak-hak politik rakyat dan kepentingan perseorangan kurang
diperhatikan.
3) Demokrasi pancasila : Merupakan ciri khusus demokrasi yang tidak
hanya mencakup bidang politik saja, melainkan juga bidang ekonomi,
sosial, budaya, dan mewujudkan kesejahteraan rakyat.

c. Dilihat dari perkembanga paham


1) Demokrasi kalsik : Yaitu paham demokrasi yang menitikberatkan pada
pengertian politik kekuasaan atau politik pemerintahan negara.
2) Demokrasi modern : Yaitu paham demokrasi yang tidak hanya
mencakup bidang politik saja, melainkan juga bidang ekonomi, sosial,
budaya dan menwujudkan kesejahteraan rakyat.
d. Dilihat dari hubungan antara pemerintahan dengan rakyat
1) Demokrasi liberal : Dalam demokrasi ini pemerintah dibatsi oleh
undang-undang dan pemilihan umum yang bebas diselenggarakan
dalam waktu yang tetap.
2) Demokrasi terpimpin : Dalam demokrasi ini terdapat keyakinan para
pemimpin bahwa semua tindakan mereka dipercaya oleh rakyat, tetapi
menolak persaingan dalam pemilihan umum untuk menduduki
kekuasan.
3) Demokrasi sosial : Demokrasi ini menaruh kepeduliannya kepada
keadaan sosial dan egalitarianisme (paham persamaan) bagi persyaratan
untuk memperoleh kepercayaan politik.
4) Demokrasi partisipasi : Demokrasi yang menekankan hubungan timbal
balik antara penguasa atau pemimpin dengan yang dipimpin.
5) Demokrasi konstitusional : Demokrasi yang menekankan pada proteksi
khusus bagi kelompok-kelompok budaya dan menekankan kerja sama
yang erat diantara elite yang mewakili bagian budaya umum.

4. Prinsip-prinsip Demokrasi
a. Prinsip budaya demokrasi
1) Kebebasan : Adalah kekuasaan untk membuat pilihan terhadap beragam
pilihan atau melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan
bersama atas kehendak sendiri, tanpa tekanan dar pihak manapun.
2) Persamaan : Setiap negara terdiri atas berbagai suku, ras, dan agama.
Namun dalam negara demokrasi perbedaan tersebut tidak perlu
ditonjolkan bahkan harus ditekan agar tidak menimbulkan konflik.
3) Solidaritas : Rasa solidaritas harus ada di dalam negara demokrasi.
Karena dengan adanya sifat solidaritas ini, walaupun ada perbedaan
pandangan bahkan kepentingan tiap-tiap masyarakat maka akan
senantiasa selalu terikat karena adanya tujuan bersama.
4) Toleransi : Adalah sikap atau sifat toleran. Bersikap toleran artinya
bersifat menenggang (menghargai, memberikan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan
sebagainya) yang bertentangan atau berbeda dengan pendirian sendiri.
5) Menghormati kejujran : Kejujuran berarti kesediaan ataketerbukaan
untuk menyatakan suatu kebenaran. Kejujuran menjadi hal yang sangat
penting bagi semua pihak.
6) Menghormati penalaran : Peanalaran adalah penjelasan mengapa
seseorang memiliki pandangan tertentu, membela tindakan tertentu, dan
menuntut hal serupa dari orang lain. Penalaran ini sangat diperlukan
bagi terbangunnya solidaritas antarwarga masyarakat demokratis.
7) KeadaaKeadaban adalah ketinggian tingkat kecerdasan lahir batin atau
kebaikan budi pekerti. Seseorang yang berperilaku beradab berarti
memberikan penghormatan terhadap pihak lain yang dapat tercermin
melalui tindakan, bahasa tubuh, dan cara berbicara.
b. Prinsip – prinsip demokrasi yag bersifat universal
1) Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.
2) Tingkat persamaan (kesetaraan) tertentu antara warga negara.
3) Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai
oleh para warga negara.
4) Pengormatan terhadap supremasi hukum.
5. Ciri-Ciri Pemerintahan Demokratis
Setiap bentuk pemerintahan pastilah memiliki ciri-ciri. Berikut ini
merupakan ciri-ciri pemerintahan Demokrasi:
a. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan
politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
b. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
c. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
d. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga
perwakilan rakyat
6. Sejarah Demokrasi di Indonesia
Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada
tanggal 17 Agustus 1945, para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers)
melalui UUD 1945 (yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945) telah
menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (selanjutnya disebut
NKRI) menganut paham atau ajaran demokrasi, dimana kedaulatan (kekuasaan
tertinggi) berada ditangan Rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan demikian berarti juga NKRI tergolong
sebagai negara yang menganut paham Demokrasi Perwakilan (Representative
Democracy).
Penetapan paham demokrasi sebagai tataan pengaturan hubungan antara
rakyat disatu pihak dengan negara dilain pihak oleh Para Pendiri Negara
Indonesia yang duduk di BPUPKI tersebut, kiranya tidak bisa dilepaskan dari
kenyataan bahwa sebahagian terbesarnya pernah mengecap pendidikan Barat,
baik mengikutinya secara langsung di negara-negara Eropah Barat (khususnya
Belanda), maupun mengikutinya melalui pendidikan lanjutan atas dan
pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintahan kolonial Belanda di
Indonesia sejak beberapa dasawarsa sebelumnya, sehingga telah cukup akrab
dengan ajaran demokrasi yang berkembang di negara-negara Eropah Barat dan
Amerika Serikat. Tambahan lagi suasana pada saat itu (Agustus 1945) negara-
negara penganut ajaran demokrasi telah keluar sebagai pemenang Perang Dunia-
II.
Didalam praktek kehidupan kenegaraan sejak masa awal kemerdekaan
hingga saat ini, ternyata paham demokrasi perwakilan yang dijalankan di
Indonesia terdiri dari beberapa model demokrasi perwakilan yang saling berbeda
satu dengan lainnya.
Sejalan dengan diberlakukannya UUD Sementara 1950 (UUDS 1950)
Indonesia mempraktekkan model Demokrasi Parlemeter Murni (atau dinamakan
juga Demokrasi Liberal), yang diwarnai dengan cerita sedih yang panjang
tentang instabilitas pemerintahan (eksekutif = Kabinet) dan nyaris berujung pada
konflik ideologi di Konstituante pada bulan Juni-Juli 1959.
Guna mengatasi konflik yang berpotensi mencerai-beraikan NKRI
tersebut di atas, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Ir.Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden yang memberlakukan kembali UUD 1945, dan
sejak itu pula diterapkan model Demokrasi Terpimpin yang diklaim sesuai
dengan ideologi Negara Pancasila dan paham Integralistik yang mengajarkan
tentang kesatuan antara rakyat dan negara.
Belum berlangsung lama, yaitu hanya sekitar 6 s/d 8 tahun dilaksanakan-
nya Demokrasi Terpimpin, kehidupan kenegaraan kembali terancam akibat
konflik politik dan ideologi yang berujung pada peristiwa G.30.S/PKI pada
tanggal 30 September 1965, dan turunnya Ir. Soekarno dari jabatan Presiden RI
pada tanggal 11 Maret 1968.
Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden ke-2
RI dan menerapkan model Demokrasi yang berbeda lagi, yaitu dinamakan
Demokrasi Pancasila (Orba), untuk menegaskan klaim bahwasanya model
demokrasi inilah yang sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila.
Demokrasi Pancasila (Orba) berhasil bertahan relatif cukup lama
dibandingkan dengan model-model demokrasi lainnya yang pernah diterapkan
sebelumnya, yaitu sekitar 30 tahun, tetapi akhirnyapun ditutup dengan cerita
sedih dengan lengsernya Jenderal Soeharto dari jabatan Presiden pada tanggal 23
Mei 1998, dan meninggalkan kehidupan kenegaraan yang tidak stabil dan krisis
disegala aspeknya.
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya
Presiden Soeharto, maka NKRI memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang
baru, sebagai hasil dari kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir
semua aspek kehidupan masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya.
Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di amandemennya UUD 1945
(bagian Batangtubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama kegagalan
tataan kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.
Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan kelembagaan
negara, khususnya laginya perubahan terhadap aspek pembagian kekuasaan dan
aspek sifat hubungan antar lembaga-lembaga negaranya, dengan sendirinya
mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap model demokrasi yang dilaksana-
kan dibandingkan dengan model Demokrasi Pancasila di era Orde Baru.
Model Demokrasi pasca Reformasi (atau untuk keperluan tulisan ini
dinamakan saja sebagai Demokrasi Reformasi, karena memang belum ada
kesepakatan mengenai namanya) yang telah dilaksanakan sejak beberapa tahun
terakhir ini, nampaknya belum menunjukkan tanda-tanda kemampuannya untuk
mengarah-kan tatanan kehidupan kenegaraan yang stabil (ajeq), sekalipun
lembaga-lembaga negara yang utama, yaitu lembaga eksekutif (Presiden/Wakil
Presiden) dan lembaga-lembaga legislatif (DPR dan DPD) telah terbentuk
melalui pemilihan umum langsung yang memenuhi persyaratan sebagai
mekanisme demokrasi.
7. Proses Perkembangan Demokrasi Di Indonesia
a. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 ).
Tahun 1945 – 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda
yang ingin kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi
belum berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya revolusi
fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu
terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbnyi sebelum MPR,
DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh
Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa negara
Indonesia adalah negara yang absolut pemerintah mengeluarkan :
1) Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945,
KNIP berubah menjadi lembaga legislatif.
2) Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan
Partai Politik.
3) Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang
perubahan sistem pemerintahn presidensil menjadi parlementer
b. Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama
1) Masa demokrasi Liberal 1950 – 1959
Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai
lambang atau berkedudukan sebagai Kepala Negara bukan sebagai
kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas
politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal
disebabkan :
a) Dominannya partai politik
b) Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
c) Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS
1950
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 :
a) Bubarkan konstituante
b) Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
c) Pembentukan MPRS dan DPAS
2) Masa demokrasi Terpimpin 1959 – 1966
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No.
VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua
kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan
nasakom dengan ciri:
a) Dominasi Presiden
b) Terbatasnya peran partai politik
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain :
a) Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang
dipenjarakan
b) Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh
presiden dan presiden membentuk DPRGR
c) Jaminan HAM lemah
d) Terjadi sentralisasi kekuasaan
e) Terbatasnya peranan pers
f) Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC
(Blok Timur)
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965
oleh PKI.
c. Pelaksanaan demokrasi Orde Baru 1966 – 1998
Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya Surat
Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Awal Orde baru memberi
harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II,
III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan
Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Namun demikian
perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal sebab:
1) Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
2) Rekrutmen politik yang tertutup
3) Pemilu yang jauh dari semangat demokratis

4) Pengakuan HAM yang terbatas


5) Tumbuhnya KKN yang merajalela
Sebab jatuhnya Orde Baru:
1) Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
2) Terjadinya krisis politik
3) TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba

4) Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto


untuk turun jadi Presiden
5) Pelaksanaan demokrasi pada masa Reformasi 1998 s/d sekarang.
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari
Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
d. Pelaksanaan demokrasi Orde Reformasi 1998 – sekarang
Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya
adalah demokrasi dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945,
dengan penyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan peraturan-peraturan
yang tidak demokratis, dengan meningkatkan peran lembaga-lembaga tinggi
dan tertinggi negara dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung
jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan
yang jelas antara lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai dengan terbentuknya
DPR – MPR hasil Pemilu 1999 yang telah memilih presiden dan wakil
presiden serta terbentuknya lembaga-lembaga tinggi yang lain.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang
demokratis antara lain:
1) Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok
reformasi
2) Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang
Referandum
3) Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang
bebas dari KKN
4) Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan
Presiden dan Wakil Presiden RI
5) Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV

E. Geostrategi / Ketahan Nasional


1. Pengertian Geostrategi
Geostrategi berasal dari kata geografi dan strategi. Geografi merujuk kepada
ruang hidup nasional, wadah, atau tempat hidupnya bangsa dan negara Indonesia.
Strategi diartikan sebagai ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa
untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam keadaan perang dan damai. Atas
dasar pengertian sederhana diatas, bangsa Indonesia memandang geostrategi sebagai
strategi dalam memanfaatkan keadaan atau konstelasi geografi negara Indonesia
untuk menentukan kebijakan tujuan, dan sarana-sarana guna mewujudkan cita-cita
proklamasi dan tujuan nasional bangsa Indonesia.
2. Wujud Geostrategi Indonesia
Guna mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional yang telah
diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945 diperlukan suatu rumusan strategi yang
dianggap mampu menciptakan masa depan yang aman dan sejahtera. Geostrategi
Indonesia dirumuskan bukan untuk kepentingan politik menguasai bangsa lain atau
perang, tetapi sebagai kondisi, metode, dan doktrin untuk mengembangkan potensi
kekuatan nasional di dalam melaksanakan pembangunan nasional guna
merealisasikan amanat Pembukaan UUD 1945 di dalam mewujudkan cita-cita
proklamasi bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur;
serta mewujudkan tujuan nasional: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadailan sosial.
3. Sejarah dan Konsep Ketahanan Nasional Republik Indonesia
a. Inspirasi Membangun Ketahanan Nasional
Sejarah Indonesia, khususnya sejak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus
1945, mencatat bahwa di dalam dinamika mengisi kemerdekaannya, bangsa
Indonesia terus-menerus dihadapkan pada berbagai kesulitan, tantangan, dan
ancaman yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang
hampir membinasakan kelangsungan hidupnya. Berbagai macam kesulitan dan
ancaman itu meliputi seluruh bidang kehidupan nasional. Kondisi ini secara
langsung ataupun tidak langsung menimbulkan dampak negatif terhadap seluruh
aspek kehidupan nasional, baik aspek alamiah maupun aspek sosial/
kemasyarakatan, mempengaruhi dan membahayakan kelangsungan hidup dan
eksistensi NKRI. Meskipun demikian, atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha
Kuasa, ternyata sampai saat ini bangsa Indonesia masih dapat mempertahankan
kelangsungan hidup. Kemampuan bangsa Indonesia mempertahankan negara
untuk tetap tegak berdiri karena bangsa Indonesia memiliki keuletan dan
ketangguhan yang dibimbing oleh kesadaran, pengakuan, dan kemauan untuk
mengembangkan kekuatan nasional, didasari oleh landasan idiil Pancasila,
landasan konstitusional UUD 1945, dan landasan visional Wawasan Nusantara.
Kenyataan sejarah itulah yang memberi inspirasi bangsa Indonesia untuk
membangun Ketahanan nasional di masa kini dan masa yang akan datang. Istilah
keuletan dan ketangguhan merupakan dua hal yang membentuk Ketahanan
Nasional. Dinamika ketahanan nasional dapat dipelajari dari gerak langkah bangsa
Indonesia di dalam mengisi kehidupan nasionalanya
b. Pokok Pikiran Ketahanan Nasional Republik Indonesia
Pokok-pokok pikiran yang mendasari Ketahanan Nasional bagi bangsa Indonesia
adalah :
1) Eksistensi manusia Indonesia sebagai manusia berbudaya Sebagai manusia
berbudaya, manusia mengadakan hubungan dengan alam sekitarnya dalam usaha
memenuhi kebutuhan material dan spiritual dengan menggunakan kemampuannya.
2) Tujuan nasional bangsa Indonesia Dalam konteks manusia Indonesia yang berbudaya
sebagai warga organisasi negara Indonesia memiliki kewajiban dan tanggung jawab
mewujudkan tujuan nasional sebagaimana ditetapkan dalam Pembukaan UUD 1945
Alenia 4.
3) Falasafah dan Ideologi Pancasila Makna falsafah dan ideologi bangsa yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 terkandung dalam:
a) Alenia I : bermakna bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan
penjajahan bertentangan dengan hak asasi manusia.
b) Alenia II : bermakna bahwa adanya masa depan yang harus diraih.
c) Alenia III : bermakna bahwa bila negara ingin mencapai cita-cita maka
kehidupan berbangsa dan bernegaraan harus mendapat ridho Tuhan yang
merupakan dorongan spiritual.
d) Alenia IV : bermakna bahwa cita-cita yang telah ditetapkan harus mampu
dicapai oleh bangsa Indonesia melalui ruang hidup NKRI.
c. Konsep Ketahanan Nasional Republik Indonesia
Soekarno, ketika menerima defile di Banda Aceh pada tahun 1958,
menyampaikan pernyataan harapannya bahwa untuk menjadi bangsa yang besar
bangsa Indonesia harus memiliki tiga syarat ketahanan: nomnor satu ketahanan
militer, nomor dua ketahanan ekonomi, nomor tiga ketahanan jiwa. Harapan itu
sangat erat berkaitan dengan kelangsungan hidup bangsa dan tetap tegaknya
NKRI dalam eksistensinya sebagai negara-bangsa yang merdeka dan
berdaulat.Ditinjau secara antropologis, istilah ketahanan mengandung arti
kemampuan manusia atau suatu kesatuan manusia untuk tetap hidup. Ketahanan
disini berisi keuletan dan ketangguhan di dalam menghadapi dan mengatasi
segala AGHT. Rumusan baku Ketahanan Nasional yang harus dipahami sama
bagi seluruh warga negara Indonesia adalah rumusan baku yang telah disusun
oleh Lemhannas (Lembaga Ketahanan Nasional), yakni: Ketahanan Nasional
Indonesia adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek
kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala AGHT baik yang datang dari luar maupun dari
dalam dan untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa
Indonesia dan negara, serta perjuangan mencapai tujuan nasional.
d. Pengertian Konsepsi Ketahanan Nasional Republik Indonesia
Konsepsi Ketahanan Nasional Republik Indonesia adalah konsepsi
pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan
kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi, dan selaras pada seluruh
aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh dan terpadu berlandaskan
Pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nusantara. Kesejahteraan berarti
kemampuan bangsa menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasional
terhadap AGHT dari luar ataupun dari dalam negeri. Keamanan berarti
kemampuan bangsa melindungi nilai-nilai nasional terhadap AGHT dari luar
ataupun dari dalam negeri.
Keuletan adalah usaha terus-menerus secara giat dengan kemauan yang
keras di dalam menggunakan segala kemampuan dan kecakapan untuk mencapai
cita-cita proklamasi dan tujuan nasional. Ketangguhan adalah kekuatan yang
menyebabkan seseorang atau sesuatu dapat bertahan kuat menanggulangi beban.
Identitas adalah ciri khas negara Indonesia dilihat secara holistik, yaitu negara
yang dibatasi oleh wilayah, penduduk, sejarah, pemerintah, dan tujuan nasional
serta peranan yang dimainkannya di dalam dunia internasional. Integritas adalah
kesatuan yang menyeluruh di dalam kehidupan nasional Indonesia, baik alamiah,
sosial, potensi, maupun fungsional. Ancaman adalah hal atau usaha yang bersifat
mengubah atau merombak kebijaksanaan dan dilakukan secara konsepsional,
kriminal, serta politik. Gangguan adalah hal atau usaha yang berasal dari luar
bertujuan melemahkan atau menghalang-halangi secara tidak konsepsional.
Hambatan adalah hal atau usaha yang berasal dari dalam, bertujuan melemahkan
atau menghalang-halangi secara tidak konsepsional. Tantangan adalah hal atau
usaha yang bertujuan menggugah kemampuan
e. Hakikat Ketahanan Nasional Republik Indonesia
1) Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan
bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional
untuk dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara di dalam
mencapai tujuan nasional.
2) Hakikat Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia adalah pengaturan dan
penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara seimbang, serasi, dan
selaras dalam seluruh aspek kehidupan nasional.
f. Asas Ketahanan Nasional Republik Indonesia
1) Asas Kesejahteraan dan Keamanan Kesejahteraan dan keamanan bernilai
intrinsic dan bersifat mendasar, berdampingan pada kondisi apapun,
pembangkit utama sistem kehidupan nasional.
2) Asas Komprehensif Integral Sistem kehidupan nasional meliputi aspek
alamiah dan aspek sosial dalam bentuk perwujudan persatuan dan perpaduan
yang selaras, serasi, dan seimbang didalam kehidupan nasional.
3) Asas Wawas Diri Sistem kehidupan nasional berinteraksi dengan lingkungan
sekelilingnya, hal tersebut dapat menimbulkan berbagai dampak, baik positif
maupun negatif. Untuk itu diperlukan sikap wawas diri ke dalam dan ke luar.
a) Wawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi
kehidupan nasional berdasarkan nilai-nilai kemandirian yang
proporsional untuk meningkatkan kualitas derajat kemandirian bangsa
yang ulet dan tangguh.
b) Wawas ke luar bertujuan untuk mengantisipasi dan berperan serta
mengatasi dampak lingkungan strategis luar negeri dan menerima
kenyataan adanya interaksi dan pengaruh perkembangan dunia.
4) Asas Kekeluargaan Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan,
kebersamaan, kesamaan, gotong royong, tenggang rasa, dan tanggung jawab
dalam kehidupan beermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
g. Sifat Ketahanan Nasional Republik Indonesia
Ketahanan Nasional Indonesia memiliki sifat-sifat:
1) Mandiri
Ketahanan Nasional Indonesia percaya pada kemampuan dan
kekuatan sendiri serta pada keuletan dan ketangguhan yang mengandung
prinsip tidak mudah menyerah, berdiri di atas identitas, integritas, dan
kepribadian bangsa. Kemandirian merupakan prasyarat untuk menjalin kerja
sama yang saling menguntungkan dalam perkembangan global.
2) Dinamis
Ketahanan Nasional Indonesia dapat meningkat atau menurun,
tergantung pada situasi dan kondisi bangsa, negara, serta lingkungan
strategisnya. Upaya peningkatan Ketahanan Nasional harus senantiasa
berorientasi ke masa depan dan dinamikanya diarahkan untuk pencapaian
kondisi kehidupan nasional yang lebih baik.
3) Wibawa
Keberhasilan pembinaan Ketahanan Nasional secara berlanjut dan
berkesinambungan akan meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa
4) Konsultasi dan Kerja Sama
Konsepsi Ketahanan Nasional tidak mengutamakan sikap konfrontasi
dan antagonis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata,
tetapi lebih mengutamakan sikap konsultatif, kerja sama, serta saling
menghargai dengan mengandalkan kekuatan moral dan kepribadian bangsa.

F. Geopolitik
1. Pengertian Geopolitik
Kata geo-politik berasal dari kata geo dan politik. “geo” berarti bumi dan
“politik” berasal dari bahasa Yunani politeia, berarti kesatuan masyarakat yang
berdiri sendiri (negara) dan teia yang berarti urusan. Sementara dalam bahasa
Inggris, politics adalah suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan, cara yang digunakan
untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu. Dari pengertian di atas, pengertian
geopolitik dapat lebih disederhanakan lagi. Geopolitik adalah suatu studi yang
mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah dan ilmu sosial, dengan merujuk kepada
percaturan politik internasional. Geopolitik mengkaji makna strategis dan politis
suatu wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah
tersebut. Geopolitik mempunyai 4 unsur pembangun, yaitu keadaan geografis, politik
dan strategi, hubungan timbal balik antara geografi dan politik, serta unsur
kebijaksanaan.
2. Perkembangan Teori Geopolitik
Istilah geopolitik semula sebagai ilmu politik, kemudian berkembang menjadi
pengetahuan tentang sesuatu yang berhubungan dengan konstelasi ciri _khas negara
yang berupa bentuk, Luas, letak, iklim, dan sumber daya alam_ sutau negara untuk
membangun dan membina negara. Para penyelenggara pemerintah nasional
hendaknya menyusun pembinaan politik nasional berdasarkan kondisi dan situasi
geomorfologi secara ilmiah berdasarkan cita-cita bangsa. Adapun geostrategi
diartikan sebagai pelaksanaan geopolitik dalam negara. Kemudian, teori geopolitik
berkembang menjadi konsepsi wawasan nasional bangsa. Oleh karena
itu, wawasan nasional bangsa selalu mengacu pada geopolitik. Dengan wawasan
nasional suatu negara, dapat dipelajari kemana arah arah perkembangan sautu negara.

3. Beberapa Pandangan Para Pemikir Mengenai Geopolitik


Sebelum membahas wawasan nasional, terlebih dahulu perlu pembahasan
tentang beberapa pendapat dari para penulis geopolitik. Semula geopolitik adalah
ilmu bumi politik yang membahas masalah politik dalam suatu negara, lalu
berkembang menjadi ajaran yang melegitimasi Hukum Ekspansi suatu negara. Hal
ini tidak terlepas sumbangsih pemikiran dari pada penulis, diantaraya :
a. Teori Geopolitik Kontinental
1) Friedrich Ratzel (1844-1904).
Teori yang dikemukakannya adalah teori ruang yang dalam
konsepsinya dipengaruhi oleh ahli biologi Charles Darwin. Ia menyamakan
negara sebagai makhluk hidup yang makin sempurna serta membutuhkan
ruang hidup yang makin meluas karena kebutuhan. Dalam teorinya, bahwa
bangsa yang berbudaya tinggi akan membutuhkan sumber daya yang tinggi
dan akhirnya mendesak wilayah bangsa yang “primitif”. Pendapat ini
dipertegas Rudolf Kjellen (1864-1922) dengan teori kekuatan,yang pada
pokoknya menyatakan bahwa negara adalah satuan politik yang menyeluruh
serta sebagai satuan biologis yang memiliki intelektual. Dengan kekuatannya,
ia mampu mengeksploitasi negara “primitif” agar negaranya dapat
swasembada.
2) Karl Haushofer (1869-1946). Haushofer yang pernah menjadi atase militer di
Jepang meramalkan bahwa Jepang akan menjadi negara yang jaya di dunia.
Untuk menjadi jaya, suatu bangsa harus mampu menguasai benua-benua di
dunia. Ia berpendapat bahwa pada hakekatnya dunia dapat dibagi atas empat
kawasan benua (Pan Region) dan dipimpin oleh negara unggul. Teori Ruang
dan Kekuatan merupakan hasil penelitiannya serta dikenal pula
sebagai teori Pan Regional, yaitu:
a) Lebensraum (ruang hidup) yang “cukup”;
b) Autarki (swasembada); serta
c) Dunia dibagi empat Pan Region, tiap region dipimpin satu bangsa
(nation) yang unggul, yaitu Pan Amerika, Pan Asia Timur, Pan Rusia
India, serta Pan Eropa Afrika. Dari pembagian daerah inilah, dapat
diketahui percaturan politik masalah lalu dan masa depan.

Pengaruh Haushofer _menjelang Perang Dunia II_ sangat besar di Jerman


ataupun di Jepang. Semboyan Macht und Erde di Jerman serta doktrin Fukoku
Kyohei di Jepang melandasi pembangunan kekuatan angkatan perang kedua negara
tersebut menjelang Perang Dunia II.

G. Integrasi Nasional
1. Pengertian Integrasi Nasional
Istilah integrasi nasional berasal dari dua kata yaitu integrasi dan nasional.
Istilah integrasi mempunyai arti pembauran atau penyatuan sehingga menjadi
kesatuan yang utuh / bulat. Sedangkan istilah nasional mempunyai pengertian
kebangsaan, bersifat bangsa sendiri, meliputi suatu bangsa seperti cita-cita nasional,
tarian nasional, perusahaan nasional.
Sehubungan dengan penjelasan kedua istilah diatas maka interasi nasional
mempunyai pengertian suatu proses penyatuan atau pembaruan berbagai aspek sosial
budaya ke dalam kesatuan wilayah dan pembentukan identitas nasional atau bangsa
yang harus dapat menjamin terwujudnya keselarasan, keserasian dan keseimbangan
dalam mencapai tujuan bersama sebagai suatu bangsa.
Nazaruddin berpendapat istilah integrasi nasional merujuk kepada seluruh
unsur dalam rangka melaksanakan kehidupan bangsa, meliputi sosial, budaya
ekonomi, maka pada intinya integrasi nasional lebih menekankan persatuan persepsi
dan prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Dengan demikian Integrasi nasional dapat diartikan penyatuan bagian-bagian
yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau
memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu
bangsa.
Proses Integrasi Nasional biasanya akan dipengaruhi oleh aspek-aspek
sosiologis dan antropologis. Dalam prosesnya, integrasi dituntut adanya kesepakatan
terhadap nilai-nilai umum yang ada didalam masyarakat melalui proses :
a. Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses seumur hidup yang berkenaan dengan
bagaimana individu mempelajari cara-cara hidup, norma dan nilai sosial yang
terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkenbangan menjadi pribadi yang
dapat diterima oleh kelompoknya.
b. Akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu
kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari
suatu kebudayaan asing.
c. Asimilasi
Asimilasi adalah pebauran dua kebudayaan yang disertai dengan
hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru.
d. Enkulturasi
Enkulturasi merupakan proses mempelajari dan menyesuaikan alam
pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan
yang hidup dalam kebudayaannya.
Contoh bentuk integrasi nasional adalah sumpah pemuda yang menghasilkan
nasionalisme dan menyatukan rakyat Indonesia secara sosial dan politik, melalui
semboyan “satu tanah air, satu bahasa, satu bangsa”.
Proses Integrasi Nasional harus melalui fase-fase sosial dan politik :
1) Melakukan pengorbanan sebagai langkah penyesuaian antara banyak perbedaa,
keinginan, dan ukuran penilaian.
2) Mengembangkan sikap toleransi didalam kelompok sosial.
3) Terciptanya kesadaran dan kesediaan untuk mencapai suatu konsensus.
4) Mengidentifikasi akar persamaan diantara kultur-kultur etnis yang ada.
5) Kemampuan segenap kelompok yang ada untuk berperan secara bersama-sama
dalam kehidupan busaya dan politik.
6) Mengakomodasi timbulnya etnis.
7) Adanya upaya kuat dalam melawan prasangka dan diskiriminasi.
8) Menghilangkan pengkotak-kotak kebudayaan.
Dalam konteks Indonesia, maka proses Integrasi Nasional haruslah berjalan
alamiah sesuai dengan keanekaragaman budayanya dan harus lepas dari hegemoni
pengaruh kekuasaan suatu nefara atas negara-negara lain dan ominasi peran politik
etnik tertentu.

2. Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Integrasi Nasional


a. Faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut:
1) Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
2) Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana
dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
3) Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan
perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
4) Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana
dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
5) Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi
Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu
kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
6) Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
b. Faktor-faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut:
1) Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor
kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa
daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya.
2) Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang
dikelilingi oleh lautan luas.
3) Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang
merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal
dari dalam maupun luar negeri.
4) Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-
hasil pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan
di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan
separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.
5) Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang
menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah
budaya suku bangsa lain. Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat
kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa, baik melewati kontak langsung maupun kontak tidak langsung.
6) Kontak langsung, antara lain melalui unsur-unsur pariwisata, sedangkan
kontak tidak langsung, antara lain melalui media cetak (majalah, tabloid),
atau media elektronik (televisi, radio, film, internet, telepon seluler yang
mempunyai fitur atau fasilitas lengkap)
3. Peran Masyarakat Dalam Mengatasi Ancaman Integrasi Nasional
a. Problematika
Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan
multidimensional. Disintegrasi bangsa dapat terjadi karena adanya konflik
vertikal dan horizontal sebagai akibat tuntutan demokrasi yang melampaui batas,
konflik antara elite politik, lambatnya pemulihan ekonomi, lemahnya penegakan
hukum dan HAM serta kesiapan pelaksanaan Otonomi Daerah.
Problematika dalam integrasi nasional dapat dilihat dari berbagai aspek
sebagai berikut :
1) Geografi. Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk
memisahkan diri adalah daerah yang paling jauh dari ibu kota, atau daerah
yang besar pengaruhnya dari negara tetangga atau daerah perbatasan, daerah
yang mempunyai pengaruh global yang besar, seperti daerah wisata, atau
daerah yang memiliki kakayaan alam yang berlimpah.
2) Demografi. Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau
penyebaran penduduk yang tidak merata merupakan faktor dari terjadinya
disintegrasi bangsa, selain masih rendahnya tingkat pendidikan dan
kemampuan SDM.
3) Kekayaan Alam. Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan
berlimpah dan penyebarannya yang tidak merata dapat menyebabkan
kemungkinan terjadinya disintegrasi bangsa, karena hal ini meliputi hal-hal
seperti pengelolaan, pembagian hasil, pembinaan apabila terjadi kerusakan
akibat dari pengelolaan.
4) Ideologi. Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah didalam
terjadinya konflik di negara ini, hal ini disebabkan karena kurangnya
pemahaman terhadap agama yang dianut dan agama lain. Apabila kondisi
ini tidak ditangani dengan bijaksana pada akhirnya dapat menimbulkan
terjadinya kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh sebab itu perlu adanya
penanganan khusus dari para tokoh agama mengenai pendalaman masalah
agama dan komunikasi antar pimpinan umat beragama secara
berkesinambungan.
5) Politik. Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk
menyulut berbagai ketidak nyamanan atau ketidak tenangan dalam
bermasyarakat dan sering mengakibatkan konflik antar masyarakat
yang berbeda faham apabila tidak ditangani dengan bijaksana akan
menyebabkan konflik sosial di dalam masyarakat. Selain itu ketidak
sesuaian kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang diberlakukan pada
pemerintah daerah juga sering menimbulkan perbedaan kepentingan yang
akhirnya timbul konflik sosial karena dirasa ada ketidak adilan didalam
pengelolaan dan pembagian hasil atau hal-hal lain seperti perasaan
pemerintah daerah yang sudah mampu mandiri dan tidak lagi membutuhkan
bantuan dari pemerintah pusat, konflik antar partai, kabinet koalisi yang
melemahkan ketahanan nasional dan kondisi yang tidak pasti dan tidak adil
akibat ketidak pastian hukum.
6) Ekonomi. Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan
sebagian besar penduduk hidup dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial
masyarakat Indonesia yang semakin lebar antara masyarakat kaya dengan
masyarakat miskin dan adanya indikasi untuk mendapatkan kekayaan
dengan tidak wajar yaitu melalui KKN.
7) Sosial Budaya. Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia
merupakan sumber konflik apabila tidak ditangani dengan bijaksana. Tata
nilai yang berlaku di daerah yang satu tidak selalu sama dengan daerah yang
lain. Konflik tata nilai yang sering terjadi saat ini yakni konflik antara
kelompok yang keras dan lebih modern dengan kelompok yang relatif
terbelakang.
8) Pertahanan Keamanan. Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang
terjadi saat ini menjadi bersifat multi dimensional yang berasal dari dalam
negeri maupun dari luar negeri, hal ini seiring dengan perkembangan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi dan komunikasi.
Serta sarana dan prasarana pendukung didalam pengamanan bentuk
ancaman yang bersifat multi dimensional yang bersumber dari permasalahan
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya.
b. Solusi
Untuk mewujudkan integrasi nasional diperlukan keadilan kebijakan
yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membedakan ras, suku,
agama, bahasa, gender, dan sebagainya. Sebenarnya upaya membangun
keadilan, kesatuan, dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya
membangun dan membina stabilitas politik disamping upaya lain seperti
banyaknya keterlibatan pemerintah dalam menentukan komposisi dan
mekanisme parlemen.
Adapun kebijakan yang diperlukan guna memperkukuh upaya
integrasi nasional adalah sebagai berikut :
Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa
persaudaraan, agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat
Indonesia.
1) Menghilangkan kesempatan untuk berkembangnya tindakan KKN.
2) Meningkatkan ketahanan rakyat dalam menghadapi usaha-usaha
pemecahbelahan dari ancaman luar.
3) Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan
implementasi butir-butir Pancasila, dalam rangka melestarikan dan
menanamkan kesetiaan kepada ideologi bangsa.
4) Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal
kompromi.
5) Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur masyarakat, TNI
dan Polri dalam memerangi separatis.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya menganut prinsip ‘ius sanguinis’,
mengatur kemungkinan warganya untuk mendapatkan status kewarganegaraan melalui
prinsip kelahiran. Sebagai contoh banyak warga keturunan Cina yang masih
berkewarganegaraan Cina ataupun yang memiliki dwi-kewarganegaraan antara Indonesia
dan Cina, tetapi bermukim di Indonesia dan memiliki keturunan di Indonesia. Terhadap
anak-anak mereka ini sepanjang yang bersangkutan tidak berusaha untuk mendapatkan
status kewarganegaraan dari negara asal orangtuanya, dapat saja diterima sebagai
warganegara Indonesia karena kelahiran. Kalaupun hal ini dianggap tidak sesuai dengan
prinsip dasar yang dianut, sekurang-kurangnya terhadap mereka itu dapat dikenakan
ketentuan mengenai kewarganegaraan melalui proses registrasi biasa, bukan melalui proses
naturalisasi yang mempersamakan kedudukan mereka sebagai orang asing sama sekali.
Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai
warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk,
berdasarkan Kabupaten atau (khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai
penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk
Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor
pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas
yang bersangkutan dalam tata hukum internasional.
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan
dalam lapangan kerja atau perbaikan taraf hidup ekonomi dan menikmati hasil-hasilnya
secara adil sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan darma baktinya yang diberikankepada
masyrakat, bangsa, dan Negara Dalam pasal 27 UUD 1945 secara jelas disebutkan
bahwa negara menjamin warga negaranya tanpa membedakan ras, agama, gender, golongan,
budaya, dan suku.

B. Saran
1. Semoga dengan adanya rangkuman ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi teman-
teman dan dosen
2. Dengan adanya rangkuman ini semoga adanya pertimbangan dari pihak pemerintah
DAFTAR PUSTAKA

https://cacairays.files.wordpress.com/2017/05/pkn-konstitusi.pdf

http://eprints.uad.ac.id/9436/1/GEOSTRATEGI%20Dwi.pdf

http://kuantannet.blogspot.com/2016/12/makalah-hak-dan-kewajiban-warga-negara.html

http://makalahtugasmu.blogspot.com/2015/09/geopolitik.html

http://taufiqabd.blogspot.com/2017/05/makalah-demokrasi-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai