Rangkuman
Rangkuman
DISUSUN OLEH :
DIKA
( 113063C118007 )
DOSEN PENGAMPU :
DIAN AGUS RUCHYALDI S.Pd, M.Pd
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu identitas nasional ?
2. Apa itu konstitusi ?
3. Bagaimana hak dan kewajiban warga Negara ?
4. Apa itu demokrasi ?
5. Apa itu geostrategic ?
6. Apa itu geopolitik ?
7. Apa itu integrasi nasional ?
C. Tujuan
1. Mengetahui identitas nasional.
2. Mengetahui konstitusi.
3. Mengetahui hak dan kewajiban warga Negara.
4. Mengetahuidemokrasi.
5. Mengetahui geostrategic.
6. Mengetahui geopolitik.
7. Mengetahui integrasi nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identitas Nasional
1. Pengertian Identitas Nasional
Identitas sendiri memiliki arti sebagai ciri yang dimiliki setiap pihak yang
dimaksud sebagai suatu pembeda atau pembanding dengan pihak yang lain.
Sedangkan nasional atau Nasionalisme memiliki arti suatu paham, yang berpendapat
bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada Negara kebangsaan.
Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki
suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lainnya. Identitas
nasional dalam kosteks bangsa cenderung mengecu pada kebudayaan, adat istiadat,
serta karakter khas suatu negara.
Sedangkan identitas nasional dalam konteks negara tercermin dalam simbol-
simbol kenegaraan seperti: Pancasila, Bendera Merah Putih, Bahasa Nasional yaitu
Bahasa Indonesia, Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, Dasar Falsafah
negara yaitu Pancasila, Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945 serta
Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Pahlawan –
pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti Pattimura, Hasanudin,
Pangeran Antasari dan lain – lain.
Dengan terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan negara Indonesia
dapat mengikat eksistensinya serta memberikan daya hidup. Sebagai bangsa dan
negara yang merdeka, berdaulat dalam hubungan internasional akan dihargai dan
sejajar dengan bangsa dan negara lain. Identitas bersama itu juga dapat menunjukkan
jatidiri serta kepribadiannya. Rasa solidaritas sosial, kebersamaan sebagai kelompok
dapat mendukung upaya mengisi kemerdekaan. Dengan identitas bersama itu juga
dapat memberikan motivasi untuk mencapai kejayaan bangsa dan negara di masa
depan.
Identitas nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah ada
padanan sebelumnya. Perlu dirumuskan oleh suku-suku tersebut. Istilah Identitas
Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang
secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Eksistensi suatu
bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat terutama karena pengaruh kekuasaan
internasional. Ciri khas suatu bangsa yang merupakan local genius dalam
menghadapi pengaruh budaya asing akan menghadapi challence dan response. Jika
challence cukup besar sementara response kecil maka bangsa tersebut akan punah
dan hal ini sebagaimana terjadi pada bangsa Aborigin di Australia dan bangsa Indian
di Amerika.
Namun demikian jika challance kecil sementara response besar maka bangsa
tersebut tidak akan berkembang menjadi bangsa yang kreatif. Oleh karena itu, agar
bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap
meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa
Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi. Sebagaimana
terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan penuh
tantangan yang cenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan
kembali kesadaran nasional.
B. Konstitusi
1. Pengertian Konstitusi
Pengertian Konstutusi Konstitusi merupakan naskah dasar sebagai kaidah
fundamental negara. Istilah konstitusional berasal dari bahasa Perancis constituer
yang berarti membentuk, yaitu membentuk menyusun atau menyatakan suatu negara,
konstitusi diartikan peraturan dasar tentang pembentukan suatu negara, atau UUD.
Dalam KBBI istilah konstitusi berati sebagai ketentuan dan aturan mengenai
ketatanegaraan atau berarti juga undang-undang suatu negra. Dalam bahasa Belanda
istilah konstitusi dikenal dengan grondwet (grond= dasar, wet= undang-undang) yang
berarti UUD. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah constitusion yang
diartikan sebagai undang-undang dasar yaitu keseluruhan peraturan yang tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur masyarakat dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara.
Secara terminologis konstitusi adalah sekumpulan ketentuan-ketentuan dan
aturan-aturan dasar yang dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga
pemerintahan termasuk juga dasar hubungan antara negara dan rakyat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tujuan adanya konstitusi secara ringkas dapat diklasifikasikan tiga tujuan,
yaitu :
a. Konstitusi bertujuan memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap
kekuasaan politik.
b. Konstitusi bertujuan untuk mengawasi atau mengontrol proses-proses kekuasaan
dari para enguasa.
c. Konstitusi bertujuan memberi batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa
dalam menjalankan kekuasannya.
2. Sejarah Konstitusi
Catatan historis timbulnya negara konstitusi sebenarnya merupakan proses
sejarah yang panjang dan menarik untuk dikaji. Konstitusi sebagai suatu kerangka
kehidupan politik telah disusun melalui dan oleh hukum. Yaitu sejak zaman sejarah
Yunani dimana mereka telah mengenal beberapa kumpulan hukum pada masa
kejayaan Athena. Pemahaman pada masa itu henyalah merupakan suatu kumpulan
dari peraturan serta adat kebiasaan semata-mata.3 Kemudian pada masa Kekaisaran
Roma pengertian konstitusi memperoleh tambahan arti sebagai suatu kumpulan
ketentuan serta peraturan yang dibuat oleh para kaisar. Termasuk didalam nya
pernyataan pendapat para ahli hukum serta adat kebiasaan setempat disamping pada
undang-undang. Konstitusi Roma mempunyai pengaruh cukup besar sampai abad
pertengahan. Dimana konsep tentang kekuasaan tertinggi dari para kaisar Roma telah
menjelma dalam bentuk umum di Perancis. Bahkan kegandrungan orang Romawi
akan masa orde telah memberikan inspirasi bagi tumbuhnya paham “Demokrasi
Perwakilan” dan “Nasionalisme”. Dua paham inilah merupakan cikla bakal
munculnya paham konstitusi modern.
Pada abad pertengahan corak konstitusi bergeser ke arah feodilisme yang
mengandung pengertian bahwa tanah dikuasai oleh para tuan tanah. Suasana seperti
ini dibarengi oleh adanya keyakinan bahwa setiap orang harus mengabdi pada salah
satu tuannya. Sehingga raja yang semestinya mempunyai status lebih tinggi dari pada
tuan rumah dan menjadi tidak mendapat tempat. Pada abad VII (zaman klasik)
lahirlah konstitusi Madinah yang dibentuk pada awal masa klasik Islam tepatnya
sekitar tahun 622 M. Sedangkan di Eropa kontitusi, pihak raja lah yang memperoleh
kemenangan yaitu ditandai dengan semakin kokohnya absolutisme. Khususnya di
Perancis, Rusia, dan Australia pada abad ke-15.
Lain halnya di Inggris, kaum bangsawan lah yang mendapat kemenangan dan
sebagai puncak kemenangannya ditandai dengan pecahnya revolusi istana pada tahun
1688. Kemenangan kaum bangsawan dalam revolusi istana ini telah menyebabkan
berakhirnya absolutisme di Inggris, serta munculnya parlemen sebagai pemegang
kedaulatan. Konstitusi sebagai UUD dalam hukum dasar yang mempunyai arti
penting atau sering disebut dengan konstitusi modern. Baru muncul bersamaan
dengan semakin berkembangnya sistem demokrasi perwakilan dan konsep
nasionalisme. Demokrasi perwakilan muncul sebagai pembunuhan rakyat akan
kehadiran lembaga legislatif. Lembaga ini diharapkan dapat membuat UUD untuk
mengurangi serta membatasi dominasi hak-hak raja. Alasan inilah yang mendudukan
konstitusi sebagai hukum dasar yang lebih tinggi daripada raja. Sekaligus terkandung
maksud memperkokoh lembaga perwakilan rakyat. Beralih pada masa perang dunia I
tahun 1914 telah banyak memberikan dorongan yang dahsyat bagi
konstitusionalisme. Yaitu, dengan jalan menghancurkan pemerintahan yang tidak
liberal dan menciptakan negara baru dengan konstitusi yang berdasarkan demokrasi
dan nasionalisme.
3. Cara mengubah konstutusi
a. Perubahan konstutusi pasca amandemen UUD 1945. Menurut Miriam Budiarjo
ada 4 macam prosedur dalam mengubah konstitusi yaitu :
1) Sidang badan legislatif dengan ditambah beberapa syarat, misalnya :
pencapaian kuorum dalam jumlah minimum untuk menerimanya.
2) Referendum yaitu permintaan pendapat rakyat tentang perlunya perubahan
atau tidak terdapat konstitusi.
3) Melalui negara-negara bagian dalam negara federal.
4) Melalui musyawarah khusus.
b. Amandemen UUD 1945
UUD 1945 telah mengalami 4 kali perubahan yaitu perubahan pertama SU
MPR tanggal 12-19 oktober 1999. Perubahan kedua pada sidang tahunan MPR
yang ditetapkan 19 agustus 2000. Perubahan ketiga dilakukan pada ST MPR
tanggal 9 november 2001 sedangkan perubahan keempat dilaksanakan pada ST
MPR 10 agustus 2002 tentu saja dengan hasil amandemen tersebut terjadilah
perubahan dari segi redaksi, kontennya, maupun maknanya. Perubahan itu juga
ada pengurangan, ada penghapusan, ada penambahan, dan ada yang baru sama
sekali.
Diantara hasil perubahan yang prinsipil dari UUD 1945 hasil amandemen
antara lain :
1) Tentang MPR dimana anggotanya berasal dari hasil pemilu (tidak ada yang di
angkat).
2) Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
3) Keberadaan DPH dihapus.
Pasal yang menyatakan HAK dan KEWAJIBAN warga Negara dalam UUD
1945 :
a. Pasal 26 ayat 1 yang menjadi warga Negara adalah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang sebagai warga Negara pada ayat 2, syarat –syarat mengenai
kewarganegaraan ditetapkan dgn undang-undang.
b. Pasal 27 ayat 1 bahwa segala warga Negara bersamaan kedudukan nya
didalam hukum dan pemerintahan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pada ayat 2 disebutkan bahwa
tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
c. Pasal 28 disebutkan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dgn lisan dan sebagainya ditetapkan dgn undang-
undang.
d. Pasal 30 ayat 1 bahwa hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta
dalam pembelaan negara dan ayat 2 mengatakan pengaturan lebih lanjut
diatur dengan UU.
Beberapa pengertian tentang warganegara juga diatur oleh UUD 1945, pasal
26 menyatakan : “ warga negara adalah bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang
disahkan undang-undang sebagai warga negara”. Pasal 1 UU No. 22/1958, dan UU
Np. 12/2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, menekankan kepada
peraturan yang menyatakan bahwa warga negara RI adalah orang yang berdasarkan
perundang-undangan dan atau perjanjian-perjanjian dan atau peraturan yang berlaku
sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga negara RI.
Sebelum negara menentukan siapa yang menjadi warga negara, maka negara
harus mengakui bahwa setiap orang berhak memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak kembali
sebagaimana diatur pasal 28 E ayat (1) UUD 1945. Pernyataan ini berarti bahwa
orang-orang yang tinggal dalam wilayah negara dapat diklasifikasikian menjadi :
a. Warga negara Indonesia, adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
b. Penduduk, yaitu orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat sementara
sesuai dengan visa (surat ijin untuk memasuki suatu negara dan tinggal sementara
yang diberikan oleh pejabat suatu negara yang dituju) yang diberikan negara
melalui kantor imigrasi.
3. Hak Dan Kewajiban Negara/ Pemerintah
Hak dan kewajiban negara adalah menggambarkan apa yang seharusnya
diterima dan dilakukan oleh negara atau pemerintah dalam melindungi dan menjamin
kelangsungan kehidupan negara serta terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional
sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
a. Hak negara atau pemerintah adalah meliputi :
1) Menciptakan peraturan dan UU untuk ketertiban dan keamanan.
2) Melakukan monopoli sumber daya yang menguasai hajat hidup orang
banyak.
3) Memaksa warga negara taat akan hukum yang berlaku.
b. Kewajiban negara berdasarkan UUD 1945 :
1) Melindungi wilayah dan warga negara.
2) Memajukan kesejahteraan umum.
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
5) Menjamin kemerdekaan penduduk memeluk agama.
6) Membiayai pendidikan dasar.
7) Menyelenggarakan sistem pendidikan nasional.
8) Memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20 % dari anggaran belanja
negara dan belanja daerah.
9) Memajukan pendidikan dan kebudayaan.
10) Mengembangkan sistem jaminan sosial.
11) Menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kebudayaan nasional.
12) Menguasai cabang-cabang produksi penting bagi negara dan menguasai
hidup orang banyak.
13) Menguasai bumi, air, dan kekayaan alam demi kemakmuran rakyat.
14) Memelihara fakir miskin.
15) Mengembangkan sistem jaminan sosial.
16) Menyediakan fasilitas layanan kesehatan dan publik yang layak.
D. Demokrasi
1. Pengertian Demokrasi
Demokrasi secara etimologis berasal dari bahasa yunani
“Demokratia” yang dibagi dalam dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan
sebagai pemerintahan rakyat atau pemerintahan yang rakyatnya memegang peranan
yang sangat menentukan. Secara harfiah, demokrasi berarti kekuatan rakyat atau
suatu bentuk pemerintahan dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatannya.
Berikut ini pengertian demokrasi menurut beberapa ahli :
a. Menurut Aristoteles Demokrasi adalah suatu negara suatu kebebasan karena
melalui kebebasanlah setiap warga negara bisa saling berbagi kekuasaan di
dalamnya.
b. Menurut Abraham Lincoln Democracy is government of the people, by the
people, and for the people (Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat).
c. Menurut Hans Kelsen Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk
rakyat. Yang melaksanakan kekuasaan negara ialah wakil-wakil rakyat yang
terpilih. Dimana rakyat telah yakin, bahwa segala kehendak dan
kepentingannya akan diperhatikan didalam melaksanakan kekuasaan negara.
d. Menurut Sidney Hook Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana
keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak
didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat
dewasa.
e. Menurut Mohammad Hatta Demokrasi sebagai sebuah pergeseran dan
penggantian kedaulatan raja menjadi kedaulatan rakyat.
2. Sejarah Demokrasi
Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena
kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh
awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern.
Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi
modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan
sistem “demokrasi” di banyak negara.
3. Macam - macam Demokrasi
a. Dilihat dari cara penyaluran kehendak rakyat
1) Demokrasi langsung (direct democracy) : Yaitu rakyat secara langsung
dapat membicarakan dan menentukan suatu urusan politik kenegaraan.
2) Demokrasi perwakilan atau tidak langsung (representative democracy) :
Yaitu aspirasi rakyat disalurkan melalui wakil-wakilnya yang duduk di
lembaga perwakilan rakyat (parlemen).
3) Demokrasi sistem referendum : Yaitu rakyat memilih wakil-wakilnya
yang duduk di parlemen tetapi dalam melaksanakan tgasnya, parlemen
dikontrol oleh rakyat melalui sistem referendum.
4. Prinsip-prinsip Demokrasi
a. Prinsip budaya demokrasi
1) Kebebasan : Adalah kekuasaan untk membuat pilihan terhadap beragam
pilihan atau melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan
bersama atas kehendak sendiri, tanpa tekanan dar pihak manapun.
2) Persamaan : Setiap negara terdiri atas berbagai suku, ras, dan agama.
Namun dalam negara demokrasi perbedaan tersebut tidak perlu
ditonjolkan bahkan harus ditekan agar tidak menimbulkan konflik.
3) Solidaritas : Rasa solidaritas harus ada di dalam negara demokrasi.
Karena dengan adanya sifat solidaritas ini, walaupun ada perbedaan
pandangan bahkan kepentingan tiap-tiap masyarakat maka akan
senantiasa selalu terikat karena adanya tujuan bersama.
4) Toleransi : Adalah sikap atau sifat toleran. Bersikap toleran artinya
bersifat menenggang (menghargai, memberikan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan
sebagainya) yang bertentangan atau berbeda dengan pendirian sendiri.
5) Menghormati kejujran : Kejujuran berarti kesediaan ataketerbukaan
untuk menyatakan suatu kebenaran. Kejujuran menjadi hal yang sangat
penting bagi semua pihak.
6) Menghormati penalaran : Peanalaran adalah penjelasan mengapa
seseorang memiliki pandangan tertentu, membela tindakan tertentu, dan
menuntut hal serupa dari orang lain. Penalaran ini sangat diperlukan
bagi terbangunnya solidaritas antarwarga masyarakat demokratis.
7) KeadaaKeadaban adalah ketinggian tingkat kecerdasan lahir batin atau
kebaikan budi pekerti. Seseorang yang berperilaku beradab berarti
memberikan penghormatan terhadap pihak lain yang dapat tercermin
melalui tindakan, bahasa tubuh, dan cara berbicara.
b. Prinsip – prinsip demokrasi yag bersifat universal
1) Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.
2) Tingkat persamaan (kesetaraan) tertentu antara warga negara.
3) Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai
oleh para warga negara.
4) Pengormatan terhadap supremasi hukum.
5. Ciri-Ciri Pemerintahan Demokratis
Setiap bentuk pemerintahan pastilah memiliki ciri-ciri. Berikut ini
merupakan ciri-ciri pemerintahan Demokrasi:
a. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan
politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
b. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
c. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
d. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga
perwakilan rakyat
6. Sejarah Demokrasi di Indonesia
Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada
tanggal 17 Agustus 1945, para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers)
melalui UUD 1945 (yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945) telah
menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (selanjutnya disebut
NKRI) menganut paham atau ajaran demokrasi, dimana kedaulatan (kekuasaan
tertinggi) berada ditangan Rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan demikian berarti juga NKRI tergolong
sebagai negara yang menganut paham Demokrasi Perwakilan (Representative
Democracy).
Penetapan paham demokrasi sebagai tataan pengaturan hubungan antara
rakyat disatu pihak dengan negara dilain pihak oleh Para Pendiri Negara
Indonesia yang duduk di BPUPKI tersebut, kiranya tidak bisa dilepaskan dari
kenyataan bahwa sebahagian terbesarnya pernah mengecap pendidikan Barat,
baik mengikutinya secara langsung di negara-negara Eropah Barat (khususnya
Belanda), maupun mengikutinya melalui pendidikan lanjutan atas dan
pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintahan kolonial Belanda di
Indonesia sejak beberapa dasawarsa sebelumnya, sehingga telah cukup akrab
dengan ajaran demokrasi yang berkembang di negara-negara Eropah Barat dan
Amerika Serikat. Tambahan lagi suasana pada saat itu (Agustus 1945) negara-
negara penganut ajaran demokrasi telah keluar sebagai pemenang Perang Dunia-
II.
Didalam praktek kehidupan kenegaraan sejak masa awal kemerdekaan
hingga saat ini, ternyata paham demokrasi perwakilan yang dijalankan di
Indonesia terdiri dari beberapa model demokrasi perwakilan yang saling berbeda
satu dengan lainnya.
Sejalan dengan diberlakukannya UUD Sementara 1950 (UUDS 1950)
Indonesia mempraktekkan model Demokrasi Parlemeter Murni (atau dinamakan
juga Demokrasi Liberal), yang diwarnai dengan cerita sedih yang panjang
tentang instabilitas pemerintahan (eksekutif = Kabinet) dan nyaris berujung pada
konflik ideologi di Konstituante pada bulan Juni-Juli 1959.
Guna mengatasi konflik yang berpotensi mencerai-beraikan NKRI
tersebut di atas, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Ir.Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden yang memberlakukan kembali UUD 1945, dan
sejak itu pula diterapkan model Demokrasi Terpimpin yang diklaim sesuai
dengan ideologi Negara Pancasila dan paham Integralistik yang mengajarkan
tentang kesatuan antara rakyat dan negara.
Belum berlangsung lama, yaitu hanya sekitar 6 s/d 8 tahun dilaksanakan-
nya Demokrasi Terpimpin, kehidupan kenegaraan kembali terancam akibat
konflik politik dan ideologi yang berujung pada peristiwa G.30.S/PKI pada
tanggal 30 September 1965, dan turunnya Ir. Soekarno dari jabatan Presiden RI
pada tanggal 11 Maret 1968.
Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden ke-2
RI dan menerapkan model Demokrasi yang berbeda lagi, yaitu dinamakan
Demokrasi Pancasila (Orba), untuk menegaskan klaim bahwasanya model
demokrasi inilah yang sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila.
Demokrasi Pancasila (Orba) berhasil bertahan relatif cukup lama
dibandingkan dengan model-model demokrasi lainnya yang pernah diterapkan
sebelumnya, yaitu sekitar 30 tahun, tetapi akhirnyapun ditutup dengan cerita
sedih dengan lengsernya Jenderal Soeharto dari jabatan Presiden pada tanggal 23
Mei 1998, dan meninggalkan kehidupan kenegaraan yang tidak stabil dan krisis
disegala aspeknya.
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya
Presiden Soeharto, maka NKRI memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang
baru, sebagai hasil dari kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir
semua aspek kehidupan masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya.
Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di amandemennya UUD 1945
(bagian Batangtubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama kegagalan
tataan kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.
Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan kelembagaan
negara, khususnya laginya perubahan terhadap aspek pembagian kekuasaan dan
aspek sifat hubungan antar lembaga-lembaga negaranya, dengan sendirinya
mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap model demokrasi yang dilaksana-
kan dibandingkan dengan model Demokrasi Pancasila di era Orde Baru.
Model Demokrasi pasca Reformasi (atau untuk keperluan tulisan ini
dinamakan saja sebagai Demokrasi Reformasi, karena memang belum ada
kesepakatan mengenai namanya) yang telah dilaksanakan sejak beberapa tahun
terakhir ini, nampaknya belum menunjukkan tanda-tanda kemampuannya untuk
mengarah-kan tatanan kehidupan kenegaraan yang stabil (ajeq), sekalipun
lembaga-lembaga negara yang utama, yaitu lembaga eksekutif (Presiden/Wakil
Presiden) dan lembaga-lembaga legislatif (DPR dan DPD) telah terbentuk
melalui pemilihan umum langsung yang memenuhi persyaratan sebagai
mekanisme demokrasi.
7. Proses Perkembangan Demokrasi Di Indonesia
a. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 ).
Tahun 1945 – 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda
yang ingin kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi
belum berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya revolusi
fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu
terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbnyi sebelum MPR,
DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh
Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa negara
Indonesia adalah negara yang absolut pemerintah mengeluarkan :
1) Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945,
KNIP berubah menjadi lembaga legislatif.
2) Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan
Partai Politik.
3) Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang
perubahan sistem pemerintahn presidensil menjadi parlementer
b. Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama
1) Masa demokrasi Liberal 1950 – 1959
Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai
lambang atau berkedudukan sebagai Kepala Negara bukan sebagai
kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas
politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal
disebabkan :
a) Dominannya partai politik
b) Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
c) Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS
1950
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 :
a) Bubarkan konstituante
b) Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
c) Pembentukan MPRS dan DPAS
2) Masa demokrasi Terpimpin 1959 – 1966
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No.
VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua
kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan
nasakom dengan ciri:
a) Dominasi Presiden
b) Terbatasnya peran partai politik
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain :
a) Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang
dipenjarakan
b) Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh
presiden dan presiden membentuk DPRGR
c) Jaminan HAM lemah
d) Terjadi sentralisasi kekuasaan
e) Terbatasnya peranan pers
f) Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC
(Blok Timur)
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965
oleh PKI.
c. Pelaksanaan demokrasi Orde Baru 1966 – 1998
Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya Surat
Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Awal Orde baru memberi
harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II,
III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan
Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Namun demikian
perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal sebab:
1) Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
2) Rekrutmen politik yang tertutup
3) Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
F. Geopolitik
1. Pengertian Geopolitik
Kata geo-politik berasal dari kata geo dan politik. “geo” berarti bumi dan
“politik” berasal dari bahasa Yunani politeia, berarti kesatuan masyarakat yang
berdiri sendiri (negara) dan teia yang berarti urusan. Sementara dalam bahasa
Inggris, politics adalah suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan, cara yang digunakan
untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu. Dari pengertian di atas, pengertian
geopolitik dapat lebih disederhanakan lagi. Geopolitik adalah suatu studi yang
mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah dan ilmu sosial, dengan merujuk kepada
percaturan politik internasional. Geopolitik mengkaji makna strategis dan politis
suatu wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah
tersebut. Geopolitik mempunyai 4 unsur pembangun, yaitu keadaan geografis, politik
dan strategi, hubungan timbal balik antara geografi dan politik, serta unsur
kebijaksanaan.
2. Perkembangan Teori Geopolitik
Istilah geopolitik semula sebagai ilmu politik, kemudian berkembang menjadi
pengetahuan tentang sesuatu yang berhubungan dengan konstelasi ciri _khas negara
yang berupa bentuk, Luas, letak, iklim, dan sumber daya alam_ sutau negara untuk
membangun dan membina negara. Para penyelenggara pemerintah nasional
hendaknya menyusun pembinaan politik nasional berdasarkan kondisi dan situasi
geomorfologi secara ilmiah berdasarkan cita-cita bangsa. Adapun geostrategi
diartikan sebagai pelaksanaan geopolitik dalam negara. Kemudian, teori geopolitik
berkembang menjadi konsepsi wawasan nasional bangsa. Oleh karena
itu, wawasan nasional bangsa selalu mengacu pada geopolitik. Dengan wawasan
nasional suatu negara, dapat dipelajari kemana arah arah perkembangan sautu negara.
G. Integrasi Nasional
1. Pengertian Integrasi Nasional
Istilah integrasi nasional berasal dari dua kata yaitu integrasi dan nasional.
Istilah integrasi mempunyai arti pembauran atau penyatuan sehingga menjadi
kesatuan yang utuh / bulat. Sedangkan istilah nasional mempunyai pengertian
kebangsaan, bersifat bangsa sendiri, meliputi suatu bangsa seperti cita-cita nasional,
tarian nasional, perusahaan nasional.
Sehubungan dengan penjelasan kedua istilah diatas maka interasi nasional
mempunyai pengertian suatu proses penyatuan atau pembaruan berbagai aspek sosial
budaya ke dalam kesatuan wilayah dan pembentukan identitas nasional atau bangsa
yang harus dapat menjamin terwujudnya keselarasan, keserasian dan keseimbangan
dalam mencapai tujuan bersama sebagai suatu bangsa.
Nazaruddin berpendapat istilah integrasi nasional merujuk kepada seluruh
unsur dalam rangka melaksanakan kehidupan bangsa, meliputi sosial, budaya
ekonomi, maka pada intinya integrasi nasional lebih menekankan persatuan persepsi
dan prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Dengan demikian Integrasi nasional dapat diartikan penyatuan bagian-bagian
yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau
memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu
bangsa.
Proses Integrasi Nasional biasanya akan dipengaruhi oleh aspek-aspek
sosiologis dan antropologis. Dalam prosesnya, integrasi dituntut adanya kesepakatan
terhadap nilai-nilai umum yang ada didalam masyarakat melalui proses :
a. Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses seumur hidup yang berkenaan dengan
bagaimana individu mempelajari cara-cara hidup, norma dan nilai sosial yang
terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkenbangan menjadi pribadi yang
dapat diterima oleh kelompoknya.
b. Akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu
kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari
suatu kebudayaan asing.
c. Asimilasi
Asimilasi adalah pebauran dua kebudayaan yang disertai dengan
hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru.
d. Enkulturasi
Enkulturasi merupakan proses mempelajari dan menyesuaikan alam
pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan
yang hidup dalam kebudayaannya.
Contoh bentuk integrasi nasional adalah sumpah pemuda yang menghasilkan
nasionalisme dan menyatukan rakyat Indonesia secara sosial dan politik, melalui
semboyan “satu tanah air, satu bahasa, satu bangsa”.
Proses Integrasi Nasional harus melalui fase-fase sosial dan politik :
1) Melakukan pengorbanan sebagai langkah penyesuaian antara banyak perbedaa,
keinginan, dan ukuran penilaian.
2) Mengembangkan sikap toleransi didalam kelompok sosial.
3) Terciptanya kesadaran dan kesediaan untuk mencapai suatu konsensus.
4) Mengidentifikasi akar persamaan diantara kultur-kultur etnis yang ada.
5) Kemampuan segenap kelompok yang ada untuk berperan secara bersama-sama
dalam kehidupan busaya dan politik.
6) Mengakomodasi timbulnya etnis.
7) Adanya upaya kuat dalam melawan prasangka dan diskiriminasi.
8) Menghilangkan pengkotak-kotak kebudayaan.
Dalam konteks Indonesia, maka proses Integrasi Nasional haruslah berjalan
alamiah sesuai dengan keanekaragaman budayanya dan harus lepas dari hegemoni
pengaruh kekuasaan suatu nefara atas negara-negara lain dan ominasi peran politik
etnik tertentu.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya menganut prinsip ‘ius sanguinis’,
mengatur kemungkinan warganya untuk mendapatkan status kewarganegaraan melalui
prinsip kelahiran. Sebagai contoh banyak warga keturunan Cina yang masih
berkewarganegaraan Cina ataupun yang memiliki dwi-kewarganegaraan antara Indonesia
dan Cina, tetapi bermukim di Indonesia dan memiliki keturunan di Indonesia. Terhadap
anak-anak mereka ini sepanjang yang bersangkutan tidak berusaha untuk mendapatkan
status kewarganegaraan dari negara asal orangtuanya, dapat saja diterima sebagai
warganegara Indonesia karena kelahiran. Kalaupun hal ini dianggap tidak sesuai dengan
prinsip dasar yang dianut, sekurang-kurangnya terhadap mereka itu dapat dikenakan
ketentuan mengenai kewarganegaraan melalui proses registrasi biasa, bukan melalui proses
naturalisasi yang mempersamakan kedudukan mereka sebagai orang asing sama sekali.
Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai
warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk,
berdasarkan Kabupaten atau (khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai
penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk
Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor
pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas
yang bersangkutan dalam tata hukum internasional.
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan
dalam lapangan kerja atau perbaikan taraf hidup ekonomi dan menikmati hasil-hasilnya
secara adil sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan darma baktinya yang diberikankepada
masyrakat, bangsa, dan Negara Dalam pasal 27 UUD 1945 secara jelas disebutkan
bahwa negara menjamin warga negaranya tanpa membedakan ras, agama, gender, golongan,
budaya, dan suku.
B. Saran
1. Semoga dengan adanya rangkuman ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi teman-
teman dan dosen
2. Dengan adanya rangkuman ini semoga adanya pertimbangan dari pihak pemerintah
DAFTAR PUSTAKA
https://cacairays.files.wordpress.com/2017/05/pkn-konstitusi.pdf
http://eprints.uad.ac.id/9436/1/GEOSTRATEGI%20Dwi.pdf
http://kuantannet.blogspot.com/2016/12/makalah-hak-dan-kewajiban-warga-negara.html
http://makalahtugasmu.blogspot.com/2015/09/geopolitik.html
http://taufiqabd.blogspot.com/2017/05/makalah-demokrasi-di-indonesia.html