Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN
1. Fisiografi Sangiran
Sangiran adalah sebuah situs arkeologi di Jawa Indonesia. Sangiran
memiliki area sekitar 48km2. Secara fisiografis sangiran terletak pada area zona
Central Depression, yaitu berupa dataran rendah yang terletak antara gunung api
aktif Merapi dan Merbabu disebelah barat serta Lawu disebelah timur. Secara
administratif, Sangiran terletak di kabupaten Sragen (meliputi 3 kecamatan yaitu
Kalijambe, Gemolong, dan Plupuh) dan kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Sangiran terletak di desa Krikilan, kecamatan Kalijambe (+40km dari Sragen atau
+17km dari Solo). Situs ini menyimpan puluhan ribu fosil dari zaman pleistosen
(+2 juta tahun lalu).

Sangiran secara fisiografi termasuk kedalam zona Kendeng, yang memiliki


ciri adanya jajaran perbukitan rendah dengan morfologi bergelombang (ketinggian
50-300 meter). Berdasarkan stratigrafi yang ada pada sangiran, yaitu formasi
Kalibeng, Pucangan, Kabuh, dan Notopuro. Sangiran lebih spesifik masuk pada
zona depresi sentral yang menempati bagian tengah dari Jawa Tengah dan dikenal
dengan nama lembah Serayu. Lembah ini memisahkan antara pegunungan Serayu
Utara dan Serayu Selatan.

2. Stratigrafi Sangiran
a. Formasi Kalibeng
Formasi ini merupakan formasi tertua di lembah Sangiran. Lapisan initerdiri
dari pasir yang berwarna abu kehitaman dan batu pasir gampingan
dengankandungan fosil Foraminifera dan Mollusca (bertulang lunak) yang
melimpah. Dilapisan ini pula terdapat fosil kepiting, hal ini menunjukkan bahwa
lapisan inidulunya adalah wilayah perairan payau. Menurut para ahli bahwa
perairan inimengalami regresi (penyusutan air laut) yang terjadi pada zaman
Pliosen, hal inimenyebabkan terbentuknya daratan baru. Hipotesa tersebut
diperkuat dengan penemuan fosil Gajah purba atau Madtodon bumi juensis
berumur 5 juta s/d 1.8 juta tahun lalu. Dengan lapisan :

 Lapisan napal (Marl)


 Lapisan lempung abu-abu (biru) dari endapan laut dalam
 Lapisan foraminifera dari endapan laut dangkal
 Lapisan balanus batu gamping
 Lapisan lahar bawah dari endapan air payau.

b. Formasi Pucangan

Formasi ini terdiri dari dua bagian yaitu : bagian breksi dan bagian
batulempung hitam. Bagian breksi terdiri dari batu pasir konglomerat dan
breksi,lapisan ini berbatasan langsung dengan formasi Kalibeng. Pada bagian breksi
ditemukan fosil hewan jenis vertebrata (bertulang belakang) seperti Stegodont sp.
dan Sus sp. Spesies ini disebut fauna Jetis oleh Von Koeningswald. Sementara pada
lapisan lempung hitam diduga berasal dari daerah air tawar, dan jenis
spesiesfaunanya serupa dengan bagian breksi. Pada formasi Pucangan ini
strukturnyaterdiri dari Vulkanik dan air tawar. Berumur 1.8 juta s/d 1 juta tahun
lalu. Dengan lapisan :

 Lapisan lempung hitam (kuning) dari endapan air tawar


 Lapisan batuan kongkresi
 Lapisan lempung volkanik (Tuff) (ada 14 tuff)
 Lapisan batuan nodul
 Lapisan batuan diatome warna kehijauan
c. Formasi Kabuh

Formasi ini diduga berasal dari danau Plestosin yang telah mengering, pada
lapisan ini telah dilakukan ekskavasi di teras Dayu yang merupakan Grenzbank
(lapisan pembatas). Disini ditemukan Sangiran flake industry(alat buatan khusus
Sangiran) dan fosil Pithecanthropus erectus berumur1 juta s/d 250 ribu tahun lalu.
Dengan Lapisan :

 Lapisan konglomerat
 Lapisan batuan grenzbank sebagai pembatas
 Lapisan lempeng vulkanik (tuff) (ada 3 tuff)
 Lapisan pasir halus silang siur, dan lapisan pasir gravel.

d. Formasi Notopuro

Formasi ini merupakan formasi yang paling curam letaknya, dan


hanyaterdapat fosil seperti di formasi kabuh. Adapun fosil manusia purba
yangditemukan di Sangiran, yaitu :
 Lapisan lahar atas
 Lapisan teras
 Lapisan batu pumice

3. Struktur Regional
Menurut Pulunggono dan Martodjojo (1994), pola struktur Pulau Jawa pada
dasarnya memiliki tiga arah kelurusan struktur yang dominan, yaitu:

Pola struktur pertama yang dicirikan oleh arah timur laut - barat daya yang
dikenaldengan Pola Meratus. Pola Meratus terbentuk pada 80 sampai 53 juta tahun
yanglalu (Kapur akhir – Eosen Awal)

Pola struktur kedua dominan dijabarkan oleh sesar-sesar berarah utara –


selatan yang dikenal dengan Pola Sunda. Pola Sunda pada umumnya berupastruktur
regangan. Pola Sunda terbentuk sejak 53 sampai 32 juta tahun yang lalu(Eosen awal
– Oligosen awal)

Pola struktur ketiga atau disebut juga Pola Jawa mempunyai arah struktur
barat – timur yang umumnya dominan berada berada di daratan Pulau Jawa bagian
barat diwakili oleh sesar-sesar naik seperti sesar baribis dan sesar-sesar dalam
Cekungan Bogor. Di bagian tengah tampak pola sesar-sesar yangterdapat pada zona
Serayu Utara dan Serayu Selatan.Di bagian Timur ditunjukanoleh sesar naik.Pola
Jawa terbentuk sejak 32 juta tahun yang lalu.Secara regional di zona Pegunungan
Serayu Selatan dijumpai strukturgeologi berupa lipatan, sesar, dan kekar (Asikin,
dkk, 1992).Pada umumnya struktur–struktur tersebut dijumpai pada batuan yang
berumur Kapur hingga Pliosen. Lipatan–lipatan sebagian besar berada di daerah
barat dan umunya berarah barat–timur.Di bagian timur dan selatan struktur lipatan
pada umumnya berupa monoklin dengan kemiringan lapisan ke arah selatan.
Sumbu–sumbu lipatan tersebut memiliki arah yang relatif sejajar dan sebagian
besar terpotongoleh sesar.Struktur Geologi permukaan yang terdapat di daerah
Banyumas dansekitarnya umumnya didominasi oleh sumbu-sumbu lipatan dan
jurus perlapisan batuan yang berarah baratlaut-tenggara. Dari interpretasi
penampang seismikmelalui Adipala-Purwokerto, terlihat adanya tinggian dan
rendahan pada Cekungan Banyumas. Tinggian dan rendahan tersebut dipisahkan
oleh sesar-sesar turun membentuk struktur graben dan setengah graben.Pada graben
ini diendapkan material sedimen Paleogen dan Neogen.

4. Geomorfologi Sangiran

Geomorfologi daerah sangiran merupakan suatu dome.Sangiranmerupakan


daerah dengan luas sekitar 32 km2 yang membujur dari utara keselatan sepanjang 8
km dan dari timur ke barat sepanjang 4 km, sehingga secaraumum dome Sangiran
berbentuk oval.Dome Sangiran merupakan daerah yangtersingkap. Berdasarkan
hasil penelitian terbentuknya Dome Sangiran merupakan peristiwa geologi yang
diawali pada 2,4 juta tahun yang lalu terjadi pengangkatan,gerakan lempeng
bumi,letusan gunung berapi dan adanya masaglasial sehingga terjadi penyusutan
air laut yang akhirnya membuat wilayahSangiran terangkat keatas, hal ini
dibuktikan dengan endapan yang bisa kita jumpai di sepanjang Sungai Puren yang
tersingkap lapisan lempeng biru dariFormasi Kalibeng yang merupakan endapan
daerah lingkungan lautan dan hinggasekarang ini banyak sekali dijumpai fosil-fosil
moluska laut.
Aspek geomorfologi dome Sangiran meliputi :

 Merupakan Dome.
 Sangiran adalah suatu Kawasan yang dibentuk / dikontrol oleh
strukturGeologi (Lipatan Miring Segala Arah) yang bekerja secara bersama-
samadengan proses Eksogenik ( Curah Hujan, Pelapukan, Erosi
dansedimentasi).
 Proses-proses Geomorfik ini akan bekerja secara simultan, karenadidukung
oleh faktor resistensi Batuan yang ada adalah sangat bervariasi.
Morfologi Sangiran merupakan kubah struktural dengan puncak telah
tererosi kuat. Sebagaiakibatnya adalah pembentukan pada aliran yang spesifik yaitu
"annular" yakni pada aliran "trallis" dominan sungai sub sekuenya melingkar
dansungai konsekuenya radial. Suatu struktur kubah sering kali memperlihatkan
penampang-penampang geologis yang baik dari informasi muda di pinggir
keformasi yang tua di pusat kubahnya. Kubah sangiran juga menyingkap suatu
penampang hingga batuan tersier. Proses ini mungkin masih berlangsung
terusmenerus, sebab proses ini berjalan secara geomorfik.Dalam sangiran terdapat
sungai anteseden dan kali cemoro yangmemotong struktur kubah sangiran
walaupun lapisan lapisan di dalam kubahterpotong ke atas tetapi kali cemoro tetap
dapat memotongnya dengan erosi vertikal.

BAB II
TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan praktikum Paleontologi acara Fieldtrip adalah sebagai


berikut :

1. Praktikan dapat mengetahui lingkungan pengendapan pada setiap formasi


disangiran
2. Praktikan dapat mengetahui fosil penciri pada setiap formasi di sangiran
3. Praktikan dapat mengetahui umur dari setiap formasi di sangiran

BAB III
HASIL PRAKTIKUM
1. Penampang stratigrafi Sangiran

2. Penampang stratigrafi museum


Keterangan :
- Lapisan Kalibeng,
Tersusun oleh lempung biru dan Batugamping yang kaya fosil
foraminifera.
- Lapisan Pucangan
Mengandung larik lempung diatomik, batu lempung pasiran yang
mengandung moluska, lempung hitam, dan material breksi laharik.
- Lapisan Grenzbank
Menyerupai beton semen, yang sangat kuat, terdiri dari konkresi
konglomeratan/ Gamping pisoid.
- Lapisan Kabuh
Terbentuk dari larik larik pasir fluvio-vulkanik (pasir sungai dari gunung
api) yang saling tumpang teratur.
- Lapisan notopuro
Merupakan hasil pengendapan lumpur vulkanik, batupasir tufaan, dan
material breksi laharik.

3. Peta lintasan
FORM FIELDTRIP PALEONTOLOGI 2019
MUSEUM SANGIRAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
Jl. Mayor Jenderal Sungkono KM 5 Blater Purbalingga
53371
Telp. (0281) 6596700 E-mail: fst_blater@yahoo.co.id
Nama : Ailen Hari/Tanggal : Minggu, 17 November 2019
NIM : H1C018033 Lokasi : Pintu masuk museum
Waktu : 09.10 WIB

Foto Lokasi
B T

Gambar 1. Singkapan breksi laharik

Deskripsi Lokasi

Singkapan ini berada di pintu masuk, lapisan ini berwarna coklat, memiliki
dimensi panjan 2 meter dan lebar 10 meter. Singkapan ini membentang dari barat
ke timur. Kondisi singkapan ini sudah agak lapuk ditandai dengan adanya vegetasi
dipermukaan singkapan ini. Singkapan ini merupakan lapisan tanah berusia 1.8 juta
tahun, merupakan lapisan lahar vulkanik paling tua di sangiran, hasil aktivitas
erupsi Gunung Lawu purba. Diatas lapisan tanah yang tidak mengandung fosil ini
dibangun museum purba sangiran. Diperkirakan lapisan ini terbentuk pada
Pleistosen awal. Litologi pada singkapan ini merupakan breksi vulkanik dengan
fragmen subangular. Litologi ini termasuk kedalam fasies proksimal menuju radial,
singkapan ini termasuk kedalam sedimen di pulau Jawa dan termasuk vulkanik
klastik

FORM FIELDTRIP PALEONTOLOGI 2019


MUSEUM SANGIRAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
Jl. Mayor Jenderal Sungkono KM 5 Blater Purbalingga
53371
Telp. (0281) 6596700 E-mail: fst_blater@yahoo.co.id
Nama : Ailen Hari/Tanggal : Minggu, 17 November 2019
NIM : H1C018033 Lokasi : Diorama 1
Waktu : 09.30 WIB

Foto Lokasi

Gambar 2. Kubah sangiran

Deskripsi Lokasi

Terbentuknya kubah sangiran.


Tumbukan lempeng tektonik yang terjadi di selatan pulau Jawa
menghasilkan gaya yang saling menekan pada perlapisan tanah batuan di sangiran.
Gaya yang saling mengakibatkan pengangkatan pada permukaan tanahnya. Proses
perlipatan tanah/batuan membentuk menyerupai kubah.
Proses pembentukan kubah biasa diiringi dengan terbentuknya patahan dan
rekahan terutama pada bagian puncaknya. Zona patahan dan rekahan ini merupakan
zona lemah, sehingga lapisan tanah/batuan mudah tererosi dan memberi jalan air
hingga menjadi sungai.
Kontur sangiran yang berbukit-bukit terbentuk akibat aktivitas vulkanik,
tektonik, serta naiknya diapirik sedimen lempung yang terjadi ratusan ribu tahun
lalu. Tumbukan lempeng tektonik menghasilkan gaya tekan horizontal . Gaya tekan
tersebut menyebabkan perlipatan lapisan sehingga membentuk perbukitan pada
permukaan tanahnya.

FORM FIELDTRIP PALEONTOLOGI 2019


MUSEUM SANGIRAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
Jl. Mayor Jenderal Sungkono KM 5 Blater Purbalingga
53371
Telp. (0281) 6596700 E-mail: fst_blater@yahoo.co.id
Nama : Ailen Hari/Tanggal : Minggu, 17 November 2019
NIM : H1C018033 Lokasi : Diorama 1
Waktu :

Foto Lokasi

Gambar 3. Formasi sangiran

Deskripsi Lokasi

Formasi Sangiran :
1. Kalibeng (2,4 juta tahun lalu) : Pada masa ini Sangiran adalah dasar laut. Rumah
bagi beragam jenis siput, kerang, dan ikan. Arus memungkinkan penyu berenang
nyaman sembari memburu ikan-ikan kecil, meski terkadang ia mesti menghindar
dari kejaran hiu.
2. Pucangan (1,8 juta tahun lalu) : Bentang rawa dibalik rapatnya hutan bakau,
berseling dataran rendah berumput yang dibelah sungai. Kala ini, sangiran
peralihan dari laut menuju daratan.
3. Grenzbank (900 ribu tahun lalu) :Sangiran beralih menjadi daratan, dimana
menjangan dan kerbau purba berebut waktu dengan harimau dan gajah.
4. Kabuh (730 ribu tahun lalu) : Masanya fauna dan homo erectus sangiran
merayakan kehidupan. Dalam iklim tropis, sangiran menjelma sabana hijau yang
dinamis.
5. Notopuro (300 ribu tahun lalu) : Kering dan tandus, sangiran beralih menjadi
gersang.

FORM FIELDTRIP PALEONTOLOGI 2019


MUSEUM SANGIRAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
Jl. Mayor Jenderal Sungkono KM 5 Blater Purbalingga
53371
Telp. (0281) 6596700 E-mail: fst_blater@yahoo.co.id
Nama : Putri Nadila Hari/Tanggal : Minggu, 17 November 2019
NIM : H1C018007 Lokasi : Diorama 1
Waktu :

Foto Lokasi

Gambar 4. Lapisan Formasi


sangiran

Deskripsi Lokasi

Lapisan 5 Formasi Sangiran :


1. Kalibeng : tersusun oleh lempung biru dan batugamping yang kaya fosil
foraminifera
2. Pucangan : mengandung larik lempung diatom, batulempung pasiran yang
mengandung moluska, lempunghitam, material breksi laharik.
3. Lapisan Grenzbank : menyerupai beton semen yang sangat luas
4. Kabuh : terbentuk dari larik-larik pasir fluvio-vulkanik
5. Notopuro : hasil pengendapan lumpur vulkanik, batupasir tufaan dan material
breksi laharik
Pada masa itu terdapat 3 generasi gajah, yaitu mastodon, stegodon, dan elephas.

FORM FIELDTRIP PALEONTOLOGI 2019


MUSEUM SANGIRAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
Jl. Mayor Jenderal Sungkono KM 5 Blater Purbalingga
53371
Telp. (0281) 6596700 E-mail: fst_blater@yahoo.co.id
Nama : Putri Nadila Hari/Tanggal : Minggu, 17 November 2019
NIM : H1C018007 Lokasi : Diorama 2
Waktu :

Foto Lokasi

Gambar 5. Jenis homo erectus

Deskripsi Lokasi

Evolusi manusia
Pendapat para ahli tentang proses evolusi manusia dan peran homo erectus
dalam proses evolusi sejalan dengan perkembangan hasil penelitian baru. Homo
erectus merupakan nenek moyang langsung Homo sapiens yang kemudian punah
di Asia timur. Terdapat 3 jenis homo erectus, yaitu :
1. Homo erectus arkaik, mempunyai ciri fisik yang paling kekar, fosilnya dikenal
dengan Meganthropus paleojavanicus, Pithecanthropus roburlus (sangiran) dan
Pithecanthropus mojokertensis (perning, mojokerto)
2. Homo erectus tipik (sering disebut klasik), termasuk temuan homo erectus
pertama oleh Eugene Dubois di Trinil.
3. Homo erectus progresif, jenis ini yang paling maju, volume otak lebih besar, dahi
agak meninggi, fosilnya banyak ditemukan sebagai Pithecanthropus solaparis.

FORM FIELDTRIP PALEONTOLOGI 2019


MUSEUM SANGIRAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
Jl. Mayor Jenderal Sungkono KM 5 Blater Purbalingga
53371
Telp. (0281) 6596700 E-mail: fst_blater@yahoo.co.id
Nama : Putri Nadila Hari/Tanggal : Minggu, 17 November 2019
NIM : H1C018007 Lokasi : Diorama 2
Waktu :

Foto Lokasi

Gambar 6. Missing Link Gambar 7. Lapisan tanah sangiran

Deskripsi Lokasi

Di Trinil, missing link ditemukan oleh Eugene Dubois tahun 1891


Pada bulan September 1891 Dubois menemukan atas tengkorak dengan
kapasitas tinggi, gigi yang primitive dan tulang paha kiri yang mengindikasikan
pemiliknya berjalan tegak. Dia telah menemukan missing link Darwin.
Gambar disebelah kanan merupakan lapisan tanah di kubah sangiran
menunjukkan batuan yang cukup lengkap dikawasan ini. Mulai dari lapisan tertua
formasi Kalibeng, Pucangan, Kabuh, Notopuro dan endapan teras. Lapisan-lapisan
ini juga menjadi bukti proses terbentuknya Pulau Jawa, pada singkapan lapisan-
lapisan itulah ditemukan banyak fosil yang dapat menjadi dasar rekonstruksi
kehidupan di masa lampau.

FORM FIELDTRIP PALEONTOLOGI 2019


MUSEUM SANGIRAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
Jl. Mayor Jenderal Sungkono KM 5 Blater Purbalingga
53371
Telp. (0281) 6596700 E-mail: fst_blater@yahoo.co.id
Nama : Putri Nadila Hari/Tanggal : Minggu, 17 November 2019
NIM : H1C018007 Lokasi : Diorama 2
Waktu :

Foto Lokasi

Gambar 8. Asal usul


bangsa Indonesia

Deskripsi Lokasi

Asal usul bangsa Indonesia.


Temuan fosil Homo erectus di Sangiran dan situs lain Jawa Timur dan
Flores membuktikan nusantara telah dihuni manusia paling tidak sejak satu juta
tahun lalu. Namun, Homo erectus ternyata punah, lalu bagaimana asal usul bangsa
Indonesia?
Pada sekitar 5000 tahun lalu, penduduk Formosa yang berbahasa
Austronesia mulai bermigrasi ke Kepulauan Filipina, untuk selanjutnya menghuni
Borneo dan Sulawesi sekitar 4500 tahun lalu, lalu menyebar. Awalnya komunitas
yang mencirikan ras mengoloid selatan ini membawa budaya baru berupa pertanian,
keterampilan pelayaran, menenun dan mendirikan rumah panggung, unsur-unsur
bahasa telah menjadi akar budaya bangsa Indonesia sekarang. Dan sekarang
bangsa-bangsa yang kami tinggal di Kepulauan Nusantara adalah pendatang baru.

FORM FIELDTRIP PALEONTOLOGI 2019


MUSEUM SANGIRAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
Jl. Mayor Jenderal Sungkono KM 5 Blater Purbalingga
53371
Telp. (0281) 6596700 E-mail: fst_blater@yahoo.co.id
Nama : Putri Nadila Hari/Tanggal : Minggu, 17 November 2019
NIM : H1C018007 Lokasi : Diorama 2
Waktu :

Foto Lokasi

Gambar 9. Ring of fire

Deskripsi Lokasi

Kepulauan Indonesia merupakan “The Ring of Fire” di samudera hindia.


Karena terdiri atas rangkaian gunung api yang muncul dari dasar samudera sebagai
akibat terlipatnya lempeng samudera.
Ring of Fire adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan
letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini
berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah
ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.Sekitar 90% dari gempa bumi
yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api
ini. Daerah gempa berikutnya (5-6% dari seluruh gempa dan 17% dari gempa
terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke
Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke Atlantika. Berikutnya adalah Mid-
Atlantic Ridge

FORM FIELDTRIP PALEONTOLOGI 2019


MUSEUM SANGIRAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
Jl. Mayor Jenderal Sungkono KM 5 Blater Purbalingga
53371
Telp. (0281) 6596700 E-mail: fst_blater@yahoo.co.id
Nama : Putri Nadila Hari/Tanggal : Minggu, 17 November 2019
NIM : H1C018007 Lokasi : Diorama 3
Waktu :

Foto Lokasi

Gambar 10. Fosil manusia purba

Deskripsi Lokasi

Manusia Flores merupakan salah satu karya Elisabeth Paynes yang paling
akhir, yang telah dia kerjakan dalam dua versi, versi pertama dan versi akhir.
Gambar diatas adalah versi akhir, direalisasikan berdasarkan berbagai interpretasi,
mutakhir tentang manusia Flores, terutama hasil penelitian Joof Bill Jungers.
Perbedaan dengan versi pertama tahun 2007 adalah bahu yang sedikit ditarik
kedepan, pinggul yang lebih sempit, dan telapak kaki yang lebih panjang. Karya
manusia Flores ini dan juga Homo erectus Sangiran, sering dideskripsikan sebagai
karaya terbaiknya, bagian dari ratusan patung Anthropologisnya yang tersebar di
museum museum terkemuka di dunia.

FORM FIELDTRIP PALEONTOLOGI 2019


MUSEUM SANGIRAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
Jl. Mayor Jenderal Sungkono KM 5 Blater Purbalingga
53371
Telp. (0281) 6596700 E-mail: fst_blater@yahoo.co.id
Nama : Putri Nadila Hari/Tanggal : Minggu, 17 November 2019
NIM : H1C018007 Lokasi : Diorama 3
Waktu :

Foto Lokasi

Gambar 11. Fosil kepala kerbau

Deskripsi Lokasi

Gambar diatas adalah gambar fosil kepala kerbau yaitu Bubalus


palaeokerabau. Fosil ini ditemukan oleh Santosa, kondisi fosil ini terpecah menjadi
30 lebih fragmen-fragmen. Setelah melalui proses rekonstruksi akhirnya dapat
menjadi sebuah fosil yang utuh. Habitat dari hewan ini berupa padang rumput yang
terbuka, hewan ini memakan tumbuhan atau biasa disebut sebagai herbivora.

Deskripsi Singkapan

1. Stopsite 1 (Formasi Kalibeng)

U S
Singkapan ini berada di daerah dukuh Pablengan, desa Krikilan, Kabupaten
Sragen dengan koordinat 482500/9176437. Singkapan ini berada disebelah barat
sungai. Singkapan ini merupakan Formasi Kalibeng diamati ketika cuaca cerah,
pukul 10.25 WIB.
Berdasarkan pengamatan pada singkapan ini memiliki warna coklat
kebiruan dengan dimensi singkapan panjang 10 meter dan lebar 12 meter.
Singkapan ini memiliki litologi lempung biru, dengan semennya karbonat, kemas
tertutup. Pada singkapan ini terlihat sudah ditumbuhi vegetasi artinya kondisinya
sudah lapuk. Singkapan ini membentang dari utara ke selatan. Banyak ditemukan
fosil moluska yang mengindikasikan lingkungan pengendapannya berada di laut.

Batuan yang disampling dari singkapan yang merupakan Formasi Kalibeng.


Jika dilihat sample batuannya memiliki warna abu kebiruan. Sample batuan ini
memiliki dimensi panjang 6 cm, lebar 4 cm dan tinggi 2 cm. Dilihat pada
permukaannya memiliki kemas tertutup, dengan sortasinya baik. Ketika ditetesi
HCl batu ini bereaksi artinya semennya karbonat, berdasarkan pengamatan, nama
batuan ini batulempung biru.

2. Stopsite 2 (Formasi Pucangan)

T B
Secara administrative singkapan ini berada di daerah drepoh desa Bukuran,
kecamatan sragen, dengan koordinat 483647/9175390. Selain itu singkapan ini
berada di sebelah selatannya sawah berjarak 100 meter dari jalan. Diamati ketika
cuaca cerah pukul 11.35 WIB.
Singkapan ini memiliki warna abu-abu, yang membentang dari barat ke
timur. Singkapan ini memiliki dimensi panjang 5 meter lebar 20 meter. Singkapan
ini merupakan formasi Pucangan. Jika diamati pada singkapan ini terdapat
perbedaan warna, ada yang berwarna abu kehitaman dan ada yang abu terang. Abu
terang ini menunjukkan adanya tuff, dan abu kehitaman pada singkapan
menunjukkan adanya litologi batulempung hitam. Warna hitam ini disebabkan
karena adanya mangrove/rawa sehingga kaya akan organic, kemudian ditemui
kemunculan tuff berarti singkapan ini terdapat pengaruh vulkanik. Pada singkapan
ini ditemui banyaknya fosil-fosil moluska transisi sehingga dari pengamatan ini
dapat diinterpretasikan lingkungan pengendapannya adalah lingkungan transisi.

Batuan diatas disampling dari singkapan yang merupakan Formasi Pucangan. Jika
dilihat, sampel memiliki warna abu kehitaman juga ada bagian yang memiliki
warna abu terang atau abu keputihan. Batuan ini memiliki dimensi panjang 5 cm,
lebar 3 cm, dan tinggi 3 cm. Dilihat pada permukaannya, batuan ini memiliki kemas
tertutup, sortasinya baik, dan ketika ditetesi HCl bereaksi artinya batuan ini
memiliki semen karbonat. Berdasarkan pengamatan dapat disimpulkan nama
batuan ini adalah batugamping tufaan, karena adanya kemunculan tuff pada litologi
batulempung hitam.
3. Stopsite 3 (Formasi Kabuh)

Tenggara
Barat Laut

Singkapan ini berada di daerah dusun bapang, desa Bukuran, kecamatan


sragen, dengan koordinat 483660/9174719. Singkapan ini berada di sebelah timur
jalan dan berjarak 3 meter dari jalan. Diamati ketika cuaca terik pukul 13.20 WIB.
Singkapan ini memiliki warna abu-abu terang, yang membentang dari
tenggara ke barat laut. Singkapan ini memiliki dimensi panjang 5 meter lebar 10
meter. Singkapan ini merupakan formasi Kabuh. Pada singkapan ini ditemukan
struktur sedimen crossbedding, juga ditemui perselingan litologi, dan yang paling
bawah ditemukan litologi batupasir halus dengan struktur parallel laminasi,
kemudian berjarak 10cm keatasnya terdapat batupasir dengan ukuran butir pasir
kasar, setelah itu terdapat suatu lapisan yang tidak menerus yang diduga adalah
Grenzbank, karena tidak menerus jadi bisa disebut sebagai sisipan dengan litologi
batugamping. Setelah berjarak 10 cm lagi terdapat batupasir halus nonkarbonatan
yang memiliki ketebalan 30cm. Kemudian ditemui lagi batupasir kasar
nonkarbonatan yang memiliki ketebalan 1 meter, lalu ditemui lagi batupasir halus
yang berwarna abu terang, nonkarbonatan yang memiliki ketebalan 1 meter dan
ditemukan adanya tuff. Dengan adanya struktur crossbedding dan parallel laminasi
juga litologinya dapat diinterpretasikan mekanisme pengendapannya dipengaruhi
oleh arus turbidit dengan mekanisme lingkunga pengendapan di Formasi Kabuh ini
terendapkan di lingkungan darat dikontrol oleh lingkungan sungai.
Batuan diatas disampling dari singkapan yang merupakan Formasi Kabuh. Jika
dilihat, sampel memiliki warna abu terang. Batuan ini memiliki dimensi panjang 5
cm, lebar 4 cm, dan tinggi 2 cm. Dilihat pada permukaannya, batuan ini memiliki
ukuran butir pasir sedang, kemas tertutup, sortasinya baik, dan nonkarbonat.
Berdasarkan pengamatan dapat disimpulkan nama batuan ini adalah batupasir
sedang.

4. Stopsite 4 (Grenzbank)
TL BD

Singkapan ini berada di daerah drepoh desa Bukuran, kecamatan sragen,


dengan koordinat 483642/9174749. Selain itu singkapan ini berada di sebelah timur
jalan berjarak 2 kilometer dari jalan. Diamati ketika cuaca terik pukul 13.45 WIB.
Singkapan ini memiliki warna abu-abu gelap, yang membentang dari timur
laut ke barat daya. Singkapan ini memiliki dimensi panjang 50 cm dan lebar 1.5
meter. Singkapan ini merupakan bagian Grenzbank. Pada singkapan ini ditemukan
struktur sedimen graded bedding dibagian bawah dan dibagian atas adanya struktur
cross laminasi. Lapisan ini tidak menerus melainkan melensa, singkapan ini sangat
keras, diinterpretasikan karena adanya pelarutan pada Formasi Kabuh yang
dominan oleh lempung hitam dimana larutannya tidak bisa menembus/inpermeabel
sehingga unsur kimia tertumpuk dibawah sehingga lapisan yang tidak menerus ini
mengeras. Ketika diamati sortasinya buruk dengan kemas terbuka, dan semen
karbonatan. Dapat diinterpretasikan lingkungan pengendapannya di darat yang
masih ada pengaruh Formasi Kabuh. Berdasarkan hasil pengamatan dapat
disimpulkan batuan yang termasuk di Formasi ini adalah Batugamping
Konglomeratan karena karbonatan kuat dan ukuran butirnyayang berkisar kerikil-
kerakal seperti konglomerat.

5. Stopsite 5 (Formasi Notopuro)


BL TG

Singkapan ini berada di daerah kalongbali kulon, kecamatan sragen, dengan


koordinat 480832/9176786. Selain itu singkapan ini berada di sebelah barat laut
sungai berjarak 50 meter dari jembatan. Diamati ketika cuaca cerah pukul 15.30
WIB.
Singkapan ini memiliki warna abu-abu terang, yang membentang dari barat
laut ke tenggara. Singkapan ini memiliki dimensi panjang 1 meter lebar 1.5 meter.
Singkapan ini berada di formasi Notopuro. Singkapan ini berada di sepanjang
sungai yang mengalir dari barat ke timur, pada singkapan ini sudah ditemui vegetasi
dipermukaannya yang mengindikasikan sudah lapuk, induk dari singkapan ini
adalah breksi laharik yang berasal dari erupsi gunung api disekitar daerah sangiran.
Singkapan ini non karbonatan yang juga mencirikan lingkungan pengendapannya
di darat.
Batuan diatas disampling dari singkapan yang merupakan Formasi
Notopuro. Jika dilihat, sampel memiliki warna abu, fragmen batuan ini adalah
andesit. Juga terdapat fragmen tuff sehingga jenis fragmennya adalah polimik,
matriksnya adalah pasir tufaan. Batuan ini memiliki kemas terbuka, sortasinya
buruk, dan ketika ditetesi HCl bereaksi artinya batuan ini memiliki semen karbonat,
bentuk butirnya subangular. Berdasarkan pengamatan dapat disimpulkan nama
batuan ini adalah breksi laharik polimik.

6. Stopsite 6

U S

Stopsite ini diamati di menara pandang, kabupaten sragen. Lokasi


koordinatnya 48132/9176580. Membentang dari utara ke selatan.
Pada stopsite ini dapat terlihat pandangan geomorfologi sangiran yang
diamati dengan pandangan burung, Pada pandangan ini dapat terlihat sekilas
gunung Lawu, kemudian terlihat juga dataran fluvial dan kubah sangiran yang
sudah tererosi, serta sunga cemoro yang masih sedikir mengalir atau terairi. Sungai
ini memotong kubah sangiran. Dari pandangan ini terlihat bagian bawah kubah
sangiean yang sudah tererosi kuat, sehingga meninggalkan bentuk yang masih ada
hingga saat ini. Bagian yang tererosi itu merupakan zona lemah. Hal itu dapat
dilihat dari keberadaan formasi Kalibeng, Pucangan, Kabuh, dan Notopuro.
Formasi Kalibeng berada di zona lemah terlihat dari litologinya.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Formasi Sangiran
a. Formasi Kalibeng
U S

formasi kalibeng merupakan formasi yang terletak di paling bawah atau


paling tua yang berumur 2.400.000 tahun lalu atau terbentuk pada masa miosen
akhir-pliosen. Pada formasi ini terdapat singkapan yang memiliki litologi
batulempung biru,dengan semennya karbonata,kemas tertutup. Dari warna
batulempung yang kebiruan serta semennya yang karbonatan menandakan
lingkungan pengendapannya yang berada di laut selain itu juga pada formasi ini
ditemukan adanya fosil foram dan moluska yang juga menandakan bahwa
lingkungan pengendapannya berada di laut

Formasi paling dasar dan yang paling tua yang ada di desa Sangiran adalah
formasi kalibeng. Sebelumnya, Sangiran merupakan lingkungan dasar laut yang
kemudian sekitar 1,8 juta tahun yang lalu mengalami pengendapan lapisan yang
menyebabkan perubahan lingkungan dasar laut menjadi lingkungan rawa-rawa
(swamps). Perubahan ini juga menyebabkan terbentuknya sumber mata air asin
yang muncul di desa Pablengan di daerah Sangiran. Sejarah geologi Sangiran ini
dimulai ketika terjadi sedimentasi Formasi Kalibeng yang berusia 2,4 juta tahun.
Formasi ini memiliki material berupa lempung biru dengan analisis polen
menunjukkan bahwa Sangiran pada saat ini dibatasi oleh hutan bakau lebat.
Kondisi lingkungan ini tidak memungkinkan penemuan mamalia kontinental
(Iwan dkk, 2006).Formasi kalibeng terbentuk pada masa Miosen akhir-pilosen
yang merupakan suatu formasi yang terdiri dari beberapa anggota dengan
lingkungan marine yang bervariasi dari neritik sampai batial. Sisa moluska laut
ditemukan di Formasi Kalibeng pada masa pleiosen (Tim Jurnalis Kompas, 2008).
Pada masa kalibeng,wajah sangiran adalah dasar laut. Rumah bagi beragam jenis
siput,kerang,dan ikan. Arus memungkinkan penyu berenang nyaman sembari
memburu ikan ikan kecil. Meski terkadang,ia mesti menghindar dari hiu.

b. formasi pucangan

T B

formasi pucangan terletak diatas formasi kalibeng, formasi ini berumur 1,8
juta tahun lalu. Pada formasi ini terdapat singkapan yang memiliki litologi
batulempung tufaan dikarenakan adanya batulempung hitam yang disebabkan
oleh adanya pengaruh mangrove atau rawa sehingga kaya akan organik lalu
terdapat adanya pengaruh vulkanik sehingga ditemukan kemunculan tuff. Fosil
penciri pada formasi pucangan adalah moluska transisi sehingga dapat
menunjukkan lingkungan pengendapannya yang berada di lingkungan transisi.
Formasi pucangan terjadi pada masa plistosen bawah, Formasi ini
merupakan formasi atau lapisan tanah paling bawah yang ada di Sangiran.
Museum Sangiran sendiri berdiri pada formasi pucangan, karena dianggap lapisan
ini memiliki tingkat kestabilan yang tinggi dan tidak mengalami perubahan. Ciri
khas dari lapisan ini tersusun dari material lempung hitam hingga abu-abu dengan
lapisan pasir tipis yang halus. Kandungan mineral organik yang ada pada lapisan
pucangan diasumsikan bahwa lapisan ini terbentuk dari lingkungan rawa dan
hutan bakau.Sekitar 1,8 juta tahun yang lalu terdapat aktivitas vulkanik yang
merubah Sangiran menjadi rawa-rawa akibat dari mengendapannya abu vulkanik
gunung lawu purba atau gunung merapi. Diikuti dengan gempa tektoknik yang
mengangkat dasar laut menjadi semakin ke atas hingga merubah dasar lautan.
Formasi pucangan sudah merusak hutan bakau yang mengubah dasar laut menjadi
laut dangkal atau rawa-rawa.Fosil fauna yang ditemukan pada lapisan ini
merupakan hewan vertebrata (bertulang belakang) seperti buaya sungai, kuda air,
kepiting, dan labi-labi. Selain itu pada lapisan pucangan juga ditemukan fosil
manusia purba homo erectus arcaic. Manusia purba ini memiliki ciri-ciri, yaitu
tempurung otak tebal, volume otak kecil, serta memiliki tulang rahang yang kekar
dan gigi geliginya besar. Homo erectus arcaic ini merupakan manusia awal yang
menghuni pulau Jawa.
c. Grenzbank

TL BD

Pada grenzbank ditemukan adanya singkapan yang berwarna abu


gelap,pada grenzbank diamati litologinya yang menghalus keatas atau graded
bedding dengan ukuran butri lapisan terbawahnya berukuran kerikil-kerakal atau
berukuran konglomerat, selain itu semen pada singkapan ini karbonatan kuat
seperti batugamping sehingga dapat diinterpretasikan litologinya adalah
batugamping konglomeratan,fosil penciri grezbank adalah moluska dan
foraminifera sehingga dapat diinterpretasikan lingkungan pengendapannya
merupakan laut dangkal karena semennya yang karbonatan dan terdapat fosil
pencirinya.
Grenzbank merupakan lapisan sebelum Kabuh. Nama ini berasal dari
bahasa Jerman, yang berarti “zona batas.” (G.H.R. Von koenigswald, 1940).
Terletak tepat dibawah lapisan kabuh, Grenzbank tebalnya sekitar 60 – 120 cm.
Lapisan ini merekam jejak peristiwa alam sekitar 900 – 750 ribu tahun lalu. Saat
itu sangiran masih berupa laut dangkal dengan laguna tempat hidup berbagai jenis
kerang laut dan foraminifera. Sementara itu, Pegunungan Kendeng yang terlebuh
dahulu terbentuk disebelah utara Sangiran terkikis sungai yang membawa materi
gamping untuk diendapkan di laut dangkal Sangiran. Endapan gamping yang
bercampur dan merekatkan batuan-batuan lain itu membentuk lapisan khas, itulah
yang disebut Grenzbank. Lapisan Grenzbank menyerupai beton semen yang
sangat keras, terdiri dari konkresi konglomeratan / gamping solid.( Aina
Nurwarista/Mahasiswa Teknologi Pangan/FKIK UKSW)

d. Formasi kabuh

TG BL

formasi kabuh merupakan fromasi yang terbentuk dari 730.000 tahun lalu.
Pada formasi ini ditemui singkapan yang memiliki litologi batupasir yang
memiliki struktur cross bedding dan juga parallel lamination,pada formasi ini
sudah jarang ditemui adanya fosil,adanya struktur cross bedding dan juga parallel
lamination menandakan lingkungan pengendapannya yang berupa daratan tetpai
masih ada pengaruh sungainya.
Formasi kabuh terdapat cross bedding andesitic sandstone dan kerikil
perselingan dengan andesitic tuff, kadang dengan konglomerat basalt,lapisan ini
terbentuk karena erosi pada lapisan batuan disekitarnya hususnya bagian barat dan
selatam, ketebalam lapisan ini beragam antara 50 meter sampai berates meter.
Umur formasi ini adalah middle Pliocene.

e. Formasi Notopuro

BL TL

Formasi notopuro merupakan formasi yang terbentuk dari 100.000 tahun


lalu. Pada formasi notopuro terdapat singkapan yang memiliki litologi breksi
laharik yang menandakan bahwa terdapat aktivitas vulkanik disekitar formasi
ini,pada formasi notopuro sudah tidak lagi ditemukan adanya fosil,karena pada
produknya yang merupakan breksi laharik dan non karbonatan dapat
diinterpretasikan lingkungan pengendapannya merupakan lingkungan darat.
Tuff,tuff sandstone,conglomerate dan agglomerate dari gunung api atau
hasil transportasi asal gunung api merupakan penyusun formasi notopuro yang
menutupi formasi kabuh secara tidak selaras,karena ditemukan adanya bidang
erosi dan hiatus. Sepanjang bukit kendeng terdpat breksi andesit dan aglomerat
yang umumunya terbentuk karena endapan lahar. Umur dari formasi ini adalah
upper Pleistocene. Formasi notopuro merupakan lapisan paling ats yang terdiri ari
material pasir dan batuan andesit. Lapisan ini sudah menjadi dataran yang
sempurna.

2. Geologi Sejarah Sangiran

Situs Sangiran dikenal dengan istilah “ Sangiran Dome” yang artinya Kubah
sangiran.Situs ini secara geomosfologis merupakan daerah perbukitan dengan
struktur kubah ataudome di bagian tengahnya. Struktur kubah mengalami proses
deformasi yaitu proses patahan,longsoran, dan erosi. Proses deformasi tersebut
membelah kubah sangiran dari kaki kubahsampai ke pusat kubah ditengahnya,
sehingga menyingkapkan lapisan tanah purba dengandengan sisa – sisa kehidupan
purba yang pernah ada di kawasan itu.
Lapisan tanah dari pusat kubah sampai ke bibir kubah terbagi menjadi empat
formasistratigrafi yaitu formasi Kalibeng, formasi Pucangan, formasi Kabuh, dan
formasi notopuro. formasi Kalibeng merupakan lapisan tanah tertua dan formasi
notopuro merupakan lapisan tanah termuda.

Situs Sangiran menurut penelitian geologi muncul sejak jaman tersier akhir, yaitu
pada Kala Pliosen atas sekitar 3 juta tahun yang lalu, dan berlanjut sampai Kala
Plestosen bawah 1,8 – 0,8 juta tahun yang lalu dan Plestosen tengah 0,8 – 0,18
juta tahun yang lalu.Pada Kala Pliosen atas (3 juta tahun yang lalu) kawasan
Sangiran masih berupa lautan dalam yang berangsur-angsur berubah menjadi laut
dangkal dengan kehidupan fortaminifera dan moluska laut. Pendangkalan berjalan
terus sampai akhir Kala Pliosen. Pendangkalan akhirnya mencapai daerah litoral.
Pada saat itu diendapkan batugamping balanus dan batugamping korbikula.Pada
beberapa tempat lingkungan litoral tersebut
membentuklingkungan payau. Sedimentasi yang berlangsung mengendapkan satu
an napal dan formasi Kalibeng atas. adapun formasi ini terdiri dari lapisan lapisan
napal (marl), lapisan lempung abu (biru) dari endapan laut dalam, lapisan
foraminifera dari endapan laut dangkal,lapisan balanus batu gamping, dan lapisan
lahar bawah dari endapan air payau.
Pada awal Kala Plestosen bawah, sekitar 2,3 juta tahun lalu, terjadi letusan
gunung api yang hebat. mungkin berasal dari gunung lawu purba
sehingga diendapkan lahar vulkanik yag mengisi laguna Sangiran. Letusan
gunung api ini telah mengubah bentang alam menjadilaut dangkal, menandai
dimulainya perubahan lingkungan laut ke lingkungan darat, sekaligus awal dari
mundurnya laut dari Sangiran. Rawa dan hutan bakau mendominasi lanskap
Sangiran hingga sekitar 0,9 juta tahun yang lalu, dicirikan oleh endapan lempung
hitam yang diistilah sebagai formasi pucangan. Adapun lapisan penyusunnya
yaitu lapisan lempung hitam(kuning) dari endapan air tawar, lapisan batuan
kongkresi, lapisan lempung volkanik (tuff) ?(ada 14 tuff), dan lapisan batuan
nodul, lapisan batuan diatome warna kehijauan.
Pada sekitar 0,9 tahun lalu, terjadi erosi pecahan gamping pisoid dari Pegunungan
Selatan yang terletak di selatan Sangiran dan kerikil-
kerikal vulkanik dari Pegunungan Kendeng di utaranya. Material erosi tersebut
menyatu di Sangiran sehingga membentuk suatu lapisan keras setebal 1-4meter,
yang disebut grenzbank alias lapisan pembatas. Pengendapan grenzbank menandai
perubahan lingkungan rawa menjadi lingkungan darat secara permanen di
Sangiran.
Sekitar 0.8 juta tahun lalu, tidak lagi dijumpai rawa di Sangiran. juga tak lagi
terdapat daerah peralihan antara laut dan darat. Manusia kekar meganthropus
paleojavanicus masih hidup dan berdampingan hidupnya dengan homo erectus
yang lebih ramping. Kemampuan membuat alat serpih tetap dilanjutkan. Pada
periode berikutnya terjadi letusan gunung yang hebat di sekitar Sangiran, berasal
dari gunung lawu, merapi dan merbabu purba. letusan hebat telah memuntahkan
jutaan
kubik endapan pasir vulkanik, kemudian diendapkan oleh aliran sungai yang ada d
isekitarnya saat itu. aktivitas vulkanik tersebut tidak hanya terjadi dalam waktu
yang singkat,tetapi susul menyusul dalam periode lebih dari 500.000
tahun. Aktivitas alam meninggalkan endapan pasir fluvio volkanik setebal tidak
kurang dari 40 meter, dikenal sebagai formasi Kabuh. Lapisan ini
mengindikasikan daerah Sangiran sebagai lingkungan sungai yang luas saat itu
ada sungai utama dan ada pula cabang-cabangnya dalam suatu lingkungan
vegetasi terbuka.
Salah satu sungai purba yang masih bertahan adalah Kali cemoro. Berbagai
manusia purba yang hidup di daerah Sangiran mulai 700.000 hingga 300.000
tahun kemudian terpintal oleh aliran pasir ini. Mereka diendapkan pada sejumlah
tempat di Sangiran. badak, antilop dan rusa yang ada di grenzbank masih tetap
ada pada formasi Kabuh. Stegodon sp ditemani jenis lain, elephas hysudrindicus
dan epileptobos groeneveldtii (banteng). Lapisan ini merupakan lapisan yang
paling banyak menghasilkan fosil manusia dan binatang.
Saat itu mereka masih meneruskan tradisi pembuatan alat serpih bilah. Pada Kala
Plestosen tengah inilah Sangiran menunjukkan lingkungan yang paling indah
hutan terbuka dengan berbagai sungai yang mengalir, puncak dari kehidupan
homo erectus beserta lingkungan fauna dan budayanya.
Adapun lapisan penyusun formasi ini, yaitu lapisan konglomerat, lapisan batuan
grenzbank sebagai pembatas, lapisan lempeng vulkanik (tuff) (ada 5 tuff), lapisan
pasir halus silang situs, dan lapisan pasir gravel.
Pada sekitar 250.000 tahun yang lalu, lahar vulkanik diendapkan kembali di
daerah Sangiran, yang juga mengangkut material batuan andesit berukuran kerikil
hingga
bongkah.Pengendapan lahar ini tampaknya berlangsung cukup singkat, sekitar 70
0.000 tahun. Diatasnya kemudian diendapkan lapisan pasir vulkanik, yang saat
ini menjadi bagian dari apa yang disebut formasi notopuro.
Manusia purba saat itu telah memanfaatkan batu-batu andesit sebagai bahan
pembuatan alat-alat masif, seperti kapak penetak, kapak perimbas,kapak
genggam, bola-bola batu dan kapak pembelah.Setelah pembentukan formasi
notopuro, terjadilah pelipatan morfologi secara umum di Sangiran, yang
mengakibatkan pengangkatan Sangiran ke dalam bentuk kubah raksasa. Erosi kali
cemoro berlangsung terus -
menerus di bagian puncak kubah sehingga menghasilkan cekungan besar yang
saat ini menjadi ciri khas dari morfologi situs Sangiran
BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum Paleontologi acara Fieldtrip adalah


sebagai berikut :
1.Litologi yang terdapat pada singkapan yang berada di pintu masuk sangiran
adalah breksi laharik.
2.Proses terbentuknya dome sangiran yaitu pada awalnya adanya pengendapan
Formasi Kalibeng, Pucangan, Kabuh, dan Notopuro. Kemudian adanya gaya
endogen yang mendorong keatas menyebabkan terbentuknya kubah/dome, setelah
terbentuknya dome adanya proses eksogenik yaitu erosi yang sangat kuat sehingga
menyebabkan bagian dome tersebut terkikis dan habis menyisakan bentukan
sangiran yang seperti saat ini dan tidak seperti dome lagi.
3. Jenis manusia purba (Homo erectus) pada sirus sangiran yaitu ada 3, Homo
erectus arkaik, Homo erectus tipik, dan Homo erectus progresif.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2017. Formasi kalibeng.


https://kebudayaan.kemendikbud.go.id/BPSMPSangiran/formasi_k
alibeng/. (diakses pada tanggal 23 November 2019)
Anonim,2017. Formasi pucangan.
https://kebudayaan.kemendikbud.go.id/BPSMPSangiran/formasi_p
ucangan_berkumpulnya_hewan_rawa/. (diakses pada tanggal 23
November 2019)
Anonim,2017.Ggrenzbank
https://kebudayaan.kemendikbud.go.id/BPSMPSangiran/grenzbank
_ _lapisan_pembatas_peradaban/. (diakses pada tanggal 23
November 2019)

Anda mungkin juga menyukai