Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1. Fisiografi Sangiran
Sangiran adalah sebuah situs arkeologi di Jawa Indonesia. Sangiran
memiliki area sekitar 48km2. Secara fisiografis sangiran terletak pada area zona
Central Depression, yaitu berupa dataran rendah yang terletak antara gunung api
aktif Merapi dan Merbabu disebelah barat serta Lawu disebelah timur. Secara
administratif, Sangiran terletak di kabupaten Sragen (meliputi 3 kecamatan yaitu
Kalijambe, Gemolong, dan Plupuh) dan kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Sangiran terletak di desa Krikilan, kecamatan Kalijambe (+40km dari Sragen atau
+17km dari Solo). Situs ini menyimpan puluhan ribu fosil dari zaman pleistosen
(+2 juta tahun lalu).
2. Stratigrafi Sangiran
a. Formasi Kalibeng
Formasi ini merupakan formasi tertua di lembah Sangiran. Lapisan initerdiri
dari pasir yang berwarna abu kehitaman dan batu pasir gampingan
dengankandungan fosil Foraminifera dan Mollusca (bertulang lunak) yang
melimpah. Dilapisan ini pula terdapat fosil kepiting, hal ini menunjukkan bahwa
lapisan inidulunya adalah wilayah perairan payau. Menurut para ahli bahwa
perairan inimengalami regresi (penyusutan air laut) yang terjadi pada zaman
Pliosen, hal inimenyebabkan terbentuknya daratan baru. Hipotesa tersebut
diperkuat dengan penemuan fosil Gajah purba atau Madtodon bumi juensis
berumur 5 juta s/d 1.8 juta tahun lalu. Dengan lapisan :
b. Formasi Pucangan
Formasi ini terdiri dari dua bagian yaitu : bagian breksi dan bagian
batulempung hitam. Bagian breksi terdiri dari batu pasir konglomerat dan
breksi,lapisan ini berbatasan langsung dengan formasi Kalibeng. Pada bagian breksi
ditemukan fosil hewan jenis vertebrata (bertulang belakang) seperti Stegodont sp.
dan Sus sp. Spesies ini disebut fauna Jetis oleh Von Koeningswald. Sementara pada
lapisan lempung hitam diduga berasal dari daerah air tawar, dan jenis
spesiesfaunanya serupa dengan bagian breksi. Pada formasi Pucangan ini
strukturnyaterdiri dari Vulkanik dan air tawar. Berumur 1.8 juta s/d 1 juta tahun
lalu. Dengan lapisan :
Formasi ini diduga berasal dari danau Plestosin yang telah mengering, pada
lapisan ini telah dilakukan ekskavasi di teras Dayu yang merupakan Grenzbank
(lapisan pembatas). Disini ditemukan Sangiran flake industry(alat buatan khusus
Sangiran) dan fosil Pithecanthropus erectus berumur1 juta s/d 250 ribu tahun lalu.
Dengan Lapisan :
Lapisan konglomerat
Lapisan batuan grenzbank sebagai pembatas
Lapisan lempeng vulkanik (tuff) (ada 3 tuff)
Lapisan pasir halus silang siur, dan lapisan pasir gravel.
d. Formasi Notopuro
3. Struktur Regional
Menurut Pulunggono dan Martodjojo (1994), pola struktur Pulau Jawa pada
dasarnya memiliki tiga arah kelurusan struktur yang dominan, yaitu:
Pola struktur pertama yang dicirikan oleh arah timur laut - barat daya yang
dikenaldengan Pola Meratus. Pola Meratus terbentuk pada 80 sampai 53 juta tahun
yanglalu (Kapur akhir – Eosen Awal)
Pola struktur ketiga atau disebut juga Pola Jawa mempunyai arah struktur
barat – timur yang umumnya dominan berada berada di daratan Pulau Jawa bagian
barat diwakili oleh sesar-sesar naik seperti sesar baribis dan sesar-sesar dalam
Cekungan Bogor. Di bagian tengah tampak pola sesar-sesar yangterdapat pada zona
Serayu Utara dan Serayu Selatan.Di bagian Timur ditunjukanoleh sesar naik.Pola
Jawa terbentuk sejak 32 juta tahun yang lalu.Secara regional di zona Pegunungan
Serayu Selatan dijumpai strukturgeologi berupa lipatan, sesar, dan kekar (Asikin,
dkk, 1992).Pada umumnya struktur–struktur tersebut dijumpai pada batuan yang
berumur Kapur hingga Pliosen. Lipatan–lipatan sebagian besar berada di daerah
barat dan umunya berarah barat–timur.Di bagian timur dan selatan struktur lipatan
pada umumnya berupa monoklin dengan kemiringan lapisan ke arah selatan.
Sumbu–sumbu lipatan tersebut memiliki arah yang relatif sejajar dan sebagian
besar terpotongoleh sesar.Struktur Geologi permukaan yang terdapat di daerah
Banyumas dansekitarnya umumnya didominasi oleh sumbu-sumbu lipatan dan
jurus perlapisan batuan yang berarah baratlaut-tenggara. Dari interpretasi
penampang seismikmelalui Adipala-Purwokerto, terlihat adanya tinggian dan
rendahan pada Cekungan Banyumas. Tinggian dan rendahan tersebut dipisahkan
oleh sesar-sesar turun membentuk struktur graben dan setengah graben.Pada graben
ini diendapkan material sedimen Paleogen dan Neogen.
4. Geomorfologi Sangiran
Merupakan Dome.
Sangiran adalah suatu Kawasan yang dibentuk / dikontrol oleh
strukturGeologi (Lipatan Miring Segala Arah) yang bekerja secara bersama-
samadengan proses Eksogenik ( Curah Hujan, Pelapukan, Erosi
dansedimentasi).
Proses-proses Geomorfik ini akan bekerja secara simultan, karenadidukung
oleh faktor resistensi Batuan yang ada adalah sangat bervariasi.
Morfologi Sangiran merupakan kubah struktural dengan puncak telah
tererosi kuat. Sebagaiakibatnya adalah pembentukan pada aliran yang spesifik yaitu
"annular" yakni pada aliran "trallis" dominan sungai sub sekuenya melingkar
dansungai konsekuenya radial. Suatu struktur kubah sering kali memperlihatkan
penampang-penampang geologis yang baik dari informasi muda di pinggir
keformasi yang tua di pusat kubahnya. Kubah sangiran juga menyingkap suatu
penampang hingga batuan tersier. Proses ini mungkin masih berlangsung
terusmenerus, sebab proses ini berjalan secara geomorfik.Dalam sangiran terdapat
sungai anteseden dan kali cemoro yangmemotong struktur kubah sangiran
walaupun lapisan lapisan di dalam kubahterpotong ke atas tetapi kali cemoro tetap
dapat memotongnya dengan erosi vertikal.
BAB II
TUJUAN PRAKTIKUM
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
1. Penampang stratigrafi Sangiran
3. Peta lintasan
FORM FIELDTRIP PALEONTOLOGI 2019
MUSEUM SANGIRAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
Jl. Mayor Jenderal Sungkono KM 5 Blater Purbalingga
53371
Telp. (0281) 6596700 E-mail: fst_blater@yahoo.co.id
Nama : Ailen Hari/Tanggal : Minggu, 17 November 2019
NIM : H1C018033 Lokasi : Pintu masuk museum
Waktu : 09.10 WIB
Foto Lokasi
B T
Deskripsi Lokasi
Singkapan ini berada di pintu masuk, lapisan ini berwarna coklat, memiliki
dimensi panjan 2 meter dan lebar 10 meter. Singkapan ini membentang dari barat
ke timur. Kondisi singkapan ini sudah agak lapuk ditandai dengan adanya vegetasi
dipermukaan singkapan ini. Singkapan ini merupakan lapisan tanah berusia 1.8 juta
tahun, merupakan lapisan lahar vulkanik paling tua di sangiran, hasil aktivitas
erupsi Gunung Lawu purba. Diatas lapisan tanah yang tidak mengandung fosil ini
dibangun museum purba sangiran. Diperkirakan lapisan ini terbentuk pada
Pleistosen awal. Litologi pada singkapan ini merupakan breksi vulkanik dengan
fragmen subangular. Litologi ini termasuk kedalam fasies proksimal menuju radial,
singkapan ini termasuk kedalam sedimen di pulau Jawa dan termasuk vulkanik
klastik
Foto Lokasi
Deskripsi Lokasi
Foto Lokasi
Deskripsi Lokasi
Formasi Sangiran :
1. Kalibeng (2,4 juta tahun lalu) : Pada masa ini Sangiran adalah dasar laut. Rumah
bagi beragam jenis siput, kerang, dan ikan. Arus memungkinkan penyu berenang
nyaman sembari memburu ikan-ikan kecil, meski terkadang ia mesti menghindar
dari kejaran hiu.
2. Pucangan (1,8 juta tahun lalu) : Bentang rawa dibalik rapatnya hutan bakau,
berseling dataran rendah berumput yang dibelah sungai. Kala ini, sangiran
peralihan dari laut menuju daratan.
3. Grenzbank (900 ribu tahun lalu) :Sangiran beralih menjadi daratan, dimana
menjangan dan kerbau purba berebut waktu dengan harimau dan gajah.
4. Kabuh (730 ribu tahun lalu) : Masanya fauna dan homo erectus sangiran
merayakan kehidupan. Dalam iklim tropis, sangiran menjelma sabana hijau yang
dinamis.
5. Notopuro (300 ribu tahun lalu) : Kering dan tandus, sangiran beralih menjadi
gersang.
Foto Lokasi
Deskripsi Lokasi
Foto Lokasi
Deskripsi Lokasi
Evolusi manusia
Pendapat para ahli tentang proses evolusi manusia dan peran homo erectus
dalam proses evolusi sejalan dengan perkembangan hasil penelitian baru. Homo
erectus merupakan nenek moyang langsung Homo sapiens yang kemudian punah
di Asia timur. Terdapat 3 jenis homo erectus, yaitu :
1. Homo erectus arkaik, mempunyai ciri fisik yang paling kekar, fosilnya dikenal
dengan Meganthropus paleojavanicus, Pithecanthropus roburlus (sangiran) dan
Pithecanthropus mojokertensis (perning, mojokerto)
2. Homo erectus tipik (sering disebut klasik), termasuk temuan homo erectus
pertama oleh Eugene Dubois di Trinil.
3. Homo erectus progresif, jenis ini yang paling maju, volume otak lebih besar, dahi
agak meninggi, fosilnya banyak ditemukan sebagai Pithecanthropus solaparis.
Foto Lokasi
Deskripsi Lokasi
Foto Lokasi
Deskripsi Lokasi
Foto Lokasi
Deskripsi Lokasi
Foto Lokasi
Deskripsi Lokasi
Manusia Flores merupakan salah satu karya Elisabeth Paynes yang paling
akhir, yang telah dia kerjakan dalam dua versi, versi pertama dan versi akhir.
Gambar diatas adalah versi akhir, direalisasikan berdasarkan berbagai interpretasi,
mutakhir tentang manusia Flores, terutama hasil penelitian Joof Bill Jungers.
Perbedaan dengan versi pertama tahun 2007 adalah bahu yang sedikit ditarik
kedepan, pinggul yang lebih sempit, dan telapak kaki yang lebih panjang. Karya
manusia Flores ini dan juga Homo erectus Sangiran, sering dideskripsikan sebagai
karaya terbaiknya, bagian dari ratusan patung Anthropologisnya yang tersebar di
museum museum terkemuka di dunia.
Foto Lokasi
Deskripsi Lokasi
Deskripsi Singkapan
U S
Singkapan ini berada di daerah dukuh Pablengan, desa Krikilan, Kabupaten
Sragen dengan koordinat 482500/9176437. Singkapan ini berada disebelah barat
sungai. Singkapan ini merupakan Formasi Kalibeng diamati ketika cuaca cerah,
pukul 10.25 WIB.
Berdasarkan pengamatan pada singkapan ini memiliki warna coklat
kebiruan dengan dimensi singkapan panjang 10 meter dan lebar 12 meter.
Singkapan ini memiliki litologi lempung biru, dengan semennya karbonat, kemas
tertutup. Pada singkapan ini terlihat sudah ditumbuhi vegetasi artinya kondisinya
sudah lapuk. Singkapan ini membentang dari utara ke selatan. Banyak ditemukan
fosil moluska yang mengindikasikan lingkungan pengendapannya berada di laut.
T B
Secara administrative singkapan ini berada di daerah drepoh desa Bukuran,
kecamatan sragen, dengan koordinat 483647/9175390. Selain itu singkapan ini
berada di sebelah selatannya sawah berjarak 100 meter dari jalan. Diamati ketika
cuaca cerah pukul 11.35 WIB.
Singkapan ini memiliki warna abu-abu, yang membentang dari barat ke
timur. Singkapan ini memiliki dimensi panjang 5 meter lebar 20 meter. Singkapan
ini merupakan formasi Pucangan. Jika diamati pada singkapan ini terdapat
perbedaan warna, ada yang berwarna abu kehitaman dan ada yang abu terang. Abu
terang ini menunjukkan adanya tuff, dan abu kehitaman pada singkapan
menunjukkan adanya litologi batulempung hitam. Warna hitam ini disebabkan
karena adanya mangrove/rawa sehingga kaya akan organic, kemudian ditemui
kemunculan tuff berarti singkapan ini terdapat pengaruh vulkanik. Pada singkapan
ini ditemui banyaknya fosil-fosil moluska transisi sehingga dari pengamatan ini
dapat diinterpretasikan lingkungan pengendapannya adalah lingkungan transisi.
Batuan diatas disampling dari singkapan yang merupakan Formasi Pucangan. Jika
dilihat, sampel memiliki warna abu kehitaman juga ada bagian yang memiliki
warna abu terang atau abu keputihan. Batuan ini memiliki dimensi panjang 5 cm,
lebar 3 cm, dan tinggi 3 cm. Dilihat pada permukaannya, batuan ini memiliki kemas
tertutup, sortasinya baik, dan ketika ditetesi HCl bereaksi artinya batuan ini
memiliki semen karbonat. Berdasarkan pengamatan dapat disimpulkan nama
batuan ini adalah batugamping tufaan, karena adanya kemunculan tuff pada litologi
batulempung hitam.
3. Stopsite 3 (Formasi Kabuh)
Tenggara
Barat Laut
4. Stopsite 4 (Grenzbank)
TL BD
6. Stopsite 6
U S
Formasi paling dasar dan yang paling tua yang ada di desa Sangiran adalah
formasi kalibeng. Sebelumnya, Sangiran merupakan lingkungan dasar laut yang
kemudian sekitar 1,8 juta tahun yang lalu mengalami pengendapan lapisan yang
menyebabkan perubahan lingkungan dasar laut menjadi lingkungan rawa-rawa
(swamps). Perubahan ini juga menyebabkan terbentuknya sumber mata air asin
yang muncul di desa Pablengan di daerah Sangiran. Sejarah geologi Sangiran ini
dimulai ketika terjadi sedimentasi Formasi Kalibeng yang berusia 2,4 juta tahun.
Formasi ini memiliki material berupa lempung biru dengan analisis polen
menunjukkan bahwa Sangiran pada saat ini dibatasi oleh hutan bakau lebat.
Kondisi lingkungan ini tidak memungkinkan penemuan mamalia kontinental
(Iwan dkk, 2006).Formasi kalibeng terbentuk pada masa Miosen akhir-pilosen
yang merupakan suatu formasi yang terdiri dari beberapa anggota dengan
lingkungan marine yang bervariasi dari neritik sampai batial. Sisa moluska laut
ditemukan di Formasi Kalibeng pada masa pleiosen (Tim Jurnalis Kompas, 2008).
Pada masa kalibeng,wajah sangiran adalah dasar laut. Rumah bagi beragam jenis
siput,kerang,dan ikan. Arus memungkinkan penyu berenang nyaman sembari
memburu ikan ikan kecil. Meski terkadang,ia mesti menghindar dari hiu.
b. formasi pucangan
T B
formasi pucangan terletak diatas formasi kalibeng, formasi ini berumur 1,8
juta tahun lalu. Pada formasi ini terdapat singkapan yang memiliki litologi
batulempung tufaan dikarenakan adanya batulempung hitam yang disebabkan
oleh adanya pengaruh mangrove atau rawa sehingga kaya akan organik lalu
terdapat adanya pengaruh vulkanik sehingga ditemukan kemunculan tuff. Fosil
penciri pada formasi pucangan adalah moluska transisi sehingga dapat
menunjukkan lingkungan pengendapannya yang berada di lingkungan transisi.
Formasi pucangan terjadi pada masa plistosen bawah, Formasi ini
merupakan formasi atau lapisan tanah paling bawah yang ada di Sangiran.
Museum Sangiran sendiri berdiri pada formasi pucangan, karena dianggap lapisan
ini memiliki tingkat kestabilan yang tinggi dan tidak mengalami perubahan. Ciri
khas dari lapisan ini tersusun dari material lempung hitam hingga abu-abu dengan
lapisan pasir tipis yang halus. Kandungan mineral organik yang ada pada lapisan
pucangan diasumsikan bahwa lapisan ini terbentuk dari lingkungan rawa dan
hutan bakau.Sekitar 1,8 juta tahun yang lalu terdapat aktivitas vulkanik yang
merubah Sangiran menjadi rawa-rawa akibat dari mengendapannya abu vulkanik
gunung lawu purba atau gunung merapi. Diikuti dengan gempa tektoknik yang
mengangkat dasar laut menjadi semakin ke atas hingga merubah dasar lautan.
Formasi pucangan sudah merusak hutan bakau yang mengubah dasar laut menjadi
laut dangkal atau rawa-rawa.Fosil fauna yang ditemukan pada lapisan ini
merupakan hewan vertebrata (bertulang belakang) seperti buaya sungai, kuda air,
kepiting, dan labi-labi. Selain itu pada lapisan pucangan juga ditemukan fosil
manusia purba homo erectus arcaic. Manusia purba ini memiliki ciri-ciri, yaitu
tempurung otak tebal, volume otak kecil, serta memiliki tulang rahang yang kekar
dan gigi geliginya besar. Homo erectus arcaic ini merupakan manusia awal yang
menghuni pulau Jawa.
c. Grenzbank
TL BD
d. Formasi kabuh
TG BL
formasi kabuh merupakan fromasi yang terbentuk dari 730.000 tahun lalu.
Pada formasi ini ditemui singkapan yang memiliki litologi batupasir yang
memiliki struktur cross bedding dan juga parallel lamination,pada formasi ini
sudah jarang ditemui adanya fosil,adanya struktur cross bedding dan juga parallel
lamination menandakan lingkungan pengendapannya yang berupa daratan tetpai
masih ada pengaruh sungainya.
Formasi kabuh terdapat cross bedding andesitic sandstone dan kerikil
perselingan dengan andesitic tuff, kadang dengan konglomerat basalt,lapisan ini
terbentuk karena erosi pada lapisan batuan disekitarnya hususnya bagian barat dan
selatam, ketebalam lapisan ini beragam antara 50 meter sampai berates meter.
Umur formasi ini adalah middle Pliocene.
e. Formasi Notopuro
BL TL
Situs Sangiran dikenal dengan istilah “ Sangiran Dome” yang artinya Kubah
sangiran.Situs ini secara geomosfologis merupakan daerah perbukitan dengan
struktur kubah ataudome di bagian tengahnya. Struktur kubah mengalami proses
deformasi yaitu proses patahan,longsoran, dan erosi. Proses deformasi tersebut
membelah kubah sangiran dari kaki kubahsampai ke pusat kubah ditengahnya,
sehingga menyingkapkan lapisan tanah purba dengandengan sisa – sisa kehidupan
purba yang pernah ada di kawasan itu.
Lapisan tanah dari pusat kubah sampai ke bibir kubah terbagi menjadi empat
formasistratigrafi yaitu formasi Kalibeng, formasi Pucangan, formasi Kabuh, dan
formasi notopuro. formasi Kalibeng merupakan lapisan tanah tertua dan formasi
notopuro merupakan lapisan tanah termuda.
Situs Sangiran menurut penelitian geologi muncul sejak jaman tersier akhir, yaitu
pada Kala Pliosen atas sekitar 3 juta tahun yang lalu, dan berlanjut sampai Kala
Plestosen bawah 1,8 – 0,8 juta tahun yang lalu dan Plestosen tengah 0,8 – 0,18
juta tahun yang lalu.Pada Kala Pliosen atas (3 juta tahun yang lalu) kawasan
Sangiran masih berupa lautan dalam yang berangsur-angsur berubah menjadi laut
dangkal dengan kehidupan fortaminifera dan moluska laut. Pendangkalan berjalan
terus sampai akhir Kala Pliosen. Pendangkalan akhirnya mencapai daerah litoral.
Pada saat itu diendapkan batugamping balanus dan batugamping korbikula.Pada
beberapa tempat lingkungan litoral tersebut
membentuklingkungan payau. Sedimentasi yang berlangsung mengendapkan satu
an napal dan formasi Kalibeng atas. adapun formasi ini terdiri dari lapisan lapisan
napal (marl), lapisan lempung abu (biru) dari endapan laut dalam, lapisan
foraminifera dari endapan laut dangkal,lapisan balanus batu gamping, dan lapisan
lahar bawah dari endapan air payau.
Pada awal Kala Plestosen bawah, sekitar 2,3 juta tahun lalu, terjadi letusan
gunung api yang hebat. mungkin berasal dari gunung lawu purba
sehingga diendapkan lahar vulkanik yag mengisi laguna Sangiran. Letusan
gunung api ini telah mengubah bentang alam menjadilaut dangkal, menandai
dimulainya perubahan lingkungan laut ke lingkungan darat, sekaligus awal dari
mundurnya laut dari Sangiran. Rawa dan hutan bakau mendominasi lanskap
Sangiran hingga sekitar 0,9 juta tahun yang lalu, dicirikan oleh endapan lempung
hitam yang diistilah sebagai formasi pucangan. Adapun lapisan penyusunnya
yaitu lapisan lempung hitam(kuning) dari endapan air tawar, lapisan batuan
kongkresi, lapisan lempung volkanik (tuff) ?(ada 14 tuff), dan lapisan batuan
nodul, lapisan batuan diatome warna kehijauan.
Pada sekitar 0,9 tahun lalu, terjadi erosi pecahan gamping pisoid dari Pegunungan
Selatan yang terletak di selatan Sangiran dan kerikil-
kerikal vulkanik dari Pegunungan Kendeng di utaranya. Material erosi tersebut
menyatu di Sangiran sehingga membentuk suatu lapisan keras setebal 1-4meter,
yang disebut grenzbank alias lapisan pembatas. Pengendapan grenzbank menandai
perubahan lingkungan rawa menjadi lingkungan darat secara permanen di
Sangiran.
Sekitar 0.8 juta tahun lalu, tidak lagi dijumpai rawa di Sangiran. juga tak lagi
terdapat daerah peralihan antara laut dan darat. Manusia kekar meganthropus
paleojavanicus masih hidup dan berdampingan hidupnya dengan homo erectus
yang lebih ramping. Kemampuan membuat alat serpih tetap dilanjutkan. Pada
periode berikutnya terjadi letusan gunung yang hebat di sekitar Sangiran, berasal
dari gunung lawu, merapi dan merbabu purba. letusan hebat telah memuntahkan
jutaan
kubik endapan pasir vulkanik, kemudian diendapkan oleh aliran sungai yang ada d
isekitarnya saat itu. aktivitas vulkanik tersebut tidak hanya terjadi dalam waktu
yang singkat,tetapi susul menyusul dalam periode lebih dari 500.000
tahun. Aktivitas alam meninggalkan endapan pasir fluvio volkanik setebal tidak
kurang dari 40 meter, dikenal sebagai formasi Kabuh. Lapisan ini
mengindikasikan daerah Sangiran sebagai lingkungan sungai yang luas saat itu
ada sungai utama dan ada pula cabang-cabangnya dalam suatu lingkungan
vegetasi terbuka.
Salah satu sungai purba yang masih bertahan adalah Kali cemoro. Berbagai
manusia purba yang hidup di daerah Sangiran mulai 700.000 hingga 300.000
tahun kemudian terpintal oleh aliran pasir ini. Mereka diendapkan pada sejumlah
tempat di Sangiran. badak, antilop dan rusa yang ada di grenzbank masih tetap
ada pada formasi Kabuh. Stegodon sp ditemani jenis lain, elephas hysudrindicus
dan epileptobos groeneveldtii (banteng). Lapisan ini merupakan lapisan yang
paling banyak menghasilkan fosil manusia dan binatang.
Saat itu mereka masih meneruskan tradisi pembuatan alat serpih bilah. Pada Kala
Plestosen tengah inilah Sangiran menunjukkan lingkungan yang paling indah
hutan terbuka dengan berbagai sungai yang mengalir, puncak dari kehidupan
homo erectus beserta lingkungan fauna dan budayanya.
Adapun lapisan penyusun formasi ini, yaitu lapisan konglomerat, lapisan batuan
grenzbank sebagai pembatas, lapisan lempeng vulkanik (tuff) (ada 5 tuff), lapisan
pasir halus silang situs, dan lapisan pasir gravel.
Pada sekitar 250.000 tahun yang lalu, lahar vulkanik diendapkan kembali di
daerah Sangiran, yang juga mengangkut material batuan andesit berukuran kerikil
hingga
bongkah.Pengendapan lahar ini tampaknya berlangsung cukup singkat, sekitar 70
0.000 tahun. Diatasnya kemudian diendapkan lapisan pasir vulkanik, yang saat
ini menjadi bagian dari apa yang disebut formasi notopuro.
Manusia purba saat itu telah memanfaatkan batu-batu andesit sebagai bahan
pembuatan alat-alat masif, seperti kapak penetak, kapak perimbas,kapak
genggam, bola-bola batu dan kapak pembelah.Setelah pembentukan formasi
notopuro, terjadilah pelipatan morfologi secara umum di Sangiran, yang
mengakibatkan pengangkatan Sangiran ke dalam bentuk kubah raksasa. Erosi kali
cemoro berlangsung terus -
menerus di bagian puncak kubah sehingga menghasilkan cekungan besar yang
saat ini menjadi ciri khas dari morfologi situs Sangiran
BAB V
KESIMPULAN