Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI USMANI

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah PAI 5

Dosen Pengampu : DR Rodliyah Khuza’I, Dra., M. Ag

Disusun Oleh :

Bagas Ismail (10090317308) Eland Dzaky R (10090317296)

Ghifary Rizki M (10090317312) Riyadh Fahrudin (10090317311)

Randi Wilyawan (10090317295) Ilham Sujana (10090317313)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat- Nya, sehingga kami penulis dapat menyelesaikan dan dapat menyusun
tugas makalah Pendidikan Agama Islam 5 dengan judul “???” ini dengan baik.
Tanpa kemudahan dari- N ya mungkin penulis tidak akan dapat menyelesaikan
makalah ini.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ibu DR Rodliyah
Khuza’I, Dra., M. Ag, selaku dosen mata kuliah PAI 5 yang telah memberi
banyak masukkan kepada kami, dan juga kepada keluarga dan teman-teman atas
saran dan bantuannya. Penulis berharap agar makalah ini dapat dipergunakan
dengan baik dan dapat berguna kedepannya. Penulis sadar akan kurang
sempurnanya tulisan ini, karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun dari para pembaca, agar menjadi masukan bagi kami penulis untuk
kedepannya lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
BAB I ................................................................................................................................... i
PENDAHULUAN .............................................................................................................. i
1.1.Latar Belakang ......................................................................................................... i
1.2 Rumusan masalah ................................................................................................... ii
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... iii
BAB II ................................................................................................................................ 1
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 1
2.1. Pembentukan Kerajaan Safawi ....................................................................... 1
2.2. Asal-Usul Dinasti Turki Usmani ...................................................................... 2
2.3. Perkembangan Dinasti Turki Usmani ............................................................ 4
2.4. Penguasa Kerajaan Safawi............................................................................... 6
2.5. Kemajuan pada Kerajaan Safawi ................................................................... 9
2.6. Kemunduran Kerajaan Safawi ...................................................................... 10
3.1 KESIMPULAN ......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kerajaan Safawiyah merupakan suatu perkembangan lanjut dari tarekat
Safawiyah. Pada mulanya Safawiyah berbentuk Negara teoratik. Pada masa
Abbas II, provinsi besar semuanya di perintah oleh Syah, ini membawa akibat
negative bagi pemerintah. Safawiyah semakin merosot karena adanya campur
tangan dari harem dalam urusan politik. Kelemahan Safawiyah mengundang
musuhnya untuk berani merebut kembali daerah kekuasaanya.

Umat Islam mengalami puncak keemasan pada masa pemerintahan


Abbasiyah. pada masa itu banyak bermunculan para pemikir islam kenamaan
yang sampai sekarang pemikirannya masih banyak diperbincangkan dan dijadikan
dasar kebijakan bagi pemikiran hingga masa mendatang, baik dalam bidang
keagamaan maupun umum. Kemajuan Islam ini tercipta berkat usaha dari
berbagai komponen masyarakat, baik ilmuan. Birokrat, agamawan, militer,
ekonom, maupun masyarakat umum.

Pada zaman pertengahan yang diawali dengan runtuhnya Abbasiyah di


Bagdad, akibat serangan tentara Mongol yang di pimpin oleh Hulagu Khan, pada
tahun 1258 hingga akhirnya kekuatan politik islam mengalami kemunduran yang
sangat drastis. Wilayah kekuasaan tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil,
shingga antara yang satu sama lainnya saling memerangi, beberapa peninggalan
budaya dan peradaban islam banyak yang hancur. Namun kemalangan tidak
cukup sampai disitu, kemudian Timur Lenk menghancurkan pusat-pusat
kekuasaan islam yang lain.

Namun tidak harus menunggu dengan waktu yang cukup lama, kemudian
keadaan politik islam secara keseluruhan berangsur membaik dan pulih
bersamaan dengan munculnya tiga kerajaan besar yaitu: Kerajaan Turki Usmani

i
di Turki (1300-1922), Kerajaan Safawi di Persia (1501-1732) dan Kerajaan
Moghul di India (1526-1857). Dari tiga kerajaan yang telah disebutkan di atas
yang paling lama berdirinya adalah kerajaan Turki Usmani.

Kerajaan Turki Usmani ini tidaklah bisa disamakan dengan kedua dinasti
yang sebelumnya yaitu Bani Umayah dan Abbasiyah, tetapi melihat peranannya
sebagai benteng kekuatan umat islam dalam menangkal bangsa Eropa ke Timur.
Turki Usmani telah menunjukan kehebatannya dalam menghadapi serangan
musuh, serangan-serangan perluasan yang dilakukannya langsung masuk
kewilayah penting termasuk penaklukan konstantinopel, selain dari itu, Turki
Usmani dianggap sebagai dinasti yang mampu menghimpun kembali umat islam
setelah mengelami kemunduran ilmu pengetahuan dan politik. Munculnya
kerajaan Turki Usmani, kembali menjadikan umat islam sebagai kekuatan yang
solid.

Perjalanan panjang sejarah dinasti Turki Usmani yang dipimpin oleh


beberapa pemimpin sehingga menghasilkan corak kepemimpinannya yang
berbeda-beda, termasuk perbedaan dalam pengambilan kebijakan-kebijakannya

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana Kerajaan Safawiyah Terbentuk?

2. Bagaimana Asal-usul Dinasti Turki Ustmani?

3. Bagaimana Perkembangan Dinasti Turki Ustmani?

4. Siapa saja Penguasa Kerajaan Safawiyah?

5. Bagaimana Kemajuan Kerajaan Safawiyah?

6. Apa faktor yang membuat Kerajaan Safawiyah mengalami Kemunduran?

ii
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu khususnya untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah PAI 5, dan pada umumnya untuk mengulas tentang
Bagaimana Sejarah Peradaban Islam di Masa Turki Ustmani.

iii
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pembentukan Kerajaan Safawi

Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara


Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah
kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain
saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak
yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu. Keadaan politik umat Islam
secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan
berkembangnya tiga kerajaan besar, diantaranya Usmani di Turki, Mughal di
India dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani ini adalah yang pertama berdiri juga
yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya.

Kerajaan Safawi berdiri disaat kerajaan Utsmani di Turki mencapai puncak


kejayaannya. Kerajaan Safawi ini berasal dari gerakan tarekat di Ardabil, sebuah
kota di Azerbaijin (wilayah Rusia), yang berdiri hampir bersamaan dengan
berdirinya kerajaan Utsmani di Turki.

Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya Safi al-Din (1252-1334).


Kerajaan Safawiyah menganut aliran syi’ah dan ditetapkan sebagai mazhab
negaranya. Fanatisme pengikut tarekat Safawiyah yang menentang golongan
selain syi’ah mendorong gerakan ini memasuki gerakan politik. Kecenderungan
terhadap politik terwujud pada masa kepemimpinan Junaid (1447-1460 M)
dimana sang imam menambahkan gerakan politik selain gerakan keagamaan.

Hal ini menimbulkan konflik antara tarekat Safawiyah dengan penguasa Kara
Koyunlu, salah satu cabang bangsa Turki yang berkuasa di wilayah ini. Sang
imam berhasil diusir oleh pihak penguasa dan diasingkan. Selanjutnya sang imam
bersekutu dengan Uzun Hasan, seorang pemimpin Al-Koyunlu. Persekutuan
imam Junaid dengan Uzun Hasan semakin kuat, akibat pernikahannya saudara

1
perempuan Uzun Hasan. Imam Junaid tidak berhasil meraih supremasi politik di
wilayah ini, lantaran upayanya merebut kota Ardabil dan Sircassia mengalami
kegagalan.

Sepeninggal imam Junaid, pimpinan tarekat safawiyah digantikan oleh


anaknya yang bernama Haidar. Atas persekutuannya dengan Ak-Koyunlu, Haidar
berhasil mengalahkan kekuatan al-Koyunlu dalam pertempuran yang terjadi pada
tahun 1476 M. Kemenangan ini membuat nama Safawiyah makin besar, dan hal
ini tidak dikehendaki oleh Ak-Koyunlu. Persekutuan antara Safawiyah dengan
Ak-Koyunlu berakhir oleh sikap Ak-Koyunlu yang memberikan bantuan kepada
Sirwan ketika terjadi pertempuran antara pasukan Haidar dengan Sirwan. Pasukan
Haidar mengalami kehancuran, dan Haidar sendiri terbunuh dalam pertempuran
ini.

Kekuatan safawiyah bangkit kembali dalam kepemimpinan ismail. Selama 5


tahun, ia mempersiapkan kekuatan dengan membentuk pasukan Qizilbash (pasukan
baret merah) yang bermarkas di Gilan. Pada tahun 1501 M. Pasukan Qizilbash
berhasil mengalahkan Ak-Koyunlu dalam peperangan di dekat Nakhchivan dan
berhasil menaklukan Tibriz, pusat kekuasaan Ak-Koyunlu. Di kota ini Ismail
memproklamirkan berdirinya kerajaan Safawiyah dan menobatkan diri sebagai raja
pertamanya.

2.2. Asal-Usul Dinasti Turki Usmani

Nama kerajaan Usmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan kepada nenek
moyang mereka yang pertama, Sultan Usmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu
Sulaimansyah Ibn Kia Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah. Awal mula
berdirinya Dinasti ini banyak tertulis dalam legenda dan sejarah sebelum tahun
1300. Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus, yang mendiami daerah Mongol
dan daerah Utara negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka pindah ke
Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10 ketika
menetap di Asia Tengah.

2
Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari Mongol,
akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di antara
saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil.
Di bawah pimpinan Orthogul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II
yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka inilah,
Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin memberi imbalan tanah
di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina
wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibukota.

Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289, kepemimpinan dilanjutkan oleh


puteranya, Usman. Putera Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan
Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290-1326 M. Pada tahun 1300 M,
bangsa Mongol kembali menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam pertempuran
tersebut Sultan Alaudin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan Alaudin, Usman
memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang
didudukinya. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut Usman I.
Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar
keluarga Usman) tahun 1300 M setapak demi setapak wilayah kerajaan diperluas.

Dipilihnya negeri Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Usman mengirim surat


kepada raja-raja kecil guna memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang besar
dan dia menawar agar raja-raja kecil itu memilih salah satu diantara tiga perkara,
yakni; Islam, membayar Jizyah dan perang. Setelah menerima surat itu, separuh
ada yang masuk Islam dan ada juga yang mau membayar Jizyah. Mereka yang
tidak mau menerima tawaran Usman merasa terganggu sehingga mereka meminta
bantuan kepada bangsa Tartar, akan tetapi Usman tidak merasa takut
menghadapinya. Usman menyiapkan tentaranya dalam menghadapi bangsa Tartar,
sehingga mereka dapat ditaklukkan. Usman mempertahankan kekuasaan nenek
moyang dengan setia dan gagah perkasa sehingga kekuasaan tetap tegak dan
kokoh sehingga kemudian dilanjutkan dengan putera dan saudara-saudaranya
yang gagah berani meneruskan perjuangan sang ayah dan demi kokohnya
kekuasaan nenek moyangnya.

3
2.3. Perkembangan Dinasti Turki Usmani

Setelah Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar


keluarga Usman), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia
menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan kota Broessa tahun
1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.

Pada masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M), kerajaan Turki Usmani ini
dapat menaklukkan Azmir (1327 M), Thawasyanli (1330M), Uskandar (1338 M),
Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M). Daerah-daerah itulah yang pertama kali
diduduki kerajaan Usmani, ketika Murad I, pengganti Orkhan berkuasa (1359-
1389 M). Selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan
daerah ke benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adnanopel yang kemudian
dijadikan ibukota kerajaan yang baru. Merasa cemas terhadap ekspansi kerajaan
ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu
Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani, namun Sultan Bayazid I
(1389-1403 M), dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut.

Ekspansi Bayazid I sempat berhenti karena adanya tekanan dan serangan dari
pasukan Timur Lenk ke Asia Kecil. Pertempuran hebatterjadi antara tahun 1402
M dan pasukan Turki mengalami kekalahan. Bayazid I dan putranya ditawan
kemudian meninggal pada tahun 1403 M. Kekalahan tersebut membawa dampak
yang buruk bagi Kerajaan Usmani yaitu banyaknya penguasa-penguasa Seljuk di
Asia kecil yang melepaskan diri. Begitu pula dengan Bulgaria dan Serbia, tetapi
hal itu dapat diatasi oleh Sultan Muhammad I (1403-1421 M).

Usaha beliau yang pertama yaitu meletakkan dasar-dasar keamanan dan


perbaikan-perbaikan dalam negeri. Usaha beliau kemudian diteruskan oleh Sultan
Murad II (1421-1451).

Turki Usmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II


(1451-1484 M) atau Muhammad Al-Fatah. Beliau mengalahkan Bizantium dan
menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M yang merupakan kekuatan
terakhir Imperium Romawi Timur.

4
Pada masa Sultan Salim I (1512-1520 M), ekspansi dialihkan ke Timur,
Persia, Syiria dan Mesir berhasil ditaklukkannya. Ekspansi tersebut dilanjutkan
oleh putranya Sulaiman I (1520-1526 M) dan berhasil menaklukkam Irak,
Belgaro, kepulauan Rhodes, Tunis dan Yaman. Masa beliau merupakan puncak
keemasan dari kerajaan Turki Usmani, karena dibawah pemerintahannya berhasil
menyatukan wilayah yang meliputi Afrika Utara, Mesir, Hijaz, Irak, Armenia,
Asia Kecil, Krimea, Balkan, Yunani, Bulgaria, Bosnia, Hongaria, Rumania
sampai batas sungai Danube dengan tiga lautan, yaitu laut Merah, laut Tengah dan
laut Hitam.

Usmani yang berhasil menaklukkan Mesir tetap melestarikan beberapa


system kemasyarakatan yang ada sekalipun dengan beberapa modifikasi. Usmani
menyusun kembali sistem pemerintahan yang memusat dan mengangkat beberapa
Gubernur militer dan pejabat-pejabat keuangan untuk mengamankan
pengumpulan pajak dan penyetoran surplus pendapatan ke Istambul. Peranan
utama pemerintahan Usmani adalah menentramkan negeri ini, melindungi
pertanian, irigasi dan perdagangan sehingga mengamankan arus perputaran
pendapatan pajak. Dalam rentangan abad pertama dan abad pertengahan dari
periode pemerintahan Usmani, sistem irigasi di Mesir diperbaiki, kegiatan
pertanian meningkat dengan pesat dan kegiatan perdagangan dikembangkan
melalui pembukaan kembali beberapa jalur perdagangan antara India dan Mesir.

Demikianlah perkembangan dalam kerajaan Turki Usmani yang selalu


berganti penguasa dalam mempertahankan kerajaannya. Diantara mereka (para
penguasa) memimpin dengan tegasnya atas peninggalan dari nenek moyang agar
jangan sampai jatuh ke tangan negeri/penguasa lain selain Turki Usmani. Hal ini
terbukti dengan adanya para pemimpin yang saling melengkapi dalam memimpin
perjuangannya menuju kejayaan dengan meraih semua yang membawa kemajuan
dalam kehidupan masyarakat.

5
2.4. Penguasa Kerajaan Safawi

Ismail berkuasa selama 23 tahun, yakni antara tahun 1501-1524 M. Hanya


selang waktu 10 tahun wilayah kekuasaan Ismail sudah meliputi seluruh Persia
dan bagian Timur Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent). Ambisi politik
mendorongnya untuk terus menambah kekuasaan, namun Ismail terbentur musuh
yang sangat jahat dan membenci golongan Syi’ah, yakni Turki Utsmani.
Peperangan dahsyat terjadi pada tahun 1514 M di Chaldiran dekat Tabriz dan
kemenangan akhirnya berpihak pada Turki Utsmani. Sepeninggal Ismail
peperangan antara dua kerajaan besar ini kembali berlanjut pada pemerintahan
Tahmasp I, Ismail II, dan Muhammad Khudabanda. Pada masa tiga raja ini,
Safawi melemah, selain itu sering terjadi pertentangan antar kelompok dalam
negeri. Munculnya Raja Safawi kelima, Abbas I (1885-1628) mampu memulihkan
kekuatan kerajaan Safawi dengan menempuh kebijakan sebagai berikut.

Pertama, mengurangi dominasi pasukan Qizilbash dengan cara membentuk


pasukan baru yang direkrut dari budak tawanan perang bangsa Georgia, Armenia,
Sircassia.

Kedua, mengadakan perjanjian damai dengan Turki Utsmani, yaitu ia rela


melepaskan wilyah Azerbaijan, Georgia, dan sebagian wilayah lainnya. Dia juga
berjanji tidak akan menghina Abu Bakar, Umar, Utsman. Sebagai jaminan atas
perjanjian itu, ia menyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sandera
di Istanbul.

Dengan isu yang ditempuh tersebut, boleh dikatakan Abbas I membuat


kerajaan Safawi kembali menguat. Ia kembali melirik wilayahnya yang sempat
lepas. Kemudian ia kembali mencoba menyusun kekuatan militer yang kuat,
setelah terbina dengan baik, ia berusaha merebut wilayahnya dari Turki Utsmani.
Perbedaan aliran antar kedua kerajaan ini menyebabkan rasa permusuhan yang
tidak pernah padam. Pada tahun 1602 M di saat Turki Utsmani berada dibawah
kepemimpinan Sultan Muhammad II, Abbas I menyerang dan berhasil menguasai

6
Tabriz, Sirwan, dan Baghdad. Pada tahun1622 M, pasukan Abbas I berhasil
merebut kepulauan Hurmuz.

Masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566 M) merupakan puncak kejayaan


daripada kerajaan Turki Usmani. Beliau terkenal dengan sebutan Sulaiman Agung
atau Sulaiman Al-Qonuni. Akan tetapi setelah beliau wafat sedikit demi sedikit
Turki Usmani mengalami kemunduran, dan terjadilah perebutan kekuasaan antara
putera-puteranya, yang menyebabkan kerajaan Turki Usmani mundur, akan tetapi
meskipun terus mengalami kemunduran kerajaan ini untuk masa beberapa abad
masih dipandang sebagai militer yang tangguh. Kerajaan ini memang masih
bertahan lima abad lagi setelah sepeninggalnya Sultan Sulaiman 1566 M.

Sultan Sulaiman diganti oleh Salim II. Pada masa pemerintahan Salim II
(1566-1573 M), pasukan laut Usmani mengalami kekalahan atas serangan
gabungan tentara Spanyol, Bandulia, Sri Paus dan sebagian armada pendeta Malta
yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. Kekalahan ini menyebabkan Tunisia dapat
direbut musuh, akan tetapi pada tahun 1575 M, Tunisia dapat direbut kembali oleh
Sultan Murad III (1574-1595 M). Pada masa pemerintahannya, keadaan dalam
negeri mengalami kekacauan, hal itu disebabkan karena ia mempunyai
kepribadian yang buruk. Keadaan itu semakin kacau setelah naiknya Sultan
Muhammad III (1595-1603 M), Sultan Ahmad I (1603-1671 M) dan Musthofa I
(1617-1622 M), akhirnya Syeikh Al-Islam mengeluarkan fatwa agar Musthofa I
turun dari jabatannya dan diganti oleh Usman II (1618-1622 M).

Pada masa pemerintahan Sultan Murad IV (1623-1640 M), mulai


mengadakan perbaikan-perbaikan, tetapi sebelum ia berhasil secara keseluruhan,
masa pemerintahannya berakhir. Kemudian pemerintahan dipegang oleh Ibrahim
(1640-1648 M), yang pada masanya orang-orang Venesia melakukan peperangan
laut dan berhasil mengusir orang Turki Usmani di Cyprus dan Creta pada tahun
1645 M. Pada tahun 1663 M pasukan Usmani menderita kekalahan dalam
penyerbuan ke Hungaria, dan pada tahun 1676 M dalam pertempuran di Mohakes,
Hungaria. Turki Usmani dipaksa menandatangani perjanjian Karlowitz pada tahun
1699 M yang berisi pernyataan penyerahan seluruh wilayah Hungaria, sebagian

7
besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg, yang dilanjutkan penyerahan
Hermeniet, Padalia, Ukraenia, More dan sebagian Dalmatia kepada penguasa
Venesia.

Pada tahun 1770 M pasukan Rusia mengalahkan armada Usmani di sepanjang


pantai Asia Kecil, namun kemenangan ini dapat direbut kembali oleh Sultan
Musthofa III (1757- 1774 M). Dan pada tahun 1774 M, penguasa Usmani Abddul
Hamid (1774-1789 M) terpaksa menandatangani kinerja dengan Catherine II dari
Rusia yang berisi penyerahan benteng-benteng pertahanan di Laut Hitam kepada
Rusia dan pengakuan kemerdekaan atas Crimea.

Pemerintahan Turki, masa pasca Sulaiman banyak terjadi kekacauan-


kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam mempertahankan Turki
Usmani (kerajaan Usmani). Hal ini dikarenakan benyaknya berganti pemimpin
atau penguasa yang hanya memperebutkan jabatan tanpa memikirkan langkah-
langkah selanjutnya yang lebih terarah pada tegaknya kerajaan Usmani. Sifat dari
pada para pemimpin juga mempengaruhi keadaan kerajaan Usmani, seperti halnya
sifat buruk yang dilakukan Sultan Murad III (1574-1595 M) yakni yang selalu
menuruti hawa nafsunya sehingga kehidupan moral Sultan Murad yang jelek itu
menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri Usmani itu sendiri.

Banyaknya kemunduran yang dirasakan selama kurang lebih dua abad


sesudah ditinggalkan Sultan Sulaiman. Tidak ada tanda-tanda membaik sampai
setengah pertama dari abad ke-19 M. Oleh karena itu, satu persatu negara-negara
di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan Usmani ini memerdekakan diri. Bukan
hanya negeri-negeri di Eropa yang memang sedang mengalami kemajuan
memberonak terhadap kerajaan-kerajaan Usmani, tetapi juga beberapa di daerah
Timur Tengah mencoba bangkit dan memberontak. Dari sinilah dapat
disimpulkan bahwa kemunduran Turki Usmani pasca Sulaiman disebabkan karena
banyaknya terjadi kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam
kerajaan Usmani.

8
2.5. Kemajuan pada Kerajaan Safawi

Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan Kerajaan Safawi.


Secara politik ia mampu mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri yang dapat
mengganggu stabiliatas naegara dan berhasil merebut kembali wilayah-wilayah
yang direbut oleh kerajaan lain pada masa raja-raja sebelumnya. Kemajuan yang
dicapai oleh kerajaan safawi tidak hanya terbatas di bidang politik. Dibidang yang
lain, kerajaan ini juga mengalami banyak kemajuan. Kemajuan itu antara lain
adalah sebagai berikut :

1. Bidang Ekonomi

Stabilitas politik kerajaan samami pada masa kekuasaan Abbas I


ternyata telah memicu perkembangan perekonoian Safawi, lebih-lebis
setelah kepulauan Huzmus dikuasai dan pelabuhan Gumnrun diubah
menjadi Bandar Abbas. Denag dikuasainya bandar ini maka salah satu
jalur dagang laun antara Timur dan Barat yang biasanya diperebutkan oleh
Belanda, Inggris dan Prancis sepenuhnya menjadi milik kerajaan safawi.

Disamping sektor perdagangan, safawi juga mengalami kemajuan di


sektor pertanian terutama di daerah bualan sabit subur (Fortile Crescent).

2. Bidang Ilmu Pengetahuan

Dalam sejarah Islam bangsaenal sebagai bangsa Persia dikenal sebagai


bangsa yang berperaban tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila pada masa
Kerajaan Safawi tradisi keilmuan ini terus berlanjut.

Ada beberapa ilmuan yang selalu hadir di majlis istana yaitu: Baha al-
Din al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan Sadar al-Din al-
Syaerazi,filosof,ahli sejarah, teolog, dan seorang yang pernah mengadakan
observasi mengenai kehidupan lebah-lebah. Dalam bidang ini, Kerajaan
Safawi bisa dikatakan lebih berhasil dari pada dua kerajaan islam yang
lain pada masa yang sama.

9
3. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni

Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan Istafhan, ibu


kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Dikota itu berdiri
bangunan-bangunan yang besar dan indah seperti mesjid-mesjid, rumah
sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa diatas Zende Rud dan Istana
Chihil Sutun. Kota Isfahan juga dihiasi dengan taman-taman wisata yang
ditata secara apik. Ketika Abbas I wafat, di Istafhan terdapat 162 mesjid,
48 akademi, 1802 penginapan, dan 273 pemandian umum.

Di bidang seni, kemajuan nampak begitu kentara dalam gaya arsitertur


bangunan-bangunannya, seperti pada mesjid Shah yang dibangun pada
tahun 1611 M, dan mesjid Syaikh Lutf Allah yang dibangun pada tahun
1603 M. Unsur seni lainnya terlihat pula dalam bentuk kerajinan tangan,
keramik, karpet, pemadani, pakaian dan tenunan, mode, tembikar, dan
benda seni lainnya. Seni lukis mualai dirinis sejak Tahmasp I. Raja Ismail
I pada tahun 1522 M membawa seoang pelukis timur ke Tabriz. Pelukis
itu bernama Bizhad.

Demikianlan puncak kemajuan yang dcapai oleh Kerajaan Safawi.


Seteala itu, kerajaan ini mengalami kemunduran. Kemajuan yang dicapai
membuat kerajaan ini menjadi menjadi salah satu dari tiga kerajaaan besar
Islam yang disegani oleh lawan-lawannya terutama dalam bidang politik
dan militer. Walaupun tidak setaraf dengan kemajuan Islam dimasa klasik,
kerajaan ini melalui kemajuan-kemajuan dalam bidang ekonomi, ilmu
pengetahuan, peninggalan seni, dan gedung-gedung bersejah.

2.6.Kemunduran Kerajaan Safawi

Sepeninggalan Abbas I kerajaan Safawiyah lemah sehingga tidak mampu


mempertahankan masa kejayaan kerajaan. Safi Mirza adalah cucu dan sekaligus
pengganti Abbas I. Sejak masa ini beberapa wilayah Safawiyah terlepas oleh
penguasa lain, misalnya kota Qandahar lepas dari kekuasaan kerajaan Safawiyah,

10
di duduki oleh kerajaan Mughal ketika itu dipimpin oleh Sultan Syah Jihan.
Kemudian Ervan, Tibriz, dan Baghdad direbut oleh pasukan Ustman antara tahun
1635-1637 M.

Abbas II adalah raja yang gemar minum minuman keras, sehingga ia jatuh
sakit dan meninggal. Namun[3] Abbas II memiliki semangat perjuangan untuk
kerajaan Safawiyah. Ia merebut kembali wilayah Qandahar, namun upaya ini
tidak di teruskan oleh para penggantinya. Sulaiman adalah seorang penguasa yang
lemah, ia bertindak kejam terhadap pembesar yang di curigainya. Akibatnya,
rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah. Ia di ganti oleh Syah Husein
yang alim. Pengganti Sulaiman ini memberi kekuasaan yang besar kepada para
ulama Syiah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran
Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afganistan.

Pemerontakan bangsa Afgan tersebut terjadi pertama kali pada tahun 1709 M.
di bawah pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar.
Pemberontakan lainnya terjadi di Heart, suku Ardabil Afganistan berhasil
menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir Mahmud sebagai penguasa
Qandahar. Ia berhasil mempersatukan pasukan dengan pasukan Ardabil. Dengan
kekuatan gabungan ini, Mir Mahmud berusaha memperluas wilayah kekuasaanya
dengan merebut negri-negri Afgan dari Kekuasaan Safawi. Ia bahkan berusaha
menguasai Persia.

Karena desakan dan ancaman Mir Mahmud, Syah Husein akhirnya mengakui
kekuasaan Mir Mahmud dan menganggkatnya sebagai gubernur di Qandahar
dengan gelar Husein Quli Khan (budak Husein). Dengan pengakuan ini, Mir
Mahmud menjadi lebih leluasa bergerak. Pada tahun 1721 M, ia dapat merebut
Kirman. Tak lama kemudian, ia dan pasukannya menyerang Isfahan,
mengepungnya selama enam bulan dan memaksa Syah Husein untuk menyerah
tanpa syarat. Pada tanggal 12 Oktober 1722 M, Syah Husein menyerah dan 25
Oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan.

11
Salah seorang putra Husein, bernama Thahmasp II, dengan dukungan penuh
suku Qazar dari Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah dan
berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaanya di Kota Astarabat. Pada tahun
1726 M. Thahmasp II bekerjasama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk
memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan. Asyraf,
pengganti Mi Mahmud, yang berkuasa di Isfahan digempur dan dikalahkan oleh
pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan
itu. Dengan demikian, kerajaan Safawi kembali berkuasa. Namun pada bulan
Agustus 1732 M. Thahmasp II di pecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh
Abbas III yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu, 8 Maret
1736 M, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Abbas III.

Penyebab kemunduran dan kehancuran Kerajaan Safawiyah disebabkan oleh


faktor internal dan eksternal. Faktor Internal bahwa sepeninggalan Abbas I
kerajaan Safawiyah berturut-turut di perintah oleh enam raja. Pada masa raja
tersebut, kondisi kerajaan Safawiyah tidak menunjukkan grafik naik dan
berkembang tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa
kepada kehancuran.

Penyebab lainnya adalah dekadensi moral yang melanda sebagian para


pemimpin kerajaan Safawiyah. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan
tersebut. Sulaiman selaian pecandu berat narkotika, juga menyenangi kehidupan
malam beserta harem-haremnya selama tujuh tahun tanpa sekalipun
menyempatkan diri menangani pemerintahan. Begitu juga sultan Husein.

Penyebab penting lainnya adalah karena pasukan ghulam (budak-budak) yang


dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti
Qizilbasy. Hal ini disebabkan pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan
tidak melalui proses pendidikan rohani seperti yang dialami oleh Qizilbasy.
Sementara itu, anggota Qizilbasy yang baru ternyata tidak memiliki militansi dan
semangat yang sama dengan Qizilbasy sebelumnya.

12
Faktor eksternal di antara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerjaan
Safawiyah ialah konflik berkepanjangan dengan Kerajaan Usmani. Bagi Kerajaan
Usmani, berdirinya Kerajaan Safawiyah yang beraliran Syiah merupakan ancaman
langsung terhadap wilayah kekuasaanya. Konflik antara dua kerajaan tersebut
berlangsung lama, meskipun pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian
pada masa Syah Abbas I.

13
3.1 KESIMPULAN

Kerajaan Safawiyah berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di kota
Azerbaijan. Nama Sfawiyah diambil dari nama pendirinya Safi Al-Din. Kerajaan
Safawiyah adalah salah satu kerajaan yang pernah ada dalam periode pertengahan
dan banyak menghasilkan capaian-capaian kemajuan dalam bidang plitik,
ekonomi, ilmu pengetahuan, dan seni arsitektur yang monumental.

Semenjak mencapai kemajuan, kerajaan ini mulai mengalami gerak menurun


hingga membawa keruntuhannya. Dua faktor penyebab internal dan eksternal.
Internal antara lain setelah Abbas I tidak ada pengganti yang kuat dan berwibawa,
penguasa di belakangnya sudah cacat moral yang hanya suka hidup bersenang-
senang dan tidak mengurus pemerintahnnya. Eksternal adanya konflik
berkepanjangan dengan kerajaan Usmani.

Sejarah Turki Usmani berdiri pada awal mula abad ke-13 dari Sultan Alauddin
yang menghadiahkan sebidang tanah untuk mereka karena telah membantu
melawan Byzantium. Masa kejayaan Turki Usmani yaitu ketika pada masa
Sulaiman al-Qanuni yang memerintah, dengan kekuatan dan tatanan pemerintahan
yang baik dan semua terorgansisir dari bidang kemiliteran, bidang kebudayaan
bahkan bidang Ilmu pengetahuan. Tapi tidak lama setelah sepeninggalnya
Sulaiman al-Qanuni Turki Usmani mengalami kemerosotan hal itu dipengaruhi
karena perebutan kekuasaan oleh putera-puteranya dan lemahnya kepribadian
mereka dalam memimpin. Faktor-faktor yang menyebabkan runtuhnya Turki
Usmani yaitu

1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas.

2. Heterogenitas penduduk.

3. Kelemahan para penguasa

4. Budaya pungli.

5. Pemberontakan tentara Jenissari.

14
6. Merosotnya ekonomi.

7. Terjadinya stagnasi dalam lapangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi

15
DAFTAR PUSTAKA

 Dr. Muslih, MA, 2018 Sejarah Peradaban Islam, Semarang : Walisongo


Press

 Dr Abd. Rahim Yunus, Drs. Abu Haif, 2013, Sejarah Islam Pertengahan,
Yogyakarta : penerbit ombak

 Mukarom. 2015. Pendidikan Islam pada Masa Kerjaan Turki Usmani.


Jurnal Tarbiya: UIN Sunan Gunung Djati Bandung

 Siti Zubaidah. 2016. SEJARAH PERDABAN ISLAM. Perdana Publishing:


Medan

16

Anda mungkin juga menyukai