LAPORAN EMULSIFIKASI Final
LAPORAN EMULSIFIKASI Final
Modul 4
EMULSIFIKASI
I PRINSIP PERCOBAAN
II TUJUAN PERCOBAAN
emulsi
surfaktan
II.3 Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi
II.4 Menentukan HLB butuh suatu minyak
3.1 Emulsi
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat air atau distabilkan
1979 ed III:56)
Kedalam emulsi ditambahkan zat warna tertentu, yang larut dalam air atau
minyak.
1. Sudan III : Zat warna merah yang larut dalam minyak tetapi tidak
2. Methylen blue : Zat biru yang larut dalam air tetapi tidak larut dalam
minyak
Setetes emulsi dilihat pada mikroskop dan ditetesi air, bila segera
terencerkan makan tipe emulsi adalah M/A dan jika tidak terencerkan
yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandan yang berbeda
sebut daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik-menarik
antara molekul-molekul yang tidak sejenis, yang disebut daya adesi. Daya
kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan
sulitnya kedua zat tersebut untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air
tertentu antara lain sabun. Dalam teori ini dikatan bahwa peambahan
bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur
a. Kelompok hidrofilik, yaitu bagian dari emulgator yang suka pada air.
pengikat antara air dan minyak dan antara kedua kelompok tersebut akan
Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka
pada air, itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan di serap pada batas antara air
dan minyak, sehingga terbentuk lapisan fil yang akan membungkus partikel
partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain
a. Dapat membuat lapisan film yang kuat tapi lunak. Jumlahnya cukup
dispersi
Jika minyak terdispersi kedalam air, satu lapis air yang langsung
oleh 2 batan glapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan
penggabungan menjadi satu molekul yang besar, karena susunan listrik yang
emulsi akan bertambah. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh sala satu
2008 : 308)
Tipe emulsi, salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar
kontinu air, sistem tersebut dikenal sebagai suatu emulsi minyak dalam air
(o/w). Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu, emulsi tersebut
dikenal sebagai produk air dalam minyak (w/o). Emulsi obat untuk
pemberian oral biasanya dari tipe o/w dan membutuhkan penggunaan suatu
zat pengemulsi o/w. Zat pengemulsi tipe ini termasuk zat sintetik yang aktif
gelatin. Tetapi tidak semua emulsi yang dipergunakan termasuk tipe o/w.
3.2 Emulgator
muka antara minyak dan air dan mengelilingi tetesan terdispersi dengan
f. Tidak ada bahan pengemulsi yang memenuhi syarat sifat-sifat ini pada
tingkat yang sama, nyatanya tidak semua emulgator yang baik perlu
emulsi A/M, HKB antara 8-18 menghasilkan emulsi M/A (Alfred, 1994 :
651).
- Banyak bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan yang tidak
menyenangkan dan dapat dibuat lebih enak pada pemberian oral bila
diinginkan.
- Aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek emollient yang lebih besar
biaya, akibatnya pengenceran dengan suatu pengencer yang aman dan tidak
mahal seperti air sangat diinginkan dari segi ekonomis selama kemanjuran
khusus. Untuk menjamin karya tipe ini dan untuk membuatnya sebagai
sediaan yang berguna, emulsi harus memiliki sifat yang diinginkan dan
3.2.2 Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair (Farmakope, Indonesia IV, 1995 : 17)
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut
terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan,
Yang pertama berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk
Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika (Anief, M.
2007):
turun ke dasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase
dalam, dan
c. jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan
dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar
dan pertumbuhan mikroba serta perubahan fisika dan kimia lainnya (Ansel,
1989 : 89).
kecenderungan yang lebih besar untuk naik ke permukaan emulsi atau jatuh
bulatan seperti itu disebut “creaming” dari emulsi tersebut dan apabila tidak
Kerusakan yang lebih besar daripada creaming pada suatu emulsi adalah
menjadi suatu lapisan. Pemisahan fase dalam dari emulsi tersebut disebut
tambahan dan pemrosesan kembali dengan mesin yang sesuai untuk dapat
sama.
cara yang telah diuraikan untuk membentuk tipe emulsi. suatu metode telah
metode ini setiap zat mempunyai harga HLB atau angka yang menunjukan
polaritas dari zat tersebut. Walaupun angka tersebut telah ditentukan sampai
kira-kira 40, kisar lazimnya antara 1 dan 20. Bahan-bahan yang sangat polar
polar dan nlebih lipofilik. umumnya zat aktif permukaan itu mempunyai
harga HLB yang ditetapkan antara 3 sampai 6 dan menghasilkan emulsi air-
diharapkan dari surfaktan dengan harga HLB yang telah ditetapkan terdapat
dalam tabel berikut (Alfred, 1994 : 51) Nilai HLB dari fase minyak suatu
adalah penentuan HLB apa yang cocok dari emulgator atau campuran
(Cairan) (Cairan)
Cetil alkohol 15 -
Stearil alkohol 14 -
Asam stearat 15 -
Lanolin anhidrat 10 8
Pertolatum 12 5
Malam tawan 12 4
Lilin paraffin 11 4
(Cairan) (Cairan)
Asam stearat - 17
Alkohol setil - 13
Lording anhidrat 8 15
Mirokristalin - 9,5
Parafin - 9
IV PROSEDUR KERJA
R/ Minyak 20 g
Emulgator total 10 g
(Tween 80 dan Span 80)
Setil alkohol 2g
Air ad.
100 g
Minyak, air,
Laboratorium TweenTerpadu
Farmasi 80, Span 80,Edan
Unit Setil alcohol| ditimbang
– Farmasetika sesuai
Program Studi yang |
Farmasi
Fakultas MIPA – Unisba dibutuhkan Halaman 12 dari 30
1441H/
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
2019M
Jumlah Jumlah
Tipe HLB Tinggi Creaming (cm)
Tween Span 80
Emulsi butuh
80 (BJ) (BJ)
1 2 3 4
2 7 6,26 7,48 - 3 7 12
5.2 Perhitungan
100 – (20 + 10 + 2)
100 – 32 = 68 + 10 %
= 68 +6,8
= 74,8 gr air ad
Gr emulgator total . HLB butuh = (gr tween 80 . HLB t80) + (gr span 80. HLBs80)
50 gr = 43 + 10,7a
10,7a = 7
a =7
10,7
= 0,65 gr tween
Gr span = 10 – 0,65
= 9,35 gram
15a – 4,3a = 70 – 43
10,7a = 27
a = 2,52 gr tween
gr span = 10 – 2,52
= 7,48 gram
15a – 4,3a = 90 – 43
10,7a = 47
a = 4,39 gr tween
gr span = 10 – 4,39
= 5,61 gram
10,7a = 67
a = 6,26 gr tween
gr span = 10 – 6,26
= 3,74 gram
10,7a = 87
gr span = 10 – 8,13
= 1,87 gram
VI PEMBAHASAN
kestabilan obat yang baik. Pengetahuan mengenai sifat fisika molekul zat obat
merupakan dasar dalam penyusunan formula sediaan obat karena sifat fisika
pembuatan sediaan farmasi. Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu
cairanya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika
minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase
8pembawa (pendispersi), sisitem ini di sebut emulsi minyak dalam air dan
sebaliknya, jika air yang merupakan fase terdispersi dan minyak sebagai
pembawa, sistem ini di sebut air dalam minyak. Pada percobaan emulsi minyak
dan air, untuk minyak yang akan diemulsi harus ditentukan dulu nilai HLB butuh
minua Pada percobaan emulsi minyak dan air, minyak yang akan diemulsi harus
ditentukan dulu nilai HLB butuh minyak agar membentuk emulsi yang stabil.
Titik kritis percobaan emulsifikasi ini adalah menentukan HLB untuk minyak
agar minyak dan air bersatu. Percobaan ini dilakukan dengan membandingkan
paling baik. Ketidakstabilan yang mungkin terjadi seperti flokulasi dimana globul-
dimana kelompok- kelompok globul bersatu menjadi lebih besar, atau terjadi
emulgator yaitu surfaktan, kolioda hidrofilik, dan partikel padat terbagi halus,
namun pada praktikum kali ini digunakan surfaktan sebagai emulgator. Surfaktan
antarmuka antara minyak dengan air seh ingga air dan minyak lebih mudah
permukaan. Surfaktan yang digunakan pada praktikum ini adalah tween dan span
karena tween dapat mengikat molekul polar atau air dan span dapat mengikat
Pada percobaan emulsi air dan minyak perlu ditentukan HLB butuh
minyak agar membentuk emulsi yang stabil karena HLB butuh minyak setara
Penentuan HLB butuh minyak dengan rentang HBL lebar digunakan minyak 20 gr
emulgator toltal 10 gr, asetil alkohol 10 gr, dan air ad sebanyak 74,8 gr. Dibuat 5
larutan seri tipe emulsi dengan tujuan agar dapat membanding kan formula mana
surfaktan agar jumlah total emulgator total sesuia dengan formula yaitu 10 gr
dengan variasi HLB yang berbeda. Minyak, air, tween 80, span 80 dan setil
alkohol ditimbanh sesuai jumlah yang dibutuhkan lagi dicampurkan sesuai fase
masing-masing. Untuk fase minyak dicampurkan minyak dengan span 80 dan setil
alkohol. Minyak yang digunakan adalah parafin karna parafin merupakan minyak
kental dan jernih. Span digunakan sebagai surfaktan yang akan mengikat molekul
minyak dan Setil alkohol digunakan dalam formulasi karena mempunyai efek atau
manfaat ganda, yakni dapat digunakan sebagai emulgator dan sebagai stiffering
agent. Stiffering agent adalah suatu zat yang ditambahkan kedalam suatu formula,
yang berfungsi sebagai pengental dalam sediaan emulsi seperti lotion. Pada fase
air dicampurkan air dengan tween 80 karena tween dapat mengikat molekul air.
Setiap tipe emulsi baik fase minyak ataupun air dipanaskan diatas penangas air
sampa suhu antara 60°C dan 70°C. Tujuan dipanaskan adalah agar tegangan
dipanaskan fase minyak dan fase air disatukan dalam gelas pelastik lagi diaduk
dengan rotary steerer agar tercampur atau teraduk dengan merata lalu dimasukan
creaming paling tinggi dengan ketinggian 17,2 cm yang menandakan bahwa HLB
paling rendah yaitu 5,9 sehingga HLB 11 merupakan formula HLB terbaik.
VII KESIMPULAN
HLB butuh minyak yang paling stbail pada percobaan ini adalah HLB 11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN