Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME KEPERAWATAN

PADA Ny. W DENGAN OLIGOHIDRAMNION DI POLI


KEBIDANAN RSUP Dr. SARDJITO
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Maternitas
Dosen Pembimbing : Prima Daniyati K, M. Kep

Oleh :

Atik Fatimah

(2820173148)

3D

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Resume Keperawatan Maternitas yang berjudul
“OLIGOHIDRAMNION” di Poli Kebidanan RSUP Dr. Sardjito, disusun untuk
memenuhi tugas individu PKK Maternitas yang disahkan pada :

Hari :
Tanggal :
Tempat :

Praktikan,

(………………………)

Mengetahui,
CI Lahan, Pembimbing Akademik,

(………………………) (…………………….)
BAB I
TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Oligohidramnion adalah air ketuban kurang dari 500 cc.
Oligohidramnion kurang baik untuk pertumbuhan janin karena
pertumbuhan dapat terganggu oleh perlekatan antara janin dan amnion
atau karena janin mengalami tekanan dinding rahim (Sastrawinata,
2004).
Oligohidramnion adalah kondisi volume air ketuban sangat
sedikit sekali. Hal ini disebabkan karena janin sedikit sekali dalam
memproduksi air ketuban. Selain itu bisa juga disebabkan air ketuban
merembes keluar. Air ketuban yang merembes ini biasanya karena
selaput ketuban yang membungkusnya robek (Rahmatullah, 2016).
Jika produksinya semakin berkurang, disebabkan beberapa hal
diantaranya: insufisiensi plasenta, kehamilan post term, gangguan
organ perkemihan-ginjal, janin terlalau banyak minum sehingga dapat
menimbulkan makin berkurangnya jumlah air ketuban intrauteri
“oligohidramnion” dengan kriteria :
1) Jumlah kurang dari 500 cc
2) Kental
3) Bercampur meconium
(Manuaba, dkk, 2007)

2. Etiologi
Menurut Sinclare (2009) etiologi oligohidramnion adalah sebagai
berikut:
a. Insufisiensi placenta pada PJT
b. Obstruksi ginjal janin atau agenesis
c. Kebocoran cairan amnion yang kronis
d. Atau etiologi yang diketahui menyebabkan oligohidranion
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum
diketahui. Beberapa keadaan berhubungan dengan
Oligohidramnion hampir selalu berhubungan dengan obsrtuksi
saluran traktus urinarius janin atau renal agenesis (Khumaira,
2012).
Oligohidramnion harus dicurigai jika tinggi fundus uteri lebih
rendah secara bermakna dibandingan yang diharapkan pada usia
gestasi tersebut. Penyebab oligohidramnion adalah absorpsi atau
kehilangan cairan yang meningkat ketuban pecah dini
menyebabkan 50 % kasus oligohidramnion, penurunan produksi
cairan amnion yakni kelainan ginjal kongenital akan menurunkan
keluaran ginjal janin obstruksi pintu keluar kandung kemih atau
uretra akan menurunkan keluaran urin dengan cara sama (Rukiyah
dan Yulianti,
2010). Sebab oligohidramnion secara primer karena pertumbuhan
amnion yang kurang baik, sedangkan secara sekunder yaitu
ketuban pecah dini (Marmi, dkk, 2011)

3. Tanda dan Gejala


Menurut Marni, dkk (2015) mengatakan tanda gejala dari
oligohidramnion diantaranya yaitu:
a. Perut ibu kelihatan kurang membuncit
b. Ibu merasa nyeri diperut pada tiap pergerakan anak
c. Persalinan lebih lama dari biasanya
d. Sewaktu his akan terasa sakit sekali
e. Bila ketuban pecah air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada
yang keluar
Namun, menurut Rukiyah & Yulianti (2010) mengatakan pada ibu
yang mengalami oligohidramnion biasanya akan tampak uterus
tampak lebih kecil dari usia kehamilan, ibu merasa nyeri diperut
pada setiap pergerakan anak. Sering berakhir dengan partus
prematurus atau melahirkan janin yang belum saatnya dilahirkan,
bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan
terdengar lebih jelas, persalinan lebih lama dari biasanya, sewaktu
his akan sakit sekali, bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali
bahkan tidak ada yang keluar.

4. Patofisiologi
Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari
oligohidramnion. Namun, tidak adanya produksi urine janin atau
penyumbatan pada saluran kemih janin dapat juga menyebabkan
oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion, yang terjadi
secara fisiologis, juga mengurangi jumlah cairan (Prawirohardjo,
2010).
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan oligohidramnion
adalah kelainan kongenital, Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT),
ketuban pecah, kehamilan postterm, insufiensi plasenta dan obat-
obatan (misalnya dari golongan antiprostaglandin). Kelainan
kongenital yang paling sering menimbulkan oligohidramnion adalah
kelainan sistem saluran kemih dan kelainan kromosom
(Prawirohardjo, 2010).
Pada insufiensi plasenta oleh sebab apapun akan menyebabkan
hipoksia janin. Hipoksia janin yang berlangsung kronik akan memicu
mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang dan terjadi
oligohidramnion (Prawirohardjo, 2010).
5. Pathway

Penyebab

-Penyumbat pada saluran kemih janin membran ketuban


-Janin menelan cairan amnion

Oligohidramnion

Bayi Ibu

-Kelainan kongenital Hipoksia Janin Insufisiensi KPD


- PJT Plasenta
-Terjadi penurunan darah ke ginjal
-Produksi urin berkurang

Oligohidramnion

6. Komplikasi oligohidramnion
Menurut Manuaba, 2007, Komplikasi oligohidramnion dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1) Dari sudut maternal
Komplikasi oligohidramnion pada maternal tidak ada kecuali
akibat persalinannya oleh karena:
a) Sebagian persalinannya dilakukannya dengan induksi
b) Persalinan dilakukan dengan tindakan secsio sesaria
Dengan demikian komplikasi maternal adalah trias komplikasi
persalinan dengan tindakan perdarahan, infeksi, dan perlukaan
jalan lahir.
2) Komplikasi terhadap janinya
a) Oligohidramnionnya menyebabkan tekanan langsung
terhadapat janinnya:
(1) Deformitas janin adalah:
(a) Leher terlalu menekuk-miring
(b) Bentuk tulang kepala janin tidak bulat
(c) Deformitas ekstermitas
(d) Talipes kaki terpelintir keluar
(2) Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat
menimbulkan fetal distress
(3) Fetal distress menyebabkan makin terangsangnya
nervus vagus dengan dikeluarkannya mekonium
semakin mengentalkan air ketuban
(a) Oligohidramnion makin menekan dada sehingga
saat lahir terjadi kesulitan bernapas karena paru-
paru mengalami hipoplasia sampai atelektase paru
(b) Sirkulus yang sulit diatasinya ini akhirnya
menyebabkan kematian janin intrauterine.
b) Amniotic band
Karena sedikitnya air ketuban, dapat menyebabkan
terjadinya hubungan langsung antara membran dengan janin
sehingga dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang
janin intrauterin. Dapat dijumpai ektermitas terputus oleh
karena hubungan atau ikatan dengan membrannya.
7. Diagnosis Oligohidramnion
Untuk mengetahui oligohidramnion dengan jelas dapat dilakukan
tindakan “Amnioskopi” dengan alat khusus amnioskop.
Indikasi amnioskopi adalah:
1) Usia kehamilan sudah diatas 37 minggu
2) Terdapat preeklamsia-berat atau eklampsia
3) Bad Obstetrics History
4) Terdapat kemungkinan IUGR
5) Kelainan ginjal
6) Kehamilan post date
Hasil yang diharapkan adalah:
1) Kekeruhan air ketuban
2) Pewarnaan dengan meconium
Komplikasi tindakan amnioskopi adalah:
1) Terjadi persalinan premature
2) Ketuban pecah-menimbulkan persalinan premature
3) Terjadi perdarahan-perlukaan kanalis servikalis
4) Terjadi infeksi asendens
Tehnik diagnosis oligohidramnion dapat mempergunakan
Ultrasonografi yang dapat menentukan:
1) Amniotic Fluid Index (AFI) kurang dari 5 cm
2) AFI kurang dari 3 cm disebut Moderate Oligohidramnion
3) AFI kurang dari 2-1 cm disebut Severe Oligohidramnion
(Manuaba, dkk 2007)

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bagi klien oligohidramnion menurut Rukiyah &
Yulianti (2010) mengemukakan tindakannya adalah:
a. Tirah baring
b. Hidrasi dengan kecukupan cairan
c. Perbaikan nutrisi
d. Pemantauan kesejahteraan janin
e. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion
f. Pemberian infuse amnion

9. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Diagnosa yang mungkin muncul menurut Mitayani (2009) adalah
sebagai berikut.
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi
glomerolus sekunder terhadap penurunan cardiac output.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
e. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur
infasif (penjahitan di perineum)
10. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1 Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang popok atau 1. Penimbangan popok atau pembalut
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 pembalut jika perlu digunakan untuk mengukur
kerusakan fungsi jam klien dapat Terbebas 2. Pertahankan cairan seberapa banyak keluaran darah post
glomerolus sekunder dari edema, efusi, anasarka, intake dan output partum
terhadap penurunan bunyi nafas bersih tidak ada yang akurat 2. Pertahanan cairan intake akan
cardiac output (domain dispneu, memeliharan 3. Pasang urine kateter membantu menstabilkan kondisi
2,kelas 5, kode 00026) tekanan vena sentral dan jika diperlukan klien
terbebas dari kelelahan 4. Monitoring hasil HB 3. Pemasangan kateter urin dapat
Kriteria Hasil : yang sesuai dengan menurunkan volume cairan
1. Gangguan elektrolit retensi cairan (BUN, 4. Monitor HB digunakan untuk
2. Ansietas Hmt, osmolitas, urin) mengetahui apakah perlu dilakukan
3. Perubahan tekanan 5. Monitor vital sign transfusi darah
darah
6. Monitor status nutrisi 5. Monitor vital sign dipakai untuk
4. Dispneu cairan
7. Kolaborasi diuretik memantau kondisi klien
0601(Keseimbangan )
sesuai instruksi 6. Monitor status nutrisi dipakai untuk
(Manajemen Cairan mengetahui tingkat nutrisi klien
4120) 7. Kolaborasi deuretik dipakai untuk
membantu proses penyembuhan
klien melalui obat.

2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian 1. Pengkajian nyeri dipakai untuk
dengan agen cidera fisik keperawatan 3 x 24 jam nyeri secara mengetahui tingkat nyeri pada klien
(domain 12, kelas 1, kode nyeri klien berkurang. komprehensif 2. Observasi reaksi nonverbal dapat
00132) Kriteria Hasil : termasuk lokasi, digunakan untuk mengetahui
1. Skala nyeri 0-1 karakteristik, durasi, tindakan selanjutnya untuk
2. Ibu mengatakan frekuensi, kualitas, mengurangi nyeri
nyerinya berkurang dan faktor presipitasi 3. Penanganan nyeri dapat
sampai hilang , 2. Observasi reaksi menurunkan nyeri
3. Tidak merasa nyeri saat nonverbal dari 4. Pengkajian nyeri dipakai untuk
mobilisasi , ketidaknyamanan mengetahui tindakan yg akan
4. Tanda vital dalam batas 3. Pilih dan lakukan dilanjutkan selanjutnya
normal (Kontrol nyeri penanganan nyeri 5. Analgetik merupakan obat anti nyeri
1605) (farmakologi, non 6. Istirahat dapat membantu klien
farmakologi dan melupakan nyeri
interpersonal)
4. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
5. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
6. Tingkatkan istirahat
(Mamajemen nyeri
1400)
3 Resiko infeksi (Domain Setelah dilakukan tindakan 1. Tinjau catatan 1. Peninjauan catatan persalinan
11, kelas 1, kode 00004) keperawatan selama 3 x persalinan dan dipakai untuk mengetahui angka
. 24 jam diharapkan infeksi kelahiran terkait kejadian infeksi yang dapat terjadi
tidak terjadi. infeksi yang sudah 2. Penggantian pembalut dapat
Kriteria Hasil : ada sebelumnya atau menjaga kebersihan area perineum
Tidak ada tanda-tanda pajanan terhadap untuk mengurangi angka bakteri
infeksi (Status imunitas organisme infeksi. 3. Pemantauan TTV untuk mengetahui
0702) 2. Lakukan penggantian keadaan umum
pembalut dan 4. Pemantauan warna dan lochea
perawatan perineal digunakan untuk mengetahui
dengan sering, keadaan klien terkait pengeluaran
gunakan teknik dari darah
depan kebelakang,
hingga ibu dapat
melakukannya sendiri.
3. Pantau tanda-tanda
vital, khususnya suhu
dan nadi.
4. Pantau warna dan bau
lokia (pascapartum)
(Kontrol infeksi 6540)

4 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 4. Kaji tingkat 1. Pengkajian kemampuan digukanan
berhubungan dengan nyeri keperawatan 3 x 24 jam kemampuan untuk mengetahui tingkat
(Domain 4, kelas 2, kode mobilisasi klien tidak pasien dalam kemampuan klien dalam mobilisasi
00085) tergantung keluarga. melakukan 2. Alih baring dapat membantu klien
Kriteria Hasil : aktivitas tiap hari. dalam latihan perpindahan posisi
1. Klien mampu miring 5. Lakukan alih 3. Dengan aktivitas yang sesuai
kanan dan kekiri. baring tiap 2 -4 kemampuan klien akan lebih
2. Klien mampu jam mengerti aktivitas yang dilakukan
melakukan aktivitas 6. Anjurkan pasien dengan bertahap
yang ringan untuk melakukan 4. Fisioterapi akan membantu dapat
3. Klien mampu aktivitas sesuai peningkatan kekuatan otot
melakukan aktivitas kemampuanya
sehari-hari tanpa 7. Kolaborasi
5 kesulitan (Ambulasi dengan fisioterapi
0220) (Terapi
Ambulasi:Latihan
0221)
1. Untuk mengetahui tanda persalinan
lengkap

Risiko tinggi terhadap Setelah diberikan asuhan 2. Untuk mengetahui secara dini jika
1. Tinjau ulang kondisi
keperawatan selama … x 24
infeksi berhubungan dasar / faktor risiko terjadi infeksi
jam diharapkan klien tidak
yang ada sebelumnya.
dengan prosedur infasif mengalami infeksi dengan
Catat waktu pecah
kriteria hasil : 3. Untuk mencegah masuknya bakteri
(penjahitan di perineum) ketuban.
 Tidak terjadi tanda -
2. Kaji adanya tanda
tanda infeksi (kalor,
infeksi (kalor, rubor, 4. Mencegah terkontaminasi dengan
rubor, dolor, tumor,
dolor, tumor, fungsio
fungsio laesea) bakteri
laesa)
 Suhu dan nadi dalam
3. Lakukan perawatan
batas normal ( suhu =
luka dengan teknik
36,5 -37,50 C, frekuensi 5. Untuk mengobservasi terjadinya
aseptik
nadi = 60 - 100x/ menit)
WBC dalam batas normal 4. Anjurkan klien dan perdarahan
keluarga untuk mencuci
(4,10-10,9 10^3 / uL)
tangan sebelum /
sesudah menyentuh
luka
5. Kolaborasi untuk 6. Agar nutrisi tetap adekuat
pemeriksaan Hb dan
Ht. Catat perkiraan
kehilangan darah 7. Untuk mencegah terjadinya infeksi
selama prosedur
dengan terapi farmakologi
pembedahan
6. Anjurkan intake nutrisi
yang cukup
7. Kolaborasi penggunaan
antibiotik sesuai
indikasi
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, W. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendekia
Hanifa. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Marni, A. Retno Murti Suryaningsih. Fatmawati Ery. 2015. “Asuhan Kebidanan
Patologi”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Megasari, Miratu, dkk. 2015. “Panduan Belajar Asuhan Kebidanan I”. Yogyakarta:
Deepublish
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Mochtar. 2013. Sinopsis Obsetric. Jakarta: EGC
Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika
Pratiwi. 2012. Penurunan Intensitas Nyeri Akibat Luka Post SC. Skripsi: Undip
Rahmatullah, Irfan. Kurniawan, Nurcholid Umam. 2016. “9 Bulan Dibuat Penuh
Cinta Dibuai Penuh Harap MENJALANI KEHAMILAN & PERSALINAN
YANG SEHAT”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Rasjidi. 2009. Manual Seksio Sesarea & Laparatomi. Jakarta: EGC
Rukiyah, Ai Yeyeh. Lia, Yulianti. 2010. “Asuhan Kebidanan 4 (Patologi)”. Jakarta:
Trans Info Media
Sastrawinata, S. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi. Ed-2. Jakarta :
EGC
Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo. Jakarta: Tridasa Printer
Sinclare, Constance. 2009. “Buku Saku Kebidanan”. Jakarta: EGC
Suherni. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai