Anda di halaman 1dari 8

TEKNIK KOMUNIKASI FORMAL DAN NONFORMAL

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Teknik Komunikasi dan Bahasa Siaran
Dosen Pengampu : Adeni, S.Kom.I.,M.A

Disusun Oleh
Dwi Fitroh Hermawati (1701026003)

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
2019
Manusia merupakan makhluk sosial, artinya manusia tidak dapat hidup sendiri dan
membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupan. Maka dari itu manusia tidak dapat lepas dari
komunikasi. Manusia butuh komunikasi untuk mempertahankan hidupnya serta menjalin
hubungan antar sesama manusia.

Berdasarkan situasinya, komunikasi dibagi menjadi komunikasi formal dan komunikasi


non formal. Komunikasi formal merupakan komunikasi yang terjadi pada situasi resmi. Contohnya
adalah rapat, seminar, surat-menyurat pada birokrasi atau organisasi dan sebagainya. Komunikasi
formal menggunakan bahasa baku untuk berkomunikasi. Sedangkan komunikasi non formal
merupakan komunikasi yang terjadi pada situasi yang tidak resmi. Komunikasi non formal tidak
terikat aturan untuk berkomunikasi. Bahasa yang digunakan juga merupakan bahasa santai.
Contohnya adalah komunikasi dalam keluarga, di pasar, arisan, dan sebagainya.

Dalam komunikasi ada istilah komunikator dan komunikan. Komunikator merupakan


seseorang yang menyampaikan pesan, sedangkan komunikan merupakan seseorang yang
menerima pesan. Seorang komunikator (pemberi pesan) harus menggunakan teknik komunikasi
yang tepat. Hal ini bertujuan agar sebuah komunikasi dapat berjalan dengan efektif.

Teknik merupakan suatu cara untuk melakukan suatu hal. Teknik komunikasi yaitu suatu
cara yang digunakan dalam berkomunikasi. Menurut Effendy (2015, 8) ada empat macam teknik
komunikasi, yaitu Komunikasi Informatif, Komunikasi Persuasif, Komunikasi Instruktif/Koersif
dan Hubungan Manusiawi.

1. Informative Communication

Informative Communication atau komunikasi informatif menurut Maryana (2016:


273) adalah suatu teknik penyampaian pesan atau informasi kepada seseorang atau sejumlah
orang mengenai hal-hal yang baru diketahuinya. Dampak dari teknik komunikasi ini yaitu
pada sisi kognitif. Maksudnya adalah komunikan dapat mengetahui sesuatu sesuai dengan
pesan atau informasi yang disampaikan. Contoh dari komunikasi informatif yaitu pada saat
penyampaian berita di media massa, serta penyampaian ilmu yang diberikan dosen kepada
mahasiswanya.

Ciri khas pesan informatif menurut Maryana (2016: 273), yaitu:

1
a. Berdasarkan fakta

b. Tidak mengada-ada

c. Jelas dan to the point

d. Terperinci

e. Pesan ditujukan untuk khalayak banyak untuk perluasan wawasan.

2. Persuasive Communication

Kata persuasif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti bersifat
membujuk secara halus (supaya menjadi yakin). Komunikasi persuasif menurut Suryanto
(2015: 354) adalah komunikasi yang bertujuan mengubah atau memengaruhi kepercayaan,
sikap dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan yang diharapkan oleh
komunikator. Komunikasi persuasif lebih menekankan sisi psikologis. Komunikasi persuasif
dilakukan dengan halus dan tanpa adanya paksaan. Hasilnya adalah komunikan akan
menerima pesan dengan suka rela tanpa adanya perasaan terpaksa.

Menurut Suryanto (2015: 354), sikap-sikap individu atau kelompok yang hendak
dipengaruhi terdiri atas tiga komponen, yaitu: kognitif, afektif, dan konatif.

a. Kognitif, merupakan perilaku individu yang mencapai tingkat tahu pada objek yang
diperkenalkan.

b. Afektif, merupakan perilaku individu yang mempunyai kecenderungan untuk suka atau
tidak pada objek.

c. Konatif, merupakan perilaku individu yang sudah sampai tahap hingga individu
melakukan sesuatu (perbuatan) terhadap objek.

Karakterristik persuasi menurut Aristyavani (2017: 6-7) ada lima, yaitu:

Pertama, persuasi merupakan sebuah proses simbolik. Persuasi tidak dapat terjadi begitu saja,
melainkan melalui sebuah proses yang membutuhkan waktu, tahapan, dan secara aktif
melibatkan pengiriman dan penerimaan pesan. Persuasi apapun bentuknya selalu merupakan

2
proses simbolik. Persuader menggunakan simbol-simbol (kata, gambar, lambang, dan
sebagainya) untuk membujuk khalayak atau penerima

Kedua, persuasi adalah tindakan yang disengaja untuk memengaruhi orang lain. Persuasi
melibatkan upaya yang sengaja untuk memengaruhi orang lain, yang dimulai dari intensi dan
kesadaran seseorang yang hendak melakukan persuasi (persuader).

Ketiga, persuasi dilakukan lewat pengiriman transmisi pesan. Jika seseorang ingin orang lain
berubah sikap atau perilakunya, tetapi tidak mengirimkan pesan, (hanya diam saja) maka
tidak bisa disebut persuasi.

Keempat, perubahan yang dituju adalah mengubah sikap atau perilaku. Orang atau lembaga
yang melakukan persuasi tidak hanya sekedar menyampaikan pesan, tetapi mempunyai
target. Targetnya adalah adanya perubahan atau peneguhan sikap dan perilaku.

Kelima, persuasi membutuhkan pilihan yang bebas. Khalayak yang menjadi target persuasi
bebas untuk mengikuti atau tidak mengikuti pesan persuasi

Faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi persuasif menurut Suryanto


(2015:358), yaitu:

a. Sumber pesan/ komunikator yang mempunyai kredibilitas tinggi.


Seorang komunikator harus memiliki pengetahuan mengenai apa yang hendak
disampaikannya. Sehingga pesan yang disampaikan jelas.
b. Pesan (masuk akal/tidak).
Pesan yang disampaikan haruslah masuk akal agar dapat diterima oleh komunikan
yang sebenarnya belum dipahami sama sekali olehnya.
c. Pengaruh lingkungan.
Lingkungan juga dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya kegiatan komunikasi
persuasif karena lingkungan dapat mempengaruhi pola pikir seseorang.
d. Pengertian dan kesinambungan suatu pesan (apakah pesan tersebut diulang-ulang).
Pesan harus masuk di akal atau logika yang benar.

3. Coersive Communication

3
Komunikasi koersif (coercive communication) merupakan kebalikan dari komunikasi
persuasif. Kata koersi dalam KBBI memiliki arti sistem komunikasi yang menggunakan
paksaan dan kekerasan. Menurut Rosiana (2017: 111), komunikasi koersif ialah proses
penyampaian pesan kepada seseorang dengan cara memaksa, mengancam, atau memberi
sanksi untuk mengubah sikap, opini, dan tingkah laku.
Tujuan dari komunikasi koersif sama dengan komunikasi persuasif. Tujuannya adalah
merubah sikap dan tingkah laku (Aristyavani, 2017: 8). Letak perbedaannya adalah pada
caranya. Komunikasi persuasif dilakukan dengan cara halus, sedangkan komunikasi koersif
dilakukan dengan cara memaksa, mengancam, serta memberi sanksi. Akibatnya, perubahan
perilaku seseorang diikuti dengan rasa terpaksa, tidak suka rela, dan tidak senang.
Komunikasi koersif biasanya dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang mempunyai
kukuasaan atau kewenangan atas komunikan. Tujuannya adalah agar komunikan mematuhi
serta menerima pesan yang komunikator sampaikan. Misalnya pimpinan perusahaan terhadap
karyawannya, polisi kepada masyarakat yang melanggar aturan, dan sebagainya.

4. Human Relations

Human Relations atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai hubungan


manusiawi. Ada juga orang yang menerjemahkannya hubungan manusia, dan hubungan
antarmanusia. Dalam hubungan manusiawi, sifat hubungan tidak seperti orang
berkomunikasi biasa, bukan hanya merupakan penyampaian suatu pesan oleh seseorang
kepada orang lain, tetapi hubungan antara orang-orang yang berkomunikasi itu
mengandung unsur-unsur kejiwaan yang amat mendalam (Effendy, 2015: 138).

Ada dua pengertian hubungan manusiawi, yakni hubungan manusiawi dalam arti
luas dan hubungan manusiawi dalam arti sempit.

a. Hubungan manusiawi dalam arti luas


Hubungan manusiawi dalam arti luas ialah interaksi antara seseorang dengan
orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan. Jadi, hubungan
manusiawi dilakukan di mana saja: dirumah, di jalan, dalam bis, dalam kereta api, dan
sebagainya. (Effendy, 2015: 138)

4
Edward C. Lindeman dalam bukunya The Democratic Way of Life, mengatakan
bahwa “Hubungan manusiawi adalah komunikasi antarpersona (interpersonal
communication) untuk membuat orang lain mengerti dan menaruh simpati.” Orang
akan menaruh simpati jika dirinya dihargai. Dalam hubungan ini, William James,
seorang ahli ilmu jiwa dari Havard University, Amerika Serikat, mengatakan bahwa
“tiap manusia dalam hati kecilnya ingin dihormati dan dihargai” (Effendy, 2015: 140).
Keith Davis mengatakan bahwa human dignity (harga diri) merupakan etika
dan dasar moral bagi hubungan manusiawi. Hasil penyelidikan mengenai personal
wants (keinginan pribadi) telah menunjukkan bahwa tiap manusia ingin diperlakukan
sebagai human being (manusia) dengan respect (penghormatan) dan dignity
(penghargaan) (Effendy, 2015: 140).
Agar seseorang merasa bahwa dirinya dihargai sebagai layaknya manusia,
dapat ditunjukkan dengan berbagai cara bergantung pada situasi, kondisi, dan tujuan
dilakukannya human relations itu (Effendy, 2015: 140).

b. Hubungan manusiawi dalam arti sempit

Hubungan manusiawi dalam arti sempit adalah juga interaksi antara seseorang
dengan orang lain. Akan tetapi, interaksi disini hanyalah dalam situasi kerja dan dalam
organisasi kekaryaan (work organization) (Effendy, 2015: 140).
Dalam organisasi kekaryaan, manusia merupakan strategic component, karena
mempunyai peranan yang sangat penting. Faktor manusia sangat berpengaruh pada
usaha mencapai tujuan organisasi: dapat memperlancar, dapat juga menghambat.
Dengan hubungan manusiawi, para pemimpin perusahaam dapat memecahkan
masalah yang timbul dalam situasi kerja karena faktor manusia, bahkan selanjutnya
dapat menggairahkan dan menggerakkannya ke arah yang lebih produktif (Effendy,
2015: 140-141).

5
Kesimpulan

Manusia butuh berkomunikasi dalam menjalankan kehidupan. Agar komunikasi dapat


berjalan dengan efektif, dibutuhkan teknik komunikasi. Teknik komunikasi dibagi menjadi
empat, yaitu:

1. Komunikasi Informatif
2. Komunikasi Persuasif
3. Komunikasi Koersif
4. Hubungan Manusiawi

Dari pembahasan mengenai teknik-teknik komunikasi tersebut, diharapkan kita dapat


memilih teknik yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan kita.

6
Daftar Pustaka

Aristyavani, Inadia. 2017. Persuasi Komunikasi dan Kebijakan Publik. Yogyakarta:


Calpulis.

Effendy, Onong Uchjana. 2015. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Maryana, Dina. 2016. Analisis Teknik Komunikasi Informatif BPJS Kesehatan dalam
Membentuk Pelayanan pada Pengguna Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di RSUD A.W.
Sjahranie Samarinda. eJournal Ilmu Komunikasi.

Rosiana, Kiki. 2017. Teknik Komunikasi Koersif Dinas Kesejahteraan Sosial dalam
Menanggulangi Gelandangan dan Pengemis di Kota Samarinda. eJournal Ilmu Komunikasi.

Suryanto. 2015. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai