Anda di halaman 1dari 8

PELAKU PEMBUNUHAN YANG MEMBELA DIRI

DALAM MEMPERTAHANKAN KEHORMATAN DAN HARTA BENDA


MARSUDI UTAYO
Dosen Tetap Persyarikatan
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sumpah Pemuda Palembang

ABSTRAC
Article 49 paragraph (1) of the Criminal Code regulates the actions "emergency
defense" (noodweer) for themselves and for others, decency, honor or property
themselves or others, because there is an attack or threat of attack is very close.
According to this article people who do defense emergency can not be punished.
Factors That Makes Working Out Perpetrators of Criminal Punishment by Penal Code
are: Ontoerekenings-vatbaarheid (an inability responsible), Overmacht (necessity)
forced or emergency, Noodweer (urgent advocacy), Wettelijk voorschrif (command
laws), bevel Ambtelijk (command term)
Keywords: Overmacht, Noodweer, command laws, command term

I. PENDAHULUAN buku I, buku II mengatur tentang kejahatan


dan buku III adalah tentang pelanggaran.
Bahwa manusia dianugrahi oleh
Dalam buku II KUHP ini mengatur
Tuhan Yang Maha Esa akal budi dan
tentang perbuatan-perbuatan tertentu yang
nurani yang memberikan kepadanya
dilarang untuk dilakukan orang yang
kemampuan untuk membedakan mana
disertai ancaman pidana tertentu bagi siapa
yang baik dan buruk, serta akan dapat
yang melakukan perbuatan yang menjadi
membimbing juga mengarahkan sikap dan
larangan tersebut.
perilaku dalam menjalani kehidupannya.
Aturan umum memuat asas-asas
Dengan akal budi dan nurani, maka
umum mengenai berbagai hal atau bidang
manusia memiliki kebebasan untuk
dalam hukum pidana, misalnya batas-batas
memutuskan sendiri perilaku atau
berlakunya hukum pidana, tentang pidana
perbuatannya. Disamping itu, untuk
dan hal-hal yang meniadakan, mengurangi
mengimbangi kebebasan tersebut manusia
serta memberatkan pidana, tentang
memiliki kemampuan untuk bertanggung
pembarengan, tentang percobaan, tentang
jawab atas semua tindakan yang
penyertaan dan lain sebagainya. Aturan
dilakukannya.1
Kitab Undang-undang Hukum umum hukum pidana ini berlaku tidak saja
Pidana (KUHP) adalah sumber pokok tindak pidana, melainkan juga terhadap
hukum pidana materiil, yang memuat tindak pidana yang ada diluar KUHP
tentang aturan hukum pidana dan sepanjang dalam Undang-undang lain itu
tidak ditentukan lain (Pasal 103).
rumusan-rumusan tindak pidana tertentu,
mengenai aturan umum dimuat dalam Sejak dahulu kala sampai sekarang
sarjana hukum saling bertengkar mengenai
soal, mengapa suatu kejahatan harus
*Marsudi Utoyo, Dosen Persyarikatan, ditanggapi dengan suatu pidana.2 Antara
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM SUMPAH
PEMUDA Palembang.
1 2
Pustaka Yustisia, Penjelasan Undang- Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum
undang RI No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM, Pidana di Indonesia, PT Eresco, Bandung, 1986,
Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2006, hlm 76. hlm 13
pidana dan kejahatan merupakan suatu panjangnya dengan umur umat manusia itu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan sendiri, bahkan ada ungkapan yang
yaitu perbuatan dan sanksi, yang menyatakan “dimana ada manusia di sana
merupakan adanya perbuatan akan ada kejahatan”, kejahatan adalah sahabat
dikenakan sanksi, bahwa dasar pokok setia umat manusia, dia hadir sebagai
dalam menjatuhi pidana pada orang yang penyimpangan perilaku dalam masyarakat,
telah melakukan perbuatan pidana adalah kejahatan bisa hadir kapanpun dan
norma yang tidak tertulis, tidak dipidana diamanapun manusia berada, maka dari itu
jika tidak ada kesalahan. Dasar ini adalah tingkat dan jenis kejahatan itu dapat
mengenai dipertanggung jawabkannya beradaptasi dengan dinamika yang terjadi
seseorang atas perbuatan yang telah dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena
dilakukannya. Jadi mengenai criminal itu maka hadirlah “hukum”, hukum hadir
responsibility atau criminal liability, azas bukan semata-mata menjadi pe ngekang
yang menentukan bahwa tidak ada manusia akan kebebasannya, namun juga
perbuatan yang dilarang dan diancam menjadi cambuk untuk menindak perilaku
dengan pidana jika tidak ditentukan yang berbahaya yang dilakukan manusia,
terlebih dahulu dalam perundang- dengan harapan tidak akan terulang
undangan. Biasanya ini dikenal dalam kembali.
bahasa latin sebagai “Nullum delictum Kata-kata “kejahatan” adalah
nulla poena sine praevia lege poenali” .3 terjemahan dari bahasa Belanda sebagai
yang dikenal dengan azas legalitas, terjemahan dari istilah-istilah (misdrijf)
biasanya asas legalitas ini dimaksud atau “kejahatan” berarti suatu perbuatan
mengandung tiga pengertian, yaitu : yang tercela dan berhubungan dengan
1. Tidak ada perbuatan yang dilarang dan hukum, berarti tidak lain daripada
diancam dengan pidana kalau hal itu “perbuatan melanggar hukum” 6.
terlebih dahulu belum dinyatakan Didalam penjelasan Undang-undang
dalam suatu aturan undang-undang. dasar 1945 menjelaskan dengan tegas,
2. Untuk menentukan adanya perbuatan bahwa negara Indonesia berdasarkan atas
pidana tidak boleh digunakan analogi. hukum (Rechtstaat) tidak berdasarkan atas
3. Aturan-aturan hukum pidana tidak kekuasaan (machstaat).7 Hal ini berarti
berlaku surut. 4 bahwa Indonesia ialah negara hukum yang
Hukum pidana merupakan ultimum demokratis berdasarkan Pancasila dan
remedium, yaitu upaya terakhir guna Undang-undang Dasar 1945, menjunjung
memperbaiki tingkah laku manusia tinggi hak asasi manusia dan menjamin
terutama penjahat, serta memberikan semua warga negara mempunyai
tekanan psikologis agar orang-orang lain kedudukan yang sama dihadapan hukum,
tidak melakukan kejahatan.5 serta wajib menjunjung hukum dan
Apa yang kini dinamakan pemerintah dengan tidak ada pengecualian.
“kejahatan” adalah pelanggaran dari Sebagai negara hukum, terdapat ciri-
norma-norma sebagai unsur pokok kesatu ciri (rule of law) khas yang layak disebut
dari hukum pidana dan inilah yang disebut negara hukum, ciri-ciri tersebut antara lain
dengan istilah perbuatan melanggar
hukum. Umur kejahatan itu sama 1. Pengakuan dan perlindungan atas
hakasasi manusia
3
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm 23
4 6
Ibid, hlm 25 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum
5
Andi Zainal Abidin, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, PT. Eresco, Bandung, 1986,
Pidana Bagian Pertama, Penerbit Alumni, hlm 30
7
Bandung, 1987, hlm 16 Ibid, hlm 67
Pelaku Pembunuhan Yang Membela Diri Dalam Mempertahankan.... ( Marsudi Utayo ) 149
2. Peradilan yang bebas dari ditembakkan oleh perampok dan akan
pengaruhsuatu kekuatan atau kekuatan mengancam nyawa karyawan bank
lain dan tidak memihak. tersebut. Teoritis karyawan bank itu dapat
melawan dengan resiko mati terkena
3. Legalitas dalam arti hukum dalam tembakan perampok. Bilamana ia tidak
segala bentuknya. melawan dan menuruti kehendak
Dari ketentuan diatas, dapat perampok, maka ia tidak dapat dipidana,
diketahui bahwa setiap orang berhak untuk sekalipun ia telah mewujudkan delik.
memperoleh jaminan agar hukum dan Menurut Jonkers orang yang diancam,
negara harus dilaksanakan dengan adil dan dipaksa atau didoronglah yang berbuat,
jujur serta tidak meninggalkan perasaan sekalipun ia berbuat karena ancaman atau
hormat akan harkat dan martabat manusia. dorongan itu. Tidak semua paksaan atau
Sesungguhnya hukum dan undang-undang dorongan terhadap seseorang dapat
itu sendiri sudah menjamin agar hak-hak menimbulkan relatieve overmacht.
asasi manusia tidak dilanggar dan Kekuatan, paksaan atau dorongan itu
walaupun tidak sepenuhnya diatur akan haruslah sedemikian rupa sehingga orang
tetapi tidak berarti negara dapat berlaku yang terkena tidak dapat atau tidak perlu
sewenang-wenang, sebab hak asasi mengadakan perlawanan8.
manusia itu sudah ada sejak manusia lahir, Dalam pembelaan darurat atau
hal ini dapat dilihat dalam pasal 1 noodweer artinya “pembelaan darurat”.
pernyataan umum hak asasi manusia Supaya orang mengatakan bahwa dirinya
(Universal Declaration of Human Right) dalam “pembelaan darurat” dan tidak
yang menyatakan bahwa: “sekalian umat dapat dihukum9. Karena adanya syarat
manusia dilahirkan merdeka dan sama bahwa serangan itu harus seketika itu juga
dalam martabat dan hak-haknya”. mengancam, maka pembelaan terpaksa
Tindak pidana biasanya dilandasi tidak boleh dilakukan dalam 10:
dengan berbagai motif maupun rencana, a. hal, bahwa serangan yang mengancam
mulai dari sakit hati, cemburu, dendam, itu akan terjadi dikemudian hari,
hutang piutang dan lain sebagainya, tidak b. hal, bahwa serangan itu telah selesai.
mengendurkan niatnya untuk melakukan Menurut van Bemmelen, bahwa
kejahatan dan ini sebagai indikasi semakin perbuatan pada noodweerxses adalah
meningkatnya kejahatan terhadap nyawa melawan hukum; dengan kata lain
ini khususnya dalam kasus pembunuhan terhadap perbuatan itu tetap dipidana,
berencana. Adapun perencanaan terlebih hanya terhadap pembuat tidak terdapat
dahulu dimaksudkan untuk, pelaku verwijt. Kalau ditinjau dari segi ajaran atau
memiliki rencana yang matang, pelaku pandangan monistis tentang delik, maka
memilih waktu yang tepat, dan pelaku dalam hal adanya noodweer, perbuatan itu
dapat melaksanakan niatnya itu secara dianggap tidak memenuhi unsur melawan
tenang. Bukan kerane terpaksa atau hukum, sedangkan pada noodweerexes,
keadaan yang memaksa. perbuatan pidana tetap ada, tetapi unsur
Sebagai contoh daya relatif atau
(nisbi); relatieve overmacht. Kekuasaan,
kekuatan, dorongan atau paksaan pisik
8
atau psychicsh terhadap orang Andi Zainal Abidin, Asas-asas Hukum
Pidana Bagian Pertama, Alumni, Bandung, 1987,
bersangkutan bersifat relatif atau nisbi.
hlm 227-228.
Misalnya pada perampokan sebuah bank, 9
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang
karyawan bank diancam dengan pistol Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-
supaya menyerahkan uang. Bilamana tidak komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politea,
dilakukannnya maka pistol itu akan Bogor, 1993, hlm 64-66.
10
Loc Cit, hlm 237-237.

150 PRANATA HUKUM Volume 8 No 2 Juli 2013


bertanggungjawab pidana, yakni kesalahan Azas ini tidak tersebut dalam hukum
pembuat terhapus. tertulis tapi dalam hukum yang tidak
Secara ringkas dan sederhana tertulis yang juga di Indonesia berlaku11.
pembelaan terpaksa dan perlampuan Kejahatan terhadap jiwa seseorang
pembelaan terpaksa dapat dibedakan diatur dalam BAB XIX buku II KUHP.
sebagai berikut: Noodweer ialah Bentuk yang pokok dari kejahatan ini
pembelaan yang diberikan karena sangat adalah pembunuhan (doodslag) yaitu
mendesak terhadap penyerangan yang menghilangkan jiwa seseorang. Dalam
mendadak dan tiba-tiba serta mengancam kejahatan tidak dirumuskan perbuatannya,
dan melawan hukum. Unsur-unsurnya tetapi hanya akibat dari perbuatannya yaitu
ialah : hilangnya jiwa seseorang. Hilangnya jiwa
a. penyerangan yang nyata-nyata: ini timbul akibat perbuatan itu, tidak perlu
1. melawan hukum terjadi segera, tetapi dapat timbul
2. mendesak dan sekonyong- kemudian misalnya setelah dirawat
konyong mengancam. dirumah sakit. Untuk dapat dikatakan
b. penyerangan itu harus mengenai : menghilangkan jiwa, seseorang harus
1. badan (lijf) sendiri atau orang lain melakukan suatu perbuatan yang dapat
2. kehormatan kesusilaan menimbulkan akibat hilangnya jiwa12.
(eerbaarheid) Dalam contoh kasus pembelaan diri
3. atau barang (goed) yang diserang dalam mempertahankan kehormatan dan
atau orang lain harta benda baik milik sendiri maupun
Noodweerexes ialah perlampuan orang lain penulis mengutip berita dari
batas pembelaan terpaksa, yang koran Sumatera Ekspres seperti dibawah
disebabkan suatu tekanan jiwa yang hebat ini.
karena adanya serangan orang lain yang
mengancam. Dengan demikian pembelaan Sopir Pemberani Yang Melawan dan
itu harus membela diri atau orang lain dan Menewaskan 2 Perampok Mendapat
melindungi harta benda dan kesusilaan Penghargaan dan Pantas
13
dalam keadaan terpaksa. Menjadi Pahlawan .
Palembang, 22 Maret 2009
II. PEMBAHASAN Kepala Kepolisian Daerah Sumatera
Selatan Inspektur Jenderal Sisno
Tanggung Jawab Pelaku Pembunuh an Adiwinoto memberikan penghargaan
Dalam Membela Diri Untuk kepada Sulaiman (38), sopir yang
Mempertahankan Kehormatan Dan menabrak dua perampok hingga tewas
Harta Bendanya. (Kompas, 21/3), atas keberaniannya
Perbuatan pidana hanya menunjuk melumpuhkan pelaku perampokan
kepada dilarang dan diancamnya terhadap dirinya. Penghargaan diserahkan
perbuatan dengan suatu pidana. Apakah Kepala Bidang Humas Polda Sumsel
orang yang melakukan perbuatan Kombes Abdul Gofur, Sabtu (21/3) di RS
kemudian juga dijatuhi pidana,
sebagaimana telah diancamkan, ini
tergantung dari soal apakah dalam 11
Moeljatno, Op Cit, hlm 153
melakukan perbuatan ini dia mempunyai 12
HAK. Moch. Anwar, hukum pidana
kesalahan. Sebab azas dalam bagian khusus (KUHP buku II), Alumni, Bandung,
pertanggungjawaban dalam hukum pidana 1979, Hlm 88-89
13
Sumatera Ekspres, Sopir Pemberani
ialah: tidak dipidana jika tidak ada
Yang Melawan dan Menewaskan 2 Perampok
kesalahan (Geen straf zonder schuld; Mendapat Penghargaan dan Pantas
Actus non facit reum nisi mens sir rea). Menjadi Pahlawan, Palembang, Tangal 22 Maret
2009.”
Pelaku Pembunuhan Yang Membela Diri Dalam Mempertahankan.... ( Marsudi Utayo ) 151
Charitas, tempat Sulaiman menjalani alasan pembenar karena perbuatan
perawatan. pembelaan darurat bukan perbuatan
Dua perampok berinisial JS (20) dan melawan hukum. Tentang Pasal 49 ayat
RH (31) menodongkan pistol lalu (1) KUHP, R. Soesilo berkomentar antara
merampas tas plastik berisi uang Rp 130 lain bahwa supaya orang dapat
juta yang dibawa Sulaiman, sopir seorang mengatakan dirinya dalam “pembelaan
pedagang karet. Perampok kemudian darurat” dan tidak dapat dihukum harus
melarikan diri dengan sepeda motor BG dipenuhi tiga syarat::
6367 UF. Sopir itu nekat memburu dan (1) Perbuatan yang dilakukan itu harus
menabrak dua perampok hingga tewas terpaksa dilakukan untuk
dengan mobil di kompleks perumahan mempertahankan (membela).
Poligon, Palembang, Jumat (20/3) siang. Pertahanan itu harus amat perlu, boleh
Mobil yang dikendarai Sulaiman terbalik dikatakan tidak ada jalan lain. Di sini
setelah menabrak sehingga dia menderita harus ada keseimbangan yang tertentu
luka serius di kepala. antara pembelaan yang dilakukan
Menurut Gofur, polisi akan dengan serangannya. Untuk membela
melindungi sopir itu dan keluarganya. Dia kepentingan yang tidak berarti
juga berharap warga tidak hanya berani misalnya, orang tidak boleh
melawan pelaku kriminal, tetapi mencegah membunuh atau melukai orang lain.
tindakan kejahatan dengan minta (2) Pembelaan atau pertahanan itu harus
pengawalan polisi jika membawa uang dilakukan hanya terhadap kepentingan-
dalam jumlah besar. kepentingan yang disebut dalam pasal
Kepala Poltabes Palembang itu yaitu badan, kehormatan dan
Komisaris Besar Lucky Hermawan barang diri sendiri atau orang lain.
menyatakan, seorang pelaku, RH, diduga (3) Harus ada serangan yang melawan hak
juga terlibat dalam kasus pencurian dengan dan mengancam dengan sekonyong-
kekerasan lain. konyong atau pada ketika itu juga.
Polisi menemukan barang bukti Jika alasan penghapus pidana ini
berupa dua paku yang ditancapkan pada kemudian terbukti, maka hakim akan
potongan karet untuk mengempiskan ban mengeluarkan putusan yang melepaskan
mobil korban. Dengan demikian, pelaku terdakwa dari segala tuntutan hukum
kejahatan mudah mendekati korban yang (ontslag van alle rechtsvervolging). Bukan
terpaksa berhenti. putusan bebas alias vrijspraak. Jadi,
Menyinggung soal senjata yang hakimlah yang harus menguji dan
digunakan, Lucky memastikan jenisnya memutuskan hal ini, sedangkan polisi
revolver. Namun, saat ini sedang diperiksa hanya mengumpulkan bahan-bahannya
di Laboratorium Forensik Mabes Polri untuk diajukan kepada hakim 14.
untuk memastikan apakah senjata tersebut Disini orang boleh melawan untuk
rakitan atau milik kepolisian RI mempertahankan diri dan barangnya yang
Pasal 49 ayat (1) KUHP mengatur dirampok itu, sebab perampok telah
mengenai perbuatan “pembelaan darurat” menyerang dengan melawan hak.
(noodweer) untuk diri sendiri maupun
untuk orang lain, kehormatan kesusilaan Faktor-faktor Yang Menjadikan Pelaku
atau harta benda sendiri maupun orang Pidana Terbebas dari Hukuman.
lain, karena ada serangan atau ancaman Pasal 49 (1) KUHP berbunyi :
serangan yang sangat dekat. Menurut pasal Barang siapa terpaksa melakukan
ini orang yang melakukan pembelaan perbuatan untuk pembelaan karena adanya
darurat tidak dapat dihukum. Pasal ini
mengatur alasan penghapus pidana yaitu 14
R. Soesilo, Op Cit, hlm, 64-66.

152 PRANATA HUKUM Volume 8 No 2 Juli 2013


serangan atau ancaman serangan ketika itu serangan terhadap kehormatan
yang melawan hukum terhadap diri sendiri kesusilaan, adalah demikian: meraba
maupun orang lain terhadap kehormatan dada orang sesama kelamin kiranya
kesusilaan (eerbaarheid) atau harta benda tidak pantas kalau dibela dengan
sendiri maupun orang lain, tidak dipidana. pukulan keras di atas kepala yang
Kalimat ini kiranya masih dapat disingkat meraba. Sebab serangan terhadap diri
sebagai berikut : Barang siapa terpaksa orang yang demikian itu hanya bersifat
melakukan pembelaan karena ada serangan ringan. Tapi kalau ada yang diraba
atau ancaman serangan ketika itu yang dadanya tadi adalah berlainan kelamin,
melawan hukum terhadap diri, kehormatan maka di situ ada serangan terhadap
kesusilaan (eenbaarheid) atau harta benda, kehormatan kesusilaan yang bersifat
baik kepunyaan sendiri maupun orang lain serius juga, sehingga kemplangan
tidak di pidana15. (tamparan) keras di atas kepala tadi,
Yang menjadi soal pertama adalah adalah tindakan yang setimpal
bahwa perbuatan yang dimaksud dalam c. Harta benda orang. Kiranya tentang hal
pasal 49 ayat 1 KUHP diatas, harus berupa ini tidak perlu komentar.
pembelaan. Artinya lebih dahulu harus ada Soal yang ketiga adalah bahwa
hal-hal memaksa terdakwa melakukan serangannya harus bersifat melawan
perbuatannya. Hal-hal itu dalam pasal tadi hukum. Hanya terhadap gangguan yang
dirumuskan sebagai adanya serangan atau melawan hukum, orang yang terkena
ancaman serangan. Jika demikian maka mempunyai hak atau wewenang untuk
dalam kata “terpaksa pembelaan” ada mengadakan pembelaan.
termaktub 3 (tiga) pengertian yaitu: Bagaimana kalau orang mengira ada
a. harus berupa ada serangan atau serangan, atau mengira bahwa serangan
ancaman serangan itu melawan hukum padahal senyatanya
b. harus ada jalan lain untuk tidak, dan mengadakan pembelaan
menghalaukan serangan atau ancaman menurut pasal 49 ayat 1 KUHP ?. Ini
serangan pada sat itu dan; dinamakan pembelaan terpaksa yang
c. perbuatan pembelaan harus seimbang putatif, yang hanya dalam pikirannya
dengan sifatnya serangan ancaman sendiri saja tapi sesungguhnya tidak ada.
serangan. Bagi orang yang demikian itu tidak
Soal kedua adalah mengenai : mungkin ada alasan pembenar.
kepentingan macam apa saja yang harus Perbuatannya tetap keliru. Hanya saja,
diserang sehingga dibolehkan pembelaan?. pidana dapat dikurangi bahkan ditiadakan
Ada 3 (tiga) hal yang masing-masing baik kalau “salah sangka” atau ”salah terka”
kepunyaan sendiri maupun kepunyaan tadi, dapat dimengerti dan dapat diterima.
orang lain yaitu 16: Menurut pasal 49 KUHP untuk dapat
a. diri atau badang orang disebut (Noodweer) pembelaan mendesak
b. kehormatan, kesusilaan (eebaarheid) harus memenuhi beberapa syarat yaitu 17:
Jonkers mengatakan bahwa ini adalah 1. Harus ada serangan
species dari a, artinya suatu kekhususan a. yang seketika (ogenblikkelijk).
dari a, yang bertalian dengan seks. b. mengancam secara langsung
Beberapa penulis menyalin b ini dengan (ommiddelijk dreigend).
kehormatan saja, hal mana salah benar. c. melawan hak.
Sebagai contoh dari perbedaan antara 2. Ada pembelaan:
serangan terhadap badan dengan a. sifatnya mendesak (noodzakelijk)
17
Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad,
15
Moeljatno, Op Cit, hlm 144 Op Cit, hlm 72.
16
Ibid, hal 146
Pelaku Pembunuhan Yang Membela Diri Dalam Mempertahankan.... ( Marsudi Utayo ) 153
b.pembelaan itu menunjukan Berdasarkan uraian pada bab-bab
keseimbangan antara kepentingan sebelumnya terutama yang berhubungan
hukum yang dilanggar dan dengan permasalahan, maka dapat ditarik
kepentingan hukum yang dibela suatu kesimpulan dan saran-saran sebagai
(geboden). berikut :
c. Kepentingan hukum yang dibela 1. Pasal 49 ayat (1) KUHP mengatur
hanya, badan, kehormatan, harta mengenai perbuatan “pembelaan
sendiri maupun orang lain. darurat” (noodweer) untuk diri sendiri
Faktor-faktor Yang Menjadikan Pelaku maupun untuk orang lain, kehormatan
Pidana Terbebas dari Hukuman kesusilaan atau harta benda sendiri
berdasarkan KUHP adalah : maupun orang lain, karena ada
a. Ontoerekeningsvatbaarheid (ketidak serangan atau ancaman serangan yang
mampuan bertanggung jawab) pasal 44 sangat dekat. Menurut pasal ini orang
KUHP, faktor yang membebaskan yang melakukan pembelaan darurat
pelaku seperti ini karena pelaku tidak dapat dihukum.
jiwanya terganggu/sakit ingatan (gila). 2. Faktor-faktor Yang Menjadikan Pelaku
b. Overmacht (keterpaksaan) pasal 48 Pidana Terbebas dari Hukuman
KUHP, faktor terpaksa atau keadaan berdasarkan KUHP adalah :
darurat karena pelaku terjepit diantara - Ontoerekenings-vatbaarheid
dua pilihan berebut baju pelampung (ketidak mampuan bertanggung
dilaut untuk menyelamatkan nyawa jawab)
dari tenggelam18. - Overmacht (keterpaksaan) terpaksa
c. Noodweer (pembelaan mendesak) atau keadaan darurat.
pasal 49 KUHP, faktor membela harta - Noodweer (pembelaan mendesak).
benda kepunyaan sendiri atau - Wettelijk voorschrif (perintah
kepunyaan orang lain, dari pada undang-undang)
serangan yang melawan hukum dan - Ambtelijk bevel (perintah jabatan)
yang berlaku sekejap itu atau yang
mengancam dengan seketika. Pelaku DAFTAR PUSTAKA
membela kepentingan karena
pembelaan terpaksa .19 Andi Zainal Abidin, Asas-asas Hukum
d. Wettelijk voorschrif (perintah undang- Pidana Bagian Pertama, Alumni,
undang) pasal 50 KUHP, faktor Bandung, 1987.
pembebasan pidana karena pelaku Aruan Sakidjo dan Bambang Poernomo,
diperintah oleh undang-undang dan Hukum Pidana, Dasar Aturan
yang diperintah (pelaku) melaksanakan Umum, Hukum Pidana Kodifikasi,
dengan itikad baik yaitu melaksanakan Ghalia Indonesia, Yogyakarta, 1990.
tugas. HAK. Moch. Anwar, hukum pidana
e. Ambtelijk bevel (perintah jabatan) bagian khusus (KUHP buku II),
pasal 51 KUHP, faktor pembebasan Alumni, Bandung, 1979.
dari pidana pelaku mendapat perintah Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana,
dengan wenang dan pelaksanaannya Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
termasuk dalam lingkungan Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad,
perkerjaan. Intisari Hukum Pidana, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1986.
III. PENUTUP
P.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum
18
Pidana Indonesia, Alumni, Sumur
OpCit, Hal 140 Batu, Bandung.
19
Ibid, hal 144

154 PRANATA HUKUM Volume 8 No 2 Juli 2013


Pustaka Yustisia, Penjelasan Undang-
undang RI No. 39 Tahun 1999
Tentang HAM, Pustaka Yustisia,
Yogyakarta.
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) serta Komentar-
komentarnya Lengkap Pasal Demi
Pasal, Politea, Bogor, 1993.
Sumatera Ekspres, Sopir Pemberani Yang
Melawan dan Menewaskan 2
Perampok Mendapat Penghargaan
dan Pantas Menjadi Pahlawan,
Palembang, Tangal 22 Maret 2009.”
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum
Pidana di Indonesia, PT Eresco,
Bandung, 1986.

Pelaku Pembunuhan Yang Membela Diri Dalam Mempertahankan.... ( Marsudi Utayo ) 155

Anda mungkin juga menyukai