Anda di halaman 1dari 3

A.

DEFINISI

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi/nidasi/melekatnya buah


kehamilan diluar tempat yang muncul, yakni diluar rongga rahim, kehamilan dengan implantasi
terjadi diluar rongga uterus. Kehamilan ektopik yang paling banyak terjadi adalah di tuba, hal
ini disebabkan oleh adanya hambatan perjalanan ovum yang tidak dibuahi ke kavum uteri, hal
ini dapat disebabkan oleh:

a. Adanya sikatrik pada tuba


b. Gangguan kelainan bawaan pada tuba
c. Gangguan fisiologis pada tuba karena pengaruh hormonal

B. PENYEBAB

Faktor yang memengaruhi gangguan pada saluran tuba di antaranya seperti merokok, infeksi
panggul, endometriosis, dan beberapa tindakan medis operatif yang pernah dijalani. Merokok
dan infeksi panggul dapat menyebabkan gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba,
dan penurunan kekebalan tubuh. Perubahan anatomis tuba akibat tindakan medis yang pernah
dilakukan maupun dilakukan KB

C. PATOFISIOLOGI

Pada kehamilan normal, proses pembuahan (pertemuan sel telur dengan sperma) terjadi pada
tuba, kemudian sel telur yang telah dibuahi digerakkan dan berimplantasi pada endometrium
rongga rahim. Kehamilan ektopik yang dapat disebabkan antara lain faktor di dalam tuba dan
luar tuba, sehingga hasil pembuahan terhambat atau tidak bisa masuk ke rongga rahim,
sehingga sel telur yang telah dibuahi tumbuh dan berimplantasi (menempel) di beberapa tempat
pada organ reproduksi wanita selain rongga rahim, antara lain di tuba falopii (saluran telur),
kanalis servikalis (leher rahim), ovarium (indung telur), dan rongga perut. Yang terbanyak
terjadi di tuba falopii (90%).

D. MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinik dari kehamilan ektopik terganggu tergantung pada lokasinya. Tanda dan
gejalanya sangat bervariasi tergantung pada ruptur atau tidaknya kehamilan tersebut. Adapun
gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium antara lain :

a. Amenore
b. Gejala kehamilan muda
c. Nyeri perut bagian bawah pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba dan hebat,
menyebabkan penderita pingsan sampai shock. Pada abortus tuba nyeri mula-mula pada
satu sisi, menjalar ke tempat lain. Bila darah sampai diafragma bisa menyebabkan nyeri
bahu dan bila terjadi hematokel retrouterina terdapat nyeri defekasi
d. Perdarahan pervagina bewarna coklat
e. Mual dan muntah
f. Rasa nyeri di bagian kanan atau kiri perut ibu
g. Perut semakin membesar dan keras
h. Suhu badan agak naik
i. Nadi cepat
j. Tekanan darah menurun

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium : kadar hemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila baru
terganggu.
2. Ultrasonografi
3. Laparoskopi atau laparatomi sebagai pendekatan diagnosa terakhir
F. PENATALAKSANAAN

Untuk menentukan tatalaksana kehamilan abdominal ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan, yaitu komplikasi yang dialami ibu, kelainan kongenital janin, usia
kehamilan, ketersediaan fasilitas perawatan neonatus. Janin yang sudah meninggal menjadi
indikasi untuk melakukan operasi, untuk menghindari resikoinfeksi, perdarahan, dan DIC.
Jika janin masih hidup, harus segera dilakukan laparotomi karena risiko terlepasnya plasenta
dan terjadinya perdarahan yang hebat. Tapi bila usia kehamilan di atas 24 minggu, keadaan ibu
dan janin baik, operasi dapat ditunda untuk memberi waktu bagi janin menjadi lebih matang,
tetapi harus dilakukan observasi yang ketat untuk mengantisipasi terjadinya perdarahan, yang
dapat mengancam jiwa penderita. Pada kasus ini dilakukan laparotomi, dengan pertimbangan
ibu yang sudah mengalami keluhan nyeri pada abdomen, hasil laboratorium dengan nilai Hb
dan Ht yang rendah menandakan adanya perdarahan, hasil ultrasonography didapatkan massa
kompleks di posterior uterus dicurigai perdarahan. Tindakan tersebut dinilai tepat karena dapat
mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut pada ibu. Bagaimana tatalaksana plasenta
pada kehamilan abdominal masih menjadi perdebatan. Pelepasan plasenta sebagian dapat
mengakibatkan perdarahan yang hebat. Pengangkatan plasenta secara utuh dilakukan hanya
bila pembuluh darah yang mendarahi plasenta tersebut dapat diidentifikasi dan dilakukan
ligasi. Regresi total plasenta akan terjadi sempurna dalam waktu 4 bulan.

Pemberian methotrexate untuk mempercepat involusi plasenta tidak dianjurkan karena


degradasi jaringan plasenta secara cepat dapat menyebabkan akumulasi dari jaringan nekrotik,
dimana merupakan media yang ideal bagi pertumbuhan bakteri dan terjadinya sepsis.7,9,11
Pada kasus ini masalah penanganan plasenta tidak menjadi kendala karena usia kehamilan yang
masih sangat muda yaitu 33 hari berdasarkan perhitungan mens terakhir, pada usia kehamilan
tersebut plasenta belum terbentuk

Santoso, Budi. Analisis Faktor Risiko Kehamilan Ektopik. 2017. Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK.Unair RSUD. Dr. Soetomo Surabaya

Kurniawan Arri, Mutiara Hanna. Kehamilan Ektopik di Abdomen. 2016. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung

Anda mungkin juga menyukai