Anda di halaman 1dari 7

2.1.

Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai unsur, masing-masing unsur
mempunyai fungsi sendiri-sendiri, mempunyai tujuan yang sama, saling keterkaitan (interrelasi)
dan ketergantungan (interdependensi), sehingga merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang
dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang
ada, sebab asal, dan hukumnya.
Secara etimologi istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia. Kata itu
terdiri dari dua kata yaitu “philo”, “philos”, “alphilein” artinya “cinta” dan “shopos” atau
“shophia” artinya “hikmah” atau “kebijaksanaan” atau “wisdom” (Nasution, 1973. Dengan
sedikit perubahan).
Jadi kata filsafat berarti cinta kebenaran atau cinta kebijaksanaan atau kebijaksanaan yang
hakiki.
Bilamana kita pakai bahasa Jawa sendiri, maka filsafat berarti: ngudi kasampurnan,
berusaha mencari kesempurnaan.
Endang Saifuddin Anshari, MA (1979:157), mendefinisikan filsafat sebagai hasil daya
upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami (mendalami dan menyelami) secara
radikal dan integral hakikat sarwa yang ada yaitu hakekat Tuhan, alam semesta, dan manusia.
Karena luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil kalau banyak di
antara para filsafat memberikan definisinya secara berbeda-beda. Definisi-definisi ilmu filsafat
dari filsuf Barat dan Timur di bawah ini:
1. Menurut Harun Nasution filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak
terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-
dasar persoalan.
2. Plato (427SM – 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru
Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan
yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
3. Aristoteles (384 SM – 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
4. Marcus Tullius Cicero (106 SM – 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan:
Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-usaha untuk
mencapainya.
5. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat
adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang
sebenarnya.
6. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan : Filsafat
itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan,
yaitu:
 Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)
 Apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)
 Sampai di manakah pengharapan kita? (Dijawab oleh agama)
 Apakah yang dinamakan manusia? (dijawab oleh antropologi)
7. Harold H. Titus mengemukakan 4 pengertian filsafat adalah sebagai berikut:
(1) Satu sikap tentang hidup dan tentang alam semesta (Philosophy is an attitude toward life and the
universe);
(2) Filsafat adalah satu metode pemikiran reflektif dan penyelidikan Akliah (Philosophy is a method
of reflective thinking and reasoned inquired);
(3) Filsafat adalah satu perangkat masalah ( philosophy is a group pf problems);
(4) Filsafat ialah satu perangkat teori atau isi pikiran (philosophy is a group of system of though).
8. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat adalah suatu ikhtiar
untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang
hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk
sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
9. Al- Farabi mengatakan bahwa filsafat adalah mengetahui semua yang wujud karena ia
wujud.(al-ilm bil maujudat bimahiya maujudah). Tujuan terpenting mempelajari filsafat adalah
mengetahui tuhan, bahwa ia esa dan tidak bergerak, bahwa ia memjadi sebab yang aktif bagi
semua yang ada , bahwa ia mengatur alam ini dengan kemurahan, kebijaksanaan dan keadilan-
Nya, Seorang filosof atau al hakim adalah orang yang mempunyai pengetahuan tentang zat yang
ada dengan sendirinya (al-wajibli-dzatihi), Wujud selain Allah , yaitu mahluk adalah wujud yang
tidak sempurna.
10. Ikwanushafa bagi golongan ini, filsafat itu bertingkat-tingkat , pertama cinta kepada ilmu,
kemudian mengetahui hakikat wujud-wujud, menurut kesanggupan manusia dan yang terakhir
ialah berkata dan berbuat sesuai ilmu mengenai lapangan filsafat diketahui ada 4 yaitu
matematika, logika, fisika dan ilmu ketuhanan. Sedang ilmu ketuhanan mempunyai bagian:
(1) Mengenal Tuhan;
(2) Ilmu kerohanian yaitu malaikat;
(3) Ilmu kejiwaan
(4) Ilmu politik (politik kenabian, politik pemerintahan, politik umum, politik khusus); dan
(5) Ilmu akherat
11. IBNUSINA Pembagian filsafat bagi Ibnu sina pada pokoknya tidak berbeda dengan pembagian
yang sebelumnya, filsafat teori dan filsafat amalan. Filsafat ketuhanan menurut Ibnu Sina adalah:
(1) Ilmu tentang turunnya wahyu dan mahluk-mahluk rohani yang membawa wahyu itu, dengan
demikian pula bagaimana cara wahyu itu disampaikan, dati sesuatu yang bersifat rohani kepada
sesuatu yang dapat dilihat dan didengar;
(2) Ilmu akherat (Ma’ad) antara lain memperkenalkan kepada kita bahwa manusia ini tidak
dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang abadi itu akan mengalami siksa dan kesenangan.
12. AL-KINDI ,diikalangan kaum muslimin, orang yang pertama memberikan pengertian filsafat
dan lapangannya adalah Al-kindi, ia membagi filsafat 3 bagian :
(1) Thibiyyat (ilmu fisika) sebagi sesuatu yang berbenda;
(2) Al-ilm-urriyadli (matematika) terdiri dari ilmu hitung , tehnik, astronomi, dan musik,
berhubungan dengan benda tapi punya wujud sendiri, dan yang tertinggi adalah
(3) Ilm ur-Rububiyyah (ilmu ketuhanan)/ tidak berhubungan dengan benda sama sekali.
13. Prof. I.R. PUDJAWIJATNA menerangkan juga ”Filo” artinya cinta dalam arti seluas-luasnya
yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang diinginkannya . “Sofia” artinya
kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dengan mendalam.
14. P.J Zoetmulder mengatakan bahwa pengetahuan (filsafat) senantiasa hanya merupakan sarana
untuk mencapai kesempurnaan.
15. Bertrand Russel mengatakan definisi ‘filsafat’ akan bersifat aneka ragam dan mempunyai
corak sesuai dengan filsafat yang kita anut masing-masing
16. Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal
manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Selain itu, terdapat pengertian lain yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai
pandangan hidup, serta filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
Istilah “filsafat” dapat ditinjau dari dua segi, yakni:
 Segi Semantik : Perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab ‘falsafah’, yang
berasal dari bahasa Yunani, ‘philosophia’, yang berarti ‘philos’ = cinta, suka (loving), dan
‘sophia’ = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi ‘philosophia’ berarti cinta kepada kebijaksanaan
atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana.
Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut ‘philosopher’, dalam bahasa Arabnya ‘failasuf”.
Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau
perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
 Segi Praktis : Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti ‘alam
pikiran’ atau ‘alam berpikir’. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti
berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah
semboyan mengatakan bahwa “setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab
semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua
manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala
sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat
dalam arti produk.
1. Filsafat dalam arti proses
Fisafat di artikan dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses pemecahan suatu
permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai objeknya.

2. Filsafat dalam arti produk


Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi manusia. Sehingga manusia mencari
suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang bersumber dari akal manusia, dan sebagai jenis
pengetahuan, ilmu, konsep, dan pemikiran dari para filsuf misalnya rasionalisme, materialisme,
pragmatisme.

Tegasnya, filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu
kebenaran dengan sedalam-dalamnya atau berfikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap
sesuatu secra metodik, sistematik, menyeluruh atau universal untuk mencari hakikat sesuatu.

Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha dalam
mempelajari dengan sungguh-sungguh kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan / hakikat
kebenaran segala sesuatu.
Pancasila digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup,
dan filsafat dala arti praktis. Hal ini berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai
pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.
Jadi, Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang
terdiri dari lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan satu tujuan yang
sama untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di Indonesia.
2.1.1 Obyek filsafat
Filsafat merupakan kegiatan yang tinggi dan murni (tidak terikat langsung dengan suatu
obyek) yang mendalam dan daya pikir subyek manusia dalam memahami segala sesuatu untuk
mencari kebenaran. Ajaran filsafat merupakan ajaran pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang
kesemestaan secara mendasar (fundamental dan hakiki). Manusia memiliki potensi dan fungsi
kepribadian untuk berpikir aktif dalam mencari kebenaran.
Filsafat sebagai pemikiran pemikir (filsuf) merupakan suatu ajaran atau system nilai, baik
sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat atau bangsa dan Negara maupun berwujud
pandangan hidup atau filsafat hidup.
Yang demikian itu sudah menjadi tata nilai yang melembaga sebagai suatu paham (isme)
dalam mempengaruhi kehidupan modern. Misalnya komunisme, fasisme, dll.
Filsafat yang merupakan kegiatan olah piker manusia memiliki obyek yang tidak terbatas
yang menurut isi atau sustansinya dapat dibedakan menjadi berikut:
1. Obyek Material Filsafat  Obyek pembahasan filsafat yang
mencakup keseluruhan baik yang bersifat material kongkrit seperti alam, manusia, benda, hewan,
dll, maupun yang bersifat abstrak spiritual seperti, nilai-nilai, ide, ideology, moral, pandangan
hidup, dll.
2. Obyek Formil Filsafat  Cara pandang filsuf terhadap obyek
material tersebut.

Suatu obyek material dapat ditinjau dalam berbagai sudut pandang berbeda. Oleh sebab itu,
terdapat banyak sudut pandang filsafat yang merupakan cabang-cabang filsafat. Adapun cabang-
cabang filsafat tsb adalah :

1. Metafisika : Membahas hal-hal yang bereksistensi dibalik fisis, yang meliputi


bidang-bidang ontology (membicarakan teori sifat dasar dan ragam kenyataan), kosmologi
(membicarakan tentang teori umum mengenai proses kenyataan) dan anthropologi.
2. Epistemologi : Membahas persoalan hakikat pengetahuan.
3. Metodologi : Membahas persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan.
4. Logika : Membahas persoalan filsafat berfikir, yaitu rumus-rumus dan dalil-dalil
berfikir yang benar.
5. Etika : Berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
6. Estetika : Berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.

2.1.2 Aliran-Aliran Filsafat


Aliran-aliran filsafat yang ada sejak dulu hingga sekarang adalah sebagai berikut:
1. Aliran Materialisme
2. Aliran Idealism/Spiritualisme
3. Aliran Realisme
2.2 Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai sistem filsafat atau sebagai dasar negara kita merupakan sumber dari
segala sumber hukum yang berlaku di negara kita. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
indonesia dapat mempersatukan kita, serta memberi petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir dan bathin dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya. Filsafat
Pancasila adalah filsafat yang mempunyai obyek Pancasila, yaitu obyek Pancasila yang benar
dan sah sebagaimana tercantum didalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-4.

Inti sila-sila Pancasila meliputi:


Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong
Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya.

Karakteristik Filsafat Pancasila :


1. Hierarkhis Piramidal, artinya saling menjiwai antar sila (sila yang satu menjiwai sila yang
lainnya, demikian pula sebaliknya).
Contoh : Sila ke 1 menjiwai sila 2-5
Sila ke 2 menjiwai sila ke 3-5 dan dijiwai sila ke 1
Sila ke 3 menjiwai sila ke 4-5 dan dijiwai sila ke 1-2
Sila ke 4 menjiwai sila ke 5 dan dijiwai sila ke 1-3
Sila ke 5 dijiwai sila ke1-4

Jadi, dalam kehidupan sehari-hari pengamalan Pancasila harus dilaksanakan secara


satu kesatuan yang bulat dan utuh (totalitas), tidak boleh dilaksanakan secara terpisah-pisah.
2. Monotheis Religius, artinya Negara berdasarkan atas keTuhanan YME. Kehidupan beragama di
Indonesia merupakan bagian dari “urusan” pemerintah, yang harus diwujudkan serta dijaga
harmonisasinya dalam masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk (beraneka ragam) ini.

3. Monodualis dan Monopluralis


Monodualis, erat kaitannya dengan hakekat manusia sebagai makhluk dwi tunggal artinya
manusia sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial.

Monopluralis, dimana “mono” (=satu) diartikan sebagai bangsa Indonesia sedangkan


“pluralis” diartikan sebagai sifat masyarakat Indonesia yang majemuk (beranekaragam)
dalam hal agama, suku bangsa, bahasa daerah, adat istiadat dan kebudayaan. Agar terjadi
harmonisasi dalam segala aspek kehidupan, maka konsep persatuan dan kesatuan harus
senantiasa didiutamakan.

Fungsi Filsafat Pancasila:


Memberi jawaban atas pertanyaan yang bersifat fundamental/mendasar dalam
kehidupan bernegara, Misalnya : susunan politik, sistem politik, bentuk negara, susunan
perekonomian dan dasar-dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini harus dapat
dikembangkan oleh filsafat.
Mencari kebenaran yang bersifat substansi tentang hakikat negara, ide, negara atau
tujuan negara. (Kelima sila pancasila merupakan kesatuan yang utuh, tidak terpisahkan)
Berusaha menempatkan dan menjadi bernegara. (sehingga fungsi filsafat akan terlihat jelas jika
negara tersebut sudah terbentuk keteraturan kehidupan bernegara).

2.3 Bukti Pancasila sebagai sistem filsafat


Pancasila merupakan suatu kesatuan yang utuh, sistem lazimnya memiliki ciri-ciri suatu
kesatuan bagian-bagian, bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri, saling
berhubungan dan ketergantungan, keseluruhannya dimaksud untuk mencapai suatu tujuan
tertentu (tujuan sistem), dan terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks. Pancasila menjadi
landasan dan falsafah dasar negara telah membuktikan dirinya sebagai wadah yang dapat
menyatukan bangsa. Dengan Pancasila bangsa Indonesia diikat oleh kesadaran sebagai satu
bangsa dan satu negara. Pancasila memberikan ciri khas dalam kehidupan bangsa dan
negara Indonesia.
1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila Bersifat Organis.
Secara filosofis inti dan isi sila-sila Pancasila bersumber pada hakikat dasar ontologis
manusia yaitu sebagai monopluralis yang memiliki unsur-unsur susunan kodrat yaitu jasmani
dan rohani, sifat kodrat sebagai mahluk individu sosial serta memiliki kedudukan kodrat sebagai
pribadi yang berdiri sendiri dan sebagai mahluk ciptaan Tuhan YME. Hal ini terjadi karena
manusia (Rakyat Indonesia) sebagai pendukung utama inti dari isi pancasila.Unsur hakikat
manusia merupakan kesatuan yang bersifat organis dan harmonis.
Sila-sila Pancasila merupakan penjelasan dari hakikat manusia monopluralis yang
merupakan kesatuan organis maka memiliki kesatuan yang organis pula.
2. Susunan sila-sila Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan berbentuk Piramidal.
Pengertian matematis piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkis sila-
sila Pancasila merupakan rangkaian tingkat dalam urutan luas (kuantitas) dan juga dalam isi
sifatnya (kualitas). Sedangkan makna hierarkhis adalah susunan pancasila sudah dikemas
sedemikian rupa sehingga urutannya tidak akan berubah.Pancasila merupakan suatu keseluruhan
yang bulat dan memenuhi sebagian sistem filsafat.
Kesatuan sila-sila pancasila memiliki susunan hierarkhis piramidal maka sila Ketuhanan
yang Maha Esa adalah ketuhan yang berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan serta
berkeadilan sosial sehingga di dalam setiap sila senantiasa terkandung sila-sila lainnya.
Rumusan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal :
o Sila pertama : Meliputi dan menjiwai sila-sila kedua, ketiga, keempat dan
kelima.
o Sila kedua : Diliputi dan dijiwai sila pertama, meliputi dan menjiwai
sila ketiga, keempat dan kelima.
o Sila ketiga : Diliputi dan dijiwai sila pertama dan kedua, meliputi dan
menjiwai sila keempat dan kelima.
o Sila keempat : Diliputi dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga,
meliputi dan menjiwai sila kelima.
o Sila kelima : Diliputi dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga, dan
keempat.

3. Susunan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi.


Hakikatnya sila-sila Pancasila tidak berdiri sendiri, akan tetapi pada setiap sila terkandung
keempat sila lainya. Dengan kata lain setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila
lainnya.
Rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan mengkualifikasi :
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berperisatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah ber-Ketuhanan yang Maha
Esa,berperisatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Persatuan Indonesia, adalah ber-Ketuhanan yang Maha Esa,berkemanusiaan yang
adil dan beradab,berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, adalah ber-Ketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil
dan beradab, berperisatuan Indonesia dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah ber-Ketuhanan yang Maha
Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berperisatuan Indonesia dan berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Ini merupakan bukti bahwa sila-sila Pancasila merupakan kesatuan atau sebagai Sistem
Filsafat.

Anda mungkin juga menyukai