Anda di halaman 1dari 7

1. i. Apa makna Tn.

Tua mengeluh batuk yang tidak yang tidak terlalu


sering, kadang-kadang berdahak bewarna kuning yang susah
dikeluarkan, demam yang tidak terlalu tinggi dan tidak mengeluh sesak?
Jawab:
Makna Tn.Tua mengeluh batuk yang tidak yang tidak terlalu sering, kadang-
kadang berdahak bewarna kuning yang susah dikeluarkan, demam yang tidak
terlalu tinggi dan tidak mengeluh sesak yaitu Tn.Tua mengalami infeksi
kemungkinan infeksi paru akut yaitu pneumonia.
Pada pneumonia usia lanjut apabila menderita infeksi akut, onset penyakit
berlangsung pelan-pelan, tidak mendadak seperti usia muda. Keluhan
utamanya adalah demam ringan, batuk dengan produksi sputum pada 60%
kasus (Rahmatullah, 2015)

3A. Apa saja yang menyebabkan pembesaran prostat?


Jawab:

Faktor resiko untuk Pembesaran Prostat antara lain, umur, riwayat


keluarga, konsumsi makanan kurang serat dan merokok. Beberapa
hipotesis menyebutkan bahwa Pembesaran Prostat erat kaitannya
dengan peningkatan dihidrotestoteron (DHT) dan proses penuaan.
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya
pembesaran prostat yaitu:

1. Teori dihidrotestoteron
Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon
testoteron. Pada kelenjar prostat hormon ini akan dirubah menjadi
metabolit aktif dihidrotestoteron(DHT) dengan bantuan enzim α-
reduktase. Dihidrotestoteron(DHT) inilah yang secara langsung
memicu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis
protein growth factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat.
Gambar 1.0 Perubahan testoteron menjadi Dihidrotestoteron(DHT)
oleh 5α-reduktase

Pada berbagai penelitian, aktivitas 5 α-reduktase dan jumlah reseptor


androgen lebih banyak pada Pembesaran Prostat. Hal ini
menyebabkan sel-sel prostat menjadi lebih sensitif terhadap
Dihidrotestoteron(DHT) sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi
dibandingkan dengan prostat normal.
2. Ketidakseimbangan antara estrogen-testoteron
Pada usia yang makin tua, kadar testoteron makin menurun,
sedangkan kadar estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan
estrogen:testoteron relatif meningkat. Estrogen dalam prostat
berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat terhadap
rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor
androgen dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat
(apoptosis). AkibaTn.ya dengan testoteron yang menurun
merangsang terbentuknya sel-sel baru, tetapi sel-sel prostat yang
telah adaptasi mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa
prostat menjadi lebih besar.
3. Interaksi stroma-epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa differensiasi dan pertumbuhan
sel-sel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel
stroma melalui suatu mediator (growth factor). Setelah sel stroma
mendapatkan stimulasi dari dihidrotestoteron(DHT) dan estradiol,
sel-sel stroma mensintesis suatu growth factoryang selanjuTn.ya
mempengaruhi sel stroma sendiri, yang menyebabkan terjadinya
proliferasi sel-sel epitel maupun stroma.
4. Berkurangnya kematian sel prostat
Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik
homeostasis kelenjar prostat. Pada jaringan normal, terdapat
keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian sel.
Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apoptosis menyebabkan
jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin meningkat sehingga
mengakibatkan pertambahan masa prostat. Diduga hormon androgen
berperan dalam menghambat kematian sel karena setelah dilakukan
kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.
5. Teori Stem Sel
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apotosis, selalu
dibentuk sel-sel baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem,
yaitu sel yang mempunyai kemampuan berpoliferasi sangan ekstensif.
Kehidupan sel ini bergantung pada hormon androgen, di mana jika
kadarnya menurun menyebabkan apoptosis. Sehingga terjadinya
proliferasi sel-sel pada Pembesaran Prostat diduga sebagai ketidak
tepatan aktivitas stem sel sehingga terjadi produksi yang berlebihan
sel stroma maupun sel epitel.
(Hapsari, 2010)

3K. Apa saja sindroma geriatri?


Jawab:
Sindrom geriatri meliputi gangguan kognitif, depresi, inkontinensia,
ketergantungan fungsional, dan jatuh. Sindrom ini dapat menyebabkan
angka morbiditas yang signifikan dan keadaan yang buruk pada usia tua
yang lemah. Sindrom ini biasanya melibatkan beberapa sistem organ.
Sindrom geriatrik mungkin memiliki kesamaan patofisiologi meskipun
presentasi yang berbeda, dan memerlukan intervensi dan strategi yang
fokus terhadap faktor etiologi (Panita et al., 2011).
Menurut Kane RL (2008), sindrom geriatri memiliki beberapa
karakteristik, yaitu: usia > 60 tahun, multipatologi, tampilan klinis tidak
khas, polifarmasi, fungsi organ menurun, gangguan status fungsional, dan
gangguan nutrisi. Hal ini sesuai dengan karakteristik pasien dengan usia
80 tahun, memiliki gangguan hepar dan ginjal, status fungsional di
keluarga yang sudah menurun dan ditemukan adanya gangguan nutrisi
pada pasien karena menurunnya fungsi menelan.
Dalam bidang geriatri dikenal beberapa masalah kesehatan yang sering
dijumpai baik mengenai fisik atau psikis pasien usia lanjut. Menurut
Solomon dkk: The “14I” yang terdiri dari Immobility (imobilisasi),
Instability (instabilitas dan jatuh), Intelectual impairement (gangguan
intelektual seperti demensia dan delirium), Incontinence (inkontinensia
urin dan alvi), Isolation (depresi), Impotence (impotensi), Immuno-
deficiency (penurunan imunitas), Infection (infeksi), Inanition
(malnutrisi), Impaction (konstipasi), Insomnia (gangguan tidur),
Iatrogenic disorder (gangguan iatrogenic) dan Impairement of hearing,
visionand smell (gangguan pendengaran, penglihatan dan penciuman) dan
Impecunity (kemiskinan) (Setiati dkk., 2006).

7. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus?


Jawab:
- Pemeriksaan mild cognitive impairment yaitu dengan pemeriksaan MMSE
- CT-Scan kepala untuk melihat apakah ada penyebab lain dari gangguan
kognitif.
- Pemeriksaan Status Gizi
- Pemeriksaan alat genitalia : pemeriksaan urologi,Cystouretroskopi.
Pemeriksaan MMSE dan cara pemeriksaanya?
Jawab:

Mini Mental State Examination(MMSE) merupakan suatu skala


terstruktur yang terdiri dari 30 poin yang dikelompokkan menjadi 7
kategori : orientasi terhadap tempat (negara, provinsi, kota, gedung dan
lantai), orientasi terhadap waktu (tahun, musim, bulan, hari dan tanggal),
registrasi (mengulang dengan cepat 3 kata), atensi dan konsentrasi (secara
berurutan mengurangi 7, dimulai dari angka 100, atau mengeja kata
WAHYU secara terbalik), mengingat kembali (mengingat kembali 3 kata
yang telah diulang sebelumnya), bahasa (memberi nama 2 benda,
mengulang kalimat, membaca dengan keras dan memahami suatu kalimat,
menulis kalimat dan mengikuti perintah 3 langkah), dan kontruksi visual
(menyalin gambar).
Skor MMSE diberikan berdasarkan jumlah item yang benar sempurna;
skor yang makin rendah mengindikasikan performance yang buruk dan
gangguan kognitif yang makin parah.
Interpretasi MMSE :
24-30 : Tidak ada gangguan kognitif.
18-23 : Gangguan kognitif ringan
0-17 : Gangguan kogntif berat
Item Tes Nilai Nilai
maksimal
ORIENTASI
1. Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 ---
2. Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah 5 ---
sakit), (lantai/kamar)
REGISTRASI
3. Sebutkan 3 buah nama benda ( Apel, Meja, Koin), tiap 3 ---
benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama
benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar.
Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar
dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4. Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang 5 ---
benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh
mengeja terbalik kata “ WAHYU” (nilai diberi pada
huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya
uyahw=2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5. Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3 ---
BAHASA
6. Pasien disuruh menyebutkan nama benda yang 2 ---
ditunjukkan ( pensil, buku)
7. Pasien disuruh mengulang kata-kata:” namun”, “ 1 ---
tanpa”, “ bila”
8. Pasien disuruh melakukan perintah: “ Ambil kertas ini 3 ---
dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan
di lantai”.
9. Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah 1 ---
“Pejamkanlah mata anda”
10. Pasien disuruh menulis dengan spontan 1 ---
11. Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini 1 ---

Total 30 ---

Dapus:
Hapsari, Puji Chairunnisa. 2010. Hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan
Gambaran Endapan Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan Ultrasonografi.
Jakarta: Fakultas Kedoteran Universitas Sebelas Maret diakses dari
https://eprints.uns.ac.id/4207/ pada 2 Oktober 2018

Rahmatullah, P. 2015. Penyakit Paru Pada Usia Lanjut dalam Geriatri Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

Panita L, Kittisak S, Suvanee S, Wilawan H. 2011. Prevalence and recognition of


geriatri syndromes in an outpatient clinic at a tertiary care hospital of
Thailand. Thailand: Medicine Outpatient Department, Faculty of Medicine,
Srinagarind Hospital.
Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB, Resnick B. 2008. Essentials of clinical geriatris.
6th ed. New York, NY: McGraw-Hill.
Setiati S, Harimurti K, Roosheroe AG. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III.
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai