Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan bagi setiap negara. Pada masing-masing
negara tersebut memiliki tipe pertumbuhan ekonomi yang berbeda satu dengan lainnya.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain perbedaaan sumber daya
alam, kapital, dan teknologi.
Bagi negara maju, faktor kapital dan teknologi memiliki peran utama dalam
perkembangan ekonomi. Namun, selain kapital dan teknologi, sektor pertanian merupakan
pendorong bagi terwujudnya perkembangan ekonomi. Sehingga dalam hal ini, Negara
maju memiliki keunggulan dalam pencapaian perkembangan ekonomi.
Berbagai corak perkembangan ekonomi yang telah dicapai oleh negara-negara di dunia
tidaklah dapat ditiru begitu saja oleh Negara yang sedang berkembang. Meskipun ada
beberapa gatra (aspek) yang sama, tetapi pada dasarnya berbeda baik mengenai
keadaannya maupun tujuannya.
Tiongkok dikenal sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.
Kepadatan populasi penduduk ini umumnya menggambarkan bahwa negara tersebut
merupakan negara berkembang dengan taraf kesejahteraan yang rendah. Namun tidak
halnya dengan Tiongkok. Tiongkok saat ini tengah menguasai pasar-pasar dunia. Padahal
beberapa waktu yang lalu, Tiongkok sempat menghadapi keterpurukan dalam
perekonomiannya. Keberhasilan Tiongkok untuk bangkit dan tumbuh menjadi lebih hebat
merupakan hal yang sangat mengagumkan di mata dunia.

1.2. Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan suatu permasalahan, yaitu :
a. Bagaimana pertumbuhan ekonomi di Tiongkok?
b. Bagaimana strategi Tiongkok dalam membangun perekonomiannya?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis memiliki tujuan dalam pembuatan
paper ini, yaitu :
a. Tujuan Umum :
EKONOMI INTERNATIONAL | 1
1. Menambah wawasan umum mengenai pembangunan ekonomi di negara
lain, hususnya Tiongkok.
2. Mempelajari strategi Tiongkok dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang pesat.
3. Mencontoh upaya-upaya Tiongkok dalam rangka membangun
pertumbuhan ekonomi.
b. Tujuan Khusus :
1. Sebagai pemenuhan tugas kelompok dalam mata kuliah Ekonomi
Internasional.

EKONOMI INTERNATIONAL | 2
BAB II

PEMBAHASAN

Siapa yang tidak tahu China, raksasa Asia kini menjelma menjadi raksasa dunia dengan
berbagai kemajuan di setiap dimensi kehidupan, dari ekonomi, budaya, peradaban, olah raga
sampai kepada ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, apa sebenarnya yang menjadi
rahasia dibalik kesuksesan China tersebut?. Bagaimanakah cara menciptakan peradaban yang
begitu agung, megah dan maju pesat dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi.

China merupakan negara yang berkependudukan paling banyak di dunia, jumlah


penduduk pada tahun 2008 diperkirakan sekitar 1.324.655.000. Namun, dengan banyaknya
penduduk tersebut tidak mempengaruhi produk-produk yang diproduksi oleh China. Hampir
dapat dikatakan produk-produk berlabel made in China medominasi pasar dunia mulai dari
sekedar peniti sampai perangkat elektronika canggih. Lantas apa yang membuat China
sedemikian maju?

Di saat negara kita sedang berjuang mati-matian untuk meningkatkan nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing, di lain pihak Cina justru mengalami tekanan dari dunia agar mau
mengambangkan nilai mata uangnya yang dinilai dipatok terlau rendah. Pematokan nilai yuan
yang sudah dilakukan semenjak tahun 1994 ini diprotes karena dianggap sebagai penyebab
utama miringnya harga produk-produk Cina di pasaran dunia (Sarnianto, 2004). Kekhawatiran
tersebut memang beralasan melihat hampir dapat dikatakan produk-produk berlabel made in
China medominasi pasar dunia mulai dari sekedar peniti sampai perangkat elektronika canggih.

Banyak faktor yang mendorong perekonomian Cina sehingga bisa menjadi seperti
sekarang ini, dimana dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata diatas 7% setiap tahunnya telah
mengantarkan Cina sebagai salah satu raksasa perekonomian dunia. Faktor nilai tukar mata
uang sudah pasti bukanlah satu-satunya penyebab produk-produk negara dengan populasi
terbesar di dunia ini mampu berjaya menguasai pasar dunia. Hal ini tentu saja dapat dimaklumi
mengingat kalau hanya faktor itu, seharusnya Indonesia juga sudah bisa mengambil mamfaat
dari nilai tukar rupiah yang sangat menyedihkan.

EKONOMI INTERNATIONAL | 3
Salah satu hal lain yang lebih penting dari itu adalah faktor apakah yang menyebabkan Cina
bisa begitu produktif untuk dapat menghasilkan produk-produk berkualitas yang sangat
diterima oleh pasar dunia. Negara-negara G-7 saja bahkan secara terang-terangan merangkul
Cina yang saat ini menduduki peringkat keempat dalam perdagangan dunia, di bawah AS,
Jerman dan Jepang untuk mau berbagi dan berbicara dalam forum mereka (Pikiran Rakyat, 2
Oktober 2004). Ternyata selain karena aliran modal asing dan teknologi tinggi, yang justru
sangat menarik dari pengalaman Cina adalah besarnya peran Usaha Kecil dan Menegah (UKM)
dan bisnis swasta daerah yang disebut sebagai Township and Village Enterprises (TVEs) dalam
menopang kekuatan ekspornya.

 Peran Penting TVEs Bagi Perekonomian Cina

Sumbangsih TVEs bagi perekonomian Cina memang tidak bisa disepelekan. TVEs yang
semula merupakan perkembangan dari industri pedesaan yang digalakkan oleh pemerintah
Cina. Jika pada tahun 1960 jumlahnya hanya sekitar 117 ribu, namun semenjak reformasi tahun
1978 jumlahnya mengalami pertumbuhan spektakuler menjadi 1,52 juta. Apabila dilihat dari
sisi penyediaan lapangan kerja, TVEs di akhir tahun 1990-an telah menampung setengah dari
tenaga kerja di pedesaan Cina.

Walaupun perkembangan TVEs ini sempat mengalami pasang surut dan tidak merata di
seluruh wilayah Cina, namun secara rata-rata mengalami pertumbuhan yang sangat
mengesankan. Produksi dari TVEs meningkat dengan rata-rata 22,9 persen pada periode 1978-
1994. Secara nasional, output TVEs pada tahun 1994 mencapai 42% dari seluruh produksi
nasional. Sedangkan untuk volume ekspor, TVEs memberikan kontribusi sebesar sepertiga dari
volume total ekspor Cina pada tahun 1990-an (Pamuji, 2004).

Dilihat dari sisi perdagangan secara angka di atas kertas memang masih terlihat bahwa
ekspor kita masih surplus dibanding Cina. Menurut data yang diperoleh dari Dubes RI di China,
bahwa tepatnya sampai dengan 3 Agustus 2004 dilihat dari sudut pandang perdagangan luar
negeri China, saat ini Indonesia merupakan negara tujuan ekspor urutan ke-17 dengan nilai
2,66 miliar dollar AS atau 1,03 persen dari total ekspor China yang mencapai nilai 258,21
miliar dollar AS. Indonesia juga menjadi negara asal impor ke-17 bagi China dengan nilai
ekspor 3,44 miliar dollar AS (Osa, 2004).

EKONOMI INTERNATIONAL | 4
Akan tetapi dalam kenyataan di lapangan tampak bahwa barang-barang produksi Cina
terlihat di mana-mana. Kita tidak menutup mata bahwa banyak produk dari negeri panda
tersebut yang masuk secara ilegal ke Indonesia sehingga tidak ikut tercatat secara resmi dalam
laporan tersebut. Namun penjelasan dari Ketua Umum Kadin Indonesia Komite Cina, Sharif
Cicip Sutardjo sangat masuk akal. Sebagaimana dikutip dari wawancara dengan Sinar Harapan
dijelaskan bahwa ekspor Indonesia ke Cina memang besar namun sebagian besar merupakan
bahan mentah dengan jumlah item yang sangat sedikit, kurang lebih hanya 15 item seperti
migas, CPO, karet, kayu, dan lain-lain. Sedangkan dari Cina kita mengimpor ratusan item,
mulai dari ampas, hasil pertanian, peralatan sampai ke motor dan mobil. Sebagian besar
perusahaan yang menghasilkan produk-produk itu semua di Cina hanyalah industri swasta,
UKM atau TVEs (www.sinarharapan.co.id/ ekonomi/industri/2003/1224/ind2.html).

Kenyataan ini sungguh berkebalikan dengan keadaan UKM kita yang kurang diberdayakan
padahal memiliki potensi yang sangat besar. Jumlah UKM mencakup 99 % dari total seluruh
industri di Indonesia dan menyerap sekitar 56 % dari jumlah total seluruh pekerja Indonesia
(Rochman, 2003). Untuk itu sangat perlu kita lihat upaya apa saja yang telah dilakukan oleh
pemerintah Cina untuk memajukan industri swasta khusunya UKM, mengingat UKM kita juga
sebenarnya punya kemampuan. Hal ini terbukti pada saat krisis moneter justru sektor UKM
yang mampu bertahan.

 Usaha Pemerintah Cina yang Dirintis Sejak Lama

Apa yang sekarang Cina nikmati dari industrinya terutama TVEs merupakan hasil usaha
bertahun-tahun. Pada tahun 1986 dipimpin oleh State Science and Technology Commission
(SSTC) Cina memperkenalkan Torch Program yang bertujuan untuk mengembangkan
penemuan-penemuan dan penelitian-penelitian oleh universitas dan lembaga riset pemerintah
untuk keperluan komersialisasi. Hasil yang diperoleh kemudian ditindaklanjuti dengan
membuat New Technology Enterprises (NTEs). Selanjutnya SSTC mengembangkan 52 high-
tchnology zones yang serupa dengan research park di Amerika dengan bertumpu pada NTEs
tadi (Mufson, 1998). Walaupun NTEs ini bersifat perusahaan bersakala besar namun
kedepannya memiliki peran sebagai basis dalam pengembangan teknologi untuk industri-
industri kecil dan menengah.

Pemerintah Cina kemudian masih dengan SSTC mengeluarkan kebijakan untuk


mendukung TVEs yang disebut sebagai The Spark Plan. Kebijakan ini terdiri dari 3 kegiatan

EKONOMI INTERNATIONAL | 5
utama yang berangkaian. Pertama, memberikan pelatihan bagi 200.000 pemuda desa setiap
tahunnya berupa satu atau dua teknik yang dapat diterapkan di daerahnya. Kegiatan kedua
dilakukan dengan lembaga riset di tingkat pusat dan tingkat provinsi guna membangun
peralatan teknologi yang siap pakai di pedesaan. Dan yang ketiga adalah dengan mendirikan
500 TVEs yang berkualitas sebagai pilot project (Pamuji, 2004).

Pemerintah Cina juga berusaha menempatkan diri sebagai pelayan dengan


menyediakan segala kebutuhan yang diperlukan oleh industri. Mulai dari hal yang paling
essensial dalam memulai sebuah usaha yaitu birokrasi perizinan yang mudah dan cepat, dimana
dalam sebuah artikel dikatakan bahwa untuk memulai usaha di Cina hanya membutuhkan
waktu tunggu selama 40 hari, bandingkan dengan Indonesia yang membutuhkan waktu 151
hari untuk mengurus perizinan usaha (www.suaramerdeka.com/harian/0503/01/eko07.htm).

Tidak ketinggalan infrastruktur penunjang untuk memacu ekspor yang disiapkan oleh
pemerintah Cina secara serius. Bila pada tahun 1978 total panjang jalan raya di Cina hanya
89.200 km, maka pada tahun 2002 meningkat tajam menjadi 170.000 km. Untuk pelabuhan,
setidaknya saat ini Cina memiliki 3.800 pelabuhan angkut, 300 di antaranya dapat menerima
kapal berkapasitas 10.000 MT. Sementara untuk keperluan tenaga listrik pada tahun 2001 saja
Cina telah mampu menyediakan sebesar 14,78 triliun kwh, dan saat ini telah dilakukan
persiapan untuk membangun PLTA terbesar di dunia yang direncanakan sudah dapat
digunakan pada tahun 2009 (Wangsa, 2005).

 SDM Terbaik Sebagai Pengusaha

Dalam hal SDM untuk dunia usaha Cina juga tidak tanggung-tanggung dalam
mengarahkan orang-orang terbaiknya untuk menjadi pengusaha yang handal. Sejak tahun
1990-an, Cina telah mengirimkan ribuan tenaga mudanya yang terbaik untuk belajar ke
beberapa universitas terbaik di Amerika Serikat, seperti Harvard, Stanford, dan MIT. Di
Harvard saja, Cina telah mengirimkan ribuan mahasiswanya untuk mempelajari sistem
ekonomi terbuka dan kebijakan pemerintahan barat, walaupun Cina masih menerapkan sistim
ekonomi yang relatif tertutup. Sebagai hasilnya, Cina saat ini telah memiliki jaringan
perdagangan yang sangat mantap dengan Amerika, bahkan memperoleh status sebagai The
Most Prefered Trading Partner (Kardono, 2001).

EKONOMI INTERNATIONAL | 6
Pemerintah Cina juga membujuk para overseas Chinese scholars and professionals,
terutama yang sedang dan pernah bekerja di pusat-pusat riset dan MNCs di bidang teknologi
di seluruh penjuru dunia untuk mau pulang kampung dan membuka perusahaan baru di Cina.
Mantan-mantan tenaga ahli dari Silicon Valley dan IBM ini misalnya, diharapkan nantinya
juga akan dapat mempermudah pembukaan jaringan usaha dengan MNCs ex-employer lainnya
yang tersebar di seluruh dunia. Tentu saja bujukan itu dilakukan dengan iming-iming
kemudahan dan fasilitas untuk memulai usaha, seperti insentif pajak, kemudahan dalam
perizinan, dan suntikan modal.

2.1 Reformasi Ekonomi Tiongkok


Data yang tercatat pada Bank Dunia di situsnya di data.worldbank.org, menunjukkan
bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok stabil di kisaran angka 7% sejak 2014 hingga
2015, meskipun ada catatan bahwa pada waktu-waktu tersebut, Tiongkok juga mengalami
perlambatan ekonomi, sehingga membuat pemerintah setempat mengambil salah satu
kebijakan yang tergolong ekstrim, yakni melakukan devaluasi mata uang Yuan.
Sementara sebagai perbandingan, kondisi perekonomian global mengalami penurunan
akibat krisis ekonomi yang sempat dialami oleh beberapa negara, seperti Amerika Serikat,
Uni Eropa, dan Jepang. Tercatat, pertumbuhan ekonomi global pada 2015 hanya mencapai
2-3%.
Menengok sejarah perekonomian Tiongkok beberapa dekade lalu, pada awal 1970an,
pertumbuhan ekonomi Tiongkok hanya berkisar di angka 3%. Sistem pemerintahan yang
bersifat sosialis-komunis membuat tidak banyak perkembangan perekonomian di periode
ini. Konsentrasi kegiatan ekonomi lebih banyak berputar pada sektor pertanian tradisional,
sehingga memasukkan Tiongkok dalam kategori negara yang sedang berkembang
(developing country).
Dalam perkembangan berikutnya, Tiongkok melakukan reformasi besar-besaran di
bidang ekonomi. Reformasi ekonomi Tiongkok dilaksanakan melalui beberapa tahapan
yang akan dijelaskan lebih rinci dibawah ini.
Reformasi ekonomi Tiongkok dimulai dengan melakukan pembangunan wilayah
perdesaan (rural development) dimulai sejak 1978 sampai dengan 1984, dengan
memberikan keleluasaan bagi masyarakat lokal untuk mengelola sektor pertanian dan
menjual hasil pertanian dari lahan yang mereka gunakan, serta melalui pemberian kredit
sampai dengan jumlah tertentu untuk membantu para petani. Hasilnya adalah
meningkatnya produksi pertanian, efisiensi pada proses produksi, hingga tingginya

EKONOMI INTERNATIONAL | 7
produktivitas para pekerja di sektor ini, sehingga mendorong munculnya banyak
wirausahawan di sektor pertanian, yang diikuti dengan meningkatnya investasi dan
tabungan masyarakat pedesaan.
Tahap kedua adalah reformasi ekonomi terkait masalah perkotaan (urban sector), yang
dimulai segera setelah berhasilnya reformasi wilayah perdesaan sampai dengan awal
1990an. Salah satu upaya adalah dengan menerbitkan ijin bagi perusahaan-perusahaan
yang telah memenuhi persyaratan tertentu, untuk mengelola usahanya secara mandiri,
tanpa campur tangan negara. Hasilnya adalah sistem manajemen yang lebih efisien dan
efektif, sehingga menunjang kegiatan perekonomian, khususnya dalam industri
manufaktur.
Reformasi ekonomi berikutnya dimulai awal 1990an, antara lain dengan memberikan
kesempatan yang lebih luas kepada sektor usaha pribadi (private sector), kemudian
melakukan reformasi peraturan tentang migrasi antara wilayah rural-urban, sistem
perbankan, sistem perpajakan, perdagangan luar negeri, serta foreign direct investment,
untuk meningkatkan laju perekonomian nasional. Adapun salah satu wujud pelaksanaan
reformasi tersebut adalah pelonggaran terhadap kebijakan terkait dengan keluarga
berencana.
Pada era selanjutnya, Tiongkok mulai melaksakan kebijakan privatisasi dan liberalisasi
perdagangan melalui kerjasama dengan negara-negara lain, diantaranya lewat the World
Trade Organization (WTO). Selain itu Tiongkok juga mengembangkan kerjasama
perdagangan dengan ASEAN dan forum Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).
Sedangkan reformasi di sektor perdagangan (domestik maupun internasional) adalah
dengan mengurangi tarif perdagangan serta mengembangkan sektor swasta secara lebih
intensif.
Sampai dengan saat ini, Tiongkok telah bermetamorfosa menjadi salah satu negara
yang paling disegani di dunia, baik dalam bidang ekonomi, perdagangan internasional,
serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.2 Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok Secara Global

EKONOMI INTERNATIONAL | 8
Bagi banyak pengamat, munculnya Tiongkok sebagai raksasa ekonomi dimotori oleh
Partai Komunis China (PKC) dan dikendalikan pusat aparatur negara untuk menghadapi
masalah legitimasi klimaks yang dihasilkan dari pemerintahan satu partai dalam sistem
ekonomi pasar. Stabilitas domestik Tiongkok secara efektif bergantung pada kemampuan
PKC untuk memecahkan masalah ini dan memegang kendali terhadap kekuatan sentrifugal
yang timbul di dalam masyarakat Tiongkok.

Pada tahun 2004, Tiongkok terus mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan
total PDB senilai 1.3561.5 miliar RMB (Rp 1650.7 milyar). Ini membuat Tiongkok
menjadi peringkat kekuatan ekonomi terbesar ke-6 di dunia. Dengan tingkat pertumbuhan
tahun lalu sebesar 9,5 persen, menjadikan Tiongkok sebagai negara dengan pertumbuhan
ekonomi tercepat di dunia.
Sejak peluncuran agenda reformasi, Tiongkok telah membukukan tingkat
pertumbuhan tinggi ekonomi tahunan yang tinggi secara dalam beberapa tahun
belakangan. Diperkirakan bahwa tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata tercatat dalam
“10th Rencana Pembangunan Lima Tahun” adalah sebesar 8,8%, jauh lebih tinggi dari
target yaitu sebesar 7%.
Sejak memasuki abad ke-21, perekonomian dunia telah mengalami beberapa
peningkatan dan penurunan,. Dimulai dengan penurunan tajam dari 4,7% di tahun 2000
menjadi 1,2% pada tahun 2001, lalu mencatat sedikit peningkatan pada tahun 2002 dengan
laju pertumbuhan sebesar 1,7%. Kecenderungan perbaikan terus terjadi dengan
pertumbuhan tarif terdaftar pada tahun 2003 dan 2004 sebesar 2,8% dan 4% dan tahun

EKONOMI INTERNATIONAL | 9
2005 diperkirakan sebesar 3-2%. Pada saat yang sama, kenaikan terendah China yang
pernah terdaftar beberapa tahun lalu adalah 7,3 persen (tahun 2003). Tidak diragukan lagi
bahwa Tiongkok selalu menempati peringkat pertama dalam hal tingkat pertumbuhan
ekonomi di dunia.
2.3 Sektor Pertanian Tiongkok
Tiongkok adalah satu negara dengan mayoritas mutlak penduduknya adalah petani, dan
pertanian menempati kedudukan sangat penting dalam ekonomi Tiongkok.
Walaupun luas darat Tiongkok mencapai 9,6 juta kilometer persegi, namun areal tanah
garapan hanya 1,27 juta kilometer persegi, yaitu hanya merupakan 7% areal total tanah
garapan dunia, apa lagi tanah garapan Tiongkok itu kebanyakan terpusat di dataran dan
daerah cekung bagian timur yang beriklim angin musim. Industri tanaman adalah sektor
produksi pertanian yang paling penting di Tiongkok. Tanaman bahan pangan utama
Tiongkok adalah padi, gandum, jagung dan kedelai, sedangkan tanaman industri adalah
kapas, kacang tanah, rapa, tebu dan bit.
Pada masa pemerintahan Mao Tse Tung, Mao yang melihat Cina tertinggal jauh dari
negara-negara Barat memutuskan untuk menjalankan gerakan Lompatan Jauh ke Depan.
Gerakan ini bertujuan mengerjar produksi baja dari negara-negara barat. Untuk mengejar
ketertinggalan ini Mao membentuk komune-komune sebagai sebuah sistem produksi
massal. Di kehidupan komune nilai-nilai sosialisme dan komunisme dijunjung tinggi, hak
milik pribadi tidak diakui, tanah, ternak, dan alat-alat produksi disita oleh negara untuk
kemudian dijadikan milik komune. Pada masa ini, negara berkuasa penuh atas hasil
produksi sehingga pada masa ini posisi pasar sangat kecil, bahkan hampir tidak ada.
Kalaupun ada, posisinya berada dalam negara itu sendiri karena negara mengatur semua
distribusi hasil produksi. Di bidang pertanian pun terjadi revolusi agaria dimana tanah-
tanah milik tuan tanah yang begitu banyak,dibagikan ke petani miskin, namun karena
terlalu fokus pada Gerakan lompatan Jauh ke Depan, Tiongkok seolah lupa dengan bidang
pertanian, pangan amat terbatas bahkan terjadi krisis pangan dan banyak rakyat yang mati
kelaparan, sampai akhirnya kebijakan yang dijalankan oleh Mao ini gagal, dan
menyebabkan keterpurukuan ekonomi yang semakin parah.
Pertanian Tiongkok berubah setelah tampilnya salah satu orang berpengaruh di Cina
setelah era Mao Runtuh pada tahun 1978, Deng Xiaoping yang langsung melakukan
gerakan pembaharuan. Secara bertahap, ia mengganti sistem totalisasi dan sentralisasi

EKONOMI INTERNATIONAL | 10
dalam bidang pertanian yang selama ini diterapkan di negara tersebut dengan menawarkan
sebuah bentuk pasar bebas sehingga memberi angin segar bagi para wiraswasta.
Pertanian Tiongkok memasuki tahap perkembangan pesat sejak diadakannya reformasi
di pedesaan pada tahun 1978. Selama 20 tahun lebih ini, reformasi di pedesaan Tiongkok
terus diadakan dalam kerangka sistem hak milik kolektif dan menjebol pengikatan sistem
tradisional untuk menjajaki bentuk aktual baru ekonomi kolektif di bawah syarat ekonomi
pasar. Reformasi mendatangkan keuntungan kepada kaum tani, juga meningkatkan tenaga
produktif di pedesaan , mendorong pertumbuhan pesat pertanian, khususnya produksi
bahan makanan serta pengoptimalan struktur pertanian, sehingga pertanian Tiongkok
mencapai hasil yang mencolok. Dewasa ini, Tiongkok menempati kedudukan nomor satu
di dunia dalam bidang produksi bahan makanan, kapas, biji sesawi, tembakau, daging,
telur, hasil air tawar dan laut serta sayur mayur.
Pada tahun-tahun belakangan ini, pemerintah selalu menjadikan pengembangan
pertanian sebagai titik berat pekerjaan, dan terus meningkatkan pemasokan terhadap
pertanian, meningkatkan pendapatan petani, dalam rangka setapak demi setapk
mewujudkan perkembangan terkoordinasi antara kota dan desa.
Kini bank khusus pertanian pun dibentuk, mengenai keterbatasan lahan dan ketahan
pangan, Cina menjawabnya dengan pengembangan teknologi pertanian. Cara bertani
konvensional mulai ditinggalkan. Cina tahun ini mengeluarkan padi transgenic. Padi ini
diluncurkan untuk meningkatkan produksi hingga dua kali lipat dan memberi tambahan
pendapatan bagi petani. Peluncuran padi transgenik itu dilakukan setelah enam tahun
melakukan riset. Selain itu, sebuah lembaga riset di Shanghai telah menemukan padi
hibrida pertama di dunia yang bisa ditanam di lahan kering. Padi lahan kering ini hanya
membutuhkan air 50 persen lebih rendah dibandingkan dengan padi sawah. Padi hibrida
ini bisa menghasilkan 7,571 ton padi per hektar. Produktivitas ini cukup tinggi ketimbang
produktivitas tanaman padi biasa yang sekitar empat ton per hektar.
Dan juga upaya intensif dari pemerintah meningkatkan teknologi, di berbagai bidang
termasuk di bidang pertanian, seperti yang disebutkan sebelumnya. Tidak heran inilah
yang makin membuat Cina sedemikian digdayanya dalam sektor pertanian, khususnya
perberasan. Tak pelak, Cina dijadikan rujukan banyak negara untuk mengembangkan
sektor pertanian. Kendati dikenal sebagai penghasil besar terkemuka, Cina berhasil
menerapkan program diversifikasi pangan. Mereka tidak malu menyuguhkan ubi atau talas
pada setiap tamu yang berkunjung, bahkan kepada tamu kenegaraan sekalipun. Hasilnya,
setiap penduduk Cina hanya mengonsumsi beras 92 kilogram per tahunnya.
EKONOMI INTERNATIONAL | 11
Di samping soal program kerja efektif, penerapan teknologi, maupun diversifikasi
pangan, hal lain yang turut menunjang keberhasilan Cina sebagai negara maju adalah etos
kerja yang dimiliki penduduknya, terutama di sektor pertanian ini.
2.4 Sektor Industri Tiongkok
Perkembangan pesat industri Tiongkok dimulai pada awal tahun 50-an. Setelah
berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949, industri Tiongkok memasuki
periode rehabilitasi dan perkembangan secara menyeluruh. Sebelum reformasi dan
keterbukaan pada tahun 1978, Tiongkok telah mendirikan tingkat awal sistem ekonomi
industri yang relatif lengkap. Industri minyak bumi yang tradisional serta industri kimia
dan industri eletronik yang merupakan industri baru semuanya mendapat perkembangan
yang relatif cepat, industri nuklir dan industri antariksa sebagai industri iptek tinggi
mendapat perkembangan yang bersifat terobosan. Sejak akhir tahun 70an, momentum
perkembangan industri Tiongkok lebih lanjut dipercepat, tahun 1979 sampai tahun 2003,
laju kecepatan pertumbuhan nilai tambahan industri rata-rata pada 10% ke atas
pertahunnya.
Dengan perkembangan selama lebih 50 tahun, jumlah produk industri utama Tiongkok
semua meningkat dengan kecepatan puluhan kali lipat bahkan ratusan kali lipat, banyak
produk industri diekspor ke berbagai negara di dunia. Sejak tahun 1996, jumlah produksi
baja dan besi, batu bara, semen, pupuk kimia untuk pertanian dan pesawat televisi selalu
menempati peringkat pertama di dunia.
Pada tahun 2003, Tiongkok mewujudkan nilai tambahan industri sejumlah 5361,2
miliar Yuan Renminbi, meningkat 12,6% dibanding masa sama tahun 2002. Dewasa ini,
Tiongkok tidak saja bisa membuat pesawat terbang, kapal dan mobil, dapat membuat pula
satelit bumi buatan serta perlengkapan industri modern. Sistem industri yang mempunyai
taraf teknologi tertentu, relatif sempurna jenisnya dan independen telah telah terbentuk
di Tiongkok. Ke depan Tiongkok akan lebih lanjut melaksanakan pula strategi
industrialisasi dengan informalisasi, mempercepatan peranana pendorong industri
terhadap perkembangan ekonomi Tiongkok.
2.5 Sektor Jasa Tiongkok

Sektor jasa terdiri dari beberapa sub-sektor, yaitu perdagangan, badan keuangan, pemilikan
rumah, pemerintahan dan pertahanan, dan berbagai jasa perseorangan.Berdasarkan data
statistic dari CIA World Fact Book, sektor jasa telah menyumbang 48.2% dalam PDB
Tiongkok pada tahun 2014. Ini merupakan keberhasilan Tiongkok dalam sektor jasa atau sektor

EKONOMI INTERNATIONAL | 12
pelayanan. Keberhasilan ini bukan hanya diraih berkat upaya pemerintah dalam penyusunan
strategi ekonomi, tapi juga karena sumber daya manusia Tiongkok yang berkualitas dan
memiliki etos kerja yang baik. Pertumbuhan sektor jasa China sedikit melambat pada April
dibanding bulan sebelumnya, namun tetap kuat. Di mana, Indeks Manajer Pembelian non-
manufaktur resmi (PMI) berada pada angka 54,0 pada April.Angka tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 55,1. Namun, masih mampu bertahan di atas
level 50 poin yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi setiap bulan. Angka pada Maret
tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2014. Sektor jasa menyumbang lebih dari setengah
atas ekonomi China tahun lalu karena kenaikan upah memberi konsumen China kesempatan
untuk berbelanja, bepergian dan makan lebih banyak.
Pembuat kebijakan China mengandalkan pertumbuhan layanan dan konsumsi karena mereka
mencoba menyeimbangkan model pertumbuhan ekonomi negara ini dari ketergantungan yang
besar pada investasi dan ekspor. Sektor jasa telah menopang ekonomi terbesar kedua di dunia.
Hal ini menunjukkan kalau stimulus moneter dan fiskal telah mendorong target ekspansi
Perdana Menteri China Li Keqiang sesuai target.

Rilis data Biro Statistik Nasional (BSN) menyebutkan kalau produk domestik bruto (PDB)
naik menjadi 6,9 persen dalam tiga bulan dari tahun sebelumnya. Angka itu mengalahkan
perkiraan ekonom kalau pertumbuhan ekonomi China sebesar 6,8 persen. Namun rilis data
PDB kuartal III 2015 tersebut paling lambat sejak tiga bulan pertama tahun 2009.

Ketahanan ekonomi itu didukung dari sektor jasa yang tumbuh lebih cepat, didukung oleh
konsumsi sehingga mengimbangi pelemahan di sektor manufaktur dan ekspor. Pemerintah
telah memangkas suku bunga lima kali sejak November, dan meningkatkan belanja
infrastruktur dalam beberapa bulan terakhir untuk menjaga pertumbuhan ekonomi China di
kisaran 7 persen.

"Sektor jasa tumbuh jauh lebih cepat dari pada sektor manufaktur. Perlambatan manufaktur
adalah masalah besar bagi ekonomi China dalam waktu dekat," ujar Zhu Haibin, ekonom
JPMorgan, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Senin (19/10/2015).

Selain itu, rilis data hasil produksi industri naik 5,7 persen pada September dari tahun
sebelumnya. Angka ini lebih rendah dibandingkan perkiraan ekonom di kisaran 6 persen.
Penjualan ritel meningkat 10,9 persen pada kuartal III 2015.

EKONOMI INTERNATIONAL | 13
Adapun laju pertumbuhan di sektor jasa menjadi 8,4 persen pada kuartal III 2015. Sektor ini
menjadi salah satu penopang ekonomi selain sektor manufaktur.

Sektor manufaktur tumbuh menjadi 6 persen. Sebelumnya, kondisi ekonomi China telah
mempengaruhi langkah Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The
Fed) untuk menaikkan suku bunga. Kekhawatiran bank sentral AS terhadap ekonomi China
menjadi alasan untuk menaikkan suku bunga. China telah memberikan kontribusi 13,3 persen
dari produk domestik bruto (PDB) global tahun lalu.

2.6 Sektor Ekspor Impor Tiongkok

Menurut laporan Biro Administrasi Kepabeanan Tiongkok, nilai ekspor dan impor
Tiongkok pada tahun 2012 melampaui AS dengan angka mencapai 3,87 triliun dollar AS.
Sedangkan Departemen Perdagangan AS, pekan lalu melaporkan, total nilai perdagangan
ekspor impor Negeri Paman Sam itu sebesar 3,82 triliun dollar AS.

Menilik neraca perdagangan ekspor impor, Tiongkok juga memimpin dengan surplus
231,1 miliar dollar AS, sementara AS memiliki defisit perdagangan 727,9 miliar dollar AS.
Jim O’Neill, Ekonom Goldman Sachs Group Inc, mengatakan munculnya Tiongkok sebagai
negara perdagangan terbesar dunia memberi pengaruh ke perdagangan global. Menurut dia,
dominasi perdagangan Tiongkok akan mengganggu perdagangan regional. Tiongkok akan
menjadi mitra komersial yang paling penting bagi sejumlah negara termasuk Jerman dan
Prancis yang berkeinginan meningkatkan ekspor dua kali lipat. Dia meramalkan, pada akhir
dekade nanti akan banyak negara Eropa yang melakukan perdagangan secara lebih individual
dengan Tiongkok dibandingkan kerjasama kemitraan bilateral lain di Eropa.

Eswar Prasad, mantan pejabat Dana Moneter Internasional (IMF), mengatakan


Tiongkok adalah pengguna energi, pasar mobil dan cadangan devisa terbesar dunia. Dia
mengatakan, sebagian besar perdagangan Tiongkok melibatkan pengimpor bahan baku
dan komponen untuk dirakit menjadi produk jadi dan diekspor kembali.
Berdasarkan data dari CIA World Fact Book, Komoditas ekspor Tiongkok pada tahun
2014 berupa elektrikal dan benda bermesin lainnya, termasuk ekuipmen pemprosesan data,
apparel, tekstil, besi dan baja, optikal dan ekuipmen pengobatan. Serta setidaknya seluruh
kategori tunggal dari produk-produk industrial. Dengan negara-negara tujuan ekspor
utama adalah Amerika Serikat 18.1%, Hong Kong 17.4%, Jepang 6.8%, Korea Selatan
4.1%. Sementara komoditas impor Tiongkok berupa elektrikal dan benda bermesin
EKONOMI INTERNATIONAL | 14
lainnya, minyak dan bahan bakal mineral, optikal dan ekuipmen pengobatan, metal ores,
plastik, kimia organic, dengan negara-negara tujuan utama impor adalah Korea Selatan
9.4%, Jepang 8.3%, Taiwan 8.0%, United States 7.8%, Australia 5.0%, dan Germany
4.8%.

Periode Perdagangan dua jalur Ekspor Impor


1981-1985 + 12.8% + 8.6% + 16.1%
1986-1990 + 10.6% + 17.8% + 4.8%
1991-1995 + 19.5% + 19.1% + 19.9 %
1996-2000 + 11.0% + 10.9% + 11.3%
2001-2005 + 24.6% + 25.0% + 24.0%
2006-2010 + 15.9% + 15.7% + 16.1%
2011-2015 + 3.4% + 6.1% + 0.4%
Sumber data utama: CIA World Fact Book

2.7 Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok di Sektor Pariwisata

Tanggal 27 September kemarin adalah Hari Pariwisata Dunia. Banyak negara kini
memandang pengembangan pariwisata sebagai strategi penting untuk membangkitkan
ekonomi. Industri pariwisata menjadi sektor usaha yang paling pesat dalam pertumbuhan
ekonomi global. Selama beberapa tahun ini, pariwisata Tiongkok berkembang dengan cepat
dan makmur, dan semakin mengundang perhatian dunia. Pariwisata Tiongkok tengah
memainkan peranan pendorong yang semakin besar terhadap perkembangan pariwisata dunia
bahkan ekonomi global.

Dalam beberapa tahun ini, seiring dengan perkembangan pesat ekonomi dan sosial
Tiongkok dan meningkatnya taraf kehidupan rakyat, pariwisata telah menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari warga negara Tiongkok. Data menunjukkan, pada paruh pertama thun
ini, skala pasar pariwisata Tiongkok membesar secara stabil. Di antaranya, jumlah wisatawan
domestik tercatat lebih dari 2,23 miliar orang, yang berarti naik 10,47 persen dibandingkan
masa sama tahun lalu; jumlah wisatawan inbound dan outbound tercatat 127 juta orang yang
berarti naik 4,1 persen; pendapatan pariwisata yang direalisasi pada paruh pertama tahun ini
tercatat 2,25 triliun Yuan RMB atau naik 12,4 persen.

EKONOMI INTERNATIONAL | 15
Pejabat Jawatan Pariwisata Negara Tiongkok Peng Dechen menyatakan, seiring dengan
langkah Tiongkok menuju zaman "pariwisata publik", industri pariwisata sebagai industri
komprehensif memainkan peranan yang lebih luas dalam perkembangan ekonomi dan sosial.
Data menunjukkan, tingkat kontribusi komprehensif industri pariwisata Tiongkok terhadap
GDP melampaui 10,8 persen dan jumlah karyawan industri pariwisata mencapai 10.2 persen
dalam jumlah total karyawan.

Tokoh-tokoh terkait memperkirakan, dalam waktu 3 tahun ke depan, investasi langsung


pariwisata Tiongkok mungkin akan melampaui 3 triliun Yuan dan akan mendorong investasi
komprehensif lebih dari 15 triliun Yuan. Ditambah dorongan pasar konsumsi yang sangat besar
dan panduan kebijakan makro yang menguntungkan, industri pariwisata tengah menjadi tenaga
baru dalam pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada situasi baru.

Selain itu, dampak perkembangan industri pariwisata Tiongkok terhadap pariwisata


dunia maupun perkembangan ekonomi global semakin besar. Menurut data Organisasi
Pariwisata Dunia PBB, sejak tahun 2012, Tiongkok terus merupakan negeri konsumsi
pariwisata ke luar negeri yang terbesar dunia dan tingkat kontribusi terhadap pendapatan
pariwisata global rata-rata melampaui 13 persen per tahun.

Direktur Biro Pariwisata Negara Tiongkok Li Jinzhao menyatakan, dalam waktu 5


tahun ke depan, jumlah wisatawan Tiongkok yang berkunjung ke luar negeri akan melampaui
600 juta orang. Tiongkok bersedia meningkatkan kerja sama dengan berbagai negara dan
daerah dan terus memperbesar skala pasar pariwisata internasional di seluruh dunia.

Li Jinzhao menyatakan pula, Tiongkok akan berupaya menciptakan syarat bagi


investasi internasional perusahaan melalui penyelenggaraan negosiasi pengusaha pariwisata
manca-negara, forum investasi pariwisata, temu wicara perusahaan pariwisata dan bentuk
lainnya. Cina telah menjadi negara terbesar ketiga di pasar pariwisata di dunia. Menurut Badan
Administrasi Pariwisata Cina pada Kamis (29/12), laporan tersebut menunjukkan bahwa total
pendapatan di bidang pariwisata, baik dari kunjungan wisatawan domestik maupun luar negeri
untuk lima tahun terakhir , telah mencapai total enam triliun yuan. Jumlah tersebut
membuktikan bahwa industri pariwisata mereka semakin membaik.

Pertumbuhan industri pariwisata Cina yang pesat, telah menjadikannya sebagai


keuntungan sendiri bagi negara. Dalam 16 tahun terakhir atau rentang 1994-2010, pendapatan

EKONOMI INTERNATIONAL | 16
total pariwisata negara itu telah meningkat 11 kali lipat. Sedangkan dalam lima tahun terakhir
hingga 2010, Cina telah menerima sebanyak 9,3 miliar orang yang berkunjung ke pusat
pariwisata mereka baik dari dalam dan luar negeri. Badan Administrasi Pariwisata Cina
menyebutkan pula, negara ini tidak hanya menjadi tujuan terbesar bagi wisatawan di negara-
negara Asia. Namun, juga telah menduduk itu tujuan wisata peringkat tiga besar di dunia bagi
parawisatawan."Angka-angka tersebut berarti kita telah membentuk pasar pariwisata terbesar
dalam negeri, kita adalah negara terbesar ketiga tujuan pariwisata di dunia. Pada saat yang
sama, kita telah menjadi negara Asia terbesar bagi orang-orang bepergian ke luar negeri," ujar
Shao Qiwei, Direktur Badan Administrasi PariwisataCina.

Industri pariwisata telah mendukung sebagian besar pertumbuhan ekonomi di Cina. Hal itu
telah memberikan kontribusi sebesar lebih dari 90 persen untuk bisnis di bidang perhotelan dan
lebih dari 80 persen untuk industri penerbangan serta kereta api. Proses tersebut telah
menciptakan lebih dari hampir 14 juta lapangan pekerjaan di industri pariwisata dan 60 juta
lapangan pekerjaan di bidang lainnya. "Pariwisata telah berkembang menjadi pembangun
ekonomi di daerah pedesaan, tahun lalu lebih dari 400 juta orang mengunjungi pedesaan Cina.
Desa wisata telah menguntungkan sekitar 20juta petani," imbuh Shao. Selama lima tahun
terakhir, Cina telah menandatangani rencana kerja sama dengan Amerika Serikat, Rusia,
Australia, Jepang, dan Korea Selatan. Negara ini diharapkan dapat menghasilkan 100 juta
keberangkatan ke luar negeri, setiap tahun dari sekarang hingga 2015.(TNT/ANS/Xinhua)

2.8 Di Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Sejauh ini, China memiliki 17 juta mahasiswa yang mayoritas mengambil bidang sains
dan teknik. Setiap tahun China menghasilkan tidak kurang dari 325.000 insinyur. Setiap tahun,
China membelanjakan 60 miliar dollar AS untuk penelitian dan pengembangan. Untuk saat
sekarang, penekanan dalam laboratorium-laboratorium China diarahkan secara besar-besaran
mendukung inovasi kaum usahawan menghasilkan produk yang berkualitas dan murah. Hal ini
merubah peradaban lebih baik bagi bangsanya.

Jika dibandingkan dengan Indonesia, Republik Rakyat China memproklamirkan


kemerdekaannya pada 1 Oktober 1949. Usia negaranya lebih muda dari Indonesia. Tetapi
kemajuan yang dicapai di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terbendung. Lihatlah

EKONOMI INTERNATIONAL | 17
misalnya di bidang teknologi ruang angkasa. China segera memiliki stasiun ruang angkasa
sendiri. Mulai dibangun tahun 2018.

Menurut Wang Zhongyang, juru bicara ruang angkasa China sebagaimana dikutip
laman BBC dari Kantor Berita Xinhua, "Jika Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS)
pensiun pada tahun 2024, maka China akan menjadi satu-satunya pihak yang mengoperasikan
ruang angksa." Deng Xiaping adalah pemimpin tertinggi Republik Rakyat China generasi
kedua setelah Mao Zedong. Deng meninggal dunia pada 19 Februari 1997 di usia 92 tahun. Di
bawah arahannya, China menjadi salah satu negara dengan laju pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia.

Di masa Deng, China sangat akrab dengan ilmu pengerahuan dan teknologi. Guru dan
kaum profesional sangat dihargai, bahkan di tahun 1985, Deng mempertegas pentingnya
pendidikan karakter. Orientasi hafalan hanya akan membunuh karakter anak.

Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi China ini diumum Deng ketika
memperingati hari nasional ke-60 pada 1 Oktober 2009. Prestasi yang dicapai waktu itu,
selesainya peta seluruh permukaan bulan tiga dimensi (3-D) bersolusi tinggi. Juga China
bertekad akan terus mengembangkan program luar angkasa guna mengurangi kesenjangan
dengan negara-negara Barat. Dengan demikian, China sudah sejajar dengan Amerika Serikat,
Rusia, Jepang dan India yang juga melakukan pemetaan bulan.

Tidak hanya itu, setelah mengirimkan orang pertama ke luar angkasa pada tahun 2003, China
berambisi pula meluncurkan penjelajah tanpa awak ke permukaan bulan pada tahun 2012 dan
misi berawak ke bulan sekitar tahun 2020.

Di Indonesia, di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, China membangun jembatan


Surabaya-Madura (Suramadu) yang sudag diresmikan pemakaiannya.Selain di Suramadu, para
investor China membangun Proyek Asahan l dan Proyek PLTA Asahan lll di Sumatera Utara.
Semua ini menunjukkan kemajuan China.

2.9 Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok di Sektor UKM

Perdana Menteri Tiongkok, Wen Jiabao dalam laporan pekerjaan pemerintah tahun ini
berturut-turut menyebut hampir 20 kali mengenai masalah perkembangan usaha kecil dan
menengah (UKM), ini menunjukkan bahwa pemerintah Tiongkok mementingkan pendorongan

EKONOMI INTERNATIONAL | 18
lebih lanjut perkembangan UKM. Pakar terkait ketika diwawancarai wartawan kami
menyatakan, ketika mengatur pendorongan maju langkah dan kebijakan perkembangan UKM,
pemerintah perlu mementingkan titik pencurahan tenaga dan kunci pekerjaan pada
implementasi dengan sungguh-sungguh kebijakannya. Berikut laporan rincinya.

Sejak dilaksanakannya reformasi dan keterbukaan terhadap dunia luar, usaha kecil dan
menengah Tiongkok terus berkembang kuat dan menjadi kekuatan penting bagi pendorongan
maju perkembangan ekonomi dan sosial. Terhitung sampai akhir bulan September tahun lalu,
jumlah UKM Tiongkok mencapai 10 juta 231 ribu buah, angka itu melampaui 99 persen jumlah
total perusahaan di Tiongkok, produk final dan nilai jasa yang diciptakan UKM mencapai 60
persen Produk Domestik Bruto (PDB), sementara menyediakan hampir 80 persen lowongan
kerja di kota-kota.

Wen Jiabao dalam laporan pekerjaan pemerintah tahun ini mengajukan perlunya
mendorong lebih lanjut perkembangan UKM, membentuk dan menyempurnakan sistem
pelayanan UKM, terus mengimplementasikan kebijakan penopang keuangan terhadap UKM
dan meningkatkan dukungan finansial terhadap UKM. Wakil Sekretaris Jenderal Pusat
Penelitian UKM Akademi Sosial Tiongkok, Luo Zhongwei berpendapat, negara menaruh
perhatian terhadap perkembangan UKM, ini sangat menginspirasikan dan kuncinya sekarang
ialah implementasi lebih lanjut kebijakan terkait. Dikatakannya, " Pemerintah pusat sangat
mementingkan perkembangan UKM dan tidak ada taranya dalam sejarah, ini merupakan sinyal
yang sangat baik. Saya berpendapat masalah kuncinya ialah implementasi dan perlu secepat
mungkin mengeluarkan sejumlah peraturan yang rinci dan pasal pelaksanakannya. Hanya
mengajukan prinsip-prinsip besar masih kurang, perlu mencantumkan rinciannya serta
mengintensifkan kesesuaian dan keefektifannya."

Menurut penjelasan, Tiongkok dalam waktu dekat ini telah mengeluarkan serangkaian
kebijakan dan langkah mengenai pendorongan perkembangan lebih lanjut dan sehat UKM.
Dalam rapat harian Dewan Negara yang dipimpin PM Wen Jiabao pada tanggal 24 Maret lalu,
telah ditetapkan kebijakan dan langkah mengenai pendorongan dan pengarahan perkembangan
sehat investasi non pemerintah, di antaranya pasal pertama ialah mengajukan perlunya
memperluas lebih lanjut bidang dan lingkup investasi non pemerintah. Profesor Luo Zhongwei
menunjukkan, jauh awal pada tahun 2005, Dewan Negara mengeluarkan " Beberapa Usulan
mengenai Pendorongan, Pendukungan dan Pengarahan Perkembangan Perusahaan Swasta dan
Ekonomi Bukan Hak Milik Umum Lainnya ", dalam mana menetapkan pasal-pasal mengenai
EKONOMI INTERNATIONAL | 19
mengijinkan modal bukan hak milik umum memasuki sektor usaha dan bidang yang tidak
dilarang dalam hukum.

Akan tetapi, dewasa ini, usaha kecil dan menengah terutama memusat di bidang-bidang
yang daya saingnya biasa, sedangkan di bidang-bidang tenaga listrik, petrokimia,
telekomunikasi dan penerbangan sipil, investasi UKM masih sulit memasukinya.

Mengenai hal itu, Luo Zhongwei mengajukan pendiriannya, yaitu mendorong lebih
lanjut perkembangan UKM, pemerintah pusat dan daerah perlu dengan sungguh-sungguh
mengimplementasikan peraturan terkait, mengeluarkan peraturan yang lebih rinci, menurunkan
secara bertahap ambang pintu tinggi akses pasar bagi UKM, memperluas lebih lanjut bidang
investasi non pemerintah. Luo Zhongwei mengatakan, " UKM Tiongkok masih menghadapi
ambang pintu tinggi untuk memasuki bidang-bidang tertentu dan perlu menetapkan langkah-
langkah yang sesuai dengan kenyataan."

Luo Zhongwei bersamaan menunjukkan, selain akses pasar menghadapi 'kendala',


seriusnya ulah spekulasi UKM yang bersifat jangka pendek dan kurangnya jaminan sumber
daya material, masalah pendanaan telah menjadi 'rintangan besar' bagi perkembangan UKM.
Negara perlu mencapai terobosan yang relatif besar pada sistem perbankan, mengeluarkan
kebijakan pelayanan moneter yang lebih luwes dan terbuka, membentuk perusahaan mikro-
kredit, bank desa dan badan lainnya, memperluas jalur pendanaan langsung UKM.
Dikatakannya, " Perkembangan UKM untuk memenuhi kebutuhan pasar, khususnya inovasi,
semuanya itu memerlukan dukungan dana. Dewasa ini, UKM masih kekurangan intensitas
jaminan dan jaminan sumber daya material serta jalur pendanaannya sangat seret. Negara
mengeluarkan kebijakan yang menuntut perbankan menyediakan kredit kepada UKM
berdasarkan persentase pangsa yang tertentu, meratakan jalan bagi perkembangan UKM
melalui pengorganisasian jaminan sosial dan perbankan lokal ukuran kecil dan menengah.

2.10 Laju Inflasi

Inflasi China tetap stabil dan berada jauh di bawah target resmi pemerintah. Hal ini
membuka jalan baru bagi para pembuat kebijakan untuk mengejar langkah-langkah stimulus
baru. Konsumen membayar lebih dari 2,7 persen untuk barang dan jasa di bulan Juli dibanding
yang mereka lakukan tahun lalu. Inflasi tahun ini berada pada kisaran yang wajar. Hal ini
mengurangi satu kekhawatiran bagi para pejabat di Beijing terkait melambatnya ekonomi

EKONOMI INTERNATIONAL | 20
negara Tirai Bambu itu. Sebuah laporan terpisah menyatakan output industri China lebih baik
dari perkiraan sebelumnya, yakni naik 9.7 persen dibandingkan tahun sebelumnya,
menumbuhkan tanda-tanda kemungkinan stabilnya ekonomi.

Saham di China menguat setelah data tersebut dirilis. Shanghai Composite Index (SCI)
naik 0,4 persen dan indeks Hangseng menguat 0,5 persen pada penutupan pasar. Pada Maret
silam, pemerintah China menyatakan akan menjaga tingkat inflasi tahunan sebesar 3,5 persen
atau lebih rendah. Jika kenaikan harga tetap pada kisaran wajar, maka pemerintah harus
memiliki lebih banyak ruang untuk mengejar langkah-langkah stimulus."Masih ada banyak
ruang yang cukup bagi Beijing untuk meningkatkan langkah-langkah tepat bila diperlukan,"
kata seorang ekonom di HSBC seperti dikutip CNN Money.

Tapi pemerintah juga harus mempertimbangkan masalah politik sensitif mengenai harga
pangan yang merupakan tolok ukur terpenting biaya hidup di China. Aspek ini menyumbang
lebih dari sepertiga dari perhitungan inflasi di negara itu. Bagi masyarakat pedesaan, harga
pangan menjadi penghitungan beban utama.

2.11 Tingkat Pengangguran

Tingkat pengangguran perkotaan di China berhasil turun di bawah 4% untuk pertama


kali sejak beberapa tahun terakhir pada kuartal I/2017. Kementerian Sumber Daya Manusia
dan Tenaga Kerja China menyebutkan, tingkat pengangguran turun 3,97% pada kuartal I/2017.
Adapun, pada periode tersebut, 3,34 juta pekerjaan baru telah ditambah. “Fakta ini menegaskan
bahwa pertumbuhan ekonomi China yang melambat, tidak menciptakan pengangguran besar-
besaran. Stabilitas sosial dapat terkendali," ujar juru bicara Kementerian Sumber Daya
Manusia dan Tenaga Kerja China Lu Aihong, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (25/4/2017).

Adapun berdasarkan data Biro Statistik Nasional (NBS) China tingkat pengangguran
resmi terkahir kali berada di bawah 4% terjadi pada 2001 yang mencapai 3,6%. Tingkat
pengangguran itu terus naik, di mana periode 2010-2015 menjadi level tertingginya dengan
rata-rata tingkat pengangguran mencapai 4,1%. Terakhir pada 2016, tingkat pengangguran
nasional mencapai 4,02%. Sebelumnya, Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan bahwa
China berhasil menambahkan 13,14 juta pekerjaan baru pada 2016. Dia mengatakan,
pemerintah berambisi menambah 11 juta lapangan kerja baru lagi pada tahun ini, sambil
mempertahankan tingkat pengangguran di bawah 4,5%.

EKONOMI INTERNATIONAL | 21
Akan tetapi sejumlah analis menilai, data pengangguran China tersebut tidak dapat
diandalkan dan tidak mewakili gambaran perekonomian China secara umum. Pasalnya
penghitungan yang dilakukan hanya meliputi penduduk perkotaan. Sementara penduduk
pedesaan tidak disertakan.

Meskipun mengalami penurunan, Aihong menegaskan bahwa pemerintah China


memiliki pekerjaan rumah untuk menyiapkan lapangan kerja baru bagi para pekerja di sektor
baja dan batu bara. Pemangkasan kapasitas produksi di kedua kawasan yang diprakrasai oleh
Pemerintah Beijing itu diperkirakan akan menimbulkan limpahan pengangguran baru hingga
500.000 pekerja.

Banyaknya perusahaan zombie juga menciptakan persoalan produktivitas negara.


Perusahaan zombie adalah perusahaan yang secara teknis tidak beroperasi maksimal, dan
hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.

Perusahaan tersebut memperkerjakan banyak pegawai dengan upah yang rendah atau
bahkan tak dibayar beberapa bulan. Mereka enggan melakukan pemecatan lantaran takut
dikenai hukuman pemerintah. Perusahaan-perusahaan tersebut banyak tersebar di kawasan
industri di China Utara.

2.12 Dampak Negatif Pertumbuhan Ekonomi China

Pertumbuhan ekonomi China berdampak kepada lingkungan, dengan tingkat polusi


yang memburuk dan sebagian besar disebabkan oleh pembangkit listrik tenaga batu bara yang
menjadi andalan bagi kebutuhan energinya.

Pemerintah Beijing sudah berupaya untuk mengurangi polusi dengan menutup ribuan
pabrik yang menggunakan sumber energi batu bara.

EKONOMI INTERNATIONAL | 22
Bagaimanapun hanya delapan dari 74 kota besar di China yang memenuhi standar kualitas
udara tahun 2014, sesuai dengan laporan Kementrian Lingkungan.

Begitu juga meningkatnya pertumbuhan ekonomi berdampak pula pada Negara


Indonesia. Kondisi perekonomian Republik Rakyat Cina (RRC) yang cenderung berada pada
level menggembirakan membuat para ekonom memprediksi bahwa pemerintah RRC
diperkirakan akan tetap mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan pada angka
7,5% (www.bisnis.com tanggal 3 Desember 2012). Sebanyak 9 dari 16 analis yang disurvei
Bloomberg News pada 22-30 November 2012 memperkirakan pemerintah Cina tidak akan
merubah target pertumbuhan ekonomi tahun 2013. Sementara 6 analis lainnya melihat adanya
harapan penurunan hingga 7%, dan 1 analis melihat akan ada peningkatan hingga 8%.
Sementara itu, data per 1 Desember 2012 menunjukkan indeks manufaktur naik ke level
tertinggi dalam 7 bulan terakhir pada bulan November, menambah bukti adanya pertumbuhan
kembali menguat dari level terendah dalam 3 tahun.
Sebagai salah satu mitra dagang Indonesia, kebijakan ekonomi negara Cina tentunya akan
memberikan dampak terhadap hubungan perdagangan kedua negara. Gregory Mankiw dalam
bukunya yang berjudul Macroeconomicmenyatakan bahwa, kebijakan ekonomi sebuah negara
akan mempengaruhi kondisi perekonomian negara yang lain. Selanjutnya, akan diurai dampak

EKONOMI INTERNATIONAL | 23
adanya kebijakan pemerintah Cina untuk menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi 7,5%
terhadap kondisi perekonomian dalam negeri di Indonesia dengan menggunakan pendekatan
analisis makroekonomi. Selain teori-teori makroekonomi dalam Macroeconomic, dua model
ekonomi yang akan digunakan untuk membantu analisis dampak pertumbuhan ekonomi Cina
terhadap perekonomian Indonesia adalah Model Perekonomian Terbuka dan Model Mundell-
Fleming yang merupakan pengembangan dari Model IS-LM dan Model Perekonomian
Terbuka.

Adanya liberalisasi perdagangan antara Indonesia dan Cina sebagai akibat dari penandatangan
perjanjian Asean China Free Trade Agreement pada tahun 2007, berdampak pada peningkatan
volume perdagangan antar kedua negara. Data perdagangan yang diterbitkan oleh Kementerian
Perdagangan dalam website resminya memperlihatkan bahwa sejak tahun 2007 s.d. 2011,
jumlah ekspor non migas dari Indonesia ke Cina telah menempati posisi pertama dari total
ekspor ke negara-negara lain dengan total peningkatan sebesar 34,23% menjadi $21,6 Miliar
di tahun 2011. Sementara sampai dengan bulan September 2012, total ekspor non migas
Indonesia ke Cina telah menyentuh angka $14 Miliar. Disisi lain, total impor non migas
Indonesia dari Cina pada tahun 2011 berjumlah $24,5 Miliar atau naik 29,71% dari tahun 2007.
Sedangkan sampai dengan September 2012, Indonesia telah membukukan total impor non
migas dari Cina sebanyak $21,4 Miliar. Statistik diatas menggambarkan adanya defisit
perdagangan antara Indonesia dan Cina dikarenakan jumlah impor barang dari Cina ke
Indonesia melebihi jumlah barang yang diekspor dari Indonesia ke Cina. Perjanjian
perdagangan bebas antara Indonesia dan Cina memang berperan bagi peningkatan arus
perdagangan Indonesia ke Cina. Namun peningkatan tersebut tidak sebanding dengan kenaikan
nilai arus barang dari Cina yang masuk ke Indonesia.

Komponen pertumbuhan ekonomi sebuah negara (GDP atau Y) terdiri dari konsumsi
masyarakat (C), investasi (I), belanja pemerintah (G) dan ekspor netto (NX) yang merupakan
selisih dari ekspor (X) dan impor (M). Sebagai salah satu raksasa perekonomian dunia setelah
Amerika Serikat, saat ini Cina dapat dikatakan memiliki kekuatan ekonomi yang hampir merata
di masing-masing komponen pertumbuhan ekonomi. Sebagai salah satu negara dengan jumlah
penduduk terpadat di dunia, Cina memiliki potensi pasar domestik yang cukup besar untuk
meningkatkan komponen konsumsinya. Tingginya pertumbuhan ekonomi Cina juga ditopang
oleh komponen investasi dan surplus neraca perdagangan yang cukup besar. Salah satu
indikator dari tingginya investasi dan besarnya potensi ekspor Cina adalah adanya peningkatan
EKONOMI INTERNATIONAL | 24
defisit perdagangan antara Indonesia dan Cina. Selama 8 bulan pertama pada tahun 2012,
defisit perdagangan Indonesia-Cina tercatat sebesar US$5 Miliar, lebih tinggi dari defisit
perdagangan pada periode yang sama di tahun lalu yang berada pada angka US$3 Miliar. Selain
itu, kuatnya dukungan pemerintah terhadap perekonomian Cina juga digambarkan dengan
struktur APBN yang sangat mendukung penciptaan iklim investasi didalam negeri yang
sehat.Kondisi ini menunjukan bahwa ketika pemerintah Cina telah menetapkan untuk mejaga
pertumbuhan ekonomi mereka agar tetap tinggi di tahun 2013 pada level 7,5% , maka
pemerintah Cina tentunya akan berusaha untuk menggerakan setiap komponen pertumbuhan
ekonominya untuk dapat mencapai bahkan melampaui target pertumbuhan tersebut. Fakta
bahwa pasar perdagangan Cina tidak hanya berada di dalam negeri tapi telah menjangkau
seluruh dunia termasuk pasar ASEAN dan Indonesia, menjadikan setiap negara yang menjadi
mitra dagang Cina untuk perlu mengantisipasi dampak positif dan negatif dari kebijakan
pemerintah Cina ini. Ada dua faktor penting yang dapat digunakan untuk menganalisis dampak
dari kebijakan pertumbuhan ekonomi pemerintah Cina. Faktor pertama adalah Neraca
Perdagangan (Trade Balance). Nama lain untuk Neraca Perdagangan adalah ekspor neto
karena menunjukan bagaimana perdagangan barang dan jasa melenceng dari tolak ukur
kesamaan ekspor dan impor (Mankiw, 2007). Ekspor neto sendiri pada dasarnya adalah selisih
antara ekspor dan impor. Ketika nilai ekspor dari sebuah negara lebih besar dari nilai impornya
dalam suatu periode perekonomian, maka negara tersebut dikatakan mengalami surplus
perdagangan. Sebaliknya, ketika sebuah negara berada pada kondisi dimana nilai impor lebih
besar dari nilai ekspornya, maka negara tersebut dikatakan mengalami defisit neraca
perdagangan. Meskipun Cina memiliki jumlah penduduk cukup besar (lebih dari 1,3 Miliar
orang), namun pasar perdagangan Cina sesungguhnya tersebar di hampir di seluruh belahan
dunia. Disisi lain, Cina termasuk salah satu negara yang cukup efisien dalam melaksanakan
kegiatan produksinya karena mampu untuk memproduksi barang dengan harga jual yang
sangat murah bila dibandingkan dengan barang yang sama yang diproduksi oleh negara lain.
Biaya input produksi yang cukup murah ditambah dengan jumlah produksi yang cukup besar
menjadi faktor pendukung bagi Cina untuk mampu memproduksi barang dengan harga yang
sangat kompetitif. Dukungan pasar yang sangat luas dan produk perekonomian yang cukup
kompetitif menjadikan Cina mampu untuk menggenjot nilai ekspornya. Dampaknya, setiap
tahunnya Cina hampir selalu mencatatkan surplus perdagangan dengan mitra dagangnya (salah
satunya adalah Indonesia).

Faktor kedua adalah Arus Modal Keluar Neto (Net Foreign Investment). Arus Modal Keluar
EKONOMI INTERNATIONAL | 25
Neto adalah selisih antara jumlah modal yang dipinjami oleh sebuah negara ke luar negeri
dengan jumlah modal yang dipinjamkan oleh negara asing ke dalam negeri. Mankiw
menjelaskan bahwa dalam perekonomian terbuka, Neraca Perdagangan (NX) adalah sama
dengan Arus Modal Keluar Neto (S-I). Jadi disaat sebuah negara mengalami surplus neraca
perdagangan dimana negara tersebut mampu mengekspor lebih banyak, pada saat yang sama
negara tersebut pun bertindak sebagai negara donor di pasar uang dunia. Tingkat pertumbuhan
ekonomi Cina yang cukup tinggi selama tahun ke tahun tentunya akan meningkatkan jumlah
ketersediaan modal yang ada didalam negeri. Salah satu indikatornya adalah tingginya jumlah
tabungan (S) di dalam negeri. Pemerintah Cina akan merespon tingginya jumlah modal di
dalam negeri dengan cara mengivestasikan kelebihan dana tersebut ke negara-negara lain yang
membutuhkan suntikan dana melalui mekanisme investasi. Kondisi inilah yang akan
meningkatkan nilai Arus Keluar Neto negara Cina.

Kedua faktor ini menunjukan bahwa upaya pemerintah Cina untuk mempertahankan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi akan berimbas kepada perekonomian negara-negara
lain dalam perdagangan dunia. Baik melalui masuknya komoditas perdagangan Cina ke pasar
negara asing, maupun mengalirnya modal dari Cina ke negara tujuan investasi. Indonesia
sebagai mitra dagang Cina, baik secara bilateral (Indonesia-Cina) maupun secara regional
(ASEAN-Cina), pun harus mengantisipasi kebijakan pertumbuhan ekonomi Cina di tahun
2013. Harry Bowo dalam penelitiannya pada tahun 2012 yang berjudul Dampak Penerapan
Asean-Cina FTA terhadap Nilai Perdagangan Indonesia: Studi Beberapa Komoditas Terpilih
menyimpulkan bahwa ada hubungan positif antara pemberlakuan Asean-Cina FTA terhadap
nilai perdagangan kedua negara. Setelah pemberlakuan FTA, nilai ekspor-impor kedua negara
mengalami peningkatan yang lebih besar bila dibandingkan dengan peningkatan ekspor-impor
sebelum diberlakukan FTA. Tapi data dari Kementerian Perdagangan (sebagaimana telah
dibahas pada bagian awal) menunjukan bahwa secara country to country pertumbuhan volume
dan nilai perdagangan Indonesia tidak seimbang dengan pertumbuhan volumen dan nilai
perdagangan Cina. Hasilnya, defisit perdagangan yang terus melebar antar kedua negara.
Dampaknya, cadangan devisa Indonesia akan terus tergerus untuk membiayai defisit
perdagangan tersebut. Mankiw (2007) dalam bukunya menjelaskan bahwa dalam Model
Perekonomian Terbuka, kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah asing (dalam kasus
ini Cina) akan berdampak pada perekonomian domestik negara lainnya (dalam kasus ini
Indonesia. Dampak tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.

EKONOMI INTERNATIONAL | 26
Diasumsikan bahwa salah satu kebijakan yang diambil oleh pemerintah Cina untuk
mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun 2013 adalah dengan meningkatkan jumlah
belanja pemerintah (G). Menurut Model Perekonomian Terbuka, ketika pemerintah Cina
melakukan kebijakan fiskal yang ekspansif (menaikan G) maka akan berdampak pada
menurunnya jumlah tabungan dunia dan disaat yang sama menaikan tingkat bunga dunia.
Kenaikan tingkat bunga dunia akan menyebabkan sebagian investasi keluar dari Indonesia
untuk mengambil keuntungan atas kenaikan tingkat bunga dunia tersebut. Hasilnya, jumlah
investasi akan berkurang sehingga meningkatkan nilai S-I dan menggeser kurva S-I ke kanan.
Pergeseran kurva S-I mengakibatkan kenaikan surplus perdagangan dari NX1 ke NX2. Dengan
kata lain, Model Perekonomian Terbuka dapat menunjukan bahwa kebijakan fiskal pemerintah
Cina yang bersifat ekspansif untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya dapat
mendepresiasi nilai tukar rupiah di dalam negeri sehingga menurunkan kurs riil dari є1 ke є2.
Namun dampak positifnya adalah secara total perdagangan, Indonesia dapat mengalami
surplus perdagangan. Pemerintah Cina tentunya tidak hanya memiliki pilihan untuk menambah
jumlah belanja pemerintah (G) saja, pilihan lainnya adalah meningkatkan konsumsi (C)
masyarakat, menambah investasi (I) dan meningkatkan ekspor netto (NX). Dalam kaitannya
dengan perdagangan antara Indonesia-Cina, maka analisis akan lebih difokuskan kepada
transaksi ekspor-impor antar kedua negara (Neraca Perdagangan). Selanjutnya untuk
menambah ruang lingkup analisis, maka model yang digunakan adalah model Mundell
Fleming dengan asumsi, arus perdagangan Indonesia dengan negara mitra lainnya adalah tetap,
sehingga hanya kebijakan perdagangan dengan Cina yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
Neraca Perdagangan Indonesia. Premi resiko di Indonesia diasumsikan kecil atau mendekati
nol karena rendahnya tingkat resiko investasi di Indonesia. Indikatornya adalah grade investasi

EKONOMI INTERNATIONAL | 27
Indonesia yang berada satu level di bawah investment grade dan rendahnya pergolakan politik
di dalam negeri, khususnya di ibukota. Dampaknya, tingkat bunga di Indonesia (r) diasumsikan
sama dengan tingkat bunga dunia (r*). Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun
2013 sebesar 7,5%, maka pemerintah Cina akan mendorong pertumbuhan neraca
perdagangannya dengan cara meningkatkan nilai ekspornya ke negara-negara mitra dagang,
dimana Indonesia adalah salah satu dari negara-negara tersebut. Data Kementerian
Perdagangan menunjukan bahwa sampai dengan akhir tahun 2012 masih terdapat defisit
perdagangan antara Indonesia dan Cina, dan selisih negatif terhadap net ekspor tersebut
diperirakan masih akan terjadi pada tahun 2013. Dengan demikian, upaya pemerintah untuk
menggenjot pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan ekspor akan menekan neraca
perdagangan Indonesia dan menghasilkan NX yang negatif. Gambar 2.2 dibawah ini
menunjukan dampak kebijakan perdagangan luar negeri ekspansif Cina terhadap
perekonomian Indonesia.

Pendekatan IS-LM menunjukan bahwa pertumbuhan NX yang negatif akan menyebabkan


kurva pengeluaran yang direncanakan pada kurva perpotongan keynessian akan bergerak ke
bawah. Pergerakan ini akan menggeser kurva IS0 menjadi IS1 sehingga menjadikan nilai tukar
rupiah terdepresiasi (nilai tukar riil turun dari є0 ke є1). Model Mundell Fleming menunjukan
bahwa pergeseran kurva IS0 menjadi IS1 tidak berdampak pada kenaikan jumlah output Y
(output tetap di Y0), namun mengakibatkan nilai tukar rupiah terdepresiasi. Pemerintah dapat

EKONOMI INTERNATIONAL | 28
merespon kondisi ini (khususnya agar dapat menaikan jumlah output) dengan cara menerapkan
kebijakan moneter ekspansif yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia dapat
menggeser kurva LM ke kanan dari LM0 ke LM1 dengan cara menambah jumlah uang beredar.
Dengan asumsi tingkat harga tetap, maka kenaikan jumlah uang beredar (M) akan menaikan
keseimbangan uang riil (M/P). Naiknya keseimbangan uang riil pada akhirnya akan menggeser
kurva LM ke kanan dan menaikan jumlah output (Y). Namun, kenaikan jumlah output dari Y0
ke Y1 menyebabkan penurunan kurs riil ke level yang lebih rendah dari є1 ke є2.
Terdepresiasinya nilai tukar rupiah akan menyebabkan harga barang di dalam negeri menjadi
lebih murah sehingga membuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke mitra
dagangan di luar negeri. Peningkatan ekspor akan berdampak positif pada NX Indonesia
sehingga kurva IS1 akan bergeser ke kanan. Pergerakan positif dari kurva IS ini akan
menyebabkan nilai tukar rupiah kembali menguat ke posisie 3. Model Mundell Fleming
menjelaskan bahwa kebijakan pemerintah Cina untuk meningkatkan perekonomiannya dari sisi
perdagangan dengan Indonesia akan menyebabkan tingginya arus perdagangan dari Cina ke
Indonesia (ekspor). Faktanya memang ini yang terjadi. Adanya perjanjian perdagangan bebas
(FTA) antara Indonesia dan Cina dan kebijakan pemerintah Cina untuk terus menggenjot
pertumbuhan ekonomi negaranya telah menyebabkan defisit neraca perdagangan antara
Indonesia dan Cina. Namun Model Mundell Fleming menunjukan bahwa dampaknya adalah
penurunan nilai tukar rupiah, sedangkan output total secara keseluruhan cenderung berada
dalam keadaan tetap. Sistem nilai tukar Indonesia yang menganut sistem managed floating
exchange rate mengharuskan pemerintah merespon kondisi ini dalam rangka mengendalikan
depresiasi nilai rupiah. Kebijakan moneter ekspansif dapat menjadi solusinya. Ketika
pemerintah menambah jumlah uang beredar, maka Model Mundell Fleming menunjukan
bahwa pasar akan berespon sehingga output perekonomian dapat ditingkatkan. Tidak berhenti
sampai disitu, kebijakan moneter ini pun dapat berdampak di pasar barang melalui pergeseran
ke kanan kurva IS untuk merespon depresiasi nilai tukar rupiah. Hasilnya, pergerakan rupiah
dapat dikendalikan dan kembali mengalami penguatan (apresiasi).

Dari hasil analisis dampak pertumbuhan ekonomi Cina terhadap perekonomian Indonesia di
atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun 2013 dan dalam rangka tetap
mempertahankan tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi, pemerintah Cina akan
mengeluarkan kebijakan ekonomi untuk mendorong kenaikan tingkat konsumsi masyarakat

EKONOMI INTERNATIONAL | 29
(C), tingkat investasi (I), jumlah pengeluaran pemerintah (G) dan nilai ekspor neto (NX).

2. Sebagai salah satu dari mitra dagang Cina, kebijakan perekonomian Cina baik kebijakan
fiskal maupun kebijakan perdagangan tentunya akan berdampak pada perkonomian Indonesia.

3. Model Perekonomian Terbuka memberikan gambaran bahwa kebijakan fiskal ekpansif dari
pemerintah Cina akan berdampak positif pada peningkatan ekspor neto Indonesia.

4. Dalam analisis yang lebih luas, Model Mundell Fleming menunjukan bahwa tingginya arus
perdagangan dari Cina akan mendepresiasi nilai tukar rupiah, namun tidak berdampak pada
jumlah output perekonomian (Y) secara total. Dengan menggunakan instrumen kebijakan
moneter ekspansif, pemerintah Indonesia dapat meningkatkan output perekonomian dan
mengendalikan penurunan mata uang rupiah sebagai akibat dari kebijakan perdagangan Cina
yang ekspansif.

EKONOMI INTERNATIONAL | 30
BAB III

PENUTUP

3.1.Simpulan
Sejak peluncuran agenda reformasi, Tiongkok telah membukukan tingkat pertumbuhan
tinggi ekonomi tahunan yang tinggi secara dalam beberapa tahun belakangan.
Diperkirakan bahwa tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata tercatat dalam “10th Rencana
Pembangunan Lima Tahun” adalah sebesar 8,8%, jauh lebih tinggi dari target yang
ditetapkan sebelumnya sebesar 7%.
Sejak memasuki abad ke-21, perekonomian dunia telah mengalami beberapa
peningkatan dan penurunan,. Dimulai dengan penurunan tajam dari 4,7% di tahun 2000
menjadi 1,2% pada tahun 2001, lalu mencatat sedikit peningkatan pada tahun 2002 dengan
laju pertumbuhan sebesar 1,7%. Kecenderungan perbaikan terus terjadi dengan
pertumbuhan tarif terdaftar pada tahun 2003 dan 2004 sebesar 2,8% dan 4% dan tahun
2005 diperkirakan sebesar 3-2%. Pada saat yang sama, kenaikan terendah China yang
pernah terdaftar beberapa tahun lalu adalah 7,3 persen (tahun 2003). Tidak diragukan lagi
bahwa Tiongkok selalu menempati peringkat pertama dalam hal tingkat pertumbuhan
ekonomi di dunia.
Pertanian Tiongkok memasuki tahap perkembangan pesat sejak diadakannya reformasi
di pedesaan pada tahun 1978. Selama 20 tahun lebih ini, reformasi di pedesaan Tiongkok
terus diadakan dalam kerangka sistem hak milik kolektif dan menjebol pengikatan sistem
tradisional untuk menjajaki bentuk aktual baru ekonomi kolektif di bawah syarat ekonomi
pasar. Reformasi mendatangkan keuntungan kepada kaum tani, juga meningkatkan tenaga
produktif di pedesaan , mendorong pertumbuhan pesat pertanian, khususnya produksi
bahan makanan serta pengoptimalan struktur pertanian, sehingga pertanian Tiongkok
mencapai hasil yang mencolok. Dewasa ini, Tiongkok menempati kedudukan nomor satu

EKONOMI INTERNATIONAL | 31
di dunia dalam bidang produksi bahan makanan, kapas, biji sesawi, tembakau, daging,
telur, hasil air tawar dan laut serta sayur mayur.
Perkembangan pesat industri Tiongkok dimulai pada awal tahun 50-an. Setelah
berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949, industri Tiongkok memasuki
periode rehabilitasi dan perkembangan secara menyeluruh. Sebelum reformasi dan
keterbukaan pada tahun 1978, Tiongkok telah mendirikan tingkat awal sistem ekonomi
industri yang relatif lengkap. Industri minyak bumi yang tradisional serta industri kimia
dan industri eletronik yang merupakan industri baru semuanya mendapat perkembangan
yang relatif cepat, industri nuklir dan industri antariksa sebagai industri iptek tinggi
mendapat perkembangan yang bersifat terobosan. Sejak akhir tahun 70an, momentum
perkembangan industri Tiongkok lebih lanjut dipercepat, tahun 1979 sampai tahun 2003,
laju kecepatan pertumbuhan nilai tambahan industri rata-rata pada 10% ke atas
pertahunnya.
Berdasarkan data statistic dari CIA World Fact Book, sektor jasa telah menyumbang
48.2% dalam PDB Tiongkok pada tahun 2014. Ini merupakan keberhasilan Tiongkok
dalam sektor jasa atau sektor pelayanan.
Eswar Prasad, mantan pejabat Dana Moneter Internasional (IMF), mengatakan
Tiongkok adalah pengguna energi, pasar mobil dan cadangan devisa terbesar dunia. Dia
mengatakan, sebagian besar perdagangan Tiongkok melibatkan pengimpor bahan baku
dan komponen untuk dirakit menjadi produk jadi dan diekspor kembali.
Berdasarkan data dari CIA World Fact Book, Komoditas ekspor Tiongkok pada tahun
2014 berupa elektrikal dan benda bermesin lainnya, termasuk ekuipmen pemprosesan data,
apparel, tekstil, besi dan baja, optikal dan ekuipmen pengobatan. Serta setidaknya seluruh
kategori tunggal dari produk-produk industrial. Dengan negara-negara tujuan ekspor
utama adalah Amerika Serikat 18.1%, Hong Kong 17.4%, Jepang 6.8%, Korea Selatan
4.1%. Sementara komoditas impor Tiongkok berupa minyak dan bahan bakal mineral,
optikal dan ekuipmen pengobatan, metal ores, plastik, kimia organic, dengan negara-
negara tujuan utama impor adalah Korea Selatan 9.4%, Jepang 8.3%, Taiwan 8.0%, United
States 7.8%, Australia 5.0%, dan Germany 4.8%.

3.2 Saran

Menurut kami diharapkan Negara Indonesia dapat mencontoh atau meniru beberapa
langkah yang dilakukan oleh Negara China. Baik dari sektor ekonomi industrinya, ukm,
pariwisata dsb. Karena pertumbuhan ekonomi di China sangatlah pesat, dan Negara tersebut

EKONOMI INTERNATIONAL | 32
mampu menanggulangi kemiskinan pada Negaranya. Diharapkan Indonesia juga mampu
sejajar dengan Negara China melihat Indonesia adalah Negara agraris yang sangat terkenal
dengan kekayaan alamnya serta budayanya. Menurut kami perkembangan pada sektor
pariwisata adalah upaya yang mampu untuk meningkatkan perekonomian Negara Indonesia.
Karena Negara Asing sangat tertarik untuk datang ke Negara Indonesia dikarenakan wisata
alam yang masih alami dan indah sekali untuk dinikmati. Begitu juga Kebudayaan Indonesia
yang masih sangat kental dan beraneka ragam jumlahnya. Sejarah kebudayaan tersebut yang
juga menarik perhatian wisatawan asing.

EKONOMI INTERNATIONAL | 33

Anda mungkin juga menyukai