Anda di halaman 1dari 21

Penelitian dan Penulisan Ilmiah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu
bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk
mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tigkat ilmu serta teknologi.[1] Penelitian merupakan
sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (critical
thinking).

Sebenarnya banyak sekali bentuk dan cara penulisan keilmuan yang dapat kita temui dalam berbagai
pedoman penulisan. Bentuk luarnya bisa berbeda namun jiwa dan penalarannya adalah sama. Dengan
demikian maka yang lebih penting adalah bukan saja mengetahui teknik-teknik pelaksanaannya
melainkan memahami dasar pikiran yang melandasinya.

Perkembangan dan pengembangan ilmu pengetahuan mensyaratkan dan memutlakkan adanya kegiatan
penelitian. Tanpa penelitian itu ilmu pengetahuan tidak dapat hidup. Pada pokoknya kegiatan penelitian
merupakan upaya untuk merumuskan permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan
mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, dengan jalan menemukan fakta-fakta dan
memberikan penafsirannya yang benar. Tetapi lebih dinamis lagi penelitian dilakukan terus menerus
untuk memperbaharui lagi kesimpulan yang telah diketemukan. Tanpa usaha penelitian itu ilmu
pengetahuan akan berhenti, bahkan akan surut ke belakang.

Ilmu pengetahuan berkembang atas dasar dilakukannya penelitian sedangkan penelitian masalah bagi
suatu penelitian tergantung dari suatu kepentingan tertentu. Maka sebelum melakukan penelitian perlu
diberi kejelasan nilai.

Sejak abad ke-18, ilmu pengetahuan telah berkembang pesat dan melahirkan teknologi canggih yang
berperan penting dalam kehidupan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan telah mengubah sejarah
peradaban manusia menjadi lebih modern. Para ilmuan berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan
karena mereka bekerja secara sistematis, jujur dan disiplin. Mereka mengembangkan semua
keterampilan yang mereka miliki. Keterampilan itu dinamakan keterampilan proses. Seseorang yang ingin
mempelajari sains diharapkan dapat menggunakan dan melatih keterampilan proses yang dimilikinya
sehingga akan terbentuk suatu sikap ilmiah dalam menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan di alam.

Metode ilmiah adalah langkah-langkah sistematis dan teratur yang digunakan dalam rangka mencari
kebenaran ilmu pengetahuan. Metode ilmiah diperlukan dalam melakukan suatu penelitian. Penelitian
dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan rasa ingin tahu manusia terhadap suatu kejadian
atau gejala alam tertentu. Ilmu pengetahuan terus berkembang karena para ilmuan tak berhenti mencari
tahu dan meneliti mengenai gejala-gejala alam yang terjadi. Untuk itu dalam makalah ini akan
membahas tentang struktur penelitian dan penulisan ilmiah, teknik penulisan ilmiah, serta teknik notasi
ilmiah.

B. Permasalahan

1. Bagaimana filosofi metode penelitian?

2. Bagaimana struktur penelitian dan penulisan ilmiah?

3. Bagaimana teknik penulisan ilmiah?

4. Bagaimana teknik notasi ilmiah?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui dan memahami filosofi metode penelitian.

2. Mengetahui dan memahami struktur penelitian dan penulisan ilmiah.

3. Mengetahui dan memahami teknik penulisan ilmiah.

4. Mengetahui dan memahami teknik notasi ilmiah.

BAB II

PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH

A. Filosofi Metode Penelitian

Setiap kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan selalu berlandaskan filosofi. Hakikat filosofi ialah
kebenaran yang diperoleh melalui berpikir logis, sistematis dan metodis. Kebenaran merupakan sesuatu
yang didasarkan pada hal yang nyata yang sesuai dengan logika sehat manusia. Sedangkan berpikir logis
merupakan berpikir secara bernalar menurut logika yang diakui secara ilmu pengetahuan dimana
digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah yang terjadi dalam suatu kegiatan sosial masyarakat.
Sistematis adalah berpikir dan berbuat yang beristem, yaitu beruntut dan tidak tumpang tindih. Metodis
adalah berpikir dan berbuat sesuai dengan metode tertentu yang diakui kebenarannya.[2]

Penelitian merupakan suatu bentuk kegiatan dari proses sosial yang disusun secara sistematis, logis dan
metodes dalam kaitannya untuk menemukan suatu kebenaran dalam proses sosial tersebut.
Karakteristik dari Metode ilmiah, antara lain:

1. Sisetmatis, artinya bahasan tersusun secara teratur, berurutan menurut sistem.

2. Logis, artinya seuai dengan logika, masuk akal benar menurut penalaran.

3. Empiris, artinya diperoleh dari pengalaman, penemuan dan pengamatan.

4. Metodis, artinya berdasarkan metode yang kebenarannya diakui oleh penalaran.

5. Umum, artinya mengeneralisasi meliputi keseluruhan tidak menyangkut yang khusus saja.

6. Akumulatif, artinya bertambah secara terus menerus, makin berkembang dan dinamis.

Dasar penelitian sosial ini kaitannya dengan mengapa dilakukan suatu penelitian atau mengapa terjadi
suatu proses meneliti?

1. Keingintahuan (Curiousity)

Masyarakat berkembang demikian halnya dengan ilmu sosial juga berkembang. Namun,
perkembangannya belum dapat ditentukan secara pasti sehingga perlu dilakukan suatu upaya untuk
mendapatkan pengetahuan tersebut. Hal yang mendorong manusia untuk mendapatkan pengetahuan
ialah hasrat keingintahuannya (Curiousity).

2. Telah Terjadi Sekulerisasi Alam

Hal yang dimaksud dalam hal ini adalah terjadi suatu perubahan dalam alam atau berkaitan dengan
faktor gangguan yang terjadi pada alam.

3. Ditemukannya berbagai cara utnuk mencari kebenaran

Ada berbagai cara untuk mencari kebenaran yang dapat dirumuskan sebagai berikut ini: Kebetulan, Trial
dan Error, Otoritas, Berdasarkan pengalaman atau berpikir kritis dan

4. Metode penyelidikan ilmiah

Dalam kegiatan penelitian dikenal dua macam pola berpikir yakni:

a. Pola Berpikir Induktif

Pola berpikir induktif merupakan suatu pola dari proses menemukan teori baru. Atau suatu proses
berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus yang bersifat khusus.

b. Pola berpikir Deduktif

Pola berpikir deduktif merupakan sbuah pola dari penerapan suatu teori. Atau suatu proses berpikir
untuk menarik kesimpulan bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
Penelitan berasal dari kata teliti yang artinya mempelajari sesuatu secara teliti dan mendalam. Kegiatan
”meneliti” dan mencoba dengan kemungkinan gagal (trial and error). Dalam bahasa Inggris penelitian
dikenal dengan istilah research. Definisi Research adalah: systematic investigation to establish facts atau
a search for knowledge. Jadi titik tekan suatu penelitian adalah menemukan secara sistematis fakta-fakta
untuk menyusun pengetahuan. Fakta artinya “a concept whose truth can be proved”, suatu konsep yang
membuktikan suatu kebenaran. Sedangkan pengetahuan artinya “the psychological result of perception
and learning and reasoning”, buah dari persepsi, belajar dan pertimbangan yang sehat secara akal budi.

Kesimpulannya penelitian adalah proses mencari bukti-bukti kebenaran lewat persepsi, belajar dan
berfikir sehingga tertanamlah dalam jiwa kita suatu keyakinan yang kuat.

Penelitian Ilmiah adalah suatu proses pemecahan masalah dengan menggunakan prosedur yang
sistematis, logis, dan empiris sehingga akan ditemukan suatu kebenaran. Hasil penelitian ilmiah adalah
kebenaran atau pengetahuan ilmiah.

Penelitian ilmiah yang selanjutnya disebut penelitian atau riset (research) memiliki ciri sistematis, logis,
dan empiris. Sistematis artinya memiliki metode yang bersistem yakni memiliki tata cara dan tata urutan
serta bentuk kegiatan yang jelas dan runtut. Logis artinya menggunakan perinsip yang dapat diterima
akal. Empiris artinya berdasarkan realitas atau kenyataan.

Jadi penelitian adalah proses yang sistematis, logis, dan empiris untuk mencari kebenaran ilmiah atau
pengetahuan ilmiah.

Adapun ciri-ciri penelitian ilmiah secara ringkas adalah sistematis, logis dan empiris. Dan lengkapnya Ciri-
ciri penelitian ilmiah adalah sebagai berikut.

1. Purposiveness : fokus tujuan yang jelas;

2. Rigor : teliti, memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik.

3. Testibility : prosedur pengujian hipotesis jelas;

4. Replicability : Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis;

5. Objectivity : Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional;

6. Generalizability : Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna;

7. Precision : Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat;

8. Parsimony : Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya.

9. Kaidah Epistemologis. Epistemologi adalah teori metafisis tentang pengetahuan. Epistemologi


dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Dalam kerangka epistemology,
penelitian ilmiah berkedudukan di dalam metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan salah satu cabang
bahasan epistemology.[3]
Mari kita lihat struktur metode ilmiah atau langkah-langkah kegiatan berpikir ilmiah:

1) penemuan atau penentuan masalah secara sadar

2) perumusan kerangka permasalahan

3) menyususn kerangka penjelasan

4) pengajuan hipotesis

5) pengujian hipotesis

6) deduksi dari hipotesis

7) pembuktian dari hipotesis

8) penerimaan hipotesis menjadi teori ilmiah

Diantara kedelapan kategori di atas manakah yang termasuk penelitian ? Jawabannya, secara substansial,
semuanya. Semuanya termasuk suatu penelitian. Adapun penelitian sebagaiamana yang didefinisikan
pada penjelasan tentang ciri-ciri penelitan, maka terdapat pada point (5) dan (6) pengujian dan
pembuktian hipotesis. Jadi meneliti itu sebenarnya menguji hipotesis. Hipotesis diturunkan, diperoleh,
diunduh, disusun, dibangun, di atas khazanah teori-teori ilmiah. Kalau demikian seseorang perlu
membaca banyak, sebelum meneliti.

B. Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah

Apabila mendengar kata “penelitian”, orang sering membayangkan suatu kesibukan di laboratorium.
Seorang ahli sedang asyik mengamati reaksi zat-zat yang dicampur di tabung reaksi, atau dalam labu
didih, tabung Erlenmeyer atau alat-alat yang serba rumit. Dengan demikian maka penelitian adalah suatu
kegiatan monopoli para ahli.[4]

Memang apa yang dibayangkan orang-orang seperti disebutkan ini ada betulnya, tetapi tidak seluruhnya
betul. Orang-orang di laboratorium memang sedang melaksanakan penelitian, penyelidikan di dalam
bidang Ilmu Pengetahuan Alam. Akan tetapi penelitian bukan hanya boleh dan dapat dilakukan di bidang
Ilmu Pengetahuan Alam saja, penelitian dapat dilakukan di seluruh bidang ilmu.[5]

Penelitian berasal dari bahasa inggris yaitu re dan search berarti pencarian kembali. Yang artinya
penelitian merupakan proses pengumpulan informasi dengan tujuan meningkatkan, memodifikasi atau
mengembangkan sebuah penyelidikan atau kelompok penyelidikan. Pada dasarnya riset atau penelitian
adalah setiap proses yang menghasilkan ilmu pengetahuan.[6]
Menurut Emzir, penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk
memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.[7] Tujuan usaha ilmiah
adalah untuk menjelaskan dan memprediksikan. Tujuan ini didasarkan pada asumsi bahwa semua
perilaku dan kejadian adalah beraturan dan bahwa semua akibat mempunyai penyebab yang dapat
diketahui. Kemajuan ke arah tujuan ini berhubungan dengan pemerolehan pengetahuan dan
pengembangan serta pengujian teori-teori.

Sedangkan menurut Margono, penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan
secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru
yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tigkat ilmu serta teknologi.[8]
Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah
pemikiran kritis (critical thinking).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Penelitian (research) adalah cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan
penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.
Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain
dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan
dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah yang tertentu yang bersifat logis.

Dalam kegiatan penelitian memang mengandung kegiatan yang sulit dan melelahkan, tetapi penelitian
mempunyai tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti. Beberapa tujuan penelitian diantaranya adalah
sebagai berikut.

a. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh pengetahuan yang dapat menjawab berbagai
pertanyaan-pertanyaan atau dapat memecahkan suatu permasalahan.[9]

b. Mengembangkan dan menjelaskan. Dengan melakukan pengembangan dan usaha menjelaskan


melalui teori yang didukung fakta-fakta penunjang yang ada, peneliti akan dapat sampai pada pemberian
pernyataan sementara yang sering disebut hipotesis.[10]

Bagi maestro penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan operasionalisasi metode ilmiah dalam
kegiatan keilmuan. Demikian juga penulisan ilmiah pada dasarnya merupakan argumentasi penalaran
keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan. Untuk itu mutlak diperlukan penguasaan yang baik
mengenai hakikat keilmuan agar dapat melakukan penelitian dan sekaligus mengkomunikasikannya
secara tertulis. Demikian juga bagi seorang penulis ilmiah yang baik, tidak jadi masalah apakah hipotesis
ditulis langsung setelah perumusan masalah, asumsi atau prinsip, sebab dia tahu benar hakikat dan
fungsi unsur-unsur tersebut dalam keseluruhan struktur penulisan ilmiah.[11]

Struktur penulisan ilmiah yang secara logis dan kronologis mencerminkan kerangka penalaran ilmiah.
Pembahasan ini ditujukan bagi mereka yang sedang menulis tesis, disertasi, laporan penelitian atau
publikasi ilmiah lainnya, dengan harapan agar mereka lebih memahami logika dan arsitektur penulisan
ilmiah. Dengan mengenal kerangka berpikir filsafati maka kita secara lebih mudah akan menguasai hal-
hal yang bersifat teknis.

1. Pengajuan Masalah

Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah. Satu hal yang harus
disadari bahwa pada hakikatnya suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri dan terisolasi dari faktor-
faktor lain. Selalu terdapat konstelasi yang merupakan latar belakang dari suatu masalah tertentu. Secara
operasional suatu gejala baru dapat disebut masalah bila gejala itu terdapat dalam suatu situasi tertentu.
[12]

Dalam konstelasi yang bersifat situsional inilah maka kita dapat mengidfentifikasikan objek yang menjadi
masalah. Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah dimana
suatu objek dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah.

Ternyata identifikasi masalah memberikan kepada kita sejumlah pertanyaan yang banyak sekali. Dalam
kegiatan ilmiah berlaku semacam asas bahwa bukan kuantitas jawaban yang menentukan mutu keilmuan
suatu penelitian melainkan kualitas jawabannya. Lebih baik sebuah penelitian yang menghasilkan dua
atau tiga hipotesis yang teruji dan terandalkan dari pada sebuah penemuan yang kurang dapat
dipertanggungjawabkan. Ilmu merupakan pengetahuan ilmiah yang dikembangkan secara kumulatif di
mana setiap permasalahan dipecahkan tahap demi tahap dan sedikit demi sedikit.

Masalah ialah kesenjangan antara harapan akan suatu yang seharusnya ada dengan kenyataan yang ada.
Misalnya, kesenjangan antara luapan jumlah lulusan SMA dengan harapan akan kemampuan Perguruan
Tinggi menampung lulusan itu.[13]

Permasalahan harus dibatasi ruang lingkupnya, pembatasan masalah merupakan upaya untuk untuk
menetapkan batas-batas permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk
mengidentifikasikan faktor mana saja yang termasuk ke dalam lingkup permasalahan, dan faktor mana
yang tidak.

Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa
saja yang ingin kita carikan jawabannya. Perumusan masalah dijabarkan dari identifikasi dan pembatasan
masalah, atau dengan katalain perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan terperinci
mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan
masalah. Masalah yang dirumuskan dengan baik, berarti sudah setengah dijawab. Perumusan masalah
yang baik bukan saja membantu memusatkan pikiran namun sekaligus mengarahkan juga cara berpikir
kita.

Bagi kita sendiri sebaiknya logika berpikir ilmiah itulah yang didahulukan dan dengan demikian maka
struktur penulisannya mencerminkan alur jalan berpikir. Jika postulat, asumsi dan prinsip dipergunakan
dalam penyusunan kerangka teoritis dalam pengajuan hipotesis maka ketiga pikiran dasar tersebut
sebaiknya dinyatakan dalam bagian kajian teoritis itulah diperlukan pernyataan secara tersurat mengenai
pikiran-pikiran dasar yang melandasi kerangka argumentasi kita.[14]

2. Penyusunan Kerangka Teoretis

Setelah masalah berhasil dirumuskan dengan baik maka langkah kedua dalam metode ilmiah adalah
mengajukan hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan
yang diajukan.[15]

Hipotesis penelitian dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas
masalah yang dirumuskan. Hipotesis merupakan pernyataan yang dibangun dari teori untuk
memprediksi hubungan antara konsep dalam suatu sistem. Hipotesis dapat diartikan sebagai kesimpulan
sementara terhadap masalah yang diajukan. Dalam kegiatan penelitian, yang dapat menjadi sumber
masalah adalah adanya kesenjangan antara “yang seharusnya terjadi” dengan “yang sebenarnya terjadi”.
[16]

Cara ilmiah dalam memecahkan persoalan pada hakikatnya adalah mempergunakan pengetahuan ilmiah
sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan agar kita mendapatkan jawaban yang dapat
diandalkan. Hal ini berarti bahwa dalam menghadapi permasalahan yang diajukan maka kita
mempergunakan teori-teori ilmiah sebagai alat yang membantu kita dalam menemukan pemecahan.

Agar sebuah kerangka teoritis dapat meyakinkan maka argumuntasi yang disusun tersebut harus dapat
memenuhi beberapa syarat. Pertama, teori-teori yang dipergunakan dalam membangun kerangka
berpikir harus merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan mencakup
perkembangan-perkembangan terbaru.

Pengetahuan filsafati tentang suatu teori adalah pengetahuan tentang pikiran-pikiran dasar yang
melandasi teori tersebut dalam bentuk postulat, asumsi atau prinsip yang sering kurang mendapatkan
perhatian dalam proses belajar mengajar. Kedua, Analisis filsafati dari teori-teori keilmuan yang
mendasari pengetahuan tersebut dengan pembahasan eksplisit mengenai postulat, asumsi, dan prinsip
yang mendasarinya. Ketiga, mampu mengidentifikasikan masalah yang timbul sekitar disiplin keilmuan
tersebut.

Pada hakikatnya kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis didasarkan pada argumentasi berpikir
deduktif dengan mempergunakan pengetahuan ilmiah, sebagai premis-premis dasarnya.
Mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai premis dasar dalam kerangka argumentasi akan menjamin
dua hal. Pertama, karena kebenaran pernyataan ilmiah telah teruji lewat proses keilmuan maka kita
merasa yakin bahwa kesimpulan yang ditarik merupakan jawaban yang terandalkan. Kedua, dengan
mempergunakan pernyataan yang secara sah diakui sebagai pengetahuan ilmiah maka pengetahuan
baru yang ditarik secara deduktif akan bersifat konsisten dengan tubuh pengetahuan yang telah disusun.
[17]
Kerangka teoritis suatu penelitian dimulai dengan mengidentifikasi dan nengkaji berbagai teori yang
relevan serta diakhiri dengan pengajuan hipotesis. Bahwa produk akhir dari proses pengkajian kerangka
teoritis ini adalah perumusan hipotesis harus merupakan pangkal dan tujuan dari seluruh analisis.

3. Metodologi Penelitian

Metodologi berasal dari bahasa Yunani “metodos” dan "logos," kata metodos terdiri dari dua suku kata
yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode
berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan, dan logos artinya ilmu.[18]

Metodologi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu.[19] Setelah kita berhasil merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif
dari pengetahuan ilmiah yang relevan maka langkah berikutnya adalah menguji hipotesis tersebut secara
empiris. Artinya kita melakukan verifikasi apakah pernyataan yang dikandung oleh hipotesis yang
diajukan tersebut didukung atau tidak oleh kenyataan yang bersifat faktual. Masalah yang dihadapi
dalam proses verifikasi ini adalah bagaimana prosedur dan cara dalam pengumpulan dan analisis data
agar kesimpulan yang ditarik memenuhi persyaratan berpikir induktif. Penetapan prosedur dan cara ini
disebut metodologi penelitian yang pada hakikatnya merupakan persiapan sebelum verifikasi dilakukan.
[20]

Metodologi adalah pengetahuan tentang metode-metode, jadi metodologi penelitian adalah


pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian. Setiap penelitian
mempunyai metode penelitian masing-masing dan metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan
tujuan penelitian.

Pada hakikatnya proses verifikasi adalah mengumpulkan dan menganalisis data dimana kesimpulan yang
ditarik kemudian dibandingkan dengan hipotesis untuk menentukan apakah hipotesis yang diajukan
tersebut ditolak atau diterima. Dengan demikian maka teknik-teknik yang tergabung dalam metode
penelitian harus dipilih yang bersifat cocok dengan perumusan hipotesis.

4. Hasil penelitian

Dalam membahas hasil penelitian tujuan kita adalah membandingkan kesimpulan yang ditarik dari data
yang telah dikumpulkan dengan hipotesis yang diajukan.[21] Secara sistematik dan terarah maka data
yang telah di kumpulkan diolah, deskripsikan, bandingkan dan evaluasi yang semuanya diarahkan pada
sebuah penarikan kesimpulan apakah data tersebut data tersebut mendukung atau menolak hipotesis
yang diajukan.

Hasil penelitian dapat dilaporkan dalam kegiatan sebagai berikut.

a. Menyatakan variabel-variabel yang diteliti


b. Menyatakan teknik analisis data

c. Mendeskripsikan hasil analisis data

d. Memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data

e. Menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima.[22]

5. Ringkasan dan Kesimpulan

Kesimpulan penelitian merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari masalah,
kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan penelitian. Sintesis ini membuahkan
kesimpulan yang ditopang oleh suatu kajian yang bersifat terpadu dengan meletakkan berbagai aspek
penelitian dalam perspektif yang menyeluruh. Kesimpulan dapat diperinci ke dalam langkah-langkah
sebagai berikut.

a. Deskrizpsi singkat mengenai masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi dan penemuan
penelitian.

b. Kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis berdasarkan keseluruhan aspek tersebut di atas.

c. Pembahasan kesimpulan penelitian dengan melakukan perbandingan terhadap penelitian lain


dan pengetahuan ilmiah yang relevan.

d. Mengkaji implikasi penelitian.

e. Mengajukan saran.

C. Teknik Penulisan Ilmiah

Penulisan ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis atau peneliti, berdasarkan hasil-
hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya.[23] Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yaitu
gaya penulisan dalam bentuk pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber dari
pengetahuan ilmiah yang dipergunakan dalam penulisan. Komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan
tepat yang memungkinkan proses penyampaian pesan yang bersifat reproduktif dan impersonal. Bahasa
yang dipergunakan harus jelas di mana pesan mengenai objek yang ingin dikomunikasikan mengandung
informasi yang disampaikan sedemikian rupa sehingga si penerima betul-betul mengerti akan isi pesan
yang disampaikan kepadanya.[24]

Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang tidak bisa
diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan mana yang merupakan predikat serta hubungan yang
terkait antara subjek dan predikat kemungkinan besar akan merupakan informasi yang tidak jelas. Dalam
menulis karangan ilmiah penggunaan kata harus dilakukan secara tepat artinya kita harus memilih kata-
kata yang sesuai dengan pesan apa yang ingin disampaikan.

Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif, artinya bahwa si penerima pesan mendapatkan kopi yang
benar-benar sama dengan prototipe yang disampaikan sipemberi pesan, seperti fotokopi. Dalam
komunikasi ilmiah tidak boleh terdapat penafsiran yang lain selain isi yang dikandung oleh pesan
tersebut, sedangkan dalam komunikasi estetik sering terdapat penafsiran yang berbeda terhadap objek
komunikasi yang sama, yang disebabkan oleh penjiwaan yang berbeda terhadap obyek estetik yang
diungkapkan. Komunikasi ilmiah memang tidak ditujukan kepada penjiwaan melainkan kepada
penalaran dan oleh sebab itu harus dihindarkan bentuk pernyataan yang tidak jelas atau bermakna
jamak.

D. Teknik Notasi Ilmiah

Pernyataan ilmiah yang kita pergunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa hal. Pertama, harus
dapat kita identifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut. Kedua, harus dapat kita
identifikasikan media komunikasi ilmiah dimana pernyataan itu disampaikan apakah itu makalah, buku,
seminar, lokakarya dan sebagainya. Ketiga, harus dapat kita identifikasikan lembaga yang menerbitkan
publikasi ilmiah tersebut beserta tempat berdomisili dan waktu penerbitan itu dilakukan.[25]

Tanda catatan kaki diletakkan di ujung kaliamat yang kita kutip dengan mempergunakan angka arab yang
di ketik naik setengah spasi. Catatan kaki pada bab di beri nomor urut mulai dari angka 1 sampai habis
dan diganti dengan nomor 1 kembali pada bab yang baru. Satu kalimat mungkin terdiri dari beberapa
catatan kaki sekiranya kalimat itu terdiri dari beberapa kutipan. Dalam keadaan seperti ini maka tanda
catatan kaki diletakkan di ujung kalimat yang dikutip sebelum tanda baca penutup. Sedangakan satu
kalimat yang seluruhnya terdiri dari satu kutipan tanda catatan kaki diletakkan sesudah tanda baca
penutup kalimat.[26] Contohnya:

Larrabee mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan yang dapat diandalkan1 sedangakan Richter melihat
ilmu sebagai sebuah metode2 dan Conant mengidentifikasikan ilmu sebagai serangkaian konsep sebagai
hasil dari pengamatan dan percobaan3.

Sekiranya kalimat diatas dijadikan menjadi tiga buah kalimat yang masing-masing mengandung sebuah
kutipan maka tanda catatan kaki ditulis sesudah tanda baca penutup:

Larrabee mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan yang dapat diandalkan.1 sedangakan Richter melihat
ilmu sebagai sebuah metode.2 Pendapat lain dikemukakan oleh Conant mengidentifikasikan ilmu sebagai
serangkaian konsep sebagai hasil dari pengamatan dan percobaan.3
Kaliamat yang kita kutip harus dituliskan sumbernya secara tersurat dalam catatan kaki sebagai berikut:

1) Harlod A. Larrabee, Reliable Knowledge (Boston; Houghton Miffin, 1964). hlm 4.

2) Maurice N. Richter, Jr, Science as a Cultural Process (Cambridge: Schenkman, 1972). hlm 15.

3) James B Conant, Science and Common Sense (New Haven: Yale University Press, 1961). hlm 25.

Catatan kaki ditulis dalam satu spasi dan dimulai langsung dari pinggir, atau dapat dimulai setelah
beberapa ketukan tik dari pinggir, asalkan dilakukan secara konsisten.

Nama pengarang yang jumlahnya sampai tiga orang dituliskan lengkap sedangkan jumlah pengarang
yang lebih dari tiga orang hanya ditulis nama pengarang pertama di tambah kata et al. (et all: dan lain-
lain).[27]

4) William S. Shakian dan Mabel L. Sahakian, Realms of Philosophy (Cambridge Schkenkman, 1965).

5) Ralph M. Blake, Curt J. Ducasse and Edward H. Madden, Theories of Scientific Method (Seattle: the
University of Washington Press, 1966).

6) Sukarno et, al., Dasar-Dasar Pendidikan Science (Jakarta: Bhratara, 1973).

Kutipan yang diambil dari halaman tertentu disebutkan halamannya dengan singkatan p (pagina) atau
hlm. (halaman). Sekiranya kutipan itu disarikan dari beberapa halaman umpamanya dari halaman 1
sampai dengan 5 maka ditulis pp. 1-5 atau hlm. 1-5. Jika nama pengarangnya tidak ada maka langsung
saja dituliskan nama bukunya atau dituliskan Anom. (Anomymous) di depan nama buku tersebut.
Sebuah buku yang diterjemahkan harus ditulis baik pengarang maupun terjemah buku tersebut
sedangkan sebuah kumpulan karangan cukup disebutkan nama editornya seperti contoh berikut:

7) Rencana Strategi Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1976).

8) E.F. Schumacher, Keluar dari Kemelut, Terjemahan Mochtar Pabotinggi (Jakarta: ILP3ES, 1981).

9) James R. Newman (ed), What is Science? (New York: Simon and Schuster, 1955).

Sebuah makalah yang dipublikasikan dalam majalah, koran, kumpulan karangan atau disampaikan dalam
forum ilmiah ditulis dalam tanda kutip yang disertai informasi mengenai makalah tersebut:[28]
10) Karlina, “Sebuah Tanggapan: Hipotesis dan Setengah Ilmuan”, Kompas 12 Desember 1981, hlm 4.

11) LiekWilardjo, “Tanggung Jawab Sosial Ilmuan”, Pustaka, th. III No. 3 April 1979, hlm. 11-14.

12) M. Sastrapratedja, “Perkembangan Ilmu dan Teknologi dalam Kaitannya dengan Agama dan
Kebudayaan”, makalah disampaikan dalam Kogres Ilmu pengetahuan Nasional (KIPNAS) III, LIPI, Jakarta,
15-19 September 1981.

13) B. Suprapto, “Aturan Permainan dalam Ilmu-Ilmu Alam”, Ilmu dalam Perspektif, ed. Jujun S.
Suriasumantri (Jakarta: Gramedia, 1978) hlm. 129-133.

Pengulangan kutipan denga sumber yang sama dilakukan dengan memakai notai op. cit. (opera citato:
dalam karya yang telah di kutip), loe. cit. (loco citato: dalam tempat yang telah dikutip dan ibid. (ibidem:
dalam tempat yang sama). Untuk pengulangan maka nama pengarang tidak ditulis lengkap melainkan
cukup nama familinya saja. Sekiranya pengulangan dilakuakan dengan tidak diselang oleh pengarang lain
maka dipergunakan notasi ibid.[29] Seperti dalam contoh berikut:

14) Ibid., hlm. 131.

Artinya kita mengulangi kutipan dari karang B. Suprapto seperti tercantum dalam catatan kaki nomor 13
meskipun dengan nomor halaman yang berbeda. Sekiranya kita mengulang kutipan M. Sastrapratedja
dalam catatan kaki nomor 12 terhalang oleh karangan B. Suprapto maka kita tidak menggunakan ibid.
malainkan loc. cit. seperti contoh dibawah ini:[30]

15) Sastrapratedja, loc. cit., hlm 136.

Ulangan halaman yang berbeda dan telah diselang oleh pengarang lain ditulis dengan mempergunakan
op cit.:

16) Wilardjo, op. cit., hlm 12.

Sekiranya dalam kitipan kita dipergunakan seorang pengarang yang menulis bebrapa karangan maka
untuk tidak membingungkan sebagai pengganti loc. cit atau op. cit. dituliskan judul karangannya. Bila
judul karangan itu panjang maka dapat dilakukan penyingkatan selama itu mampu menunjukan
identifikasi judul karangan yang lengkap seperti:

17) Larrabee, Reliable Knowledge, hlm 6.

Kadang-kadang kita ingin mengutip sebuah pernyataan yang telah dikutip dalam karangan yang lain.
Untuk itu maka kedua sumber itu kita tuliskan sebagai berikut:[31]

18) Robert K. Merton, “The Ambivalence of Scientist”, hlm. 77-79, di kutip langsung (atau tiadak
langsung) oleh Maurice N. Richter, Jr., Science as a Cultural Process (Cambridge: Schenkman, 1972), hlm.
114.

Semua kutipan tersebut diatas, baik yang dikutip secara langsung maupun tidak langsung, sumbernya
kemudian kita sertakan dalam daftar pustaka. Hal ini kita kecualikan untuk kutipan yang tidak kita
dapatkan dari sumber kedua sebagaimana tampak dalam catatan kaki nomor 18. Terdapat perbedaan
notasi bagi penulisan sumber dalam referensi pada catatan kaki dan referensi daftar pustaka. Dalam
catatan kaki maka nama pengarang dituliskan lengkap dengan tidak mengalami perubahan apa-apa.
Sedangakan dalam daftar pustaka nama pengarang harus disusun berdasarkan abdjad huruf awal nama
familinya. Tujuan uatam dari catatan kaki adalah mengidentifikasikan lokasi yang spesifik dari karya yang
dikutip. Di pihak lain, tujuan utama dari daftar pustaka ialah mengidentifikasikan karya ilmiah itu sendiri.
Untuk itu maka dalam daftar pustaka tanda kurung yang menbatasi penerbit dan domisili penerbit
tersebut dihilangkan dan serta demikian juga lokasi halaman.[32] Dengan demikian catatan kaki (CT)
nomor 1, 4, 5, 6, 9, 11, dan 13 bila dimasukakan dalam daftar pustaka (DP) berubah sebagai berikut:

1) CT : Harold A. Larrabee, Reliable Knowledge (Boston: Houghton Mifflin,

1964), hlm. 4.

DP : Larrabee, Harold A. Reliable Knowledge. Boston: Houghton Mifflin,

1964.

4) CT : William S. Sahakian dan Mabel L. Sahakian, Realms of Philosophy

(Cambridge: Schenkman, 1965).


DP : Sahakian, William S., dan Sahakian, Mabel L. Realms

of Philosophy. Cambridge: Schenkman, 1965.

5) CT : Ralph M. Blake, Curt J. Ducasse dan Edward H. Madden, Theories of

Scientific Method (Seattle: The University of Washington Press,

1966).

DP : Blake, Ralph M., Ducasse, Curt J., dan Edward H. Theories of

Scientific Method. Seattle: The University of Washington Press, 1966.

6) CT : Sukarno et. al., Dasar-dasar Pendidikan Science (Jakarta: Bharata,

1973).

DP : Sukarno, et. al., Dasar-dasar Pendidikan Science. Jakarta: Bharata,

1973.

9) CT : James R. Newman (ed). What is Science? (New York: Simond and

Schuster. 1955).

DP : Newman, James R. (ed), What is Science? New York: Simond and

Schuster. 1955.

10) CT : Liek Wilardjo, “Tanggung Jawab Sosial Ilmuan”, Pustaka, Th. III

No. 3, April 1979, hlm. 11-14.

DP : Wilardjo, Like. “Tanggung Jawab Sosial Ilmuan”, Pustaka, Th. III

No. 3, April 1979, hlm. 11-14.

13) CT : B. Suprapto, “Aturan Permainan dalam Ilmu-ilmu Alam”, Ilmu

dalam Perspektif, ed. Jujun S. Suriasumantri (Jakarta: Gramedia,


1978), hlm. 129-133.

DP : Suprapto, B. “Aturan Permainan dalam Ilmu-ilmu Alam”, Ilmu

dalam Perspektif, ed. Jujun S. Suriasumantri, hlm. 129-133. Jakarta:

Gramedia, 1978.

Daftar pustaka itu kemudian diurut berdasarkan huruf pertama dari nama family pengarangnya.[33]
Demikian secara singkat telah dibahas salah satu contoh teknik notasi ilmiah yang biasa dilakukan dalam
penulisan ilmiah.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Penelitian (research) adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan
sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga
terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh
indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah yang
tertentu yang bersifat logis.

Struktur penulisan ilmiah yang secara logis dan kronologis mencerminkan kerangka penalaran ilmiah.
Pembahasan ini ditujukan bagi mereka yang sedang menulis tesis, disertasi, laporan penelitian atau
publikasi ilmiah lainnya, dengan harapan agar mereka lebih memahami logika dan arsitektur penulisan
ilmiah. Dengan mengenal kerangka berpikir filsafati maka kita secara lebih mudah akan menguasai hal-
hal yang bersifat teknis. Struktur penulisan dan penelitian ilmiah yaitu: 1) Pengajuan masalah, 2)
penyusunan kerangka teori dan pengajuan hipotesis, 3) metodologi penelitian, 4) hasil penelitian, dan 5)
ringkasan dan kesimpulan.

Teknik penulisan ilmiah menggunakan bahasa yang jelas di mana pesan mengenai objek yang ingin
dikomunikasikan mengandung informasi yang disampaikan sedemikian rupa sehingga si penerima betul-
betul mengerti akan isi pesan yang disampaikan kepadanya.

Salah satu teknik notasi ilmiah yang digunakan adalah catatan kaki (footnote). Catatan kaki adalah
keterangan tambahan yang terletak di bagian bawah halaman dan dipisahkan dari teks karya ilmiah oleh
sebuah garis sepanjang dua puluh ketukan.

B. Kritik dan Saran

Alhamdulillah kami panjatkan sebagai implementasi rasa syukur kami atas selesainya makalah Filsafat
Ilmu tentang Penelitian dan Penulisan Ilmiah ini. Namun, dengan selesainya bukan berarti telah
sempurna, karena kami sebagai manusia, sadar bahwa dalam diri kami tersimpan berbagai sifat
kekurangan dan ketidak sempurnaan yang tentunya sangat mempengaruhi terhadap kinerja kami.

Oleh karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami perlukan guna
penyempurnaan dalam tugas berikutnya dan dijadikan suatu pertimbangan dalam setiap langkah
sehingga kami terus termotivasi ke arah yang lebih baik dan semoga makalah kami ini bermanfaat bagi
kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara.

Damayanti, Deni. 2013. Panduan Lengkap Menyususn Proposal, Skripsi, Tesis, Disertasi untuk Semua
Program Studi. Yogyakarta: Penerbit Araska.
Emzir. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Gunawan, Heri Indra. 2016. Penelitiian dan Penulisan Ilmiah.


http://www.gurungapak.com/2016/02/penelitian-dan-penulisan-ilmiah_98.html. diakses pada tanggal
09 Juni 2016 pukul 11:16.

Lyana. 2013. Metodologi Penelitian. http://lyanasikumbang.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-tujuan-


dan-fungsi-penelitian.html. diakses pada tanggal 02 Juni 2016 pukul 23:03.

Margono. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nashrulloh, Ading. 2009. Filsafat Pendidikan.


(https://filsafatindonesia1001.wordpress.com/2009/08/04/filsafat-penelitian/. diakses pada tanggal 06
Juni 2016 pukul 20:01.

Noordyah. 2012. Penelitian dan Penulisan Ilmiah. https://noordyah.wordpress.com/tugas-


kuliah/penelitian-dan-penulisan-ilmiah/. diakses pada tanggal 02 Juni 2016 pukul 23:53.

Sugiyono. 2013. Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung: Alfabeta.

Suriasumantri, Jujun S. 2013. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Wikipedia Ensiklopedia Bebas. Metodologi. https://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi). diakses pada


tanggal 03 Juni 2016 pukul 10:35.

Wicaksana, Bayu Eka. 2011. Filosofi Metode Penelitian.


http://myminebk.blogspot.co.id/2011/05/filosofi-metode-penelitian.html. diakses pada tanggal 06 Juni
2016 pukul 20:01.
[1]Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm 1.

[2]Bayu Eka Wicaksana, Filosofi Metode Penelitian, (http://myminebk.blogspot.co.id/2011/05/filosofi-


metode-penelitian.html, 2011), diakses pada tanggal 06 Juni 2016 pukul 20:01.

[3]Ading Nashrulloh, Filsafat Pendidikan,


(https://filsafatindonesia1001.wordpress.com/2009/08/04/filsafat-penelitian/, 2009), diakses pada
tanggal 06 Juni 2016 pukul 20:01.

[4]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Bina Aksara, 2013), hlm
1.

[5]Ibid., hlm 1.

[6]Lyana, Metodologi Penelitian, (http://lyanasikumbang.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-tujuan-


dan-fungsi-penelitian.html, 2013), diakses pada tanggal 02 Juni 2016 pukul 23:03.

[7]Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm
120.

[8]Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm 1.

[9]Deni Damayanti, Panduan Lengkap Menyususn Proposal, Skripsi, Tesis, Disertasi untuk Semua Program
Studi, (Yogyakarta: Penerbit Araska, 2013), hlm 116.

[10]Noordyah, Penelitian dan Penulisan Ilmiah, (https://noordyah.wordpress.com/tugas-


kuliah/penelitian-dan-penulisan-ilmiah/, 2012), diakses pada tanggal 02 Juni 2016 pukul 23:53.

[11]Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2013), hlm 308.

[12]Ibid., hlm 309.

[13]Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm 54.

[14]Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2013), hlm 316.

[15]Ibid., hlm 316.

[16]Deni Damayanti, Panduan Lengkap Menyususn Proposal, Skripsi, Tesis, Disertasi untuk Semua
Program Studi, (Yogyakarta: Penerbit Araska, 2013), hlm 72.

[17]Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2013), hlm 323.
[18]Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Metodologi, (https://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi), diakses pada
tanggal 03 Juni 2016 pukul 10:35.

[19]Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm 18.

[20]Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2013), hlm 328.

[21]Ibid., hlm 333.

[22]Ibid., hlm 339.

[23]Heri Indra Gunawan, Penelitiian dan Penulisan Ilmiah,


(http://www.gurungapak.com/2016/02/penelitian-dan-penulisan-ilmiah_98.html, 2016), diakses pada
tanggal 09 Juni 2016 pukul 11:16.

[24]Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2013), hlm 347.

[25]Deni Damayanti, Panduan Lengkap Menyususn Proposal, Skripsi, Tesis, Disertasi untuk Semua
Program Studi, (Yogyakarta: Penerbit Araska, 2013), hlm 161.

[26]Jujun S. Suriasumantri, loc. cit., hlm 358.

[27]Ibid., hlm 359.

[28]Ibid., hlm 359.

[29]Ibid., hlm 360.

[30]Ibid., hlm 360.

[31]Ibid., hlm 361.

[32]Ibid., hlm 361.

[33]Ibid., hlm 361.

Anda mungkin juga menyukai