AUDITING II
“PEMERIKSAAN EKUITAS”
Disusun Oleh :
Kelompok 1 Akuntansi B :
AGUNG KURNIAWAN (4517013037)
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat,
Ekuitas” Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Ripa Fajarina Laming,
SE.,M.Si sebagai dosen pengampuh mata kuliah yang telah memberikan tugas ini
Tak lupa juga kami berteruma kasih kepada teman-teman sekalian yang
telah memberikan dukungan sehingga tugas ini dapat di selesaikan tepat waktu.
Demikian makalah ini kami buat sebagai mana adanya agar dapat di baca dan
memberi manfaat untuk para pembaca,untuk itu kami membutuhkan kritik serta
saran yang membangun agar kedepannya menjadi masukan untuk kami dapat
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
a) Kesimpulan ............................................................................. 15
b) Saran ......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa sifat dan contoh ekuitas ?
2. Apa tujuan pemeriksaan ekuitas?
3. Bagaimana prosedur audit yang disarankan?
2
C. TUJUAN MAKALAH
1. Mengetahui sifat dan contoh ekuitas
2. Mengetahui tujuan pemeriksaan ekuitas
3. Mengetahui prosedur audit yang di sarankan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
o Treasury Stock (saham perusahaan yang sudah beredar lalu dibeli
kembali oleh perusahaan).
o Premium (agio) atau Discount (Disagio) dari penjualan saham baik
saham biasa (common stock) maupun saham preferen (preffered stock).
o Selisih kurs atas modal disetor.
o Selisih penilaian kembali aktiva tetap, untuk perusahaan yang
melakukan revaluasi aktiva tetap berdasarkan peraturan pemerintah.
o Retained Earnings (Laba ditahan/sisa laba tahun lalu) atau
Deficit/Accumulated Losses (sisa rugi tahun lalu).
Beberapa hal yang harus diperhentikan mangenai pemeriksaan ekuitas:
1. Jika akte pendirian suatu PT belum mendapat pengesahan dari menteri
kehakiman dan HAM menurut undang-undang perseroan terbatas no.1
tahun 1995, yang mulai berlaku tanggal 7 maret 1996, transaksi hukum
perusahaan (perjanjian- perjanjian yang dibuat perusahaan) belum
dianggap sah.
2. Modal Disetor dan Modal Ditempatkan tidak dapat melebihi Modal
Dasar. Jika modal disetor melebihi modal dasar maka harus dilakukan
perubahan akte pendirian yang harus disahkan oleh menteri kehakiman
dan HAM.
Akte pendirian yang telah disahkan Menteri Kehakiman dan HAM
akan diumumkan dalam berita negara (lembaran negara). Selama
perubahan akte belum disahkan Menteri kehakiman dan HAM,
kelebihan modal disetor atas modal dasar dilaporkan sebagai hutang
pemegang saham.
3. Modal yang tercantum di neraca adalah Modal Disetor.
Contohnya :
Modal Dasar 100.000 lembar saham biasa = Rp. 1.000.000.000,-
(nilai nominal Rp. 10.000,- per lembar saham)
Modal ditempatkan 50.000 lembar saham biasa = Rp. 500.000.000,-
Modal Disetor 50% dari modal ditempatkan = Rp. 250.000.000,-
Jumlah yang tercantum dineraca adalah sebesar Rp.250.000.000,-
5
4. Tujuan pembelian kembali saham (treasury stock) adalah :
a. Untuk meningkatkan harga pasar saham perusahaan
b. Untuk dibagikan sebagai saham bonus kepada para manajer dan
pegawai perusahaan.
Perlu diperhatikan bahwa treasury stock tidak berhak atas pembagian
dividen. Karena itu jika suatu perusahaan yang memiliki treasury
stock membagikan cash dividend. Maka maka dividen per saham akan
menjadi lebih besar.
Misalkan suatu perusahaan yang modal disetornya terdiri dari 100.000
lembar saham dan treasury stocknya 20.000 lembar saham,
membagikan cash dividend sebesar Rp. 20.000.000,- karena ada
treasury stock, maka dividen per sahamnya adalah :
Rp. 20.000.000
-----------------------= Rp.250,-
100.000 – 20.000
Jika treasury stock tidak ada, maka dividen per saham adalah :
Rp.20.000.000
--------------------= Rp.200,-
100.000
Dengan lebih tingginya dividen per saham, diharapkan harga pasar
saham bisa mengikat.
5. Jika akumulasi kerugian suatu perusahaan mencapai 50% dari modal
disetor, perusahaan harus melaporkan hal tersebut ke pengadilan
negeri untuk diumumkan dalam berita negara.
Jika akumulasi kerugian perusahaan mencapai 75% dari modal disetor,
maka menurut kitab undang-undang Hukum Dagang (KUHD) di
Indonesia, secara hukum perusahaan harus bubar dan kalau masih
diteruskan beroperasi maka para manajer harus bertanggungjawab atas
kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga jika suatu saat perusahaan
dibubarkan.
6
Karena hal ini menyangkut kelangsungan hidup perusahaan ( going
concern) maka akan mempengaruhi opini yang diberikan KAP
terhadap kewajaran laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan.
Kedua hal tersebut diatas (kerugian mencapai 50% atau 75% dari
modal disetor) harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan. Namun sejak berlakukannya Undang-undang No.1 Tahun
1995 tentang Perseroan Terbatas, ketentuan tersebut tidak berlaku lagi.
6. Menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK)
aktiva tetap harus dicatat/disajikan dalam neraca berdasarkan harga
perolehannya (acquisition cost).
Namun demikian jika ada peraturan pemerintah yang
memperbolehkannya, perusahaan dapat melakukan evaluasi aktiva
tetap. Pengaruh dari dilakukannya revaluasi aktiva tetap adalah nilai
aktiva tetap meningkat dan kenaikan nilai tersebut dicatat disisi kredit
sebagai “selisih penilaian kembali aktiva tetap” yang nantinya, dengan
persetujuan kantor pelayanan pajak dapat dikonversikan sebagai
modal. Atas selisih penilaian kembali aktiva tetap dikenakan PPh 10%.
7. Adjustment ke Retained earnings (deficit) hanya diperbolehkan jika
menyangkut laba rugi tahun lalu yang jumlahnya material (besar) atau
menyangkut pembayaran pajak yang berasal dari STP (Surat Tagihan
Pajak). Atau SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar) walaupun
jumlahnya kecil.
8. Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), harus menggunakan
nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan (disetor), yaitu nilai
appraisal yang disetujui Dewan Komisaris untuk PT yang sahamnya
terdaftar di Bursa Efek, atau nilai yang disepakati oleh dewan
komisaris dan penyetor bentuk barang.
9. Waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan ekuitas biasanya tidak
banyak, kecuali jika :
7
a. Perusahaan banyak membuat koreksi retained earnings (deficit)
sehingga auditor harus memeriksa koreksi tersebut secara rinci
(detailed).
b. Perusahaan dalam proses go public.
8
Untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), setiap
perubahan harus melalui perubahan akta pendirian dan pengesaan dari
Menteri Kehakiman dan HAM.
Untuk perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal
dalam negeri (PMDN) harus diotorisasi oleh Badan Koordinasi
Penanaman Modal dalam Negeri, untuk PMA harus diotorisasi oleh
BKPM dan disetujui oleh Presiden Republik Indonesia melalui SK
Presiden.
Untuk perusahaan yang (akan) go public harus mendapat persetujuan
dari Ketua Bapepam.
b. Pembagian dan pembayaran dividen harus diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang.
Besarnya dividen yang akan dibagikan, diusulkan oleh Direksi
Perusahaan dan disahkan dalam RUPS.
Untuk perusahaan go public selama tiga tahun berturut-turut tidak
membagikan deviden, akan dikenakan sangsi oleh Bapepam, yaitu
harus delisting (Dikeluarkan dari bursa saham).
Dividen yang dibagikan perusahaan bisa dalam bentuk : cash dividen,
stock dividen, property dividend dan liquidating dividend.
Contoh jurnal entry untuk pembagian dan pembayaran dividen
(perusahaan yang menerima dividen memiliki minority interest dan
mencatat investasinya dengan cost method) :
9
Perusahaan Yang Perusahaan Yang
Membagi Dividen Menerima Dividen
Saat Deklarasi Dividen :
Dr. Dividen Kas (RE)
10
2. Untuk memeriksa apakah struktur ekuitas yang tercantum di neraca sudah
sesuai dengan apa yang tercantum di akta pendirian perusahaan.
Maksudnya bahwa jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal
disetor, baik dalam jumlah lembar saham maupun nilai nominal yang
tercantum di akta pendirian harus sesuai dengan jumlah yang tercantum di
neraca.
Selain itu auditor harus memeriksa dan yakin bahwa modal disetor betul-
betul sudah disetor oleh pemegang saham.
3, 4 dan 5 sudah cukup jelas.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian ekuitas di neraca dan catatan atas
laporan keuangan sudah sesuai dengan SAK.
11
6. Periksa dokumenk pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan
retained earnings/deficit, untuk mengetahui apakah perubahan tersebut
sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang dan apakah
adjustment ke retained earnings/deficit memang reasonable dan jumlahnya
cukup materil.
7. Seandainya ada pembagian dividen, periksa apakah :
- Dividen dibagika dala betuk cash dividend, stock dividend, atau
property dividend.
- Pencatatannya sudah benar (baik pada waktu deklarasi dividen maupun
pada saat pembayaran dividen)
- Sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang (melalui
notulen rapat direksi dan rapat umum pemegang saham).
- Aspek perpajakannya sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang
berlaku.
8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan (accumulated
losses/deficit) sda melebihi modal disetor, kalau ini terjadi pertimbangan
going concern perusahaan.
9. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemegang saham atau biro
administrasi efek (stock transfer agent).
10. Seandainya ada treasury stock;
- Periksa bukti pembelian dan otorisasinya.
- Periksa bukti penjualannya dan otorisasinya (jika treasur stock dijual
kembali)
- Tanyakan kepada manajemen tujuan pembelian treasury stock (apakah
untuk memperbaiki harga pasar saham perusahaan atau untuk
dibagikan sebagai saham bonus)
- Perhatikan bahwa treasury stock tidak berak atas pembagian deviden.
11. Periksa apakah penyajian ekuitas di neraca dan catatan atas laporan
keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia (SAK).
12. Buat kesimpulan mengenai kewaaran ekuitas.
12
D. Penjelasan Prosedur Audit
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas ekuitas.
Untuk mempelajari dan mengevaluasi internal control atas ekuitas
biasanya diguakan internal control questionnares (ICQ) atau penjelasan
narrative.
Prosedur 2 dan 3 sudah cukup jelas.
4. Periksa bukti setoran dan otorisasi untuk penambahan setoran modal.
Caranya lihat buku besar untuk perkiraan modal, periksa apakah ada
transaksi kredit dalam perkiraan tersebut. Jika ada periksa apakah voucher
referencenya berapa journal vocher atau bukti penerimaan kas/bank.
Jika referencenya bukti penerimaan kas/bank berarti setoran modal
dilakukan dalam bentuk uang tunai (fresh money) dan auditor harus
memeriksa bukti penerimaan kas atau kredit nota dari bank.
Jika referencenya journal voucher, berarti setoran modal dilakukan dalam
bentuk aktiva non cash, misalnya aktiva tetap, persediaan, surat berharga
dan lain-lain (dalam bentuk inbreng).
Dalam hal ini auditor harus memeriksa journal voucher dan bukti
pendukungnya, biasanya jika disetor dalam bentuk inbreng ada laporan
dari appraisal mengenai nilai aktiva non cash yang dijadikan setoran
modal.
Periksa apakah setoran modal dalam bentuk tunai, beberapa waktu
kemudian ditarik kembali oleh pemegang saham dan oleh perusahaan
dicatat sebagai piutang pemegang saham. Berdasarkan UU Perseroan
Terbatas No. 1 Tahun 1995, hal tersebut tidak diperbolehkan dan dari segi
peraturan pajak jika ada piutang pemegang saham akan dikenakan pajak
penghasilan atas bunga.
Selain itu perusahaan go public bisa menambah modal disetornya dengan
melakukan right issue, yaitu mengeluarkan tambahan saham ditempatkan
yang hak utama untuk membelinya diberikan kepada pemegang saham
lama (misalnya setiap pemegang 3 saham lama diberi hak untuk membeli
13
1 saham baru). Jika pemegang saham lama tidak ingin menggunakan
haknya, hak tersebut bisa dialihkan ke pihak lain.
5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan besarnya modal, jenis saham dan
rincian pemegang saham.
6. Periksa dokumen pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan
retained earnings/deficit.
Caranya periksa buku besar untuk perkiraan retained earnings/deficit,
apakah ada transaksi debit dan transaksi kredit. Jika ada periksa voucher
referencenya dan bukti pendukungnya.
Jika perusahaan membayar kekurangan penyetoran pajak untuk tahun-
tahun yang lalu, berikut dendanya, berdasarkan SKPKB (Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar), atau STP (Surat Tagihan Pajak), maka voucher
referencenya berupa bukti pengeluaran kas/bank dan bukti pendukungnya
adalah SSP (Surat Setoran Pajak).
Jika koreksi ke Retained earnings/deficit berasal dari koreksi yang
menyangkut pendapatan atau biaya tahun-tahun yang lalu, harus diperiksa
kewajaran alasannya dan kelengkapan bukti pendukung serta otorisasinya
dan jumlah harus material.
Jika jumlahnya tidak material, harus dibebankan atau dikreditkan ke laba
rugi tahun berjalan.
Prosedur no.7 sudah cukup jelas
8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan sudah melebihi modal
disetor.
Jika hal ini terjadi, auditor harus menjelaskan kepada klien bahwa hal ini
mempengaruhi keyakinan auditor terhadap kelangsungan hidup
perusahaan (going concern).
Dalam hal ini auditor tidak dapat memberikan unqualified opinion
(pendapat wajar tanpa pengecualian) karena going concern perusahaan
diragukan. Namun jika manajemen dapat meyakinkan auditor bahwa
dalam waktu singkat akan dilakukan tambahan setoran modal atau di
14
tahun-tahun berikutnya, perusahaan akan dapat meningkatkan efisiensi dan
labanya, maka bisa saja auditor memberikan unqualified opinion.
9. Pertimbangkan konfirmasi ke pemegang saham atau Biro Administrasi
Efek.
Untuk perusahaan yang belum go public harus dipertimbangkan atau
ditanyakan dulu ke klien apakah ada pemegang saham yang keberatan jika
dikirimi konfirmasi. Sedangkan untuk perusahaan yang sudah go public,
konfirmasi bisa dikirimkan ke Biro administrasi efek yang ditugaskan oleh
klien untuk mengelola administrasi sahamnya.
10. Periksa treasury stock
Auditor perlu mengingat bahwa pembelian treasury stock biasanya dicatat
dengan menggunakan cost method.
Pada saat treasury stock dijual kembali akan timbul paid in capital trom
sale of treasury stock, sebesar selisih antara harga jual dan harga beli dari
treasury stock tersebut.
11. Periksa apakah penyajian ekuitas sudah sesuai dengan SAK.
12. Buat kesimpulan mengenai kewajaran ekuitas.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekuitas pemilik mengukur hak pemilik dalam total sumber daya
perusahaan bersangkutan. Hal ini timbul dari investasi oleh pemilik dan
meningkat akibat laba bersih dan menurun akibat kerugian atau pembagian
kepada pemilik. Hak pemilikan tidak perlu dibayarkan pada tanggal
tertentu; dalam kasus penutupan usaha, hak itu merupakan klaim atas
aktiva sesudah hutang kepada para kreditor dibayarkan seluruhnya.
Metode pelaporan ekuitas pemilik bervariasi menurut bentuk unit usaha.
Unit usaha pada dasarnya dibagi dalam tiga kategori: (1) perusahaan
perorangan, (2) persekutuan dan (3) perseroan.
Dari segi perusahaan, modal merupakan kewajiban perusahaan
kepada pemilik perusahaan. Sedangkan darisegi pemilik perusahaan,
modal adalah bagiann hak pemilik atas kekayaan bersih perusahaan (harta
dikurangi kewajiban).
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat di pertanggung jawabkan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17