Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)


TAHUN PELAJARAN 2018/2019
MANAGEMEN PEMELIHARAAN AYAM BROILER PARENT STOCK
FASE LAYING DI PT. SATWA UTAMA RAYA UNIT 1
PURWOSARI

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Di SMK Negeri 1 GRATI

Disusun oleh :
1. M ABDUL SALAM NIS.7014/435.085
2. MUH ZAENI NIS.7037/441.085
3. M HAYYYUL NIS.7024/445.085
4. MUHAMMAD SUTRISNO NIS.7029/450.085
5. KHOIRUL MUSTOFA NIS.7006/427.085
6. FAIQ MAULANA NIS.6995/416.085
7. RIFKY AGUS SALEM NIS.7040/461.085
8. NURIL HIKMATULLAILIA NIS.7036/457.085
9. LAILATUL FIRDAUS NIS.7010/431.085
10. DIAH AYU WULANDARI NIS.6992/413.085
11. KRISNAWATI NIS.7009/430.085
12. FEBRIDA RISKI AGENG NIS.6998/419.085
13. FATATI NABILA NIS.6997/418.085
14. ISMI GALIS PRIMANDINI NIS.7003/424.085
15. LINDA RANI ZAKIA NIS.7013/434.085
16. SITI FACHRUSAH.N NIS.7045/466.085

PROGRAM STUDI KEAHLIAN AGRIBISNIS PRODUKSI TERNAK


KOMPTENSI KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 GRATI

i
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
JudulLaporan :MANAGEMEN PEMELIHARAAN AYAM BROILER PARENT
STOCK FASE LAYING DI PT. SUR UNIT 1 PURWOSARI

Penyusun :

1. M ABDUL SALAM 9. LAILATUL FIRDAUS


2. MUH ZAENI 10. DIAH AYU WULANDARI
3. M HAYYYUL 11. KRISNAWATI
4. M SUTRISNO 12. FEBRIDA RISKI AGENG
5. KHOIRUL MUSTOFA 13. FATATI NABILA
6. FAIQ MAULANA 14. ISMI GALIS PRIMANDIN
7. RIFKY AGUS SALEM 15. LINDA RANI ZAKIA
8. NURIL HIKMATULLAILIA 16.SITI FACHRUSAH.N

Bidang Studi Keahlian : Agribisnis dan Agroteknologi


Program Studi Keahlian : Agribisnis Produksi Ternak
Kompetensi Keahlian : Agribisnis Ternak Unggas
Disahkan pada tanggal : ……. MEI 2019
Di : 1. PT. Satwa Utama Raya Purwosari
2. SMK Negeri 1 GRATI

Pembimbing sekolah Pembimbing DU/DI

INNA MAGHVIRO,S.Pt ………………………….


NIP.197404022007012009

Manager Area Ketua Kompetensi


PT Satwa Utama Raya Keahlian

Ir. DARMAWAN EFENDI YU’LA DIANA, S.Pt


NIP.197803102014062001
Mengetahui ;
Kepala SMK Negeri 1 GRATI

Dra. NINING FARIDAH, M, Si


NIP.196906211997032006

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan pada Allah SWT, yang
telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan managemen pemeliharaan ayam
broiler parent stock fase laying di PT. Satwa Utama Raya Unit 1 Purwosari.
Laporan PKL ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam rangka
menyelesaikan Pendidikan di SMK Negeri 1 GRATI diharapkan dengan adanya
Praktik Kerja Lapangan dapat menambah wawasan pelajar tentang dunia kerja dan
industri.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dra. NINING FARIDAH, M. Si, selaku Kepala SMK Negeri 1 GRATI
2. Ir. DARMAWAN EFENDI, selaku Manager Area di PT. Satwa Utama Raya Unit 1
Purwosari.
3. YU’LA DIANA, S. Pt, selaku Ketua Kompetensi Keahlian Agribisnis Ternak Unggas.
4. INNA MAGHVIRO, S. Pt, selaku Pembimbing Sekolah.
5. Serta semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan Praktik Kerja
Lapangan .

Penulis menyadari bahwa Penyusunan laporan masih jauh dari


kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan laporan yang selanjutnya.
Semoga laporan ini mempunyai banyak manfaat dalam pembelajaran dan kami
sampaikan terima kasih.

Pasuruan, 06 April 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2

II. TINJAUAN PERUSAHAAN


2.1 Sejarah Perusahaan ............................................................................... 3
2.2 Ketenagakerjaan ................................................................................... 3
2.3 Organisasi Perusahaan ......................................................................... 4

III. TINJAUAN PUSTAKA


3.1 Biosecurity ........................................................................................... 5
3.2 Sanitasi ................................................................................................. 6
3.3 Vaksinasi .............................................................................................. 7
3.4 Konstruksi Kandang ............................................................................. 12
3.5 Manajemen Broiler Breeder ................................................................. 15
3.6 Pemeliharaan Ayam Jantan .................................................................. 27
3.7 Managemen Pencahayaan .................................................................... 28

IV. PERMASALAHAN DAN PEMECAHANNYA


4.1 Permasalahan ........................................................................................ 30
4.2 Pemecahannya ...................................................................................... 30

iv
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 32
5.2 Saran Bagi Sekolah .............................................................................. 32
5.3 Saran Bagi Perusahaan ......................................................................... 32

VI. DAFTAR GAMBAR


No Hal
1. Sanitasi Kendaraan masuk ................................................................................... 34
2. Sweeping Ayam Jantan yang kurus ...................................................................... 34
3. Memasang kontraks (racun tikus) di dalam kandang ........................................... 34
4. Lantai model panggung dan litter ....................................................................... 34
5. Inject ayam jantan menggunakan vigantol-e dan catosal (dosis 0,5 ml) .............. 34
6. Alat pengukur kecepatan angin (wind speed/castrel) di dalam kandang.............. 35
7. Themptron/pengatur suhu .................................................................................... 35
8. Semprot celldeck/colling pad ............................................................................... 35
9. Box pakan ayam betina ………………………………........................................ 35
10. Celldeck/colling pad……………………………………………… ..................... 35
11. Tempat pakan tikus…………………………………………… ........................... 36
12. Corner……………………………………………………………… ................... 36
13. Regulator…………………………………………………………… .................. 36
14. Kipas ……………………………………………………… ................................ 36
15. Sangkar …………………………………………………………… .................... 36
16. Flock shock ………………………………………………………… .................. 37
17. Penvider ………………………………………………………… ....................... 37
18. Vidertup …………………………………………………………… ................... 37
19. Covergril,gril,dan throw ………………………………………… ...................... 37
20. Slad …………………………………………………………………… .............. 37
21. Panel control ……………………………………………………… .................... 37

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan pembangunan di bidang pendidikan, Sekolah Menengah


Kejuruan (SMK) Negeri 1 GRATI, menerapkan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) sebagai
proses pembelajaran agar mampu menyiapkan dan siap mengisi kebutuhan tenaga kerja yang
berkualitas seperti yang disyaratkan dunia kerja atau dunia industri, khususnya menghadapi
pasar bebas dan globalisasi. Agar pelaksanaan praktek kerja industri dapat berjalan dengan
baik, maka SMK harus bekerja sama dengan dunia kerja bukan hanya sebagai tempat praktik
kerja industri semata, tetapi diharapkan peran sertanya dalam pelaksanaan PRAKERIN
secara menyeluruh.
Pelaksanaan prakerin yang di laksanakan di tempat kerja dimaksudkan untuk
melengkapi sistem belajar siswa dalam suasana bekerja langsung agar dapat memiliki
kemampuan yang sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh dunia kerja serta pada akhirnya
dapat mengisi kesempatan yang ada. Agar tamatan memiliki ukuran kemampuan seperti yang
dunia kerja persyaratkan maka diupayakan memiliki standar kemampuan untuk bidang
pekerjaan tertentu. Karena masih ada standar resmi dari asosiasi, maka diupayakan ada
kesempatan standar kemampuan antara sekolah dengan dunia kerja.
Sebagai ukuran keberhasilan siswa yang melaksanakan prakerin berdasarkan
kemampuan yang disepakati, maka dilaksanakan uji kompetensi yang memenuhi standar dan
bagi siswa yang memenuhi syarat diberi sertifikat sebagai tanda legalisasi kemampuan yang
dimiliki.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem perkandangan yang ada di PT. Satwa Utama Raya Unit 1 Purwosari?
2. Bagaimana program pencegahan penyakit yang dilakukan di PT. Satwa Utama Raya
Unit 1 Purwosari?
3. Bagaimana cara evakuasi yang dilakukan di PT. Satwa Utama Raya Unit 1 Purwosari?
4. Tahap apa saja yang dilakukan saat pemeliharaan?

1
1.3 Tujuan

Bagi sekolah :

 Menyiapkan siswa memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap


profesional.
 Menyiapkan siswa mampu memilih karir, berkompetensi dan mengembangkan diri.
 Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk kebutuhan dunia kerja pada saat
ini dan masa yang akan datang.
 Menyediakan tamatan agar menjadi warga Negara yang adaptif dan kreatif.
 Agar siswa mempunyai pengalaman dalam bekerja.
 Mempererat hubungan yang antara pihak sekolah dengan pihak perusahaan.

Bagi siswa :

 Sebagai syarat mengikuti ujian nasional


 Untuk menambah wawasan dan pengalaman siswa dalam meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen perkandangan ayam parent stock
di PT. Satwa Utama Raya Tbk.
 Mempelajari manajemen perkandangan ayam parent stock di PT. Satwa Utama Raya
Tbk.

2
BAB II
TINJAUAN PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Perusahaan

PT. Satwa Utama Raya unit 1 purwosari merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang peternakan budidaya ayam bibit pedaging (parent stock broiler breeder ). Perusaan ini
didirikan pada tahun 1981 dengan luas area 18 Ha

2.2 Ketenaga Kerjaan

Tenaga kerja adalah suatu komponen pada unit usaha tertentu yang merupakan
penggerak dari seluruh unit kegiatan. Supervisor tingkat pendidikannya meliputi lulusan
SMA, D3, dan S1. Untuk tenaga kerja operasional meliputi lulusan SD hingga SMA.
Sebagian besar kryawan berasal dari wilayah sekitar perusahaan. Disiplin, tanggung jawab
dan kerja sama sangat dianjurkan pada semua karyawan demi terciptanya etos kerja yang
tinggi. Tenaga kerja dalam sebuah usaha peternakan ayam parent stock memiliki peran
penting dalam menentukan hasil produksi diantaranya management tenaga kerja yang baik
akan menghasilkan produksi yang baik.
Tenaga kerja di PT. Satwa Utama Raya Unit 1 Purwosari dibagi menjadi 3 macam
meliputi : tenaga kerja tetap, tenaga kerja out source, dan pekerja harian.
Selama enam hari kerja dalam seminggu dengan libur mingguan yang tidak tetap
harinya. Pekerjaan dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB dengan waktu
istirahat selama 2 jam (12.00 WIB – 14.00 WIB) untuk hari Senin sampai Kamis. Pada hari
Jum’at dan Sabtu, pekerjaan dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB dengan
waktu istirahat selama 3 jam (11.00 WIB – 14.00 WIB).
Bagi pekerja harian hanya bekerja saat perusahaan membutuhkan tenaga saja,
pengadaannya diatur oleh seorang koordinator lapang. Seluruh tenaga kerja yang bekerja di
area farm diberikan APD (Alat Pelindung Diri) yang harus digunakan meliputi : sepasang
sepatu boot karet, seragam kerja, masker, dan penutup rambut. Apabila terdapat karyawan
yang melakukan kesalahan saat bekerja akan diberikan teguran dan surat peringatan.

3
2.3 Organisasi Perusahaan

STRUKTUR ORGANISASI
PT. SATWA UTAMA RAYA UNIT 1
PURWOSARI

Keterangan :
 Manager bertugas : bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan dalam satu unit
farm.
 PGA : bertugas dalam bidang kepegawaian sekaligus diberi wewenang dalam
pengadaan sarana dan prasarana.
 Statistik :bertugas menganalisa data-data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
produksi seperti pertumbuhan berat badan ayam, penggunaan pakan, dan deplesi.
 Staf HL : bertugas mengawasi dan memastikan bahwa tata laksana pemeliharaan yang
dilakukan sudah sesuai dengan prosedur.
 Supervisor : bertugas memimpin para carateker untuk melaksanakan kegiatan
pemeliharaan dan didampingi asistant supervisor.
 Chief mekanik : bertugas memimpin para mekanik dalam kegiatan pemeliharaan
sarana dan prasarana yang ada di farm. Jika terdapat kerusakaan, para mekanik harus
segera melakukan perbaikan.
 Koordinator lapangan : bertugas mengatur pembagian kerja para karyawan suapaya
pekerjaan yang ada terlaksana secara merata dan saling membantu pada tiap-tiap
kandang. Koordinator lapangan mempekerjakan beberapa warga sekitar untuk
dijadikan pekerja harian untuk membantu kegiatan perkandangan, hal ini hanya
dilakukan saat pekerjaan yang ada sangat banyak dan dalam kondisi kekurangan
tenaga.

4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Bio Security

Biosecurity dapat di artikan sebagai segala usaha yang dilakukan untuk mencegah
masuknya infeksi bibit penyakit ke dalam area farm.

3.1.1 Komponen-Komponen Biosecurity


 Biosecurity konseptual
Merupakan pencegahan penyakit yang meliputi pemilihan lokasi farm di derah
tertentu yang bertujuan untuk memisahkan populasi ayam berdasarkan populasi ayam
atau umur ayam, dan menghindari kontak dari unggas liar.
 Biosecurity struktural
Biosecurity tingkat kedua yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan tata
letak (Lay-out) peternakan.
 Biosecurity operasional
Merupakan prosedur manajemen dan rutin yang di maksudkan untuk mencegah
kejadian dan penyebaran infeksi di dalam komplek peternakan.

3.1.2 Hal-hal Yang Mempengaruhi Program Biosecurity

1. Lokasi dan rancangan


 Kandang seharusnya terletak pada lokasi khusus peternakan.
 Gerbang dan pintu harus selalu dalam keadaan tertutup.
 Lantai kandang terbuat dari semen agar mudah didesinfeksi.
 Dinding dan pintu harus tahan tikus dan hewan liar.
 Tempat minum tertutup (nipple) lebih baik dari sistem terbuka (paralon).
 Gunakan waring agar serangga, burung dan hewan liar lainnya tidak masuk area
kandang.
 Farm parent jaraknya 5 mil dari farm komersial.
 Lokasi jauh untuk membatasi kendaraan dan manusia.
 Sistem all in-all untuk menggosongkan kandang dan kontaminasi.
 Kandang sebaiknya 30 m dari pagar.

5
2. Penanganan air dan pakan
 Supaya kualitas air terjaga diperlukan pemeriksaan kimiawi maupun bakteriologi,
karena air sumber infeksi bakterial (salmonelosis) dan kontaminasi jamur.
 Hindari kontaminasi setelah pengiriman pakan.
 Ruang ransum dibersihkan sebelum diisi ransum baru.
 Pengemudi dan karyawan yang menangani ransum paham prinsip kerja program
biosecurity.
3. Manusia
 Bagi yang akan masuk ke area farm harus melewati prosedur sanitasi.
 Salah satu prosedur sanitasinya ialah tata cara masuk ke dalam spray desinfektan.
4. Barang
 Sebelum memasuki area farm barang disanitasi terlebih dahulu menggunakan
desinfektan.
 Untuk barang yang tidak anti air dapat menggunakan kotak untraviolet yang di
sediakan.
5. Kendaraan
 Kendaraan truk pengantar pullet telur harus dibersihkan dan disanitasi terlebih dahulu
menggunakan disenfektan sebelum dan sesudah masuk dengan melewati car spray
saat akan masuk.
 Truk pengangkut pakan merupakan bahaya utama karena mereka membawa dari farm
satu ke farm yang lain. Jika tidak mungkin untuk didesinfektan, maka sopir dan truk
tidak masuk farm (pakan di bongkar di area pagar).
6. Area perkandangan
 Menjaga kebersihan dengan mencegah rumput/gulma tumbuh.
 Gunakan racun tikus dan semprot insektisida untuk membasmi hewan liar.
 Pasang waring di sekitar pintu masuk untuk mencegah masuknya debu, serangga, dan
burung liar.
 Membakar ayam mati/bangkai dengan incenerator.

6
3.2 Sanitasi
Sanitasi merupakan kegiatan rutin di kandang yang meliputi pembersihan dan
penyemprotan dengan desinfektan. Kegiatan ini dilakukan supaya suasana kandang menjadi
bersih dan nyaman serta mencegah terjadinya penyakit.
Sanitasi dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1. Sanitasi orang dilakukan dengan cara mandi dan ganti pakaian di tempat sanitasi yang
telah disediakan.
2. Sanitasi barang dilakukan dengan cara meletakkan barang ke dalam kotak UV agar
semua mikroorganisme bisa tersanitasi dengan sinar UV dengan sempurna.
3. Sanitasi kendaraan di lakukan dengan cara disemprot atau spray di seluruh bagian
kendaraan.
Salah satu contoh misalnya, dengan mengapur kandang. Pengapuran kandang dilakukan
dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme yang timbul akibat
tingginya amonia yang ada di dalam kandang. Terjadinya bau amonia ini disebabkan karena
litter yang ada di dalam kandang basah akibat tumpah atau bocornya air minum dari nipple.
Oleh sebab itu, gamping atau kapur ditebar persis di bawah nipple. Idealnya kapur ditebar di
seluruh permukaan atau slat kandang. Namun, untuk menghemat bahan dan waktu maka
kapur ditebar dibawah nipple saja.

3.3 Vaksinasi

Dalam peternakan ayam broiler breeder, pencegahan terhadap penyakit sangat


diperlukan untuk meningkatkan keadaan lingkungan yang sehat, baik ternak maupun
peternak itu sendiri. Program pencegahan penyakit pada ternak dapat dilakukan melalui cara
vaksinasi yaitu memasukkan vaksin atau bibit penyakit yang sudah dilemahkan dengan
metode tertentu ke dalam tubuh ayam untuk menciptakan kekebalan tubuh.
Program vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling sering digunakan untuk
mencegah timbulnya penyakit di suatu kawanasan peternakan ayam. Semua program
vaksinasi dibuat berdasarkan sejarah penyakit di peternakan tersebut atau di wilayah
sekitarnya.
Dalam vaksinasi, faktor utama yang sangat penting agar proses berlangsungnya dapat
berjalan lancar dan tidak membahayakan bagi ayam yaitu jangan sampai ayam menjadi
stress, karena apabila ayam menjadi stress akan menyebabkan hal-hal yang berakibat fatal,
7
seperti mortalitas akan meningkat dan pertumbuhan ayam akan terganggu. Salah satu usaha
yang dilakukan untuk mencegah terjadinya stress saat proses vaksinasi yaitu dengan
pemberian nopstress pada saat ayam akan divaksinasi, saat ayam divaksinasi, dan sesudah
ayam di vaksinasi.
Vaksin ada dua macam yaitu :
1. Vaksin aktif (Live Vaccine)
Vaksin aktif adalah vaksin yang berisi mikroorganisme agen penyakit dalam
keadaan hidup, tetapi sudah di lemahkan, yang akan tumbuh dan berkembang biak dalam
induk semang yang divaksin. Contoh jenis vaksin aktif yaitu : ND Lasota, ND Clone,
vaksin gumboro Cevas, IBD Bled, Gumboro A, ND, IB, MAZ, MLV.
2. Vaksin In aktif (Killed Vaccine)
Vaksin inaktif adalah vaksin yang berisi mikroorganisme agen penyakit dalam
keadaan mati atau dimatikan, biasanya di dalamnya dicampurkan atau ditambahkan oil
adjuvant.
Sebelum menggunakan vaksin, sebaiknya terlebih dahulu melihat mutu vaksin,
supaya tidak terjadi kegagalan bila divaksinkan ke ayam. Cara memilih vaksin ang baik dapat
diketahui dari :
 Penampilan fisik vaksin dalam kondisi baik, seperti kemasan dalam keadaan utuh dan
tidak ada cacat seperti : segel telah terbuka, etiket masih baik, bentuk vaksin tidak
berubah, kevacuman dan kelarutan dalam keadaan baik.
 Belum melewati batas tanggal kadaluarsa.
 Terdapat nomor registrasi dan telah teruji oleh Balai Pengujian Mutu dan Sertifikat Obat
Hewan.
 Tidak menimbulkan efek samping dan aman.
 Tingkat kegagalan vaksinasi yang ditimbulkan kecil atau tidak ada sama sekali.
Vaksin yang beredar di lapangan dan banyak digunakan pada ayam umumnya untuk
mencegah penyakit yang disebabkan oleh virus, karena virus tahan terhadap obat anti biotik.
Sebelum pelaksanaan vaksinasi, perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi vaksinasi yaitu :
 Vaksin harus dirawat dan disimpan dengan baik sesuai dengan prosedur yang dianjurkan.
 Ayam yang akan divaksin harus dalam keadaan sehat dan tidak dalam kondisi stress.
 Keadaan nutrisi ayam cukup.
 Keadaan sanitasi kandang cukup baik.
 Pelaksanaan vaksinasi dalam waktu umur yang tepat.
8
 Peralatan vaksinasi harus dalam keadaan baik dan steril.

Vaksinasi merupakan cara pencegahan penyakit dengan biaya yang tidak murah,
maka perlu diperhatikan supaya tidak terjadi kegagalan. Cara mencegah terjadinya kegagalan
vaksinasi antara lain :
 Vaksin aktif harus disimpan dalam suhu 2-8ºC.
 Jaga kebekuanna (dalam kondisi beku kering).
 Jangan membuka vial vaksin atau botol kemasan bila belum siap digunakan.
 Campurkan vaksin sesegera mungkin bila akan digunakan.
 Lakukan vaksinasi dengan dosis yang tepat.
 Ikuti petunjuk dan prosedur dari pabrik asal pembuat vaksin.
 Jangan buru-buru dalam melakukan vaksinasi (asal cepat).
 Vaksin harus tercampur secara merata (homogeny).
 Air yang digunakan untuk melarutkan vaksin harus bebas dari desinfektan.

3.3.1 Teknik Vaksinasi

1. Vaksin melalui Tetes (Intra Oculer=IO/Intra Nasal-IN)

Pelaksanaan vaksinasi melalui tetes dilakukan pada ayam dengan maksud untuk
mencegah netralisasi vaksin oleh antobody maternal ( bawaan dari induk ). Cara ini memakan
waktu dan tenaga, karena dilakukan tiap satu persatu ayam, tetapi kelebihannya sangat efektif
karena dosis tepat dan merata untuk setiap ayam. Untuk mempercepat pelaksanaan vaksinasi
sebaiknya dilakukan secara bersama-sama ( lebih dari 2 orang ).
Langkah-langkah vaksinasi melalui tetes :
1. Persiapkan alat dan bahan.
2. Skat ayam pada satu titik.
3. Campur vaksin dengan delucent.
4. Kocok vaksin hingga homogen dengan gerakan angka 8 atau 0.
5. Pencet botol vaksin dengan posisi mengarah keatas, jungkirkan botol.
6. Pegang ayam pada kepala.
7. Teteskan vaksin pada mata atau lubang hidung ayam ( sesuai vaksin yang digunakan ).

9
2. Vaksinasi dengan Cara Penyuntikan
( Subcutan = SC/Intra Muscular = IM )
Vaksinasi dengan cara penyuntikan ini dilakukan dengan cara penyuntikan vaksin,
lokasi penyuntikan vaksin dapat didaerah bawah kulit (subcutan) SC yaitu pada leher bagian
belakang sebelah bawah dan pada otot (intramuscular) IM yaitu pada otot dada atau paha
(leg).
Vaksinasi merupakan cara pencegahan penyakit dengan biaya yang tidak murah,
maka perlu diperhatikan supaya tidak terjadi kegagalan. Cara mencegah terjadinya kegagalan
vaksinasi antara lain :
 Jaga kebekuannya ( dalam kondisi beku kering ).
 Vaksin harus di simpan dalam suhu 2-8ºC.
 Jangan membuka vial vaksin atau botol kemasan bila belum siap benar akan digunakan.
 Campurkan vaksin sesegera mungkin bila akan digunakan.
 Lakukan vaksinasi dengan dosis yang tepat.
 Ikuti petunjuk dan prosedur dari pabrik asal pembuat vaksin.
 Jangan buru-buru dalam melakukan vaksinasi ( asal cepat ).
 Vaksin terus tercampur secara merata ( homogeny ).
 Air yang di gunakan untuk melarutkan vaksin harus bebas dari desinfektan.

Langkah-langkah vaksinasi penyuntikan sub cutan :


1. Persiapkan alat dan bahan
2. Sekat ayam pada satu titik
3. Kocok vaksin hingga homogen dengan gerakan angka 8.
4. Pegang ayam dan suntikkan pada bagian yang ditentukan ( leher/dada/paha ).

3. Vaksinasi dengan Tusuk Sayap (Wing Web = WW)

Vaksinasi dengan cara tusuk sayap (wing web) ini dilakukan dengan cara menusuk
pada bagian selaput tipis sayap ayam dengan menggunakan jarum yang memiliki lubang pada
bagiannya.
Langkah-langkah dengan tusuk sayap :
1. Persiapkan alat dan bahan.
2. Sekat ayam pada satu titik.
3. Campur vaksin dengan deluent.

10
4. Kocok vaksin hingga homogen dengan gerakan angka 8.
5. Pegang ayam dengan posisi salah satu sayap dibentangkan dengan mengarah ke atas.
6. Masukkan jarum kedalam vaksin sampai lubang pada jarum terisi vaksin.
7. Tusukkan jarum tersebut dengan posisi lubang jarum berada diatas (sedikit condong agar
volume vaksin pada lubang tidak berkurang).

4. Vaksinasi dengan Penyemprotan

Prinsip metode penyemprotan adalah vaksin yang terlarut pada air yang mengandung
mineral disemprotkan di dalam kandang. Vaksin akan masuk ke tenggorokan melalui
pernafasan alami. Semakin kecil butiran airnya, semakin jauh vaksin dapat mencapai sistem
pernafasan.
Pilihan peralatan ditentukan oleh jenis vaksin, umur ayam dan lay out kandang, yang
sering digunakan adalah penyemprotan tangan, penyemprotan tas punggung, gloria dan
atomiser.
Setelah aplikasi vaksin, peralatan harus dibersihkan seluruhnya, pembersih
desinfektan dapat digunakan di bagian luar, di bagian dalam, bagaimanapun tidak ada
desinfektan atau produk pembersih yang dapat di gunakan. Pembersihan yang paling baik,
dilakukan dengan air bersih.
Hal yang paling penting diperhatikan jika melakukan vaksinasi secara penyemprotan
adalah :
 Agar berhasil, gunakan air bebas mineral dan atur ukuran butiran air sesuai dengan jenis
vaksinnya.
 Ventilasi kandang harus dihentikan dan lubang inlet harus ditutup selama kurang lebih
30 menit setelah vaksinasi.
 Jika memvaksin DOC, mereka harus dibiarkan 15 menit agar mengering.

5. Vaksinasi dengan Air Minum

Cara termudah dan termurah untuk memberi vaksin pada flock adalah melalui air
minum. Keberhasilannya tergantung pada kualitas air (tidak ada residu), suhu air dan
konsumsi air per ekornya. Status kekebalan yang seragam akan diperoleh jika sebelum
vaksinasi dilakukan puasa air minum selama paling tidak 3 jam.

11
3.4 Konstruksi Kandang

Dalam suatu usaha peternakan, kandang merupakan salah satu kunci utama
keberhasilan beternak am parent stock. Kandang yang baik dan dilengkapi dengan
perlengkapan dan fasilitas yang dibutuhkan akan menjadikan proses pemeliharaan sehari-
harinya menjadi mudah dijalankan. Kandang yang baik juga akan menciptakan suasana yang
nyaman bagi ayam sehingga mampu meningkatkan konversi makanan, meningkatkan
pertumbuhan dan kesehatannya secara optimal. Kandang berfungsi untuk melindungi ayam
dari pengaruh iklim, seperti hujan, panas matahari, angin, serta menghindari gangguan dari
binatang lainnya.

3.4.1 Atap Kandang

Fungsi atap kandang selain menaungi pengaruh panas matahari dan air hujan juga
untuk mempengaruhi suhu serta kelembaban di dalam kandang. Pengaruh suhu serta
kelembaban sangat erat hubungannya dengan bentuk/tipe atap, kemiringan, bayangan atap
dan bahan yang dipakai.

3.4.2 Bentuk Atap

Bentuk atap kandang dibedakan menjadi :


 Shade
 Semi monitor
 Monitor
 Gable

3.4.3 Kemiringan/Sudut Atap

Kemiringan atap kandang biasanya membentuk sudut 30º s/d 40º dan selain mengatur
kemiringan atap juga perlu dipertimbangkan fungsi ventilasi kandang.

1. Sistem Bayangan
Pada umumnya setiap kandang dilengkapi sistem bayangan ± 1 m guna
memperkecil masuknya sinar matahari maupun air hujan.

12
2. Sistem Monitor
Pada suatu monitor, jumlah atap ada 2 unit, dimana pada unit pertama dengan
kedua ada jarak untuk masuknya udara. Atap sistem monitor mampu mengeluarkan
udara yang banyak yang mengandung CO2 dan menggantinya dengan udara yang
mengandung O2.

3. Bahan Atap
Bahan atap yang dapat memantulkan radiasi panas matahari merupakan bahan
atap yang paling cocok untuk daerah panas seperti Indonesia. Bahan atap tersebut antara
lain : Alumunium, asbes, genteng yang dicat warna merah.

4. Dinding Atap
Ada berbagai model/sistem dinding kandang yaitu sistem dinding terbuka (open
house), semi terbuka, dan dinding tertutup (closed house). Pemilihan model dinding di
pengaruhi oleh alam setempat, kondisi ayam dan tujuan pembuatannya. Model dinding
kandang dibedakan menjadi :
- Model dinding terbuka
Sangat cocok untuk daerah dataran rendah. Pada kandang terbuka, seluruh
sisinya tetap dipasangi dinding, tetapi tidak rapat, misalnya dari jeruji bambu/dari
kawat kasa.
- Model dinding semi terbuka
Sangat cocok untuk daerah dataran tinggi/pegunungan. Dari seluruh
permukaan dinding separuh bagian lainnya terbuka.
- Model dinding tertutup
Pada closed house model dinding tertutup sangat cocok untuk pemeliharaan
ayam masa starter. Pada closed house, dinding tertutup adalah faktor utama dan harus
dilengkapi dengan blower, colling pad dan temtron.

3.4.4 Ventilasi Kandang

Ventilasi berfungsi untuk menjaga suhu ruangan, kelembapan, menyediakan udara


bersih dan mengeluarkan udara kotor dari sisa hasil metabolisme dan amonia. Sistem
kandang terbuka/semi terbuka memiliki ventilasi alamiah yang sangat baik, karena prinsip
konstruksi kandang dinyatakan bahwa semakin banyak ventilasi maka cenderung udara di

13
dalam kandang semakin segar. Penting untuk diperhatikan bahwa tidak ada fluktuasi suhu
mendadak yang terjadi jika kipas-kipas dimatikan atau dinyalakan.
Aliran udara harus selalu dihindari dan kecepatan udara harus selalu dihindari dan
kecepatan udara harus diubah secara perlahan. Kecepatan udara yang optimum akan
bervariasi sesuai dengan umur ayam dan kondisi lingkungan di bagian dalam dan di luar
kandang. Penyusunan sistem kontrol suhu yang sesuai dan posisi inlet harus menjamin
stabilitas suhu di kandang. Selama musim dingin, udara yang lebih dingin harus dicampur
dulu dengan udara panas dalam kandang, atau bila perlu dihangatkan terlebih dahulu,
sebelum mengenai tubuh ayam.
Sistem ventilasi ang digunakan dalam sistem kandang closed house di PT. SATWA
UTAMA RAYA UNIT 1 PURWOSARI ini menggunakan blower dan cooling pad karena
suhu dan kelembaban dapat diatur sesuai kebutuhan. Alat yang mengatur blower dan cooling
pad adalah temptron.
Exaust fan merupakan alat untuk mengatur sirkulasi di dalam kandang dengan cara
menyedot karbondioksida dan amonia keluar dengan digantikan oksigen yang segar yang
masuk melalui cooling pad sehingga sirkulasi dapat diatur dan kondisi di dalam kandang
tetap nyaman. Jumlah blower yang di gunakan pada tiap kandang yaitu 7 unit yang terletak di
dinding belakang.
Cooling pad merupakan sistem pendingin udara dengan menggunakan cell deck yang
merupakan tempat masuknya angin dari luar ke dalam kandang. Cooling pad merupakan
kumpulan dari beberapa cell deck yang dijadikan satu. Cell deck terbuat dari cetakan kertas
pabrik yang sangat keras sehingga dapat di gunakan ± 3 kali produksi.

3.4.5 Lantai Kandang

Dalam dunia peternakan ayam dikenal 3 macam lantai kandang yaitu lantai litter,
lantai celah dan lantai kombinasi.

1. Lantai Litter

Pada prinsipnya, lantai litter dibedakan menjadi 2 yaitu lantai yang bagian dasarnya
terbuat dari tanah yang di ratakan dan dipadatkan sedangkan yang kedua adalah terbuat dari
campuran pasir dan semen.
Keuntungan pada lantai jenis kedua adalah dapat menahan uap air dari dalam tanah,
mudah dibersihkan dan mudah disuci hamakan. Untuk menambah kenyamanan pada ayam

14
yang di pelihara, diatas lantai tersebut ditaburi litter yang dapat berupa sekan padi, serbuk
gergaji atau bahan-bahan lain yang prinsipnya dapat menyerap air.

2. Lantai Celah

Lantai celah merupakan jenis lantai yang terbuat dari belahan kayu atau bahan lain
seperti kawat kasa. Lubang atau celah pada lantai kandang di fungsikan untuk membuang
kotoran secara otomatis karena kotoran akan langsung jatuh ke tanah/alat penampungan.

3. Lantai Kombinasi

Disebut kombinasi, apabila dalam satu ruangan terdapat dua macam lantai yaitu litter
dan lantai bercelah. Biasanya lantai kombinasi terdiri dari 60% lantai kolong bercelah dan
40% berupa lantai litter.Lantai kandang yang digunakan di PT.SATWA UTAMA RAYA
UNIT 1 PURWOSARI adalah kombinasi postal dan panggung. Lantai kandang postal
berupa semen yang dipadatkan, sedangkan sistem lantai panggung yang digunakan adalah
slat dan litter.

3.5 Manajemen Broiler Breeder


Broiler breeder memiliki 3 fase pemeliharaan yaitu fase starter, growing dan laying.
Fase starter dimulai umur 1 sampai 8 minggu, fase growing mulai 8 sampai 23 minggu,
sedangkan laying umur lebih dari 24 minggu.

3.5.1 Starter
1. Persiapan sampai Kedatangan DOC
 Persiapan kandang
Menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman untuk ayam, menghilangkan
organisme yang patogen baik dari dalam flock maupun dari lingkungan sekitar.
 Pembasmi tikus
 Semprot insektisida
Dilakukan setelah afkir ayam dan setelah bongkar pupuk selesi.
 Semprot desinfektan

15
Kondisi kandang dinyatakan bersih dan instal slat selesai, setelah serutan dan
perlengkapan untuk broding ada di dalam kandang, semprot formalin 9-10% dua hari
sebelum DOC datang.

2. Brooding (1-14 hari)

Langkah-langkah persiapan brooding adalah sebagai berikut :


- Pasang alas pada permukaan lantai.
- Taburkan litter dan ratakan.
- Pasang alas koran pada permukaan litter.
- Semprot dengan desinfektan
- Letakkan tempat pakan dan tempat minum.
- Pasang tirai dalam.
- Pasang space heater dan mengatur suhu di dalam brooding.

3. Kedatangan DOC

Komunikasi yang baik antara pemasok DOC dan manajer farm diperlukan untuk
menentukan tanggal dan waktu pengiriman serta untuk menentukan jumlah pejantan dan
betina yang akan dikirim, kemudian tentukan kebutuhan luas lantai, jumlah tempat minum,
dan jumlah tempat pakan yang diperlukan.
DOC harus sehat, aktif, dan seragam mengenai berat badan dan material antibodynya.
Jangan sampai memelihara DOC dengan kondisi pusar hitam/kuning atau DOC cacat. Untuk
meyakinkan bahwa anak ayam mulai dalam kondisi optimum, ketentuan-ketentuan berikut
ini harus dipenuhi :
- Semua personil yang menangani anak ayam harus mengikuti prinsip-prinsip biosecurity,
misalnya memakai sepatu boot dan pakaian yang bersih, dan penempatan anak ayam
harus tepat sesuai dengan jumlah dan jenis kelaminnya.
- Nyalakan pemanas terlebih dahulu selama 24 jam, agar litter menjadi hangat.
- Suhu yang cocok pada level anak ayam harus 30-32ºC.
- Litter harus rata.
- Intensitas cahaya harus sebesar 20 lux.
- Sistem pemberian minum dan tempat minum, kran tambahan harus diisi dengan air segar
yang bersih bersuhu 20ºC. Jarak yang harus ditempuh anak ayam untuk mencapai tempat
minum tidak boleh lebih dari 1 hingga 2 meter. Anak ayam harus mudah menemukan

16
tempat minum dan air minum dari tempat tersebut dan tidak ada kemungkinan air
terbuang (alas basah).
- Feeder tray harus didistribusikan merata di area brooding. Freeder tray ini harus terisi
pakan tanpa melebihi kapasitas optimum untuk menghindari pakan terbuang. Letakkan
feeder tray tersebut dekat dengan tempat minum untuk mempermudah anak ayam makan
dan minum secara bergantian.
- Kipas harus dimatikan (Resirkulasi). Kira-kira 6 jam setelah kedatangan DOC, DOC
harus mulai berbaring dengan nyaman dan menyebar di litter. Jika mereka masih
membuat suara ribut, maka hal ini mengindikasikan stress. Anak-anak ayam tersebut
harus diawasi dengan ketat dan tindakan perbaikan harus dilakukan jika perlu.

4. Bentuk dan Ukuran Kerangka Tubuh/Frame yang Baik dan Standar


Pencapaian bentuk kerangka tubuh yang benar tercermin dari pencapaian berat badan
minggu ke-4 dengan berat badan standar 520 gram untuk strain Cobb. Penyimpangan dari hal
tersebut akan berpengaruh pada konformasi tubuh (Perbandingan antara otot-otot, tulang, dan
perlemakan tubuh).
Pencapaian target BW 7 hari pertama minimal 4 kali berat DOC, tujuannya untuk
perkembangan organ-organ kekebalan tubuh atau immunity development system yang
maksimal.

5. Suhu Masa Brooding

Suhu masa brooding dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


Tabel 1. Suhu Brooding
Suhu Brooding ( Pemanasan
Suhu Lokal ) dengan menggunakan
Hari Brooding Spesial Chick Guard (ºC)
(ºC) Dibawah Dalam
Pemanas Ruangan
1 35-33 32-31 28
2 33-32 31-30 27
3 hg 7 32-29 30-29 26
7 hg 14 29-26 29-26 24,5
14 hg 21 26-23 26-23 23

17
21 hg 28 23-21 23-21 21,5
28 hg 35 21-20 21-20 20
36 dan 20 20 20
Selanjutnya

6. Pemeliharaan Anak Ayam (DOC)

Tergantung pada musim dan iklim, alat pemanas harus dinyalakan 24 jam sebelum
kedatangan DOC. Anak anak ayam akan berbaring hanya jika mereka merasa nyaman berada
di atas litter. Hal ini juga akan membantu mereka menemukan air minum dan pakan lebih
mudah. Anak ayam yang kecil, dari Grand Parent Stock (GPS) yang lebih muda, mungkin
memerlukan suhu yang stabil antara 2-4ºC lebih dari keadaan normal. Mereka juga harus
dipelihara dengan kepadatan yang lebih rendah dan kadang-kadang diperlukan tambahan
freeder dan drinker lebih banyak. Kadang-kadang, untuk menghemat energi pemanas, hanya
sebagian kandang yang digunakan dan dipanaskan terlebih dahulu. Hal ini disebut partial
brooding. Keuntungannya adalah penempatan tempat minum dan tempat pakan bisa lebih
padat, sehingga akses untuk menemukan pakan dan air lebih mudah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ayam periode starter adalah
sebagai berikut :
 Pemeliharaan Umur 0-7 hari
 DOC harus segera mengenal lingkungannya.
 Periode ini adalah periode adaptasi lingkungan.
 Bahwa temperatur awal brooding yang dinyatakan sudah benar,kalau bisa
menyebabkan anak-anak ayam dalam kurun waktu 4 jam setelah DOC diterima 95%
dari total populasi temboloknya sudah terisi makanan.
 Kekebalan DOC berasal dari kekebalan induknya.
 Stress post vaksinasi akibat pertama kali mengenal vaksin.
 Tidak tahan terhadap guncangan temperatur seperti kepanasan atau kedinginan.
Temperatur ideal 28-33ºC
 Konsumsi pakan masih sedikit tapi sangat penting, karena kebutuhan nutrisi untuk
kepentigan pembelahan sel (hiperplasia).
 Jumlah konsumsi harus disesuaikan/diusahakan memenuhi standar nutrisi yang
dibutuhkan, misalnya dengan memperpanjang waktu makan di malam hari (terutama
jantan untuk mengejar target BW).

18
 Berat badan pada umur 7 hari harus 4 kali bobot DOC.
 Lakukan grading pada jantan pada kegiatan debeak umur 6 hari dan grading betina
pada umur 7 hari.
 Pemeliharaan Umur 8-14 hari
 Kesegaran udara di dalam kandang sebaik mungkin tanpa mengabaikan standar
temperatur kandang (lakukan pelebaran chick guard DOC tiap 1-2 hari dan
pembekuan tirai inlet kandang sesuai kebutuhan).
 Lakukan adaptasi peralihan tempat pakan dan minum.
 Perhatikan proses pertumbuhan/pergantian bulu badan untuk menentukan waktu
penghentian pemakaian pemanas (bisa dimulai pada hari ke 15-18)
 Perhatikan kebersihan tempat pakan dan minum.
 Pelebaran chick guard ayam sudah mencapai 50% dari totalslat luas kandang.
 Lakukan grading pada betina saat kegiatan vaksin umur 14 hari.
 Umur 15 – 21 hari
 Lakukan adaptasi lingkungan dari penggunaan pemanas kepada lingkungan tanpa
pemanas.
 Perluasan sekat brooder kandang mencapai 100% dari total luas slat kandang yang
dibutuhkan ( hari ke 15 ).
 Periode ini sangat sensitif terhadap kemungkinan timbulanya koksi ( hari ke 13 – 15
).
 Untuk betina pada hari ke 21 penggunaan cover slat mulai dikurangi dan selesai
tanpa cover slat pada hari ke 30.
 Lakukan seleksi pada ayam-ayam yang sudah sangat jelek.
 Umur 22 – 28 hari
 Bulu sudah menutupi seluruh tubuh.
 Konsumsi pakan diatur untuk mencapai target.
 Target pencapaian berat badan minggu ke-4 sebesar 520g untuk strain cobb,
semuanya harus tercapai.
 Keseragaman pertumbuhan ayam yang tercermin dari keseragaman berat harus
dicapai diatas 80%.
 Pada minggu ke-5 dilaksanakan peralihan pakan starter ke pakan grower.
 Untuk jantan cover slat langsung dibuka pada akhir minggu ke-6 (saat mixing).

19
7. Debeak (Potong Paruh)

Untuk membangun hirarki dalam flock, saling mematuk adalah hal yang normal.
Bagaimanapun, pematukan yang berlebihan mengakibatkan kematian pada ayam. Penyebab
yang memungkinkan terjadinya pematukan yang berlebihan adalah : suhu tinggi, intensitas
cahaya yang tinggi, debu, ventilasi yang buruk, penyakit usus, iritasi di sekitar vent,
kekurangan pakan, ayam yang terlalu padat, kekurangan feeder space, dan kebosanan. Potong
paruh yang tidak baik berakibat meningkatnya mortalitas dan menurunnya tingkat
keseragaman, yang nantinya akan mempengaruhi produktifitas selanjutnya.
Langkah-langkah/prosedur potong paruh adalah sebagai berikut :
1. Anak ayam harus dipotong paruhnya pada umur 3 sampai 5 hari, di mulai 1 hari sebelum
potong paruh antibiotik bisa diberikan untuk mencegah penyakit selama 3 hari.
2. Jangan diberi pakan selama 3-5 jam atau minum 2 jam sebelum potong paruh.
3. Turunkan suhu kandang selama potong paruh untuk membantu pembekuan darah (23-
25º).
4. Gunakan lubang debeaker yang sesuai dengan paruh anak ayam dari 3 lubang yang ada
untuk memungkinkan pemotongan dilakukan dengan baik.
5. Jenis pisau harus sesuai dengan umur anak ayam.
6. Bagian tengah pisau harus berwarna merah, bara sepanjang 0,4 hingga 0,5 untuk
meyakinkan bahwa suhunya tepat.
7. Pisau dan penahannya harus dibersihkan secara teratur dan diganti bila perlu.
8. Selama potong paruh, arahkan paruh sedikit ke atas. Kedua rahang dipotong secara
bersama. Bagian atas harus lebih panjang dari yang bawah.
9. Paruh betina dipotong 3mm di depan lubang sementara paruh pejantan sekitar 5mm.
10. Anak ayam yang dipotong akan merasa kesakitan pada darahnya. Untuk itu, segera
setelah potong paruh berikan pakan ( dengan ketebalan 2-3 cm ) dan air yang cukup.
11. Ayam yang paruhnya dipotong tidak boleh divaksin selama 1 minggu, ataupun
dipindahkan untuk meminimalkan stress lebih lanjut.

3.5.2 Grower
1. Pencapaian Standar Berat dan Keseragaman Pertumbuhan

Pencapaian standar berat badan dan keseragaman pertumbuhan sangat ditentukan oleh
tepatnya program pemberian pakan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Untuk
memungkinkan terbentuknya konformasi tubuh yang ideal, maka proses pertumbuhan otot

20
(fleshing) harus berlangsung dengan baik dengan cara kontrol pemberian pakan dan
distribusinya secara merata, sehingga dapat diperoleh pertambahan berat badan (Weight gain)
secara steady / konsisten setiap minggunya. Penggunaan lampu pada malam hari (lighting
program) disarankan kalau sudah tercapai konsumsi pada komulatif sekitar 24.000 Kkal.
Konsep penyinaran pada masa growing tidak boleh ada perpanjangan penyinaran untuk
umur-umur growing selanjutnya bila dibandingkan dengan panjang penyinaran yang sudah
diterima pada umur sebelumnya.
Tabel 2. Lighting Program
N UMUR LAMPU INTENSI
O (Minggu) (Jam) TY (Lux)
1 00 – 01 24/22 30
2 02 – 05 20/12 30
3 06 – 21 8 5–8
4 22 – 24 14 40 – 60
5 25 – dst 16 40 – 60

Tabel 3. Standart Body Weight


N
UMUR (Minggu) LAMPU (Jam)
O
1 4 – 12 80 – 120
2 13 – 16 100 – 140
3 17 – 19 100 – 160
4 20 – 22 140 – 180
5 23 – 25 160 – 180

2. Perlakuan terhadap Penyimpangan Pencapaian Standar Berat Badan

Perlakuan terhadap penyimpangan percapaian standar berat badan ayam antara lain :
 Perlakuan terhadap berat badan ayam lebih rendah dari target pada minggu ke-4 adalah
segera koreksi program pemberian pakan dengan penambahan jumlah dan paling lambat
minggu ke-6 target berat badan harus terapai, kemudian pelihara body weight gain agar
naik secara steady/konsisten setiap minggunya.
 Perlakuan terhadap berat badan ayam lebih tinggi dari target pada minggu ke-4 adalah
koreksinya tidak boleh dilakukan dengan memotong jatah makanya secara tiba-tiba,

21
karena bisa mengganggu pertumbuhan, dan karena jatah pakan yang sedikit tersebut
dapat menyebabkan tidak tercapainya keseragaman.
 Laksanakan program pemberian pakan secara skip a day, kemudian dengan metode 4/3,
5/2 dan minggu ke 23 dilakukan pemberian pakan setiap hari.
 Pemberian pakan pada growing mulai hari ke-1 harus dinaikkan setiap hari dengan
kuantum yang sama untuk mencapai target konsumsi rata-rata minggu tersebut. Jadi
peningkatan jumlah pakan bukan hanya pada awal minggu saja, melainkan setiap hari.
 Penyiriman lampu yang dimulai pada umur 6 minggu dengan 8 jam, penyinaran harus
menggunakan standar 5 – 8 lux dengan merata di seluruh kandang pada level ayam. Hal
ini dimaksudkan untuk perbaikan uniformity dan depletion tanpa menggangu respon
sexual maturity.
 Pembekuan tirai dan stimulasi lampu hanya boleh dilaksanakan kalau kumulatif
konsumsi energi betina mencapai 22.000 – 23.000 Kkal atau pada umur sekitar 147 –
150 hari atau berdasarkan berat badan ayam saat mencapai 2.400 g.
Standar kenaikan bodyweight per minggu dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4. Body Weight


N
UMUR (Minggu) LAMPU (Jam)
O
1 4 – 12 80 – 120
2 13 – 16 100 – 140
3 17 – 19 100 – 160
4 20 – 22 140 – 180
5 23 – 25 160 – 180

Pada saat stimulasi lampu mulai dilaksanakan, seharusnya pertumbuhan otot/daging


mulai berhenti, dan ini hanya bisa terjadi kalau program pakan antara umur 15 – 20 minggu
cukup dan seimbang dengan besarnya “frame”, dengan jumlah kenaikan maksimum adalah 5
gram. Dengan demikian organ-organ reproduksi tumbuh dengan sempurna, dan saat stimulasi
lampu pada umur 21 – 22 minggu dilaksanakan, protein dan energi yang dikonsumsi
sepenuhnya digunakan untuk persiapan produksi. Apabila program pakan antara umur 15 –
20 minggu tidak sesuai dengan besarnya “frame” (frame besar tapi kenaikan pakan kecil), hal
ini akan menyebabkan pertumbuhan organ-organ reproduksi maupun produksi hormon-
hormon reproduksi menjadi kurang sempurna, sehingga ketika stimulasi lampu dilaksanakan,

22
bukannya pertumbuhan badan yang berhenti dan produksi yang dipacu, tetapi sebaliknya
pertumbuhan badan terus berlangsung sehingga ayam tampak besar, tidak gemuk tapi tidak
berproduksi. Untuk umur 20 – 25 minggu, kenaikan jumlah pakan tidak boleh menyebabkan
terjadinya over ovulasi. Sehingga kenaikan jumlah pakan yang disarankan adalah 4 gram
untuk umur 20 – 23 dan sampai 8 gram untuk minggu ke-24 dan 25.

3. Male Growing Management

Harus diketahui bahwa tipe induk pejantan saat ini sudah berubah dari tipe klasik
kepada tipe konformasi tubuh. Dapat dikatakan bahwa induk pejantan merupakan pembawa
sifat pertumbuhan otot-otot dada yang dominan. Dengan demikian, induk jantan memerlukan
perhatian khusus agar pertumbuhan otot-ototnya seimbang dengan framena (good body
conformation).Untuk kepentingan tersebut di atas, disarankan untuk menumbuhkan ukuran
frame yang cukup besar pada awal masa pertumbuhan dengan program pakan “full feed”
sesuai panjang waktu lighting program, dan berat badan jantan pada tabel sampai minggu ke-
7 adalah berat minimal. Sementara berat badan berikutnya yaitu setelah minggu ke-7
diusahakan bisa standar. Dengan demikian bisa didapatkan konformasi tubuh yang ramping
(frame besar tapi otot-otot tipis).
Pencampuran jantan dan betina dilaksanakan umur 8 minggu dengan sasaran
pertumbuhan otot-otot menjadi ramping pada ukuran frame yang cukup besar. Selanjutnya
program pakan jantan mengikuti program pakan betina. Ditegaskan ulang bahwa
performance hatchability sangat ditentukan oleh 2 faktor utama pada management jantan
growing, yaitu :
1. Berat badan awal sampai umur 6 minggu sama sekali tidak boleh dibawah standar.
2. Uniformity jantan harus tercapai dengan baik sejak awal masa brooding yaitu dengan
metode/cara memaksimalkan pemerataan kesempatan makan anak ayam dengan cara
memaksimalkan pemerataan temperatur brooder.

3.5.3 Laying
Masa kedewasaan ayam diawali pada usia 18 minggu, dimana kedewasaan tersebut
ditandai dengan perilaku dan perubahan fisik yang sangat mencolok, perubahan tersebut
dapat dilihat dari perubahan jengger dan pial yang membesar, tebal dan berwarna merah,
serta tubuh yang semakin berisi dilengkapi bulu yang semakin mengkilap. Selain itu juga

23
perubahan yang terjadi dapat kita lihat dari perilakunya yang mulai suka berkotek dan
semakin jinak dengan peternaknya.
Perubahan tersebut terjadi karena perkembangan organ reproduksi yang semakin
matang. Selama masa produksi, tuntutan hidup ayam seperti protein semakin meningkat dari
pada remaja, tuntutan ini digunakan untuk memenuhi perawatan tubuh dan hasil produksi
ayam tersebut, jika tuntutan ini kurang terpenuhi maka dapat berakibat atas keunggulannya
untuk memproduksi telur. Oleh karena itu pada masa tersebut peternak harus memanfaatkan
peluang untuk hasil yang maksimal seperti memberikan kandungan ransum yang baik. Untuk
menjamin kesehatan dan produktifitas pada masa bertelur, ayam harus dapat perlakuan dan
pemeliharaan sebaik mungkin.
Ayam dikatakan memasuki fase laying katika produksi telurnya mencapai 3% dari
jumlah komodity ayam. Dimana produksi telurnya akan semakin bertambah dan akan
mengalami puncaknya pada usia 29 – 30 minggu.

1. Management Laying

Management laying bertujuan untuk mendapatkan HE (High Egg) yang maksimal


sepanjang masa produksi, dengan segi kuantitas dan kualitas yang baik serta fertilitasnya
yang tinggi.
Pada fase ini dihitung Deplesi betina 0,3% dan jantan 1% per minggu. Bukan hanya
ini tetapi kelengkapan fasilitas juga harus tercukupi, seperti halnya sangkar untuk tempat
bertelur, tengger untuk tempat bertengger ayam dan yang paling penting kelembapan, suhu
dan intensitas cahaya harus diperhatikan penuh. Pencahayaan berfungsi untuk pematangan
organ reproduksi dan pertumbuhan ayam.
HE (High Egg) yang dituju pada fase ini harus memenuhi kuantitas dan kualitas yang
baik, seperti bentuk dan kondisi telur yang baik, berat telur standart yang ditentukan, telur
harus dalam keadaan bersih dan tidak retak, serta Fertilitas yang tinggi.

2. Management Telur

Tidak hanya pemeliharaan yang harus diperhatikan, tetapi management telur juga
harus diperhatikan. Tujuannya agar mendapatkan HE yang berkualitas baik untuk di tetaskan.
Maka dari itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :
a. Pengambilan telur harus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, pengambilan
pertama pada pukul 07.30, kedua 09.15, ketiga 11.00, keempat 14.00, terakhir 15.15. Hal

24
ini bertujuan agar telur tidak menumpuk didalam sangkar dan mengurangi terjadinya
retak pada telur yang disebabkan oleh kuku ayam.
b. Management Sangkar
Jumlah sangkar pada setiap kandang harus diperhitungkan sesuai jumlah ayam.
Sangkar yang baik adalah sangkar yang berisi serutan kayu 2/3 dari tinggi sangkar,
sangkar tidak boleh melukai ayam biasanya ini terjadi karena pada sangkar terdapat
bagian-bagian yang tajam.
c. Gride Grading HE
B1 Kotor, misshape, poorshell (kulit putih dan tebal)
B2 Bobot telur 45,0 – 49,9 gram
B3 Bobot telur 50,0 – 55,9 gram
A1 Bobot telur 56,0 – 61,9 gram
A2 Bobot telur 62,0 – 68,9 gram
A3 Bobot telur > 69,0 gram
Komersil Junior, jumbo, misshape, kulit tipis, kotor, retak

d. Fumigasi
Fumigasi ini sangat penting tujuannya supaya telur terhindar dari
mikroorganisme. Bahan yang digunakan dalam proses fumigasi adalah Forcent dan
Formalin dengan perbandingan 1:2.
e. Pengangkatan HE
Telur yang sudah selesai dikemas dalam keranjang harus diangkat manual dari
tempat fumigasi ke dalam truck pengangkut telur, pada saat pengangkatan harus
dilakukan secara hati-hati.

3. Grading dan Seleksi

Seleksi ayam harus menjadi program yang kontinue. Seleksi harian (yang berlangsung
selama waktu pemberian pakan) harus dilakukan sedini mungkin. Hal ini berarti pada saat
kedatangan DOC, anak ayam yang lebih kecil harus di pelihara secara terpisah dan diberi
pakan khusus starter tambahan untuk beberapa hari. Waktu yang baik untuk seleksi adalah
selama proses potong paruh. Jika terjadi uniformity yang buruk, program grading dan seleksi
ayam yang ketat harus dijalankan.

25
Grading 100% harus dilakukan 3 kali yaitu pada umur 4 minggu, 10 minggu, dan 18
minggu. Grading 100% berarti bahwa semua ayam harus ditangkap dan di seleksi menurut
kategori berat badannya. Banyaknya kategori berat badan harus di dasarkan pada uniformity
flock bersangkutan. Sebagai contoh flock dengan uniformity 60% paling baik dibagi menjadi
tiga kategori berat yaitu kelompok yang berat atau besar, kelompok standar dan kelompok
yang ringan atau kecil. Jika dikarenakan adanya wabah penyakit yang parah, flock memiliki
uniformity 40%, lima bagian kandang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut
.
4. Mengatur Berat Badan dan Pemberian Pakan

Dua faktor kunci dalam management breeder adalah pengaturan berat badan dan
pemberian pakan. Pejantan dan betina memiliki kebutuhan pakan yang berbeda untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang optimum. Selama periode growing pemberian pakan
dilaksanakan berdasarkan target berat badan. Pengambilan smple berat badan secara acak,
secara teratur dan teliti untuk memonitor flock. Uniformity berat badan ayam sama
pentingnya seperti berat badan itu sendiri, karena uniformity akan mempermudah
management pemeliharaan untuk produksi yang lebih baik dan produksi menjadi lebih
murah.

3.7.1 Pemeliharaan Ayam Betina

Tujuan dari management pemeliharaanm betina adalah mengubah broiler menjadi


layer. Kontrol berat badan dan pengaturan kematangan seksual merupakan hal yang
mendasar dalam mencapai tujuan ini. Management broiler breeder pada masa pertumbuhan
dapat dibagi menjadi 3 tahapan dengan karakteristik dan tujuan tertentu yaitu masa starter,
masa growing, dan masa pra-layer. Program-program pemberian pakan harus disesuaikan
untuk mengakomodasi perbedaan pertumbuhan pada masing-masing periode waktu tersebut.

3.6 Pemeliharaan Ayam Pejantan

Dalam masa produksi, pejantan penyimpan lebih sedikit lemak dari betina dan mereka
mulai menunjukkan perilaku dominan. Pejantan harus ramping dalam periode produksi, tidak
seperti betina. Pejantan tidak memerlukan tambahan protein diakhir periode pertumbuhan.
Pejantan dapat diberikan pakan khusus jantan sejak akhir periode pertumbuhan.

26
3.6.1 Metode Pemberian Pakan

Laju pertumbuhan terbatas yang ideal dapat dicapai dengan membatasi jumlah pakan
(pembatasan kuantitatif). Pembatasan kuantitatif merupakan metode yang paling mudah dan
paling umum digunakan. Metode lain juga dimungkinkan antara lain :
1. Pemberian pakan setiap hari.
2. Skip a day feeding (dari 2 hari berurutan, unggas hanya diberi pakan pada hari pertama).
3. Skip another day feeding (dari 3 hari berturut-turut, unggas hanya diberi pakan 2 hari
pertama).
4. 2 dari 7 (s]atu minggu dibagi menjadi 2 segmen yaitu segmen pertama terdiri dari 3 hari
dan yang kedua terdiri dari 4 hari. Unggas diberi pakan pada hari terakhir dari tiap
segmen).
Konsumsi pakan harian selama masa growing tidak boleh melebihi konsumsi pakan
maksimum pada masa produksi.

3.6.2 Management Air Minum

Tujuan utama dari management air minum adalah untuk menghindari tumpahnya air
yang bisa mengakibatkan basahnya litter. Untuk menjaga konsumsi air optimal, maka perlu
mengawasi perilaku minum secara ketat, dropping, dan kelembutan tembolok.
Program pembatasan air minum didasarkan pada program pemberian pakan, umur
ayam, kualitas pakan, suhu, kesehatan ayam dan jenis kelamin. Cara terbaik untuk
mengekspresikan konsumsiair adalah dengan rasio air/pakan.

3.6.3 Metode-metode Pembatasan Air Minum

1. Memprogram waktu minum, membatasi periode dimana selama itu air dapat diminum,
karena memungkinkan semua ayam untuk minum yang sesuai dengan keadaan spesifik
mereka.
2. Menyediakan sejumlah air tertentu. Hal ini dapat dicapai dengan menghubungkan
sebuah meteran dengan komputer. Ketika sejumlah tertentu air telah lewat, pasokan air
secara otomatis terputus.

27
3.7 Management Pencahayaan
Tujuan utama dari management pencahayaan adalah untuk mengendalikan
kematangan seksual dan untuk memungkinkan aktivitas optimal dalam kandang sehingga
ayam akan memiliki kaki yang kuat.
Setiap program pencahayaan harus mengikuti 3 aturan dasar :
 Diantaranya minggu 10 dan minggu 18-20, program pencahayaan (intensitas dan durasi)
harus tetap.
 Tidak boleh ada penambahan baik pada intensitas atau durasi cahaya pada periode
growing.
 Tidak boleh ada pengurangan baik intensitas maupun durasi setelah 18-20 minggu

28
BAB IV
PERMASALAHAN DAN PEMECAHANNYA

4.1 Permasalahan
Ada beberapa permasalahan yang di jumpai berdasarkan pengamatan selama
pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan di PT. Satwa Utama Raya Unit 1 Purwosari yang
berhubungan langsung dengan sistem perkandangan closed house antara lain :
a. Masih ada ditemukan ayam betina yang bertelur di litter dan slat kandang.
b. Adanya beberapa sangkar yang sudah tidak terisi serutan kayu atau kekurangan
serutan kahyu di dalam bilik sangkar.
c. Proses grading telur tidak menggunakan timbangan yang menyebabkan tidak
sesuainya grade dengan berat yang sesungguhnya.
d. Stelan nipple banyak yang kendor yang menyebabkan pipa nipple naik turun sehingga
air tidak lancar keluar bahkan terdapat nipple yang bocor.
e. Lantai bilik sangkar manual banyak yang terlepas yang menyebabkan telur jatuh ke
lantai.
f. Listrik yang sering mati sehingga flock shock tidak aktif dan ayam akan menaiki pipa
nipple.
g. Listrik yang sering mati menyebabkan deplesi atau kematian akibat temperatur yang
naik sehingga ayam kepanasan.

4.2 Pemecahannya
Adapun solusi atau pemecahan ang dapat dilakukan untuk menghadapi masalah
tersebut antara lain :
a. Untuk mencegah terjadinya perebutan pakan antar ayam sebaiknya dilakukan
pemisahan antara ayam yang lebih mendominasi pakan ke pen yang berisi ayam yang
memiliki kecenderungan yang sama dengan ayam yang lain sehingga pakan dapat
terdistribusi dengan baik dan ayam dapat tumbuh dengan baik.
b. Betina yang bertelur di litter dan slat kandang harus dibiasakan untuk bertelur di
dalam sangkar dengan di bantu oleh anak kandang, supaya ayam lebih terbiasa masuk
ke dalam sangkar agar tidak bertelur di litter dan slat kandang lagi.

29
c. Sangkar yang tidak berisi serutan kayu atau tinggal sedikit terisi serutan kayu
sebaiknya harus di lakukan penambahan supaya telur di dalam sangkar tidak pecah
dan retak pada saat terkena injakan oleh ayam itu sendiri.
d. Proses grading telur sebaiknya tetap menggunakan timbangan yang telah disediakan
di setiap kandang, agar grade yang dihasilkan sesuai dengan berat standart masing-
masing untuk mencapai keseragaman DOC.
e. Nipple yang turun atau tidak sesuai dengan stelan harus dilakukan pengesetan ulang
agar air yang dikeluarkan lancar dan flock sock harus selalu aktif supaya ayam tidak
naik ke atas pipa nipple. Hal ini juga untuk menghindari slat yang basah supaya tidak
menimbulkan sumber penyakit akibat air dari nipple tumpah.
f. Tempat pakan ayam jantan yang rusak sebaiknya segera diperbaiki atau diganti untuk
menghindari perebutan makanan akibat kurangnya tempat pakan dan pakan mudah
tumpah pada saat ayam makan.
g. Segera lakukan pengatasan yang sigap saat terjadi pemadaman, seperti halnya
membuka tirai agar sirkulasi udara tetap berlangsung.

30
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang berdasarkan pada kegiatan selama prakerin dan
pembahasan di atas disimpulkan :
1. Sistem perkandangan yang digunakan yaitu sistem kandang Close House.
2. Program pencegahan penyakit yang dilakukan menggunakan biosecurity, sanitasi dan
vaksinasi. Cara yang dilakukan untuk vaksinasi adalah menggunakan metode tetes,
suntikan, dan wing web.
3. Tahap kegiatan yang dilakukan saat pemeliharaan ayam fase brooding hingga growing
meliputi persiapan penerimaan DOC, penerimaan DOC, debeak, cover slat dan instal
trough, penimbangan ayam, grading ayam, meratakan ayam sesuai populasi, dan yang
terpenting adalah mengenai manajemen ventilasi, pakan, minum, dan vaksinasi.

5.2 Saran Bagi Sekolah

Untuk mengefektifkan pelaksanaan PKL pada tahun-tahun mendatang, diharapkan


sekolah mempunyai kendaraan khusus sekolah untuk memberangkatkan siswa PKL yang
berkelompok di satu perusahaan (menghemat biaya transportasi, keamanan, dan ketepatan
waktu).

5.3 Saran Bagi Perusahaan

1. Sebaiknya di dalam perusahaan harus disediakan mushollah untuk sarana ibadah bagi
karyawan dan siswa PKL yang beragama ISLAM.
2. Seharusnya manager melakukan atau mengadakan pembekalan sedikitnya satu minggu
sekali kepada PKL, agar PKL mengetahui beberapa hal dalam masalah tata cara
merawat ayam dan kandang.
3. Dalam melakukan pekerjaan, PKL akan lebih nyaman jika pakaian kerja PKL yang
sudah hampir tidak layak pakai segera diperbaiki/diperbarui.

31
DAFTAR PUSTAKA

Priyatno, M.A, 2001. Membuat kandang Ayam (Kontruksi Kandang). Penebar Swadaya.
Jakarta.

Fadilah, Roni, 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler (Persiapan Penerimaan DOC).
Agromedia Pustaka. Jakarta.

Nuroso, 2002. Panen Ayam Pedaging dengan Produksi Dua Kali Lipat (Vaksin dan
Vaksinasi). Purwokerto.

Santoso, Hari, Titik, 2002. Pembesaran Ayam Pedaging di Kandang Panggung Terbuka
(Strain Ayam dan Penimbangan).

Subudi, I Wayan,2005. Satwa Utama Raya Broiler Breeder Guide Princples


(Management Broiler Breeder).

32
DAFTAR GAMBAR

Nama Kegiatan Gambar


Tempat Sanitasi Kendaraan Masuk

Sweeping ayam jantan yang kurus

Memasang kontraks (racun tikus) di


kandang

Lantai model panggung dan litter

Inject ayam jantan ( menggunakan


vigantol-e dan catosal dengan dosis 0,5
ml)

33
Nama Kegiatan Gambar
Alat pengukur kecepatan angin (wind
speed/castrel) di dalam kandang

Themptron / pengatur suhu

Semprot Celldeck/collingpad

Box pakan ayam betina

Celldeck/collingpad

34
Tempat pakan tikus

Corner

Regulator

Kipas

Sangkar

35
Penvider

Vidertup

Covergril,grill,throw

Slad

Panel control

36

Anda mungkin juga menyukai