KONSEP TEORI
A. DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru atau alveoli.
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan
adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton &
Fugate, 1993)
Pneumonia adalah proses inflamasi dari parenkim paru yang umumnya
disebabkan oleh terpapar infeksius (Bruner & Sudarth : 2003)
Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh karena
infeksi atau iritasi sihingga alveoli terisi oleh eksudat peradangan (Murwani,
A : 2011)
B. ETIOLOGI
Penyebab pneumonia adalah:
Bakteri:
a. Bakteri garam positif (streptococcus pneumoniae/ pneumococcal
pneumonia. staphylococcus aureus)
b. Bakteri gram negatif (haemophilus influenzae, pseudomonas
aeruginosa, kleibsiella pneumoniae, dan anaerobik bakteria)
c. Atypikal bacteria (legionella pneumophia dan mycoplasma
pneumonia)
Virus:
a. Virus influenza
b. Parainfluenza
c. Adenovirus
d. Virus Synsitical respiratorik
1
e. Rhinovirus
Jamur:
a. Kandidiasis
b. Histoplasmosis
c. Kriptokokkis
Protozoa:
Pneumokistis karinii pneumonia
Adapun yang dapat menjadi faktor resiko adalah:
a. Merokok pasif
b. Polusi udara
c. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
d. Gangguan kesadaran (alkohol, overdosis obat, anestesi umum)
e. Intubasi trakea
f. Imoblisasi lama
g. Terapi imunosupresif (kortikosteroid, kemoterapi)
h. Tidak berfungsinya sistem imun (AIDS)
2
Pernapasan atau respirasi adalah mekanisme yang terjadi ketika tubuh
kekurangan oksigen (O2) dan kemudian menghirup (inspirasi) oksigen yang
ada di luar melalui organ-organ pernapasan. Pada keadaan tertentu, bila tubuh
kelebihan karbondioksida (CO2), maka tubuh berusaha untuk
mengeluarkannya dari dalam tubuh dengan cara menghembuskan napas
(ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan antara oksigen dan
karbondioksida dalam tubuh.
Paru-paru adalah salah satu organ paling penting dalam sistem
pernapasan. Organ ini berada dalam kantong yang dibentuk oleh pleura
perietalis dan pleura viseralis. Kedua paru-paru ini sangat lunak, elestis,
sifatnya ringan dan terapung dalam air serta berada dalam rongga toraks.
Paru-paru yang berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-bintik karena
adanya partikel-partikel debu yang masuk dan dimakan oleh fagosit. Paru-
paru terletak disamping mediastinum dan melekat pada perantaraan radiks
pulmonalis, di mana antara paru yang satu dan yang lainnya dipisahkan oleh
jantung, pembuluh darah besar, dan struktur-struktur lain dalam mediastinum.
(Baradero, Mary, 2008)
3
E. PATOFISIOLOGI PNEUMONIA
Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu
reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan
menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta
karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi
ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara.
Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema
mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveoli
dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang
memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar
ke sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah
terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang
teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia
arterial.
Sindrom Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan
mikoplasma, fungus, klamidia, demam-Q, penyakit Legionnaires’.
Pneumocystis carinii, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia
atipikal.
Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang
paling umum. Mikoplasma adalah organisme kecil yang dikelilingi oleh
membran berlapis tiga tanpa dinding sel. Organisme ini tumbuh pada media
kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia mikoplasma paling sering
terjadi pada anak-anak yang sudah besar dan dewasa muda.
Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang
terinfeksi, melalui kontak dari individu ke individu. Pasien dapat diperiksa
terhadap antibodi mikoplasma.
Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar. Pneumonia
ini menyebar ke seluruh saluran pernapasan, termasuk bronkiolus. Secara
umum, pneumonia ini mempunyai ciri-ciri bronkopneumonia. Sakit telinga
dan miringitis bulous merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia atipikal
dapat menimbulkan masalah-masalah yang sama baik dalam ventilasi
maupun difusi seperti yang diuraikan dalam pneumonia bakterial.
4
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel inefektif. Ada
beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru-paru dari
infeksi partikel infeksius di filtrasi dihidung, atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran nafas. Bila partikel
tersebut dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alfeoler dan juga mekanisme imun sitemik, dan humoral.bayi pada
bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat
secara pasif yang melindunginya dari pneumokokus dan organisme-
organisme infeksius lainnya. Pada anak perubahan mekanisme protetif ini
dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada
kelainan anatomis kongenital, kelainan neurologis. Pada anak dengan
kelainan faktor predisposisi tersebut partikel infeksius dapat mencapai paru-
paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal.
Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran nafas bagian atas. Virus
tersebut dapat menyebar kesaluran nafas bagian bawah dan menyebabkan
Pneumonia Virus.
F. PATHWAY PNEUMONIA
5
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN PNEUMONIA
Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai
seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan Gram. Penisilin G merupakan
antibiotik pilihan untuk infeksi oleh S. pneumoniae. Medikasi efektif lainnya
termasuk eritromisin, klindamisin, sefalosporin generasi kedua dan ketiga,
penisilin lainnya, dan trimetoprim-sulfametoksazol (Bactrim).
Pneumonia mikoplasma memberikan respons terhadap eritromisin,
tetrasiklin, dan derivat tetrasiklin (doksisiklin). Pneumonia atipikal lainnya
mempunyai penyebab virus, dan kebanyakan tidak memberikan respons
terhadap antimikrobial. Pneumocystis carinii memberikan respons terhadap
pentamidin dan trimetropim-sulfametoksazol (Bactrim, TMP-SMZ). Inhalasi
lembab, hangat sangat membantu dalam menghilangkan iritasi bronkial.
Asuhan keperawatan dan pengobatan (dengan pengecualian terapi
antimikrobial) sama dengan yang diberikan untuk pasien yang mengalami
pneumonia akibat bakteri.
Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-
tanda penyembuhan. Jika dirawat di RS, pasien diamati dengan cermat dan
secara kontinu sampai kondisi klinis membaik.
Jika terjadi hipoksemia, pasien diberikan oksigen. Analisis gas darah
arteri dilakukan untuk menentukan kebutuhan akan oksigen dan untuk
mengevaluasi keefektifan terapi oksigen. Oksigen dengan konsentrasi tinggi
merupakan kontraindikasi pada pasien dengan PPOM karena oksigen ini
dapat memperburuk ventilasi alveolar dengan menggantikan dorongan
ventilasi yang masih tersisa dan mengarah pada dekompensasi. Tindakan
dukungan pernapasan seperti intubasi endotrakeal, inspirasi oksigen
konsentrasi tinggi, ventilasi mekanis, dan tekanan ekspirasi akhir positif
(PEEP) mungkin diperlukan untuk beberapa pasien tersebut.
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.
Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau
dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik
6
diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan
intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan
dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai
yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
1. Antibiotik Oksigen 1-2 L/menit.
2. IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia community base :
1. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
2. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base :
1. Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
2. Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
H. KOMPLIKASI PNEUMONIA
Bila tidak ditangani secara tepat, akan mengakibatkan komplikasi.
Komplikasi dari pneumonia / bronchopneumonia adalah :
a. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang
berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara,
kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.
b. Efusi pleura
c. Abses otak
d. Endokarditis
7
e. Osteomielitis
f. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk
hilang.
g. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
h. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
i. Infeksi sitemik.
j. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
k. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
8
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
I. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A. Biodata
1) Nama (inisial) : Ny.N
2) Tempat tanggal lahir/umur : 12 November 1994/25th
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Status Perkawinan : Menikah
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMA
7) Pekerjaan : IRT
8) Alamat : Jl. Binalatung
9) Tanggal Masuk RS : 15 November 2019
10) Tanggal Pengkajian : 18 November 2019
11) Diagnosa Medik : Pneumonia
12) Golongan Darah :-
13) Rencana Terapi :-
B. Identitas Penanggung
1) Nama (inisial) : Ny.R
2) Tempat tanggal lahir/umur : 10 Agustus 1979/40 th
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Hubungan dengan Klien : Ibu
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : Smp
7) Pekerjaan : IRT
8) Alamat : Jl.Binalatung
9
Klien datamh ke IGD dibawah oleh keluarganya dengan keluhan merasa
sesak pada dada, klien mengatakan mengalami diare kurang lebih 1
minggu yang lalu, klien mnegatakan juga mengalami batuk yang disertai
dengan darah kemudian klien dilakukan perawatan lebih lanjut dan di
rawat inap di ruang mawar
D. Keluhan Utama
Klien masuk ke ruang ICU dengan penurunan kesadaran dan nafas
bermasalah
F. Pengkajian Primer
Air way (Jalan nafas)
Sumbatan jalan napas : ada ( Penumpukkan secret pada paru, dan
jatuhnya pangkal lidah kebelakang
Tindakan yang dilakukan : membuka jalan nafas, menggunakan
ETT dan dilakukan pemasangan OPA
Masalah Keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif
Breathing :
Pola napas : takipnea RR: 32x/menit
Pernapasan cuping hidung : tidak ada
Retraksi dinding dada : ada
Suara nafas tambahan : ronkhi
Menggunakan otot bantu dalam bernapas : ya
Saturasi Oksigen 84%
10
Circulation :
Nadi : 88x/menit
Tekanan Darah : 120/80 mmhg, MAP 85 mmHg, perfusi adekuat.
Capillary rate 2 detik
Turgor kulit : elastis
Mukosa mulut : kering
Tanda-tanda siagnosis : tidak ada tanda-tanda sianosis
Perdarahan eksternal : tidak ada
Disability
GCS : Somnolen (4) E(1),V(x),M(6)
Ukuran Pupil : isokor miosis mata kiri dan kanan
Respon pupil ada
11
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada frontalis, etmoidalis, dan
maksilaris
4. Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi : Bibir tampak lembab, tidak ada labioskizis, tidak
terdapat stomatitis, tidak terdapat lesi pada lidah, ukuran tonsil
T1. Terdapat kesulitan bicara karena klien terpasang ventilator,
lidah tampak merah muda.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada mulut dan tenggorokan
5. Telinga
Inspeksi : Daun telinga simetris sama panjang kiri dan kanan,
telinga sejajar dengan kantung mata. Daun telinga tampak
bersih, tidak ada serumen di kanal auditori, tidak ada lesi
maupun pembengkakan.
Palpasi tidak ada nyeri tekan dan tidak terdapat massa.
6. Leher
Inspkesi : Bentuk leher baik, tidak ada pembengkakan kelenjar
tiroid, tidak ada lesi, massa maupun tumor.
Palpasi : kelenjar tiroid tidak teraba serta trakea terletak di
tengah leher. Arteri karotis teraba, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
7. Thorax
Inspeksi : Bentuk dada normochest, pergerakan dada simetris
kiri dan kanan, terdapat retraksi dinding dada, terdapat
penggunaan otot bantu nafas, frekuensi pernafasan 32x/menit.
Palpasi vocal premitus baik getaran yang dihasilkan sama
antara kiri dan kanan.
Perkusi: terdengar pekak pada area lapang paru.
Auskultasi : Terdapat bunyi nafas tambahan ronki dan stridor
8. Jantung
Inspeksi : ictus cordis terletak di ics 5 mid clavicula sinistra.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan, CRT
2 detik, frekuensi denyut jantung 88x/menit.
12
Perkusi : tidak ada kardiomegali, bunyi perkusi redup.
Auskultasi : bunyi jantung S1 terdengar di ics 4 linea sternalis
kiri (katup tricuspid) dan di ics 5 linea mid clavikularis kiri
(katup mitral). Bunyi jantung S2 terdengar pada ics 2 kiri
(pneumonal) dan ics 2 kanan (aorta), tidak ada bunyi jantung
tambahan.
9. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen flat, umbilikus tidak menonjol,
tidak ada distensi abdomen, tidak terlihat adanya massa/
benjolan, tidak ada asites. Pada Auskultasi: didapat bising usus
32x/menit.
Palpasi : tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada massa/tumor, konsistensi abdomen lunak, palpasi hepar
tidak teraba. Pada Perkusi : abdomen timpani, perkusi hati
pekak, perkusi ginjal redup.
10. Ekstremitas
Inspeksi : Pada ekstremitas atas dan bawah tidak ada luka lecet
maupun pembengkakan
Palpasi : Pada palpasi tidak terdapat tumor atau massa, tidak
terdapat nyeri tekan
Kanan (tangan) Kiri (tangan)
5 5
Kanan (kaki) Kiri (kaki)
5 5
H. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium TANGGA 18 November 2019
Hematologi Lengkap Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin L 10.1 g/dL 14.0-18.0
Leukosit 10.20 10⅄3/µL 4.00-12.00
Eritrosit L 3.37 10⅄6/ µL 4.50-6.00
13
Hematocrit L 28,2 % 40.0-48.0
Trombosit 175 10⅄9/ µL 150-450
Indeks Eritrosit
MCV 83.7 fL 82.0-96.0
MCH 20.0 Pg 27.0-31.0
MCHC 35.8 g/L 31.0-37.0
Hitung Jenis
Neutrophil H 85,3 % 50-70
Limfosit L 8,0 % 20.0-40.0
Monosit 6,7 % 2.0-8.0
Kimia Darah
Albumin L 3.0 g/dL 7.350-7.450
Analisa Gas Darah
Ph 7.359 mmHg 7.350-.450
PCO2 H 47.8 mmHg 35.0-45.0
PO2 H 166.0 mmol/L 80.0-100.0
Beecf 2.0 mmol/L -25-12.5
HCD3 H 27.0 mmol/L 22.0-26.0
TCO2 28.0 mmol/L 29-39
SO2 99.0 %
Lac 2.56 mmol/L 1.74-274
14
Perawatan ET
Hasil CT Scan :
- Tampak opasitas inhomogen di pulmo bilateral
- sinus costophrencus lancip
- kedua diafragma lilin, tak mendatar
- cor, ctr ,<0,5
- sistema tulang yang tervistualisasi intak
Kesan :
- Pneumonia
- cor dalam batas normal
- terpasang ETT dengan yang distal setinggi Vth 5
A. Klasfikasi Data
Data Subjektif Data Objektif
Pasien terintubasi 1. TTV : TD : 120/80
N : 88x/menit
RR : 32x/menit
S : 36,6 derajat celcius
SpO2 : 84%
2. terdapat suara napas
tambahan snoring dan
ronki
3. adaya sumbatan jalan
nafas
4. penumpukkan secret
dalam paru
5. mulut kering
6. pola nafas takipnea
32x/menit
7. terdapat retraksi dinding
dada
8. menggunakan otot bantu
15
napas
9. Terpasang ventilator
mekanik mode SMV
10. pemeriksaaan penunjang
tgl 18-11-2019
PcO2 : H 478 mmHg
Po2 : 166.0 mmHg
Hco3 : H 27.0 mmol/L
Data Subyektif : -
Data Objektif :
1. klien tidak mampu
melakukan aktivitas secara
mandiri
2. klien terlihat lemas
3. klien badrest
4. klien tidak dapat
merubah posisi miring kanan
dan miring kiri
5. klien terpasang
ventilator mekanik mode
SMV
B. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Data Subjektif : - Adanya Bersihan jalan
Data Objektif : penumpukkkan napas tidak
1. Adanya sumbatan secret dalam paru efektif
jalan nafas
2. Penumpukkan
secret dalam paru
3. Terdapat bunyi
16
suara napas
tambahan ronki
4. mulut kering
5. RR 32x/menit
17
Faktor Resiko : Penurunan Resiko Kerusakan
mobilitas
1. klien badrest Integritas
2. klien tidak dapat kuliat/jaringan
merubah posisi
miring kanan dan
miring kiri
3. klien terpasang
ventilator
mekanik mode
SMV
C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektof b/d Adanya penumpukkan
secret dalam paru
2. Gangguan Pertukaran Gas b/d Kekuatan Otot Pernafasan
3. Defisit Perawatan Diri b/d Kelemahan
4. Resiko Kerusakan Integritas Kulit/Jaringan b/d Gangguan
Mobilisasi
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Bersihan Setelah dilakukan 1. Monitor pola
jalan nafas tindakan keperawatan nafas
tidak efektif selama 3x24 jam 2. Monitor bunyi
b/d adanya diharapkan masalah nafas tambahan
penumpukkan dapat teratasi dengan 3. posisikan
secret dalam kriteria hasil : semifowler atau
paru 1. pola nafas fowler
teratur 4. lakukan
18
2. tidak ada fisioterapi dada
sumbatan jalan 5. lakukan suction
nafas
3. tidak ada secret
didalam paru
4. tidak ada suara
nafas tambahan
ronkhi
19
Perawatan tindakan keperawatan bantuan yang
Diri b.d selama 3x24 jam dibutuhkan
Kelemahan diharapkan masalah 2. fasilitasi mandi
dapat teratasi dengan sesuai kebutuhan
kriteria hasil : 3. fasilitasi
1. klien mampu mengenakan
melaksanakan pakaian
aktivitas secara 4. pertahankan
mandiri kebiasaan
kebersihan diri
Resiko Setelah dilakukan 1. monitor kondisi
gangguan tindakan keperawatan kulit
integritas selama 3x24 jam 2. ubah posisi tiap
kulit/jaringan diharapkan masalah 2 jam jika tirah
dapat teratasi dengan baring
kriteria hasil : 3. Gunakan produk
1. klien dapat berbahan
merubah posisi petroleum atau
miring kanan dan minyak pada
miring kiri kulit kering
4. pertahankan
kebersihan tubuh
pasien
E. Implementasi Keperawatan
Hari 1
No.Dx Tanggal Jam Implementasi
1. 18-11- 1. Memonitor pola nafas
2019 Hasil : pola nafas tidak teratur
RR 32x/menit
2. Memonitor bunyi nafas
tambahan
20
Hasil : Terdapat suara bunyi
nafas tambahan ronkhi dan
snoring
3. Memposisikan semifowler atau
fowler
Hasil : klien diberikan posisi
semifowler 30 derajat
4. Melakukan fisioterapi dada
Hasil : klien dilakukan
fisioterapi dada
5. Melakukan suction
Hasil : dilakukan suction
melalui ETT ,15 detik
21
Po2 166.0 mmHg
4. Mempertahankan kepatenan
jalan nafas
Hasil : klien terpasang OPA
5. Memberikan posisi yang
nyaman semifowler atau fowler
Hasil ; klien diberikan posisi
semifowler 30 derajat
22
2. Mengubah posisi tiap 2 jam
jika tirah baring
Hasil : klien tidak dapat miring
kanan dan miring kiri
3. Mengunakan produk berbahan
petroleum atau minyak pada
kulit kering
Hasil : klien diberikan minyak
zaitun untuk melembabkan
kulit klien
4. Mempertahankan kebersihan
tubuh pasien
Hasil : klien terlihat bersih
Implementasi Hari 2
No.Dx Tanggal Jam Implementasi
1. 20-11- 1. Memonitor pola nafas
2019 Hasil : pola nafas tidak teratur
RR 28x/menit
2. Memonitor bunyi nafas
tambahan
Hasil : Terdapat suara bunyi
nafas tambahan ronkhi
3. Memposisikan semifowler atau
fowler
Hasil : klien diberikan posisi
semifowler 30 derajat
4. Melakukan fisioterapi dada
Hasil : klien dilakukan
fisioterapi dada
5. Melakukan suction
23
Hasil : dilakukan suction
melalui ETT ,15 detik
24
3. 20-11- 1. Mengidentifikasi jenis bantuan
2019 yang dibutuhkan
Hasil : klien tidak dapat
melakukan aktivitas secara
mandiri
2. Memfasilitasi mandi sesuai
kebutuhan
Hasil : setiap pagi klien
dimandikan dengan cara di
seka-seka
3. Memfasilitasi mengenakan
pakaian
Hasil : klien tidak dapat
menggunakan pakaian
dikarenakan masih
meggunakan alat ventilator
4. Mempertahankan kebiasaan
kebersihan diri
Hasil : klien terlihat bersih
4. 20-11- 1. Memonitor kondisi kulit
2019 Hasil: kulit klien baik tidak ada
tanda-tanda infeksi
2. Mengubah posisi tiap 2 jam
jika tirah baring
Hasil : klien dibantu untuk
miring kanan dan miring kiri
3. Mengunakan produk berbahan
petroleum atau minyak pada
kulit kering
Hasil : klien diberikan minyak
zaitun untuk melembabkan
kulit klien
25
4. Mempertahankan kebersihan
tubuh pasien
Hasil : klien terlihat bersih
Implementasi Hari 3
26
tidak teratur, kedalaman
pernafasan dangkal, bunyi nafas
tambahan ronkhi, SpO2 98%
2. Memonitor adanya sumbatan
jalan nafas
Hasil : tidak ada sumbatan
jalan nafas
3. Memonitor nilai AGD
Hasil : PcO2 43,3mmHg
Po2 108.0 mmHg
4. Mempertahankan kepatenan
jalan nafas
Hasil : klien sudah tidak
terpasang OPA
5. Memberikan posisi yang
nyaman semifowler atau fowler
Hasil ; klien diberikan posisi
semifowler 30 derajat
27
menggunakan pakaian
dikarenakan masih
meggunakan alat ventilator
4. Mempertahankan kebiasaan
kebersihan diri
Hasil : klien terlihat bersih
4. 21-11- 1. Memonitor kondisi kulit
2019 Hasil: kulit klien baik tidak ada
tanda-tanda infeksi
2. Mengubah posisi tiap 2 jam
jika tirah baring
Hasil : klien dapat melakukan
miring kanan dan miring kiri
3. Mengunakan produk berbahan
petroleum atau minyak pada
kulit kering
Hasil : klien diberikan minyak
zaitun untuk melembabkan
kulit klien
4. Mempertahankan kebersihan
tubuh pasien
Hasil : klien terlihat bersih
F. Evaluasi Keperawatan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d Adanya penumpukkan
secret dalam paru
S:-
O : - pola nafas tidak teratur RR 24x/menit
- terdapat suara bunyi nafas tambahan ronkhi
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
- Monitor pola nafas
28
- Monitor bunyi nafas tambahan
- lakukan fisioterapi dada
- lakukan suction
2. Gangguan Pertukaran Gas b/d kelelahan otot pernafasan
S:-
O : - RR 24x/menit, Irama tidak teratur, kedalaman pernafasan
dangkal, bunyi nafas tambahan ronkhi, SpO2 98%
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
- Memonitor status respirasi dan oksigenasi (frekuensi,
kedalaman nafas, bunyi nafas tambahan, saturasi
oksigen
3. Defisit Perawatan Diri b/d Kelemahan
S:-
O : - klien tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri
- klien tidak dapat menggunakan pakaian dikarenakan
masih meggunakan alat ventilator
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
4. Resiko Kerusakan Integritas Kulit/Jaringan b/d Gangguan
Mobilisasi
S: -
O: - kulit klien baik tidak ada tanda-tanda infeksi
- klien dapat melakukan miring kanan dan miring kiri
- klien terlihat bersih
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi Di hentikan
29
BAB III
PEMBAHASAN
30
diagnosa yang muncul yaitu resiko kerusakan integritas kulit. Keadaan klien yang
mempengaruhi terjadinya dekubitus karena klien bedrest/tirah baring yang lama
dikarenakan penurunan kesadaran. Dekubitus terjadi dikarenakan kondisi klien
dengan penurunan kesadaran dan tirah baring yang lama. Adanya dekubitus bisa
menyebabkan komplikasi lain seperti infeksi yang diakibatkan karena aliran darah
berkurang.
31
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan
pertukaran gas setempat.
B. SARAN
Sebaiknya seorang perawat dapat melaksanakn asuhan keperawatan
kepada klien pneumonia sesuai dengan indikasi penyakit.
Dan sebaiknya seorang perawat dapat melakukan asuhan keperawatan
pada pasien pneumonia dengan baik dan benar.
32
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta,
EGC, 2002
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.
Mansjoer, arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Media Aesculapius.
Jakarta
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta
Riyadi sujono, suharsono. (2010). Asuhan keperawatan pada anak sakit. Gosyen
publishing. Yogyakarta
Sugihartono, Rashmastullah P. Nurjazuli. (2002) Analisis faktor resiko kejadian
pneumonia pada anak. Jurnal kesehatan lingkungan Indonesia. Bogor
33