Anda di halaman 1dari 12

Ns. Faisal Rizal,S.Kep,M.

Kes

100 JUDUL PENELITIAN ASAM URAT DAN

KOLESTEROL

Di susun Oleh :
Kelompok VI

 Nahdatul Rugaisia
 Siti Nurbiani
 Indriani Liku
 Nining Andriani
 Husniar
 Segianti Fitriani

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)


FAMIKA MAKASSAR
1.Pengaruh pemberian tepung kedelai terhadap kadar asam urat dalam
darah tikus
Pengaruh Pemberian Tepung Kedelai Terhadap Kadar Asam Urat Dalam Darah Tikus Putih.
Riwi Tri Harjanti. Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Semarang 2005.

Beberapa tahun terakhir ini semakin banyak orang didiagnosa dokter menderita gangguan kadar
asam urat tinggi. Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin (nukleoprotein). Purin
berasal dari makanan, penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua, serta hasil sintesa bahan-
bahan yang ada di dalam tubuh, seperti: CO2, glutamin, glisin, asam aspartat dan asam folat.
Kedelai atau tepung kedelai merupakan salah satu bahan atau hasil olahan kedelai yang
mengandung banyak purin, sementara semakin banyak konsumen kedelai mengeluhkan gejala
gangguan dan konsumen kedelai lainnya tidak mengeluhkannya, maka perlu diteliti tentang
keterkaitan antara jumlah kedelai yang dikonsumsi dengan kadar asam urat dalam darah.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah pemberian berbagai konsentrasi tepung kedelai
berpengaruh terhadap kadar asam urat serum darah tikus putih.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2005 di Laboratorium Biologi FMIPA Universitas
Negeri Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah jenis tikus putih, sedangkan sampel yang
digunakan adalah 25 ekor tikus putih strain winstar, umur 2 bulan, berat 150-200 g. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan pre test post test dengan
kelompok kontrol (pre test post test control group desaign). Perlakuan yang diterapkan berupa
pemberian tepung kedelai pada tikus putih dengan berbagai konsentrasi, yaitu 0%, 15%, 30%,
45% dan 60%. Status perubahan kadar asam urat dalam darah tikus putih yang terjadi setiap
perlakuan pemberian tepung kedelai dilakukan uji t berpasangan (paired t-test) dan untuk
mengetahui nilai perubahan kadar asam urat dalam darah tikus putih yang terjadi antara
perlakuan pemberian tepung kedelai dianalisis dengan analisa sidik ragam (Anova). Pemberian
tepung kedelai tersebut berbeda secara bermakna antar kelompok, sehingga analisis dilanjutkan
dengan uji Post Hoc-Tukey HSD pada tingkat kepercayaan 95%. Analisis dilakukan dengan
menggunakan SPSS for Window Release 10 (Santoso, 2002).

Hasil penelitian adalah nilai rata-rata peningkatan tiap perlakuan masing-masing, yaitu pada
perlakuan A (kontrol) meningkat 0,22 mg/dL, perlakuan B (15%) meningkat 0,42mg/dL,
perlakuan C (30%) meningkat 0,50 mg/dL, perlakuan D (45%) meningkat 0,60 mg/dL dan
perlakuan E (60%) meningkat 1,14 mg/dL.

Kesimpulan yang diperoleh adalah persentase pemberian tepung kedelai 60 % menyebabkan


peningkatan kadar asam urat darah. Saran dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian
lanjutan dengan bahan olahan kedelai yang lain untuk mengetahui dampak atau gangguan yang
ditimbulkan terhadap kadar asam urat dalam darah.

2. HUBUNGAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PADA PENDERITA


PENYAKIT GINJAL KRONIK DENGAN KEJADIAN ARTRITIS GOUT DI RSUD
DR.MOEWARDI

Hasil penelitian dari 62 pasien PGK didapatkan 50 pasien PGK dengan hiperurisemia, 2
(3,3%) mengalami artritis gout dan 48 (77,4%) tidak mengalami artritis gout. Sedangkan
12 pasien PGK dengan normourisemia, 1 (1,6%) mengalami artritis gout dan 11 (17,7%)
tidak mengalami artritis gout. Hasil uji statistik dengan Fisher diperoleh hasil nilai P =
0,482 (P>0,05) maka secara statistik tidak terdapat hubungan kadar asam urat dalam
darah pada penderita penyakit ginjal kronik dengan kejadian artritis gout.

3. PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK (Red Yeast Rice) TERHADAP KADAR


KOLESTEROL LDL DAN HDL PADA WANITA DISLIPIDEMIA
Hasil : Tidak terdapat pengaruh pemberian angkak (RYR) 4.8 g/hari pada kadar LDL dan HDL
sebelum dan sesudah intervensi 152.91 mg/dl, 163.73 mg/dl dan 43.11 mg/dl, 44.05 mg/dl .
Secara statistik menunjukkan tidak ada perbedaan penurunan kadar LDL dan peningkatan kadar
HDL sebelum dan sesudah penelitian.

4.KADAR ASAM URAT SERUM RENDAH MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT


PARKINSON
Kadar asam uratserum rendah dapatmempengaruhi dan
menonaktifkanROSdanRNSdalam selyang akan berujung pada kematian sel-sel pada
pars compacta substansia nigra yang bertanggungjawab untuk terjadinya penyakit
parkinson (PP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar asam urat serum
rendah dapat meningkatkan risiko PP.
Penelitian ini menggunakan rancangan kasus-kontrol.Penderita PP
dimasukkan dalam kelompok kasus dan tanpa PP dalam kelompok kontrol.
Dilakukan pemeriksaan kadar asam urat serum pada darah vena penderita yang telah
menjalani puasa lebih kurang selama 8 jam. Kadar asam urat serum rendah apabila
kadar asam urat serum ≤4.68mg/dl.
Didapatkan 44 orang kasus dan 44 orang kontrol yang memenuhi kriteria
eligibiltas dimasukkan sebagai sampel dan dilakukan matching umur dan jenis
kelamin.Didapatkan penderita PP laki-laki sebanyak 31(70,5%) orang dan perempuan
sebanyak 13(29,5%). Faktor yang berhubungan dengan peningkatan risiko PP adalah
kadar asam urat serum rendah OR=3,40; IK95%: 1,36-8,53, p=0,008 dan kebiasaan
diit rendah purin OR=3,07; IK95%: 1,29-7,33, p=0,01. Analisis multivariat, hanya
faktor kebiasaan diit rendah purin yang bermakna sebagai faktor risiko indepandent
PP (OR=2,86;KI95%:1,02-8,02, p=0,046).
Kadar asam urat serum rendah meningkatkan risiko PP sehingga perlu
dilakukan upaya-upaya pengaturan pola makan terutama konsumsi bahan makanan
yang mengandung cukup purin untuk mempertahankan kadar asam urat serum dalam
rentang normal.
Kata kunci: Kadar asam urat serum, risiko, penyakit Parkinson

5.Pengaruh pemberian jus biji papaya (carica papaya linn) terhadap kadar asam urat tikus
Sprague Dawly dislipidemia

Hasil:Perubahan kadar asam urat kelompok kontrol negative,control positif dan perlakuan 400
mg dan 800 mg secara berturut-turut adalah -11,21(p=0,352),kelompok dengan uji Anova
menunjukkan signifikansi sebesar 0,017.Dilanjutkan uji Post-Hoc antara kelompok control negtif
dengan kelompok perlakuan dosis 400 mg dan 800 mg menunjukkan signifikansi berturut-turut
0,003 dan 0,019.

6.HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG ASAM URAT


DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN ASAM URAT DI DUSUN JANTI,
CATURTUNGGAL, DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA

Hasil Penelitian : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang asam urat
dengan perilaku pencegahan asam urat (p = 0,019), dengan keeratan rendah dan berkorelasi
positif (τ = 0,239), artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat tentang asam urat,
maka perilaku pencegahan asam urat akan semakin baik. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa masyarakat dengan tingkat pengetahuan tinggi tentang asam urat
memiliki perilaku pencegahan asam urat baik lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat
yang

7. GAMBARAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH PADA MAHASISWA


ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2
DENGAN INDEKS MASSA TUBUH 18,5-22,9 kg/m

Mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi berisiko meningkatkan kadar


kolesterol darah atau hiperkolesterolemia. Kenaikan kolesterol darah sangat berhubungan dengan
terjadinya penyakit jantung. Hiperkolesterolemia biasanya terjadi pada orang gemuk atau lanjut
usia tetapi tidak dapat menutup kemungkinan gangguan metabolisme ini dapat terjadi pada orang
kurus bahkan usia muda. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran kadar kolesterol
total darah pada mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
2
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) 18,5-22,9 kg/m . Penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel
diperoleh dengan metode purposive sampling. Penelitian diikuti oleh 31 orang responden yang
2
terdiri dari 9 orang laki-laki dan 22 orang perempuan dengan IMT 18,5-22,9 kg/m . Hasil
penelitian ditemukan 23 orang (74,20%) memiliki kadar kolesterol darah normal dan 8 orang
(25,80%) memiliki kadar kolesterol total darah dalam ambang batas tinggi.

8. KORELASI KOLESTEROL-HDL DENGAN IMT PADA PENDERITA PENYAKIT


JANTUNG KORONER DI RSUD MOEWARDI SURAKARTA
Penyakit Jantung Koroner (PJK) masih menempati peringkat tertinggi sebagai penyebab
kematian. Untuk itu diperlukan modifikasi faktor-faktor risiko PJK sebagai suatu tindakan
preventif. Salah satu faktor risiko PJK yang fundamental adalah kadar lipid darah dan indeks
massa tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kolesterol-HDL dengan
IMT pada penderita PJK.
Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan metode cross-sectional dan dilakukan di
RSUD Moewardi Surakarta. Subyek penelitian adalah pasien yang melakukan general check-up
di Lab/SMF Jantung RSUD Moewardi Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil dari Uji Pearson menunjukkan korelasi yang negatif (r=-0,0395) dan signifikan (p=0,031)
antara dua variabel tersebut.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa IMT sebagai salah satu faktor risiko PJK secara signifikan
mempengaruhi perubahan kolesterol-HDL dengan korelasi negatif.
EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP
KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH
(Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID

9. GAMBARAN KEJADIAN ASAM URAT (GOUT) BERDASARKAN KEGEMUKAN


DAN KONSUMSI MAKANAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik penderita asam urat
sebagian besar berada pada umur 20-44 tahun (46,15%), berjenis kelamin perempuan
(61,54%), berpendidikan rendah atau dasar (61,54%), memiliki pengetahuan kurang
(53,84%), dan pendapatan rendah yaitu < Rp 920.000,- (53,84%). Mayoritas
penderita asam urat berstatus gizi gemuk (66,67%). Sebagian besar tingkat konsumsi
karbohidrat penderita asam urat dalam kategori sedang (38,46%), tingkat konsumsi
protein berada dalam kategori lebih (46,15%), dan tingkat konsumsi lemak dalam
kategori lebih (84,62%). Pola konsumsi makanan tinggi purin (golongan I) yang
sering dikonsumsi oleh sebagian besar penderita asam urat adalah jeroan (15,38%),
konsumsi purin sedang (golongan II) adalah tempe (100%), konsumsi lemak jenuh
adalah minyak kelapa (84,62%), konsumsi cairan adalah air putih masak (100%),
konsumsi makanan mengandungan alkohol adalah tape (15,38%).

10. Hubungan Kadar Kolesterol LDL dalam Serum, Kadar Gula Darah, Tekanan Darah,
dan Kebiasaan Merokok dengan Derajat Keparahan Klinis Stroke Iskemik Trombotik
Kematian akibat stroke menempati urutan ketiga setelah jantung dan kanker di Indonesia. Stroke
iskemik merupakan salah satu jenis stroke yang terjadi karena sumbatan yang menghambat aliran
darah ke otak sehingga menyebabkan iskemik dan kemudian terjadi defisit neurologis.
Penelitian ini menganalisis hubungan faktor risiko stroke iskemik dengan derajat keparahan
klinis stroke iskemik. Faktor risiko tersebut adalah kadar kolesterol LDL dalam serum, kadar
gula darah, tekanan darah, dan kebiasaan merokok. Penelitian menggunakan desain penelitian
analitik cross-sectional dan uji korelasi nonparametrik Spearman kemudian dilanjutkan uji
analitik multivariat.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kadar
gula darah (p=0,005) dan kebiasaan merokok (p=0,018) dengan derajat keparahan klinis stroke
iskemik trombotik yang digambarkan melalui skor NIHSS. Hasil ini juga signifikan pada uji
analitik multivariat namun tidak signifikan bila kadar gula darah dan kebiasaan merokok terjadi
pada waktu yang bersamaan.
11.PENGARUH LAMA PEMBERIAN FORMULA EKSTRAK BUAH LABU
SIAM (Sechium edule) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL
TOTAL DAN TRIGLISERIDA TIKUS PUTIH JANTAN
Data hasil pengukuran kolesterol total dan trigliserida pada keenam kelompok uji, baik
pemberian
selama tiga maupun enam minggu, dapat dilihat pada table 1 dan tabel 4. Sedangkan diagramnya
dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan metoda analisis varian dan metode Beda
Nyata Terkecil (BNT). Dengan metode ini akan dapat
terlihat perbedaan setiap perlakuan antar kelompok dan
apakah perbedaan itu sudah cukup bermakna. Untuk dapat
melakukan uji ini, terlebih dahulu harus dilakukan uji
distribusi normal dan homogenitas (10).
Data hasil percobaan menunjukkan bahwa pada
tiga minggu pertama pemberian bahan uji pada tiga
perlakuan dosis menunjukkan penurunan kadar kolesterol
secara bermakna (á=0,05) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol perlakuan yang diberi diit
tinggi
kolesterol saja. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan
kontrol normal, perlakuan dosis 1 dan dosis 2 masih
memiliki perbedaan yang bermakna (á=0,05). Hal ini berarti
bahwa hingga dosis 30mg/200gBB masih belum cukup
untuk menurunkan kadar kolesterol hingga sama dengan
kelompok normal. Penurunan kadar kolesterol terbesar
ditunjukkan pada dosis 3 (40mg/200gBB). Jika bahan uji
dibandingkan terhadap kelompok standar lovastatin yang
memiliki kadar kolesterol 50,02 + 5,72 mg/dL, maka kadar
yang tidak berbeda bermakna dengannya adalah pada
pemberian dosis 40mg/200gBB, sehingga dapat dikatakan
bahwa pemberian dosis ini menunjukkan efek penurunan
kolesterol yang terbaik.
Hasil yang sama antar kelompok juga terjadi pada
perlakuan selama enam minggu. Dosis 2 dan 3
menunjukkan efek penurunan kolestrol sama dengan
kelompok normal secara statistik. Ketiga dosis uji juga
menunjukkan penurunan kadar kolesterol yang berbeda
bermakna bila dibandingkan dengan kontrol perlakuan diit
tinggi kolesterol saja. Akan tetapi ada satu fenomena yang
terlihat bahwa dosis 2 dan dosis 3 memberikan penurunan
kadar kolesterol yang lebih besar dibandingkan dengan
lovastatin. Pengolahan statistik menunjukkan bahwa
kadar kolesterol dosis 2 terhadap dosis 3 tidak berbeda
bermakna. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
perlakuan selama 6 minggu, penambahan dosis menjadi
40mg/200gBB tidak memberikan peningkatan efek yang
berarti. Dengan kata lain, efek dosis 30 mg/200gBB selama
enam minggu sama dengan efek dosis 40mg/200gBB
Data kadar trigliserida pada perlakuan selama tiga
minggu, ketiga kelompok dosis juga memberikan
perbedaan yang bermakna (á=0,05) bila dibandingkan
dengan kelompok kontrol perlakuan yang hanya diberikan
diit tinggi kolesterol saja. Penurunan kadar trigliserida
pada dosis 1 belum memberikan hasil yang sama dengan
kelompok normal. Sedangkan penurunan kadar trigliserida
pada kelompok dosis 2 dan 3 memberikan hasil yang tidak
berbeda bermakna dengan kelompok kontrol normal.
Dosis 40 mg/200 g BB memberikan penurunan kadar
trigliserida terbesar. Sehingga dari data ini dapat dikatakan
dosis 30 mg/200 g BB, dan 40 mg/200 g BB bahan uji memiliki
efek yang signifikan terhadap penurunan kadar trigliserida
darah.
Sedangkan pada perlakuan enam minggu, ketiga
kelompok dosis berbeda bermakna terhadap kelompok
perlakuan diit tinggi kolesterol. Akan tetapi kelompok
dosis 1 dan 2 masih berbeda bermakna dengan kelompok
normal. Dari data perlakuan ini dosis 3 (40 mg/200 g BB)
memberikan hasil penurunan trigliserida yang terbaik.

12.KORELASI KOLESTEROL-HDL DENGAN IMT PADA PENDERITA PENYAKIT


JANTUNG KORONER DI RSUD MOEWARDI SURAKARTA
Hasil dari Uji Pearson menunjukkan korelasi yang negatif (r=-0,0395) dan signifikan (p=0,031)
antara dua variabel tersebut.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa IMT sebagai salah satu faktor risiko PJK secara signifikan
mempengaruhi perubahan kolesterol-HDL dengan korelasi negatif.
13.PERBEDAAN PENGARUH YOGHURT SUSU, JUS KACANG
MERAH DAN YOGHURT KACANG MERAH TERHADAP KADAR
KOLESTEROL LDL DAN KOLESTEROL HDL SERUM
PADA TIKUS DISLIPIDEMIA
Hasil: Yoghurt susu meningkatkan kadar kolesterol LDL dan kolesterol HDL
signifikan (p<0,05). Jus kacang merah meningkatkan kadar kolesterol HDL
signifikan (p<0,05) dan kadar kolesterol LDL. Yoghurt kacang merah
menurunkan kadar kolesterol LDL, kolesterol HDL dan meningkatkan rasio
LDL/HDL namun tidak signifikan (p>0,05).

14.HUBUNGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN KADAR ALBUMIN DENGAN


DERAJAT INFEKSI DENGUE PADA ANAK
Hasil: Sampel yang diperoleh sebanyak 46 pasien, yaitu 5 pasien DD (10,90%), 23 pasien non
SSD (50,00%) dan 18 orang lainnya (39,10%) adalah SSD. Korelasi antara kadar kolesterol total
dengan derajat infeksi dengue diperoleh nilai koefisien korelasi (r= -0,377), sedangkan korelasi
antara kadar albumin dengan derajat infeksi dengue diperoleh (r= -0,699). Pada uji Anova one
way diperoleh p<0,05 untuk kadar kolesterol maupun kadar albumin.

15.PENGGUNAAN TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum) DALAM PAKAN


TERHADAP BOBOT KARKAS, PRESENTASE ORGAN DALAM DAN KOLESTEROL
DAGING PADA AYAM PEDAGING
Hasil penelitian penggunaan tepung kemangi dalam pakan tidak berpengaruh terhadap bobot
karkas, persentase hati, jantung, gizzard, dan limfa (P>0,05), tetapi perbedaan pengaruh sangat
nyata terhadap kolesterol (P<0,01) yaitu (P0 81,450), (P1 73,533), (P2 66,062), dan (P3 62,833).
Kesimpulan Penggunaan tepung kemangi (Ocimum basilicum) dalam pakan sampai level 6%
tidak meningkatkan bobot karkas, persentase hati, persentase jantung, persentase gizzard,
persentase limfa, tetapi perlakuan tersebut dapat menurunkan kadar kolesterol daging dada.
16.UJI EFEKTIVITAS AIR PERASAN BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) Merr.)
TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN TRIGLISERIDA DARAH MENCIT
(Mus musculus L.) SERTA SUMBANGANNYA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI
SEKOLAH MENENGAH ATAS

Hasil pemeriksaan kadar kolesterol total pada hari ke-15 didapatkan rerata kadar kolesterol total
pada tiap kelompok perlakuan berturut-turut adalah 141,11 ; 158,54 ; 152,59 ; 144,74 ; dan
131,65 mg/dl. Rerata kadar trigliserida kelompok I-V berturut-turut adalah 96,33 ; 94,98 ; 68,75
;85,61; 88,59 mg/dl. Simpulan menunjukkan bahwa pemberian air perasan buah nanas
berpengaruh secara tidak signifikan (p>0,05) terhadap kadar kosterol total (p=0,594) dan
trigliserida darah mencit (p=0,253), artinya air perasan buah nanas tidak dapat menurunkan kadar
kolesterol total dan trigliserida darah mencit percobaan yang diberi pakan MDLT. Hasil
penelitian ini disumbangkan pada pembelajaran biologi di SMA khususnya pada standar
kompetensi (SK) 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan
atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas, Kompetensi Dasar 3.2
Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan atau penyakit yang
dapat terjadi pada sistem peredaran darah.

17.KONSUMSI SAYUR DAN BUAH SERTA KADAR KOLESTEROL PADA PESERTA


SENAM JANTUNG SEHAT YAYASAN WIJAYA KUSUMA KELURAHAN
MEKARSARI RW 012 KECAMATAN CIMANGGIS KABUPATEN DEPOK

Kadar kolesterol dalam tubuh adalah satu faktor terpenting untuk menentukan risiko seseorang
untuk menderita penyakit pembuluh darah jantung. Terjadinya penyakit pembuluh darah jantung
disebabkan oleh faktor lingkungan dan perilaku. Faktor perilaku yang sangat berpengaruh adalah
konsumsi makanan tinggi lemak dan rendahnya konsumsi serat sayur dan buah. Konsumsi serat
sayur dan buah dapat menurunkan absorbsi lemak. Laporan Kesehatan Dunia, 2002
memperkirakan konsumsi buah dan sayur yang rendah menyebabkan sekitar 31% dari penyakit
jantung iskemik dan 11% dari stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan
konsumsi sayur dan buah dan kadar kolesterol para peserta senam jantung sehat Yayasan Wijaya
Kusuma. Penelitian ini bersifat merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta senam jantung sehat Yayasan
Wijaya Kusuma dan jumlah sampel sebanyak 44 responden. Analisis data pada penelitian ini
menggunakan uji Korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan konsumsi sayur dan buah dan
kadar kolesterol. Sebesar 68.2% responden berusia > 50 tahun dan berjenis kelamin perempun.
Rata-rata konsumsi harian sayur adalah 310.80 gram/ hari (+153.971) dan rata-rata konsumsi
buah masing-masing peserta senam adalah 298.89 gram/ hari (+206.791) sedangkan rata-rata
kadar kolesterol peserta senam adalah 190.11 mg/dl (+32.277). Dari hasil uji korelasi didapat
bahwa tidak ada hubungan konsumsi sayur dan buah terhadap kadar kolesterol peserta senam
jantung sehat Wijaya Kusuma (r=0.093; p>0,05 dan r=0.17; p>0.05). Upaya meningkatkan
konsumsi serat yang berasal dari sayur dan buah harus dilakukan guna menjaga kestabilan kadar
kolesterol darah.

18.DEKOK RAMBUT JAGUNG (Zea mays) EFEKTIF DALAM MENURUNKAN


KADAR KOLESTEROL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
Berdasarkan hasil analisa varian diketahui bahwa pemberian dekok rambut jagung (Zea mays)
berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan kadar kolesterol total, trigliserida dan kolesterol
LDL serta peningkatan kadar kolesterol HDL. Perlakuan terbaik yang mampu menurunkan
kadar kolesterol total, trigliserida, dan kolesterol LDL serta meningkatkan kadar kolesterol
HDLnya adalah dosis dekok rambut jagung (Zea mays) 7,7 ml/hari.

19.KORELASI KOLESTEROL-HDL DENGAN IMT PADA PENDERITA PENYAKIT


JANTUNG KORONER DI RSUD MOEWARDI SURAKARTA
Hasil dari Uji Pearson menunjukkan korelasi yang negatif (r=-0,0395) dan signifikan (p=0,031)
antara dua variabel tersebut.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa IMT sebagai salah satu faktor risiko PJK secara signifikan
mempengaruhi perubahan kolesterol-HDL dengan korelasi negative

20.PENGARUH PEMBERIAN KEFIR SUSU KAMBING PERANAKAN


ETAWA (PE) TERHADAP KADAR KOLESTEROL
TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN

21.HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA ASAM URAT DENGAN


KEPATUHAN DIET RENDAH PURIN

HASIL:Asam urat merupakan hasil metabilisme akhir dari purin.Diet rendah purin berasal dari
makanan yang mengandung protein,pada penderita asam urat harus membatasi makanan yang
mengandung protein yang lebih.Faktor-faktor yang di duga mempengaruhi penyakit ini adalah
diet,berat badan dan gaya hidup.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet rendah
purin pada penderita asam urat.
Desain penelitian descriptif correlation dengan pendekatan cross sectional pada 30 penderita
asam urat di Gawanan Timur Kecamatan Colomadu Karanganyar.Variabel yang di amati yaitu
tingkat pengetahuan dan kepatuhan.
Penderita asam urat mempunyai pengetahuan baik tentang diet rendah purin yaitu sebanyak 16
responden(53,3%).Tingkat kepatuhan penderita asam urat dalam melakukan diet rendah purin
adalah patuh yaitu sebanyak 28 responden(93,3%).Analisis data menggunakan uji chi square
dengan nilai X2 hitung sebesar 7,232 dengan nilai signifikansi(p value) 0,027<0,05.Penelitian ini
menyimpulkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan penderita asam urat dengan kepatuhan
diet rendah purin di Gawanan Timur Kecamatan Colomadu Karanganyar.

22.FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR KOLESTEROL


TOTAL PADA ANGGOTA KLUB SENAM JANTUNG SEHAT UIN JAKARTA TAHUN
2013
Hasil:Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara variable aktifitas fisik dan
asupan lemak dengan kadar kolesterol total pada anggota Klub Senam UIN Jakarta.Walaupun
variabel-variabel lain secara statistic tidak menunjukkan hubungan yang bermakna,akan tetapi
epidemiologi menunjukkan adanya hubungan.Salah satu saran bagi Klub Senam Jantung Sehat
UIN Jakarta yaitu agar tetap mempertahankan atau meningkatkan kegiatan senamnya karena
mempunyai dampak positif terhadap penurunan kadar kolesterol.

23.UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN (ELEPHANTOPUS


SCABER L) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA TIKUS
PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI KAFEINA
Hasil:Herba tapak liman (Elephantopus scaber L) digunakan secara empiris untuk menurunkan
kadar asam urat darah.Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa ekstrak etanol herba
tapak liman (Elephantopus scaber L) yang diberikan pada tikus putih jantan yang telah diinduksi
kafeina dengan dosis 27 mg/200 g BB tikus dapat menurunkan asam urat darah pada
tikus.Pemberian ekstrak etanol herba tapak liman (Elephantopus scaber L) diberikan dengan
variasi dosis yaitu dosis rendah =175 mg/200 g BB tikus,dosis sedang =350 mg/200 g BB tikus
dan dosis tinggi =700 mg/200 g BB tikus serta alopurinol 36 mg/200 g BB tikus sebagai control
positif.Hasil kadar asam urat darah setelah hari ke-15 menunjukkan bahwa dosis 350 mg/200 g
BB tikus yang memberikan presentase penurunan asam urat darah terbesar yaitu 43%.Hasil
analisa statistic hari ke-15 dengan uji ANOVA satu arah dan BNT menunjukkan semua
kelompok ekstrak uji tidak ada perbedaan secara bermakna dengan kelompok normal.

24.PERBEDAAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN TRIGLISERIDA PADA


WANITA VEGETARIAN TIPE VEGAN DAN NON-VEGAN
Hasil:Tidak terdapat perbedaan yang signifikan kadar kolesterol total (p=0,073)

25.HUBUNGAN PEMINUM BIR TERHADAP KADAR ASAM URAT DARAH DI


WILAYAH PENGGILINGAN CAKUNG

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar asam urat darah terhadap 37 sampel dari peminum bir di
RW 03 Kelurahan Penggilingan Cakung Jakarta Timur, diperoleh hasil ada hubungan kadar
asam urat dengan usia, banyaknya dan lamanya mengkonsumsi bir dengan nilai p, Value < α
(0,05 / 5% ) dan tidak ada hubungan antara peminum bir dengan pendidikan dan asam urat darah
dengan nilai p. Value > α (0,05/ 5%).

26.HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN


TRIGLISERIDA DARAH PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
RAWAT JALAN DI RSU. PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2011

Hasil penelitian menunjukan bahwa Asupan lemak pada pasien penyakit jantung koroner rawat
jalan di RSU. Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010sebagian besar 62,3 % asupan lemaknya
dalam kategori tinggi. Kadar kolesterol total pada pasien penyakit jantung koroner rawat jalan di
RSU. Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011 sebagian besar 67,2 % kadar kolesterol darah
dalam kategori tinggi. Dan kadar trigliserida darah pada pasien penyakit jantung koroner rawat
jalan di RSU. Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011 sebagian besar 67,2% kadar trigliserida
dalam kategori tinggi.

27.HUBUNGAN ANTARA KADAR KOLESTEROL DENGAN KEJADIAN DIABETES


MELITUS DI UPT LABORATORIUM KESEHATAN PALU

Hasil penelitian menunjukan jumlah individu yang memeriksakan kadar kolesterol dan kadar
glukosa darah sebanyak 115, yang terdiri dari 57 individu yang memiliki kadar kolesterol tinggi
dan 58 individu yang memiliki kadar kolesterol yang normal. Sedangkan pada pemeriksaan
glukosa darah terdapat 66 individu yang memiliki kadar glukosa darah yang tinggi dan 49
individu yang memiliki kadar glukosa yang rendah.Hasil analisis Chi-Square,nilai p = 0,002 (p
< 0,05) berartisecarastatistikadahubunganbermaknaantararesponden kadar
kolesteroldengankejadianpenyakitDiabetes Melitus. DengannilaiOdds Ratio (OR) =3,524yang
artinyaseseorang yang memilikikadar kolesterol tinggi memiliki resiko 3 kali lebih
besarmenderitaDiabetes Melitus, dibandingdenganseseorangyang memilikikadar kolesterol
normal.

28.KADAR ASAM URAT SERUM RENDAH MENINGKATKANRISIKO PENYAKIT


PARKINSON
Didapatkan 44 orang kasus dan 44 orang kontrol yang memenuhi kriteria
eligibiltas dimasukkan sebagai sampel dan dilakukan matching umur dan jenis
kelamin.Didapatkan penderita PP laki-laki sebanyak 31(70,5%) orang dan perempuan
sebanyak 13(29,5%). Faktor yang berhubungan dengan peningkatan risiko PP adalah
kadar asam urat serum rendah OR=3,40; IK95%: 1,36-8,53, p=0,008 dan kebiasaan
diit rendah purin OR=3,07; IK95%: 1,29-7,33, p=0,01. Analisis multivariat, hanya
faktor kebiasaan diit rendah purin yang bermakna sebagai faktor risiko indepandent
PP (OR=2,86;KI95%:1,02-8,02, p=0,046).

29.LATIHAN AEROBIK INTENSITAS SEDANG DENGAN DIET RENDAH


KOLESTEROL LEBIH BAIK DALAM MEMPERBAIKI KOGNITIF DARIPADA
INTENSITAS RINGAN PADA PENDERITA SINDROMA METABOLIK
Hasil statistik uji beda sebelum dan sesudah kelompok perlakuan aerobik
intensitas ringan dengan diet rendah kolesterol menggunakan uji paired sampel t-test
didapatkan hasil p= 0,001 (p<0,05). Uji beda sebelum dan sesudah kelompok
perlakuan aerobik intensitas sedang dengan diet rendah kolesterol menggunakan
Wilcoxon dengan p=0,001 (p<0,05). Uji beda sesudah perlakuan kelompok aerobik
intensitas ringan dan sedang dengan diet rendah kolesterol menggunakan Mann-
Whitney U dengan p=0,005 (p<0,05) bermakna terdapat perbedaan antara kedua
kelompok perlakuan. Kelompok latihan aerobik sedang dengan diet rendah kolesterol
22,1% lebih meningkatkan kognitif dibandingkan dengan kelompok perlakuan aerobik
intensitas ringan dengan diet rendah kolesterol.

Anda mungkin juga menyukai