Kes
KOLESTEROL
Di susun Oleh :
Kelompok VI
Nahdatul Rugaisia
Siti Nurbiani
Indriani Liku
Nining Andriani
Husniar
Segianti Fitriani
Beberapa tahun terakhir ini semakin banyak orang didiagnosa dokter menderita gangguan kadar
asam urat tinggi. Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin (nukleoprotein). Purin
berasal dari makanan, penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua, serta hasil sintesa bahan-
bahan yang ada di dalam tubuh, seperti: CO2, glutamin, glisin, asam aspartat dan asam folat.
Kedelai atau tepung kedelai merupakan salah satu bahan atau hasil olahan kedelai yang
mengandung banyak purin, sementara semakin banyak konsumen kedelai mengeluhkan gejala
gangguan dan konsumen kedelai lainnya tidak mengeluhkannya, maka perlu diteliti tentang
keterkaitan antara jumlah kedelai yang dikonsumsi dengan kadar asam urat dalam darah.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah pemberian berbagai konsentrasi tepung kedelai
berpengaruh terhadap kadar asam urat serum darah tikus putih.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2005 di Laboratorium Biologi FMIPA Universitas
Negeri Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah jenis tikus putih, sedangkan sampel yang
digunakan adalah 25 ekor tikus putih strain winstar, umur 2 bulan, berat 150-200 g. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan pre test post test dengan
kelompok kontrol (pre test post test control group desaign). Perlakuan yang diterapkan berupa
pemberian tepung kedelai pada tikus putih dengan berbagai konsentrasi, yaitu 0%, 15%, 30%,
45% dan 60%. Status perubahan kadar asam urat dalam darah tikus putih yang terjadi setiap
perlakuan pemberian tepung kedelai dilakukan uji t berpasangan (paired t-test) dan untuk
mengetahui nilai perubahan kadar asam urat dalam darah tikus putih yang terjadi antara
perlakuan pemberian tepung kedelai dianalisis dengan analisa sidik ragam (Anova). Pemberian
tepung kedelai tersebut berbeda secara bermakna antar kelompok, sehingga analisis dilanjutkan
dengan uji Post Hoc-Tukey HSD pada tingkat kepercayaan 95%. Analisis dilakukan dengan
menggunakan SPSS for Window Release 10 (Santoso, 2002).
Hasil penelitian adalah nilai rata-rata peningkatan tiap perlakuan masing-masing, yaitu pada
perlakuan A (kontrol) meningkat 0,22 mg/dL, perlakuan B (15%) meningkat 0,42mg/dL,
perlakuan C (30%) meningkat 0,50 mg/dL, perlakuan D (45%) meningkat 0,60 mg/dL dan
perlakuan E (60%) meningkat 1,14 mg/dL.
Hasil penelitian dari 62 pasien PGK didapatkan 50 pasien PGK dengan hiperurisemia, 2
(3,3%) mengalami artritis gout dan 48 (77,4%) tidak mengalami artritis gout. Sedangkan
12 pasien PGK dengan normourisemia, 1 (1,6%) mengalami artritis gout dan 11 (17,7%)
tidak mengalami artritis gout. Hasil uji statistik dengan Fisher diperoleh hasil nilai P =
0,482 (P>0,05) maka secara statistik tidak terdapat hubungan kadar asam urat dalam
darah pada penderita penyakit ginjal kronik dengan kejadian artritis gout.
5.Pengaruh pemberian jus biji papaya (carica papaya linn) terhadap kadar asam urat tikus
Sprague Dawly dislipidemia
Hasil:Perubahan kadar asam urat kelompok kontrol negative,control positif dan perlakuan 400
mg dan 800 mg secara berturut-turut adalah -11,21(p=0,352),kelompok dengan uji Anova
menunjukkan signifikansi sebesar 0,017.Dilanjutkan uji Post-Hoc antara kelompok control negtif
dengan kelompok perlakuan dosis 400 mg dan 800 mg menunjukkan signifikansi berturut-turut
0,003 dan 0,019.
Hasil Penelitian : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang asam urat
dengan perilaku pencegahan asam urat (p = 0,019), dengan keeratan rendah dan berkorelasi
positif (τ = 0,239), artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat tentang asam urat,
maka perilaku pencegahan asam urat akan semakin baik. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa masyarakat dengan tingkat pengetahuan tinggi tentang asam urat
memiliki perilaku pencegahan asam urat baik lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat
yang
10. Hubungan Kadar Kolesterol LDL dalam Serum, Kadar Gula Darah, Tekanan Darah,
dan Kebiasaan Merokok dengan Derajat Keparahan Klinis Stroke Iskemik Trombotik
Kematian akibat stroke menempati urutan ketiga setelah jantung dan kanker di Indonesia. Stroke
iskemik merupakan salah satu jenis stroke yang terjadi karena sumbatan yang menghambat aliran
darah ke otak sehingga menyebabkan iskemik dan kemudian terjadi defisit neurologis.
Penelitian ini menganalisis hubungan faktor risiko stroke iskemik dengan derajat keparahan
klinis stroke iskemik. Faktor risiko tersebut adalah kadar kolesterol LDL dalam serum, kadar
gula darah, tekanan darah, dan kebiasaan merokok. Penelitian menggunakan desain penelitian
analitik cross-sectional dan uji korelasi nonparametrik Spearman kemudian dilanjutkan uji
analitik multivariat.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kadar
gula darah (p=0,005) dan kebiasaan merokok (p=0,018) dengan derajat keparahan klinis stroke
iskemik trombotik yang digambarkan melalui skor NIHSS. Hasil ini juga signifikan pada uji
analitik multivariat namun tidak signifikan bila kadar gula darah dan kebiasaan merokok terjadi
pada waktu yang bersamaan.
11.PENGARUH LAMA PEMBERIAN FORMULA EKSTRAK BUAH LABU
SIAM (Sechium edule) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL
TOTAL DAN TRIGLISERIDA TIKUS PUTIH JANTAN
Data hasil pengukuran kolesterol total dan trigliserida pada keenam kelompok uji, baik
pemberian
selama tiga maupun enam minggu, dapat dilihat pada table 1 dan tabel 4. Sedangkan diagramnya
dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan metoda analisis varian dan metode Beda
Nyata Terkecil (BNT). Dengan metode ini akan dapat
terlihat perbedaan setiap perlakuan antar kelompok dan
apakah perbedaan itu sudah cukup bermakna. Untuk dapat
melakukan uji ini, terlebih dahulu harus dilakukan uji
distribusi normal dan homogenitas (10).
Data hasil percobaan menunjukkan bahwa pada
tiga minggu pertama pemberian bahan uji pada tiga
perlakuan dosis menunjukkan penurunan kadar kolesterol
secara bermakna (á=0,05) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol perlakuan yang diberi diit
tinggi
kolesterol saja. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan
kontrol normal, perlakuan dosis 1 dan dosis 2 masih
memiliki perbedaan yang bermakna (á=0,05). Hal ini berarti
bahwa hingga dosis 30mg/200gBB masih belum cukup
untuk menurunkan kadar kolesterol hingga sama dengan
kelompok normal. Penurunan kadar kolesterol terbesar
ditunjukkan pada dosis 3 (40mg/200gBB). Jika bahan uji
dibandingkan terhadap kelompok standar lovastatin yang
memiliki kadar kolesterol 50,02 + 5,72 mg/dL, maka kadar
yang tidak berbeda bermakna dengannya adalah pada
pemberian dosis 40mg/200gBB, sehingga dapat dikatakan
bahwa pemberian dosis ini menunjukkan efek penurunan
kolesterol yang terbaik.
Hasil yang sama antar kelompok juga terjadi pada
perlakuan selama enam minggu. Dosis 2 dan 3
menunjukkan efek penurunan kolestrol sama dengan
kelompok normal secara statistik. Ketiga dosis uji juga
menunjukkan penurunan kadar kolesterol yang berbeda
bermakna bila dibandingkan dengan kontrol perlakuan diit
tinggi kolesterol saja. Akan tetapi ada satu fenomena yang
terlihat bahwa dosis 2 dan dosis 3 memberikan penurunan
kadar kolesterol yang lebih besar dibandingkan dengan
lovastatin. Pengolahan statistik menunjukkan bahwa
kadar kolesterol dosis 2 terhadap dosis 3 tidak berbeda
bermakna. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
perlakuan selama 6 minggu, penambahan dosis menjadi
40mg/200gBB tidak memberikan peningkatan efek yang
berarti. Dengan kata lain, efek dosis 30 mg/200gBB selama
enam minggu sama dengan efek dosis 40mg/200gBB
Data kadar trigliserida pada perlakuan selama tiga
minggu, ketiga kelompok dosis juga memberikan
perbedaan yang bermakna (á=0,05) bila dibandingkan
dengan kelompok kontrol perlakuan yang hanya diberikan
diit tinggi kolesterol saja. Penurunan kadar trigliserida
pada dosis 1 belum memberikan hasil yang sama dengan
kelompok normal. Sedangkan penurunan kadar trigliserida
pada kelompok dosis 2 dan 3 memberikan hasil yang tidak
berbeda bermakna dengan kelompok kontrol normal.
Dosis 40 mg/200 g BB memberikan penurunan kadar
trigliserida terbesar. Sehingga dari data ini dapat dikatakan
dosis 30 mg/200 g BB, dan 40 mg/200 g BB bahan uji memiliki
efek yang signifikan terhadap penurunan kadar trigliserida
darah.
Sedangkan pada perlakuan enam minggu, ketiga
kelompok dosis berbeda bermakna terhadap kelompok
perlakuan diit tinggi kolesterol. Akan tetapi kelompok
dosis 1 dan 2 masih berbeda bermakna dengan kelompok
normal. Dari data perlakuan ini dosis 3 (40 mg/200 g BB)
memberikan hasil penurunan trigliserida yang terbaik.
Hasil pemeriksaan kadar kolesterol total pada hari ke-15 didapatkan rerata kadar kolesterol total
pada tiap kelompok perlakuan berturut-turut adalah 141,11 ; 158,54 ; 152,59 ; 144,74 ; dan
131,65 mg/dl. Rerata kadar trigliserida kelompok I-V berturut-turut adalah 96,33 ; 94,98 ; 68,75
;85,61; 88,59 mg/dl. Simpulan menunjukkan bahwa pemberian air perasan buah nanas
berpengaruh secara tidak signifikan (p>0,05) terhadap kadar kosterol total (p=0,594) dan
trigliserida darah mencit (p=0,253), artinya air perasan buah nanas tidak dapat menurunkan kadar
kolesterol total dan trigliserida darah mencit percobaan yang diberi pakan MDLT. Hasil
penelitian ini disumbangkan pada pembelajaran biologi di SMA khususnya pada standar
kompetensi (SK) 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan
atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas, Kompetensi Dasar 3.2
Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan atau penyakit yang
dapat terjadi pada sistem peredaran darah.
Kadar kolesterol dalam tubuh adalah satu faktor terpenting untuk menentukan risiko seseorang
untuk menderita penyakit pembuluh darah jantung. Terjadinya penyakit pembuluh darah jantung
disebabkan oleh faktor lingkungan dan perilaku. Faktor perilaku yang sangat berpengaruh adalah
konsumsi makanan tinggi lemak dan rendahnya konsumsi serat sayur dan buah. Konsumsi serat
sayur dan buah dapat menurunkan absorbsi lemak. Laporan Kesehatan Dunia, 2002
memperkirakan konsumsi buah dan sayur yang rendah menyebabkan sekitar 31% dari penyakit
jantung iskemik dan 11% dari stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan
konsumsi sayur dan buah dan kadar kolesterol para peserta senam jantung sehat Yayasan Wijaya
Kusuma. Penelitian ini bersifat merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta senam jantung sehat Yayasan
Wijaya Kusuma dan jumlah sampel sebanyak 44 responden. Analisis data pada penelitian ini
menggunakan uji Korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan konsumsi sayur dan buah dan
kadar kolesterol. Sebesar 68.2% responden berusia > 50 tahun dan berjenis kelamin perempun.
Rata-rata konsumsi harian sayur adalah 310.80 gram/ hari (+153.971) dan rata-rata konsumsi
buah masing-masing peserta senam adalah 298.89 gram/ hari (+206.791) sedangkan rata-rata
kadar kolesterol peserta senam adalah 190.11 mg/dl (+32.277). Dari hasil uji korelasi didapat
bahwa tidak ada hubungan konsumsi sayur dan buah terhadap kadar kolesterol peserta senam
jantung sehat Wijaya Kusuma (r=0.093; p>0,05 dan r=0.17; p>0.05). Upaya meningkatkan
konsumsi serat yang berasal dari sayur dan buah harus dilakukan guna menjaga kestabilan kadar
kolesterol darah.
HASIL:Asam urat merupakan hasil metabilisme akhir dari purin.Diet rendah purin berasal dari
makanan yang mengandung protein,pada penderita asam urat harus membatasi makanan yang
mengandung protein yang lebih.Faktor-faktor yang di duga mempengaruhi penyakit ini adalah
diet,berat badan dan gaya hidup.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet rendah
purin pada penderita asam urat.
Desain penelitian descriptif correlation dengan pendekatan cross sectional pada 30 penderita
asam urat di Gawanan Timur Kecamatan Colomadu Karanganyar.Variabel yang di amati yaitu
tingkat pengetahuan dan kepatuhan.
Penderita asam urat mempunyai pengetahuan baik tentang diet rendah purin yaitu sebanyak 16
responden(53,3%).Tingkat kepatuhan penderita asam urat dalam melakukan diet rendah purin
adalah patuh yaitu sebanyak 28 responden(93,3%).Analisis data menggunakan uji chi square
dengan nilai X2 hitung sebesar 7,232 dengan nilai signifikansi(p value) 0,027<0,05.Penelitian ini
menyimpulkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan penderita asam urat dengan kepatuhan
diet rendah purin di Gawanan Timur Kecamatan Colomadu Karanganyar.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar asam urat darah terhadap 37 sampel dari peminum bir di
RW 03 Kelurahan Penggilingan Cakung Jakarta Timur, diperoleh hasil ada hubungan kadar
asam urat dengan usia, banyaknya dan lamanya mengkonsumsi bir dengan nilai p, Value < α
(0,05 / 5% ) dan tidak ada hubungan antara peminum bir dengan pendidikan dan asam urat darah
dengan nilai p. Value > α (0,05/ 5%).
Hasil penelitian menunjukan bahwa Asupan lemak pada pasien penyakit jantung koroner rawat
jalan di RSU. Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010sebagian besar 62,3 % asupan lemaknya
dalam kategori tinggi. Kadar kolesterol total pada pasien penyakit jantung koroner rawat jalan di
RSU. Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011 sebagian besar 67,2 % kadar kolesterol darah
dalam kategori tinggi. Dan kadar trigliserida darah pada pasien penyakit jantung koroner rawat
jalan di RSU. Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011 sebagian besar 67,2% kadar trigliserida
dalam kategori tinggi.
Hasil penelitian menunjukan jumlah individu yang memeriksakan kadar kolesterol dan kadar
glukosa darah sebanyak 115, yang terdiri dari 57 individu yang memiliki kadar kolesterol tinggi
dan 58 individu yang memiliki kadar kolesterol yang normal. Sedangkan pada pemeriksaan
glukosa darah terdapat 66 individu yang memiliki kadar glukosa darah yang tinggi dan 49
individu yang memiliki kadar glukosa yang rendah.Hasil analisis Chi-Square,nilai p = 0,002 (p
< 0,05) berartisecarastatistikadahubunganbermaknaantararesponden kadar
kolesteroldengankejadianpenyakitDiabetes Melitus. DengannilaiOdds Ratio (OR) =3,524yang
artinyaseseorang yang memilikikadar kolesterol tinggi memiliki resiko 3 kali lebih
besarmenderitaDiabetes Melitus, dibandingdenganseseorangyang memilikikadar kolesterol
normal.