Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah
Limbah (waste) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak digunakan, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
benda bahan padat yang terjadi karena berhubungan dengan aktifitas manusia yang
tidak dipakai lagi, tak disenangi dan dibuang dengan cara saniter kecuali buangan dari
Menurut Arifin (2008), limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah
yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Menurut
yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
Limbah cair adalah semua bahan buangan yang berbentuk cair yang
sebagai berikut:
mikroba yang terdapat di lingkungan air sebagai makanannya, selain itu limbah
9
Universitas Sumatera Utara
kimiawi di dalam air membentuk suspensi sebagai koloid atau partikel. Bahan
organik dan garam anorganik masuk kedalam air secara domestik atau industrial
secara kimiawi digunakan test BOD, COD, TSS dan pH. Jika sekitar 5 (lima)
2. Keterpaparan Fisik: keterpaparan fisik air dapat dilihat dari bau, warna dari air
masyarakat.
Arifin (2008) menyebutkan secara umum limbah rumah sakit dibagi dalam 2
(dua) kelompok besar, yaitu: 1) limbah klinis, 2) limbah non klinis baik padat
maupun cair. Limbah klinis/medis padat adalah limbah yang terdiri dari limbah benda
tajam, limbah infeksius, limbah laboratorium, limbah patologi atau jaringan tubuh,
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum
Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau
radio aktif. Limbah benda tajam mempunyai potensi bahaya tambahan yang dapat
menyebabkan infeksi atau cidera karena mengandung bahan kimia beracun atau radio
aktif. Potensi untuk menularkan penyakit akan sangat besar bila benda tajam tadi
2. Limbah infeksius
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh,
5. Limbah sitotoksik
terapi sitotoksik dan harus dimusnahkan melalui Incenerator pada suhu lebih dari
dan didesinfeksi.
6. Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat,
obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi bersangkutan dan limbah yang
7. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
Pembuangan limbah kimia kedalam saluran air kotor dapat menimbulkan korosi pada
8. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari
antara lain :
Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan memiliki ruangan atau unit
kerja dimana sebagian dari ruangan ini dapat menghasilkan limbah/sampah medis.
bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan
uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, TSS, pH, mikrobiologik, dan lain-
Menurut Joko (2001) jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian berikut
ini :
pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan
mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staf rumah
sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. contoh
limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan badan,
anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urin dan
produk darah.
2. Limbah Patologi : Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya
diotoklaf sebelum keluar dari unit patologi. Limbah tersebut harus diberi label
Biohazard.
kantong dan plastik yang tidak berkontak dengan cairan badan. Meskipun tidak
serangga seperti kecoa, kutu dan hewan mengerat seperti tikus merupakan
Tabel 2.2. Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
(Warna Hitam)
Kantung plastik
kuat dan anti
bocor atau
2. Infeksius Kuning kontainer
(Warna Hitam)
3. Sitotoksis Ungu
Kantong plastik
kuat dan anti
bocor
(Warna Hitam)
5. Limbah dari tempat pencucian linen : Linen sebelumnya dipisahkan antara linen
infeksius dan non infeksius. Pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius
dengan baik.
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit maka limbah Cair harus meengikuti
1. Kalitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau
dan penyimpangannya.
kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan
5. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau
6. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian
7. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air
Pengolahan Air Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola
sesuai kebutuhan yang berlaku melalui kerjasam dengan pihak lain atau pihak
yang berwenang.
bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai
10. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena
11. Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan
Pada setiap tempat dimana orang berkumpul akan selalu dihasilkan limbah
dan memerlukan pembuangan. Seperti halnya rumah sakit yang merupakan tempat-
tempat umum menghasilkan limbah yang lazim disebut limbah rumah sakit atau
berbeda dengan limbah rumah tangga, bahkan dari segi mikrobiologi sekalipun
kecuali limbah yang berasal dari bagian penyakit menular karena organisme belum
dipisahkan melalui proses olahan khusus setempat. Limbah cair medis adalah semua
limbah cair yang berasal dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung
seperti bedpan, dressing, tidak ditangani dengan baik selama pengumpulan maka
akan dapat terjadi kontaminasi ruangan secara langsung (Depkes RI, 1995).
Arifin (2008) menyebutkan pengelolaan buangan rumah sakit yang baik dan
rumah sakit seperti tersebut diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan sebagai
sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai
Internasional.
Pengelolaan air limbah rumah sakit merupakan bagian yang sangat penting
dalam upaya penyehatan lingkungan rumah sakit yang mempunyai tujuan melindungi
masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan. Air limbah yang tidak ditangani
sehingga perlu pengelolaan yang baik agar bila dibuang ke suatu areal tertentu tidak
(IPAL) yang dimiliki oleh rumah sakit itu sendiri (Aris, 2008).
Dalam standar Organization for Standar (ISO) yang merupakan salah satu
limbah yang ramah lingkungan dan tidak tercemar dan aman bagi masyarakat
disekitarnya.
Hasil olahan limbah yang ramah lingkungan merupakan buangan yang tidak
pencemar dalam satuan waktu tertentu yang merupakan hasil perkalian dari kadar
1) Pada trickling filter kumpulan benda padat yang berbentuk silinder, pada
menyaring air limbah yang akan disemprotkan dari atas silinder tersebut.
Pada kerikil dan pasir tersebut akan membentuk lapisan biofilm sehingga
mampu untuk mendegradasi bahan organik yang berada pada air limbah
tersebut.
Keterpaparan limbah cair rumah sakit, hampir sama dengan limbah cair
Lingkungan Hidup nomor 58 tahun 1995 tentang baku mutu limbah cair bagi
Pengukuran baku mutu kimia limbah cair bagi kegiatan rumah sakit menurut
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global
diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk
buangan organik yang ada di dalam air lingkungan tersebut. Mikroorganisme yang
memerlukan oksigen untuk memecah bahan buangan organik sering disebut dengan
dengan bakteri anaerobik. Jadi, pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat
organik dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya
bakteri aerobik.
Pengujian BOD yang dapat diterima adalah pengukuran jumlah oksigen yang
akan dihabiskan dalam waktu 5 (lima) hari oleh organisme pengurai aerobik dalam
suatu volume limbah pada suhu 20ºC. Hasilnya dinyatakan dalam bpj (ppm). Jadi
misalnya BOD sebesar 200 ppm berarti bahwa 200 mg oksigen akan dihabiskan oleh
contoh ,imbah sebanyak satu liter dalam waktu lima hari pada suhu 20ºC
(Sastrawijaya, 1991).
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-
zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7
digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) (G. Alerts dan SS Santika,
1987).
Menurut Wardhana (2000), COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah
oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di dalam air dapat teroksidasi
Kalium bichromat menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion Chrom. Kalium
c. pH (Derajat Keasaman)
Derajat keasaman (pH) menunjukkan suatu proses reaksi yang berada dalam
perairan seperti reaksi dalam kondisi asam atau basa. Derajat keasaman (pH) sangat
berpengaruh terhadap tingkat toksisitas baahn beracun. Perairan yang netral memiliki
nilai pH yaitu 7, perairan yang bersifat asam pH < 7 dan bersifat basa pH > 7.
TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada dalam limbah
zat padat tersuspensi (TSS) berguna untuk mengetahui kekuatan pencemaran air
limbah domestik, dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air.
e. Fosfat
Fosfat dalam air terdapat sebagai ortofosfat, polifosfat dan organik fosfat,
jumlah kandungan ketiga fosfat tersebut dinyatakan sebagai total fosfat. Sumber
fosfat di dalam air dapat berbentuk inorganik dan organik. Sumber utama fosfat
inorganik adalah hasil dari buangan detergen, alat pembersih rumah tangga atau
industri, sedangkan fosfat organik berasal dari makanan dan buangan rumah
parameter untuk mendeteksi pencemaran air. Penentuan kadar fofat (PO4²-) dalam air
f. NH3 Bebas
Senyawa nitrogen yang terdapat dalam air adalah protein, ammoniak, nitrit dan
nitrat. Dalam bentuk protein, senyawa nitrogen ini di alam akan mengalami
secara alamiah berjalan relatif sangat lambat sehingga apabila terdapat protein di
dalam air dapat ditarik kesimpulan bahwa air tersebut telah terkontaminasi.
Dalam bentuk amonium (NH4) senyawa nitrogen ini labil, karena dalam waktu
singkat akan beroksidasi menjadi nitrit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
keberadaan ammonium dalam air dapat menandakan bahwa air tersebut baru
Lingkungan
gangguan karena buangan rumah sakit: 1) pasien yang datang ke Rumah Sakit untuk
berkunjung ke rumah sakit, resiko terkena gangguan kesehatan akan semakin besar,
lingkungan sekitarnya. Dampak buangan air limbah rumah sakit yang tidak
tersebut.
Pengaruh baik dari pengelolaan limbah rumah sakit akan memberikan dampak
postif terhadap kesehatan masyarakat, lingkungan dan rumah sakit itu sendiri, seperti
b. Keadaan lingkungan yang saniter serta esetetika yang baik akan menimbulkan
rasa nyaman bagi pasien, petugas dan pengunjung rumah sakit tersebut.
d. Dengan adanya pengelolaan limbah yang baik maka akan berkurang juga
e. Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran
terhadap sumber air (permukaan tanah) atau lingkungan dan menjadi media
(Kusnoputranto, 1986).
menjadi sumber pengotoran dan menimbulkan bau yang tidak enak serta
2.4. Dampak Kualitas Air Limbah Rumah Sakit Terhadap Penyakit Kulit
biomedis dan dari proses penanganan, manajemen dan pembuangan limbah yang
tidak dikelola dengan baik. Dampak yang terjadi bisa secara langsung maupun tidak
langsung. Dampak langsung biomedis yang potensial menurut beberepa ahli dapat
Limbah biomedis bisa menyebabkan polusi air jika limbah tersebut di buang
di daerah dataran rendah atau dibuang di danau atau kolam air, bisa menyebabkan
polusi air yang parah. Limbah cair yang dihasilkan saat masuk ke saluran air bisa juga
menyebabkan polusi air jika tidak dikelola dengan baik. Polusi air juga bisa
disebabkan substansi biologis, kimiawi atau radioaktif. Patogen yang ada di limbah
tersebut bisa luluh dan mengkontaminasi air atau air permukaan. Bahan kimia
berbahaya yang ada dalam limbah biomedis, polusi logam berat dalam bentuk
leachate, kelebihan leacheate seperti nitrat dan sosfat dari galian tanah bisa
air tumbuh alga). Polusi air bisa mengubah parameter seperti pH BOD, COD dan
menunmbuhkan spesies bakteri. Dengan demikian effluent limbah rumah sakit bisa
meningkatkan jumlah bakteri atau mikroba resisten di saluran air penerima lewat
mekanisme replikasi dan proliderasi dan lewat pilihan untuk mengembangkan strain
bakteri resisten. Area utama yang perlu diperhatikan adalah air limbah dengan
kandungan patogen enterik yang tinggi, termasuk bakteri, virus dan helmintes yang
dengahn mudah berpindah melalui air dan bisa menyebabkan penyakit diare dan
kolera serta penyakit kulit, (Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Indira Gandi, 2005).
2.5.1. Definisi
menimbulkan reaksi peradangan yang terasa gatal, panas dan berwarna merah.
Penyakit kulit terjadi pada orang-orang yang kulitnya terlalu peka, kadang-kadang
berhubungan dengan jaringan penutup permukaan tubuh dan bersifat relatif ringan.
Meskipun bersifat relatif ringan, apabila tidak ditangani secara serius, maka hal
(epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap faktor endogen (alergi) atau eksogen
penebalan kulit disertai lipatan kulit yang semakin jelas, serta gejala utama adalah
serta penyebabnya yang sukar untuk dicari dan ditentukan. Sifat dermatitis adalah
residif, dalam artian bisa kambuh-kambuhan, tergantung dari jenisnya dan faktor
yang memiliki bentuk seperti koin-koin (uang logam) yang basah dan gatal, biasanya
penderita memiliki infeksi setempat berupa gigi berlubang, bila hal tersebut ditangani
dan eksim tersebut diobati, bukannya tidak mungkin kesembuhan mencapai 100%.
bakteri, virus, jamur dan parasit mudah masuk ke dalam tubuh. Pada penyakit kulit
yang disebabkan oleh bakteri dan virus, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh
melalui aliran darah. Sedangkan pada penyakit kulit akibat infestasi parasit seperti
sarcoptes scabiei yang hidup dirambut dan bertelur disana. Siklus hidupnya melalui
stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Kelainan kulit yang timbul akibat dari
garukan gatal akibat sensitisasai terhadap sekret dan exkret sarcoptes kurang lebih
sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
darah kulit yang luas, sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa
memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh. Pada eritroderma terjadi eritema
dan skuama (pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit sel–sel dalam lapisan
basal kulit membagi diri terlalu cepat dan sel–sel yang baru terbentuk bergerak lebih
cepat ke permukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik/ plak jaringan epidermis
yang profus.
secara non imunologik dan imunologik (alergik), tetapi sebagian besar merupakan
reaksi imunologik. Pada mekanisme immunologik, alergi obat terjadi pada pemberian
obat kepada pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat
molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap (hapten).
Obat/metaboliknya yang berupa hapten ini harus berkonjugasi dahulu dengan protein
misalnya jaringan, serum/ protein dari membran sel untuk membentuk antigen obat
dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen lengkap.
benda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari dalam tubuh. Melanin
yang memberi warna pada kulit dari akibat buruk sinar ultra violet.
b. Pengatur Suhu
suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat
dan terjadi penguapan keringat dari kelenjar keringat, sehingga suhu tubuh
c. Penyerapan
Kulit dapat menyerap bahan tertentu seperti gas dan zat larut dalam lemak
lebih mudah masuk ke dalam kulit dan masuk ke peredaran darah, karena
zat-zat tersebut melalui folikel rambut dan hanya sekali yang melalui
d. Indera Perasa
Fungsi indera perasa yang utama adalah merasakan nyeri, perabaan, panas
dan dingin.
dilakukan sebelum dibuang. Jika limbah rumah sakit ini tidak di kelola dengan baik
dan dibuang ke tempat yang tidak dipersyaratkan seperti badan sungai maka akan
dapat memberi dampak negatif tidak hanya bagi air sungai itu sendiri tetapi juga bagi
Pengukuran baku mutu limbah rumah sakit sebelum dibuang harus benar-
benar diperhatikan. Dampak lingkungan yang serius bisa timbul dari dihasilkannya
limbah biomedis dan dari proses penanganan, manajemen dan pembuangan limbah
yang tidak dikelola dengan baik. Dampak yang terjadi bisa secara langsung maupun
tidak langsung. Dampak langsung biomedis yang potensial menurut beberepa ahli
dapat menimbulkan penyakit terutama keracunan dan penyakit kulit (Fakultas Ilmu
Limbah biomedis bisa menyebabkan polusi air jika limbah tersebut di buang
di daerah dataran rendah atau dibuang di danau atau kolam air, bisa menyebabkan
polusi air yang parah. Limbah cair yang dihasilkan saat masuk ke saluran air bisa juga
menyebabkan polusi air jika tidak dikelola dengan baik. Polusi air juga bisa
disebabkan substansi biologis, kimiawi atau radioaktif. Patogen yang ada di limbah
tersebut bisa luluh dan mengkontaminasi air atau air permukaan. Bahan kimia
leachate, kelebihan leacheate seperti nitrat dan sosfat dari galian tanah bisa
air tumbuh alga). Polusi air bisa mengubah parameter seperti pH BOD, COD dll,
dijadikan acuan untuk pengukurran baku mutu limbah rumah sakit sesuai yang
didasarkan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 58 tahun 1995 tentang
baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit. Dalam standar Organization for