Anda di halaman 1dari 7

ASKEP PERTUSIS

3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien : TN ”A”
2. Keluhan utama
Antara lain : Batuk terus menerus, batuk berat, kering dan keras, sulit makan atau anorexia,
muntah-muntah, suhu meninggi, gelisah, gangguan pada waktu bernafas serta berkeringat terus
menerus.
3. Riwayat penyakit
- Riwayat 1 – 2 minggu gejala infeksi saluran nafas bagian atas (ISPA) (bagian kataral).
- Memburuknya batuk pada episode spasmodik diikuti dengan muntah (pada tahap
paroksismal).
- Frekuensi batuk meningkat sampai beberapa kali dalam 1 jam.
- Batuk diikuti dengan muntah dengan mukus kental.
- Derajat distres penafasan selama spasme, terutama perubahan warna selama spasme (wajah
marah terang atau sianotik).
a. Riwayat penyakit sekarang, kapan dirasakan, bagaiman sifat keluhan, berapa lama keluhan
dirasakan dan tindakan apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasinya.
b. Riwayat penyakit dahulu, apaka dulu pernah mengalami hal yang serupa.
c. Riwayat penyakit keluarga, apakah ada keluarga yang menderita penyakit yag sama,
penyakit epilepsi atau penyakit susunan saraf pusat.
4. Pemeriksaan fisik
- Inspeksi
Muka pasien menjadi merah, mata tampak menonjol keluar, wajah cemas, gelisah.
- Palpasi
Suhu tubuh meningkat, ekspansi toraks.
- Perkusi
Resonan atau hiperresonan.
- Auskultasi
Terdengar ronki luas dan krepitasi kasar.
5. Data penunjang
a. Laboratorium : LED dan leukosit meningkat.
b. Foto thorax, CT Scan.
c. Periksa sputum.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
3. Pertukaran gas, kerusakan berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan
nafas)
4. Nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual/muntah.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidaknyamanan ditandai dengan batuk berlebih
dimalam hari.
6. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan gastrik berlebihan
: muntah.

3.3 Intervensi Keperawatan


1. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi.
Kriteria hasil : menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam
rentang normal dan paru jelas/bersih
Intervensi :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. catat upaya pernafasan termasuk
penggunaan otot bantu/pelebaran nasal
Rasional : kecepatan biasanya meningkat. Dispneadan terjadi peningkatan kerja
napas, kedalaman pernapasan bervariasi tergantung derajat gagal napas.
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius, seperti krekels, mengi,
geseka, pleural.
Rasional : bunyi napas menurun/tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap
perdarahan, bekuan atau kolaps jalan napas kecil (atelektasis). Ronki dan mengi menyertai
obstruksi jalan napas/kegagalan pernapasan.
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur dan
embulasi sesegera mungkin.
Rasional : Duduk tinggi kemungkinan ekspansi paru dan ambulasi meningkatkan
pengisiian udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.
4. Observasi pola batuk dan karakter sekret
Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/iritasi. Sputum berdarah
dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan atau anti koagulan berlebihan
5. Bantu pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk
Rasional : Perasaan takut dan ansietas berat berhubungan dengan ketidakmampuan
bernapas /terjadinya hipoksemia dan dapat secara aktual meningkatkan konsumsi oksigen.
6. Berikan oksigen tambahan
Rasional : memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas
7. Bantu fisioterapi dada
Rasional : memudahkan upaya pernapasan dalam dan meningkatkan drainase sekret
dari segmen paru kedalam bronkus, dimana dapat lebih mempercepat pembuangan dengan batuk
/ penghisapan.

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Kriteria hasil : mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih.
Intervensi:
1. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas. Misalnya mengi, kreket, ronkhi.
Rasional : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan
dapat dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisisus. Mis, bronkitis
2. Pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut.
3. Catat adanya dispnea, misalnya, gelisah, ansietas, distres pernafasan.
Rasional : disfungsi pernafasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses
kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit.
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman. Mis, peninggian kepala tempat tidur, duduk pada
sandaran tempat tidur.
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan
menggunakan gravitasi. Pasien akan mencari posisi yang nyaman untuk bernapas.
5. Pertahankan polusi lingkungan minimum. Mis, debu, asap, dan bulu bantal yang
berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : debu, asap jika masuk paru-paru memproteksi terhadap benda asing yang
masuk sehinggan akan mengakibatkan sulit ekspirasi.
6. Bantu latihan napas abdomen atau bibir.
Rasional : memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol
dispnea.
3. Pertukaran gas, kerusakan berhubunga dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan
nafas)
Kriteria hasil : menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan
GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan.
Intervensi:
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Catat penggunaan otot aksesoris.
Rasional : berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan.
2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk
bernafas.
Rasional : pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
latihan napas untuk menurunkan kolabs jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
3. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas pada jalan napas kecil.
4. Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan bunyi tambahan.
Rasional : bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau
konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus atau tertahannya sekret.
5. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
Rsional : gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia.
6. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
Rasional : selama distres pernapasan berat/akut pasien secara total tak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual/muntah.
Kriteria hasil : menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
Intervensi :
1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini.
Rasional : pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi
sputum dan obat.
2. Berikan perawatan oral sering, buang sekret.
Rasional : rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap napsu makan dan
dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
3. Hindari makanan penghasil gas dan karbohidrat.
Rasional : dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen
dan gerakan diafragma dan dapat meningkatkan dispnea.
4. Hindari makanan yang sangat dingin atau sangat panas.
Rasional : suhu ekstrim dapat mencetuskan / meningkatkan spasme batuk
5. Konsultasi dengan ahli gizi untuk memberikan makanan yang mudah cerna, secara nutrisi
seimbang. Mis, nutrisi tambahan oral/selang, nutrisi parenteral.
Rasional : metode makan dan kebutuhan akan kalori didasarkan pada
situasi/kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal dengan upaya minimal
pasien/penggunaan energi.
6. Kaji pemeriksaan laboratorium. Mis, albumin serum, profil asam amino, besi, glukosa.
Rasional : mengefaluasi/mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan terapi
nutrisi.
7. Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidaknyamanan ditandai dengan batuk berlebih


dimalam hari.
Kriteria hasil : melaporkan atau menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
yang dapat diukur dengan tak adanya dipsnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam
rentang normal.
Intervensi:
1. evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dipsnea, peningkatan
kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
Rasional : menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi.
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Dorong
penggunaan manajemen stres dan pengalih yang tepat.
Rasional : menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat.
Rasional : tirah baring dipertahankan selama fase akutuntuk menurunkan kebutuhan
metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan
respon individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan.
4. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau
menunduk ke depan meja atau bantal.
5. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas
selama fase penyembuhan.
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan
kebutuhan oksigen.

6. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan :
muntah.
Kriteria hasil : mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
turgor kulit, membran mukosa lembab.
Intervensi :
1. Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat sehubungan dengan lamanya/ intensitas dari gejala
seperti muntah yang berlebihan.
Rasional : membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total. Tanda dan
gejala mungkin sudah ada dalam waktu sebelumnya.
2. Kaji nadi periferpengisisan kapiler turgor kulit dan membran mukosa.
Rasional : merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang
adekuat.
3. Catat laporan mual/muntah
Rasional : adanya gejala ini menurunkan masukan oral.
4. Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan.
Rasional : pada adanya penurunan masukan /banyak kehilangan, pengurangan
parenteral dapat memperbaiki/mencegah kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai