TLL
TLL
1
SIMPANG LALULINTAS
(INTERSECTION)
1. Simpang tanpa isyarat lampu lalulintas
(Unsignalised Intersection)
2. Simpang dengan isyarat lampu lalulintas
(Signalised Intersection)
2
b. Simpang dengan empat lengan
3
d. Tipe Rotary (Bundaran)
2. Menurut strukturnya:
a. Simpang pada bidang yang sama
Simpang ini merupakan simpang yang paling
umum/banyak dijumpai, baik di daerah perkotaan
ataupun di daerah luar kota. Simpang ini merupakan
pertemuan dua jaln (atau lebih) yang terletak pada
bidang yang sama 4
b. Simpang pada bidang yang berlainan (Crade
Separated Intersection)
Simpang ini merupakan pertemuan tak sebidang
antara jalan dengan lalulintas tinggi dengan jalan
dengan lalulintas tinggi/rendah. Dibuat tak sebidang
dengan maksud untuk mengurangi konflik sehingga
jalan dengan lalulintas tinggi tetap mempunyai
kapasitas yang tinggi.
9
b. Simpang dengan kanalisasi
Simpang dengan kanalisasi adalah salah satu cara
untuk mengurangi konflik, yaitu dengan
memisahkan gerakan lalulintas sehingga tidak saling
mengganggu. Pemisahan ini bisa dilakukan dengan
pulau lalulintas, balok pengaman/pemisah lajur dsb.
10
PENGANTAR TRAFFIC SIGNAL
1. SEJARAH TRAFFIC SIGNAL
Di Inggris, pertama kali traffic signal dipasang
adalah di Westminster pada tahun 1868. Traffic
Signal tersebut dinyalakan dengan gas, namun
demikian pada sejarah perkembangannya
traffic signal tersebut dihapuskan karena
adanya bahaya ledakan gas.
13
15
Berbagai cara yang dikembangkan adalah:
setiap kendaraan yang memasuki kawasan
signal harus membunyikan klakson
hubungan secara elektris pada saat kendaraan
melintas
dengan detektor pneumatic tube
dengan detektor induksi
dengan loop detector (sistem D) yang terletak
40 m sebelum traffic signal
dengan microwave detector
16
2. PHASING
Fase didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana
satu atau lebih arus lalu lintas, yang ada dalam
satu siklus menerima signal indication yang sama
secara simultan.
19
TRAFFIC SIGNAL CONTROL
20
21
PHASING
22
Perhitungan Waktu Siklus
Cycle Time
23
Batasan panjang waktu sisklus
24
L = 2n + R = (2 x 2) + (2 + 3)
= 9 detik
25
4. CYCLE TIME
Cycle time adalah waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan satu putaran dari urutan
nyala lampu lalu lintas.
26
Cycle time minimum dirumuskan sebagai berikut:
Optimum cycle time:
Optimum cycle time dihitung berdasarkan rumus
Webster (1958) sbb:
Co = (1.5L + 5)/(1 – Y)
Dimana:
Co = Optimum cycle time
L = total lost time percycle
Y = jumlah dari nilai y maksimum dari semua fase
27
TRAFFIC SIGNAL CONTROL
Cmin = waktu siklus minimal (det)
L = n * I + sm (det)
n = jumlah fase
Ii = waktu hilang pada fase i
sm = waktu semua merah (det) (all red)
IFR = maks
maks =jumlah
yi aljabar yi yang dominan untuk
yi tahap i
yi =
qi
qi = besarnya arus pada arah i
si
si = arus jenuh untuk arah i
28
Volume dan kapasitas
Utara Selatan Timur Barat
L
Cmin = 1 IFR
(detik)
1.5 L 5
Co =
1 IFR
30
31
Waktu hijau
1. Waktu hijau aktual
Yimaks
Ha = (Co L) (det)
IFR
Kecenderungan:
Kendaraan memasuki simpang diakhir yellow
phase durasi waktu antara / change interval:
Tc = TY + TAR
Tc = change interval
TY = yellow phase
TAR = all red time
34
Pada umumnya:
Yellow phase memperingatkan bahwa waktu hijau
telah berakhir, dan waktu merah segera tiba
Hasil studi terdahulu:
Pengemudi akan tetap berjalan/tidak berhenti pada
saat yellow time jika decelaration rate 3.5 – 4.5 m/det2
Pengemudi akan berhenti jika decelaration rate 3
m/det2
Ls = Vo x Tr + ½ x a x Td2
Ls = jarak henti (m)
Vo = kecepatan (m/det)
Tr = perception – reaction time (det)
Td = decelaration time (det)
a = decelaration rate (m/det)
38
Jika Td = Vo/a
Ls = Vo x Tr + ½ x a x (Vo/a)2
Ls = Vo x (Tr + Vo/2a)
39
Contoh:
Kecepatan 14 m/det (50 km/j)
Percepatan – reaction time 1 det
Decelaration rate 3.5 m/det2
TY = 1 + 14/(2 x 3.5)
=1+ 2
= 3 det
40
Data yang diperlukan untuk
perencanaan traffic signal
1. Data geometrik simpang
Jumlah lengan simpang
Jumlah lajur dan jalur pada masing-masing
lengan
Bagian tepi jalan, bahu trotoar kegiatan
Kelandaian
Dimensi persimpangan
2. Arus lalu lintas
Besarnya arus menurut jenis, arah dan waktu
Variasi arus dalam satu hari, minggu, 41
Penetapan waktu pelaksanaan survai
42
KAPASITAS SIMPANG
BERSINYAL
Kapasitas simpang yang penting
kapasitas masing – masing kaki simpang
Kapasitas masing – masing kaki simpang dibatasi
oleh waktu hijau yang tersedia
S.g
Q=
C
Q = kapasitas
S = arus jenuh/saturation flow
C = cycle time
g = waktu hijau efektif
43
Cara peningkatan Kapasitas
Simpang (secara individual)
a. Peningkatan arus jenuh
Melebarkan mulut simpang
Menurunkan gangguan kegiatan disekitar
mulut simpang
Membuat datar mulut simpang
Melarang parkir di sekitar simpang
Menetapkan radius tikungan secara tepat
44
b. Memperbaiki IFR
Mengurangi jumlah fase
Membatasi arus lalu lintas
c. Mengurangi waktu yang hilang
Harus dilakukan secara hati – hati karena
berkaitan dengan keselamatan
45
Peningkatan Kapasitas Simpang
(dalam Sistem Jaringan)
a. Koordinasi Lampu Lalu Lintas
Beberapa simpang yang berdekatan
dikoordinasikan dapat mengurangi stop dan delay
Mengembangkan pengendalian sinyal dalam
kawasan Area Traffic Control System
Menggunakan demand responsive traffic signal
untuk simpang – simpang tertentu
46
b. Memberikan Prioritas pada Angkutan Umum
Melompati fase-fase tertentu jika datangnya
angkutan umum pada saat lampu berubah
menjadi merah
Memperpendek nyala merah jika datangnya
angkutan umum pada saat lampu berubah
menjadi merah
47
Gap / Lag Kritis
Yaitu suatu besaran gap/lag dimana gap/lag yang
lebih besar darinya akan diterima oleh pengemudi
dan gap/lag yang lebih kecil darinya akan ditolak
oleh pengemudi
Analisis gap/lag
Cari distribusi dari ukuran – ukuran gap/lag yang
diterima dan yang ditolak
Buat kurve kumulatifnya
Perpotongan antara gap/lag yang ditolak dengan
gap/lag yang diterima merupakan gap/lag kritis 48
Gap Acceptance
Gap :
Jarak waktu antara dua kendaraan yang berurutan
49
gap
Lag
50
Pengamatan gap/lag
o Data gap/lag dikumpulkan untuk menganalisis
besarnya gap/lag kritis
o Setiap pengemudi yang diamati hanya diambil
satu gap/lag yang pertama yang diterima oleh
pengemudi
o Gap/lag tersebut dapat berupa gap/lag yang
diterima atau gap/lag yang ditolak
o Gap/lag tersebut dikelompokkan menurut
besarnya (dalam interval)
51
Area penelitian:
Gap/lag penyeberangan jalan
Gap/lag kendaraan menyiap
Lag
Kend.
Parkir
Lag
52
53
Tabel gap/lag
Ukuran gap/lag Ditolak Diterima
0 – 0.5 700 0
0.5 – 1.0 660 0
1.0 – 1.5 650 0
1.5 – 2.0 610 0
2.0 – 2.5 600 0
2.5 – 3.0 600 10
3.0 – 3.5 550 20
3.5 – 4.0 505 50
4.0 – 4.5 400 55
4.5 – 5.0 380 70
5.0 – 5.5 375 100
5.5 – 6.0 357 200
6.0 – 6.5 340 400
54
> 6.5 20 505
Arus Jenuh
55
Pengukuran Arus Jenuh Berdasarkan
MKJI 1997
Adalah : Hasil perkalian arus jenuh dasar (S0)
dengan faktor-faktor penyesuaian pada
simpang (F)
S = S0 x FCS x FSF x FG x FP x FRT x FLT
57
Faktor Ukuran Kota FCS
58
Faktor Hambatan Samping (FSF)
59
Faktor Kelandaian (FG)
60
Faktor Parkir (FP)
61
Faktor Belok Kanan (FRT)
62
Faktor Belok Kiri (FLT)
63
Cara Tepat Pengukuran Arus
Jenuh pada Lalulintas Tercampur
1. Merata-rata Pias
64
2. Kumulatif
65
Cara
Mendapatka
n Nilai Arus
Jenuh
dengan Cara
Kumulatif
66
Rumus Arus Jenuh Pada Arus
Lalulintas Tercampur
1. Didasarkan pada lebar total pendekat simpang
S = 381,3 w + 1661
untuk :
2,25 ≤ w ≤ 9,00 m
dengan :
S = Arus jenuh
w = Lebar pendekat
67
2. Didasarkan pada jumlah lajur
a. Untuk lebar pendekat simpang < 5 m (1 lajur)
S = 1395 w -1181
dengan :
S = Arus jenuh
w = Lebar pendekat
68
b. Untuk lebar pendekat simpang ≥ 5 m (2 lajur)
S = 334,8 w + 1995
dengan :
S = Arus jenuh
w = Lebar pendekat
69
SIMPANG TAK BERSINYAL
70
Cara Menghitung Kapasitas Berdasarkan MKJI
1997
322 2700
324 atau 344 3200
342 2900
422 2900
424 atau 444 3400
73
Faktor Penyesuaian Median Jalan Utama (FM)
74
Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)
75
Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)
Tipe Kelas
Lingkungan Hambatan 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 ≥0.25
Jalan Samping
77
Faktor Penyesuaian Belok Kanan (FRT)
78
Faktor Penyesuaian Rasio Arus Jalan Minor
(FMI)
79