Anda di halaman 1dari 19

Tugas :Teknologi pelayanan Kebidanan

METODE MODERN (MOW DAN MOP)

Oleh
SADRIANTI RAMADAN. NIM P0031201803
KELAS A

D-IV ALIH JENJANG KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI
A. MOW ( Tubektomi )
1 Pengertian.
 Pemotongan ( oklusi ) kedua tuba falopii sehingga spermatozoa dan
ovum tidak dapat bertemu.Disebut juga tubektomi atautubal ligation.
 MOW ( Metode operasi wanita) / tubektomi adalah tindakan penutupan
terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri, yang menyebabkan sel telur
tidak dapat melewati sel telur, dengan demikian sel telur tidak dapat
bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak terjadi kahamilan.
 Metode operasi wanita merupakan salah satu cara kontrasepsi diikuti
dengan tindakan pembedahan pada saluran telur wanita. Tubektomi
merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterine dengan
penutupan tuba uterine dengan maksud tertentu untuk tidak
mendapatkan keturunan dalam jangka panjang sampai seumur hidup.
 Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falloppi
wanita yang mengakibatkan seseorang tidak dapat hamil atau tidak
menyebabkan kehamilan lagi. Sterilisasi
adalah metode kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan bagi
mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena
alasan kesehatan).
 MOW (Medis Operatif Wanita)/ Tubektomi atau juga dapat disebut
dengan sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap
kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak
dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat
bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh
karena itu gairah seks wania tidak akan turun (BKKBN, 2006)
 Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas
atau kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat
dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat
bertemu dengan ovum (Noviawati dan Sujiayatini, 2009) jadi dasar dari
MOW ini adalah mengokulasi tubafallopi sehingga spermatozoa dan
ovum tidak dapat bertemu (Hanafi, 2004).
B. Keuntungan dan kerugian MOW.
1. Keuntungan.
Menurut BKKBN (2006) keuntungan dari kontrasepsi mantap ini antara
lain:
1. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi
2. Tidak mengganggu kehidupan suami istri
3. Tidak mempengaruhi kehidupan suami istri
4. Tidak mempengaruhi ASI
5. Lebih aman (keluhan lebih sedikit), praktis (hanya memerlukan satu
kali tindakan), lebih efektif (tingkat kegagalan sangat kecil), lebih
ekonomis
Sedangkan menurut Noviawati dan Sujiyati (2009) keuntungan dari
kontrasepsi mantap adalah sebagai berikut:
1. Sangat efektif (0.5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan).
2. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breasfeeding).
3. Tidak bergantung pada faktor senggama.
4. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan
yang serius.
5. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local.
6. Tidak ada perubahan fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi
hormon ovarium)
2 Kerugian:
1. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak
dapat dipulihkan kembali.
2. Klien dapat menyesal dikemudian hari
3. Resiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi umum
4. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
5. Dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesalis
ginekologi atau dokter spesalis bedah untuk proses laparoskopi.
6. Tidak melindungi diri dari IMS.
C. Teknik MOW di sertai keuntungan dan kerugian.
1. Penyinaran
Penggunaan sinar laser untuk oklusi tuba.
Keuntungan:
a) Kerusakan tuba falopii terbatas
b) Morbiditas rendah
c) Dapat dikerjakan dengan laparoskopi histeroskopi atau laparatomi
Kerugian:
a) Memerlukan peralatan yang mahal
b) Memerlukan latihan khusus
c) Belum ditentukan standardisasi prosedur ini
d) Potensi reversibilitas belum diketahui

2. Operatif
Dapat dilakukan dengan 3 cara :
1) Abdominal
a. Laparotomi
Laparotomi saja untuk kontap wanita tidak dianjurkan karena
diperlukan insisi yang panjang dan anestesi umum atau anestesi
spinal.Laparotomi hanya diperlukan bila cara-cara kontap lainnya
gagal atau timbulkomplikasi sehingga sehingga memerlukaninsisi
yang lebih besar. Atau jika padakeadaan lain, jika kontap bukan
meriupakan operasi utama, tetapi sebagai pelengkapmisalnya
padasectio sesaria, KET dll.
b. Mini- Laparatomi
1) Waktu operasi
 Post-partum
 Post-abortus
 Interval (dilakukan pada saat bukan post-partum atau post-
abortus)
2) Tempat Insisi
 Sub-umbilikal / infra-umbilika
 Supra-pubis / Mini-Pfannenstiel
Keuntungan:
1. Mudah dipelajari
2. Dapat dikerjakan oleh setiap tenaga medis yang memiliki
dasar-dasar ilmu bedah dan keterampilan bedah
3. Hanya memerlukan alat-alat sederhana dan tidak mahal,
terutama alat-alat bedahstandar
4. Komplikasibiasanya hanya komplikasi minor
5. Dapat dilakukan segera setelah melahirkan

Kerugian:
1. Waktu operasi lebih lama
2. Sukar dilakuakn pada wanita yang sangat gemuk
3. Meninggalkan bekas luka kecil yang masih dapat terlihat
4. Nyeri singkat
5. Angka kejadian infeksi lebih tinggi daripada laparoskopi

c. Laparoskopi
Adalah suatu pemeriksaan endoskopik dari bagian dalam rongga
peritoneum denganalat laparoskop yang dimasukkan melalui
dinding anterior abdomen.
Keuntungan:
1. Komplikasi rendah
2. Cepat ( rata-rata 5-15 menit )
3. Insisi kecil sehingga luka parut rendah sekali
4. Dapat dipakai juga untuk diagnostik maupun terapi
5. Kurang memnyebabkan rasa sakit bila dibanding dengan mini-
laparatomi
6. Sangat berguna jika jumlah calon akseptor banyak

Kerugian:
1. Risiko komplikasi bisa serius.
2. Memerlukan pneumo-peritoneum dengan segala akibatnya
3. Lebih sukar dipelajari
4. Memerlukan keahlian dan ketrampilan khusus dalam bedah
abdomen
5. Harga peralatan mahal dan memerlukan perawatan yang teliti
6. Tidak dianjurkan untuk dilakukan segera post-partum.

2) Vaginal
a. Kolpotomi
Cara yang dikenal yaitu kolpotomi posterior dan kolpotomi
anterior.
Kolpotomi posterior lebih sering dipakai.Tekniknya dengan memb
uka cavum douglas yang terletak diantara dinding depan rectum
dan dinding belakang uterus melalui vagina untuk sampai ke
tuba fallopii.Kolpotomi anterior dilakukan dengan caraperitoneum
diinsisi diantara kandung kencing dan uterus, kemudian uterus
diputar sehingga tuba fallopii terlihat.
Keuntungan:
1. Dapat dilakukan dengan rawat jalan
2. Hanya memerlukan waktu sekitar 5-15 menit
3. Cukup dengan neurolept-analgesia + anestesi lokal
4. Rasa sakit post-operatif lebih kecil dibandingkan cara-cara
kontap lainnya
5. Tidak ada insisi abdominal sehingga tidak ada bekas luka
parut eksternal
6. Peralatan yang dipakai sederhana, murah dan mudah
pemeliharaanya.
7. Morbiditas dan komplikasi mayor rendah
8. Angka kegagalan rendah ( kira-kira 1% )

b. Kuldoskop
Pada kuldoskopi, rongga pelvis dapat dilihat melalui alat
kuldoskop yang dimasukkan melalui fornix posterior melalui
cavum douglas, yaitu suatu kantong peritoneum yang terletak
diantara dinding depan rectum dan dinding belakang
uterus.Dengan adanya laparoskopi trans-abdominal, maka
kuldoskopi kurang mendapatkanminat sehingga sekarang jarang
dilakukan.Waktu operasi Kuldoskopi post-partum atau post-
abortus sebaiknya dikerjakan minimal 5 minggusetelah
melahirkan atau 2-4 minggu setelah abortus.Sebagai prosedur
interval, kuldoskopi paling baik dikerjakan selama fase dini
darisiklus haid ( tidak ada kehamilan).
Keuntungan:
1. Tidak meninggalkan luka parut eksternal
2. Cukup dengan neurolept-analgesia + anestesi lokal
3. Dapat dikerjakan secara rawat jalan
4. Peralatan lebih sederhana dan lebih murah bila
dibandingkan dengan laparoskopi.
5. Waktu operasi singkat
6. Komplikasi dan morbiditas rendah
7. Tidak memerlukan pneumo-peritoneum buatan
8. Elektro-koagulasi jarang dikerjakan.

Kerugian:
Harus dilakukan dengan posisi knee-chest yang mungkin kurang
menyenangkan.

3. Transcervikal
Merupakan metode kontrasepsi dimana oklusi tuba fallopii
dilakukan melaui cervix uteri.Metode ini belum banyak dikerjakan
dan pada umumnya masih dalam tahap eksperimental.
a. Histeroskopi
Prinsipnya sama seperti laparoskopi, hanya pada histeroskopi
tidak dipakai trocar,tetapi suatu vacum cervical adaptor untuk
mencegah keluarnya gas saat dilatasicervix/ cavum uteri.
Keuntungan:
1. Sederhana,Relatif murah,Mudah dipelajari,Anestesi
minimal,Dapat dikerjakan secara rawat jalan.
2. Tidak diperlukan insisi
3. Dapat dilakukan secara rawat jalan karena prosedurnya
cepat/singkat

Kerugian:
1. Resiko perforasi uterus dan luka bakar
2. Angka kegagalan tinggi ( 11-35 % )
3. Risiko kehamilan ektopik/ kehamilan cornu
4. Sering timbul kesulitan teknis dalam mencari lokasi
orificium tubae
5. Oklusi tuba fallopii mungkin tidak segera efektif

b. Blind- delivery
Pada metode ini, operator tidak melihat langsung kedalam
cavum uteri untuk melokalisir orificium tubae. Alat-alat yang
diperlukan hanya alat-alat sederhana
Penyumbatan tuba mekanis
 Tubal clipsTubal clips dipasang pada isthmus tuba fallopii, 2-3
cm dari uterus, melalui laparotomi,laparoskopi, kolpotomi atau
kuldoskopi.Tubal clips menyebabkan kerusakan yang lebih
sedikit atau kecil pada tuba fallopiidiandingkan dengan cara-
cara oklusi tuba fallopii lainnya.
 Tubal ringDengan memasang cincin berdiameter 1 mm pada
tuba fallopii. Dapat dipakai pada minilaparotomi, laparoskopi
dan cara trans-vaginal, dipasang pada ampula tuba
atauampulary-isthmic junction, 2-3 cm dari uterus. Tubal ring
merusak tuba fallopii sepanjang1-3 cm.
Penyumbatan tuba kimiawi
Banyak zat-zat kimia yang saat ini dalam penelitian
eksperimental untuk oklusi tuba fallopii,terutama dilakukan pada
hewan percobaan. Sedangkan pada manusia baru beberapa zat
kimiasaja yang telah diteliti.
Cara kerja :
 Tissue adhesiveZat kimia akan menjadi padat sehingga
terbentuk sumbat didalam tuba fallopii.
 Sclerosing agent
Zat kimia akan merusak saluran tuba fallopii dan
menimbulkan fibrosis.Zat kimia dalam bentuk cairan, pasta
atau padat, diasukkan melalui serviks kedalam utero-tubal
junction, dapat dengan visualisasi secara langsung yaitu
dengan histeroskop, atau tanpavisualisasi langsung ( blind-
delivery ) dengan kateter, kanula atau tabung suntik. Atau
dapatdikerjakan juga melalui ujung fimbriae, dengan melihat
secara langsung melalui jalan trans-abdominal atau trans-
vaginal.Saat ini, zat-zat kimia yang telah diteliti untuk kontap
wanita yaitu :
phenol (carbolic acid)compounds, Quinacrine, dan Methyl-
cyanoacrylate (MCA).
Zat-zat kimia yang ideal untuk oklusi tuba fallopii harus :
1. Sedapatnya diberikan dalam 1 kali pemberian
2. Efektif 100%
3. Non-toksik
4. Murah
5. Tersedia setiap saat
6. Terbatas pada tuba fallopii, tidak boleh sapai ke
rongga abdomen.
7. Tidak menyebabkan rasa sakit
8. Stabil, dengan masa kerja tak terbatas

Keuntungan:
1. Mengerjakannya mudah
2. Dapat dikerjakan secara rawat jalan.

Kerugian:
1. Kebanyakan zat kimia kurang efektif setelah satu kali
pemberian, sehingga akseptor haruskembali untuk
peberian berikutnya (sampai tiga kali pemberian) dengan
interval satu minggu atau satu bulan.
2. Ada beberapa zat kimia yang sangat toksik, sehingga
dapat menyebabkan kerusakan jaringan sektarnya.
3. Beberapa zat kimia memerlukan alat khusus untuk
aplikasinya.
4. Irreversibel
5. Dosis zat kimia sukar ditentukan sebelumnya.

C. Teknik Melakukan Mow


1. Tahap persiapan pelaksanaan
a. Informed consent
b. Riwayat medis/ kesehatan
c. Pemeriksaan laboratorium
d. Pengosongan kandung kencing, asepsis dan antisepsis daerah
abdomen
e. anesteri

2. Tindakan pembedahan (2009) teknik yang digunakan dalam pelayanan


tubektomi antara lain:
a. Minilaparotomi
Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu,
hanya diperlukan sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah
perut bawah (suprapubik) maupun subumbilikal (pada lingkar pusat
bawah). Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien,
relative murah, dan dapat dilakukan oleh dokter yang mendapat
pelatihan khusus. Operasi ini juga lebih aman dan efektif
(Syaiffudin, 2006)
Baik untuk masa interval maupun pasca persalinan, pengambilan
tuba dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat,
kemudian dikeluarkan, diikat dan dipotong sebagian. Setelah itu,
dinding perut ditutup kembali, luka sayatan ditutup dengan kasa
yang kering dan steril serta bila tidak ditemukan komplikasi, klien
dapat dipulangkan setelah 2 - 4 hari. (Syaiffudin,2006).
b. Laparoskopi
Prosedur ini memerlukan tenaga Spesialis Kebidanan dan
Kandungan yang telah dilatih secara khusus agar pelaksanaannya
aman dan efektif. Teknik ini dapat dilakukan pada 6 – 8 minggu
pasca pesalinan atau setelah abortus (tanpa komplikasi).
Laparotomi sebaiknya dipergunakan pada jumlah klien yang cukup
banyak karena peralatan laparoskopi dan biaya pemeliharaannya
cukup mahal. Seperti halnya minilaparotomi, laparaskopi dapat
digunakan dengan anestesi lokal dan diperlakukan sebagai klien
rawat jalan setelah pelayanan. (Syaiffudin,2006).

3. Perawatan post operasi


a. Istirahat 2-3 jam
b. Pemberian analgetik dan antibiotik bila perlu
c. Ambulasi dini
d. Diet biasa
e. Luka operasi jangan sampai basah, menghindari kerja berat selama
1 minggu, cari pertolongan medis bila demam (>38), rasa sakit pada
abdomen yang menetap, perdarahan luka insisi.
D. Waktu Pelaksanaan Mow
Menurut Mochtar (1998) dalam Wiknjosastro (2005) pelaksanaan MOW
dapat dilakukan pada saat:
1. Masa Interval (selama waktu selama siklus menstrusi)
2. Pasca persalinan (post partum)
Tubektomi pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, atau
selambat lambatnya dalam 48 jam pasca persalinan. Tubektomi
pasca persalinan lewat dari 48 jam akan dipersulit oleh edema tuba
dan infeksi yang akan menyebabkan kegagalan sterilisasi. Edema
tuba akan berkurang setelah hari ke-7 sampai hari ke-10 pasca
persalinan. Pada hari tersebut uterus dan alat alat genetal lainnya
telah mengecil dan menciut, maka operasi akan lebih sulit, mudah
berdarah dan infeksi.
3. Pasca keguguran
Sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi
4. Waktu opersi membuka perut
Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut
hendaknya harus dipikirkan apakah wanita tersebut sudah mempunyai
indikasi untuk dilakukan sterilisasi. Hal ini harus diterangkan kepada
pasangan suami istri karena kesempatan ini dapat dipergunakan
sekaligus untuk melakukan kontrasepsi mantap.
Indikasi MOW
Komperensi Khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia
tahun 1976 di Medan menganjurkan agar tubektomi dilakukan pada umur 25
– 40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut: umur istri antara 25 – 30
tahun dengan 3 anak atau lebih, umur istri antara 30 – 35 tahun dengan 2
anak atau lebih, dan umur istri 35 – 40 tahun dengan satu anak atau lebih
sedangkan umur suami sekurang kurangnya berumur 30 tahun, kecuali
apabila jumlah anaknya telah melebihi jumlah yang diinginkan oleh
pasangan tersebut.(Wiknjosastro,2005)
Menurut Mochtar (1998) indikasi dilakukan MOW yaitu sebagai berikut:
1. Indikasi medis umum
Adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila
wanita ini hamil lagi.
a. Gangguan fisik
Gangguan fisik yang dialami seperti tuberculosis pulmonum,
penyakit jantung, dan sebagainya.
b. Gangguan psikis
Gangguan psikis yang dialami yaitu seperti skizofrenia (psikosis),
sering menderita psikosa nifas, dan lain lain.
2. Indikasi medis obstetrik
Indikasi medik obstetri yaitu toksemia gravidarum yang berulang, seksio
sesarea yang berulang, histerektomi obstetri, dan sebagainya.
3. Indikasi medis ginekologik
Pada waktu melakukan operasi ginekologik dapat pula dipertimbangkan
untuk sekaligus melakukan sterilisasi.
4. Indikasi sosial ekonomi
Indikasi sosial ekonomi adalah indikasi berdasarkan beban sosial
ekonomi yang sekarang ini terasa bertambah lama bertambah berat.
a. Mengikuti rumus 120 yaitu perkalian jumlah anak hidup dan umur
ibu, kemudian dapat dilakukan sterilisasi atas persetujuan suami
istri, misalnya umur ibu 30 tahun dengan anak hidup 4, maka hasil
perkaliannya adalah 120.
b. Mengikuti rumus 100
Umur ibu 25 tahun ke atas dengan anak hidup 4 orang
Umur ibu 30 tahun ke atas dengan anak hidup 3 orang
Umur ibu 35 tahun ke atas dengan anak hidup 2 orang

E. Kontraindikasi MOW
1. Kontra indikasi mutlak
a. Peradangan dalam rongga panggul
b. Peradangan liang senggama aku (vaginitis, servisitis akut)
c. Kavum dauglas tidak bebas,ada perlekatan
2. Kontraindikasi relative
a. Obesitas berlebihan
b. Bekas laparotomi
menurut Noviawati dan Sujiyati (2009) yang sebaiknya tidak menjalani
Tubektomi yaitu:
1. Hamil sudah terdeteksi atau dicurigai
2. Pedarahan pervaginal yang belum jelas penyebabnya
3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut hingga masalah itu disembuhkan
atau dikontrol
4. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan
5. Belum memberikan persetujuan tertulis.
Komplikasi dan Penanganan Mow
KOMPLIKASI PENANGANAN
Infeksi Luka Apabila terlihat infeksi luka, obati
dengan antibiotik.
Demam pascaoperasi ( > 38 Obati infeksi berdasarkan apa yang
oC) ditemukan
Luka pada kandung kemih. Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat.
Intestinal (jarang terjadi). Apabila kandung kemih atau usus luka
dan diketahui sewaktu operasi, lakukan
reparasi primer. Apabila ditemukan
pasca operasi, dirujuk kerumah sakit
yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan) Gunakan pack yang hangat dan lembab
ditempat tersebut.
Emboli gas yang dilakukan oleh Ajurkan ke tingkat asuhan yang tepat
laparoskopi (sangat jarang dan mulailah resusitasi intensif,
terjadi) termasuk cairan intravena,
resusitasi cardiopulmonary dan
tindakan penunjang kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi Pastikan adanya infeksi atau abses dan
pembedahan obati berdasarkan apa yang ditemukan
Perdarahan superficial (tepi tepi Mengontrol perdarahan dan obati
kulit atau subkutan) berdasarkan apa yang ditemukan.
A. MOP ( Vasektomi )
1.Pengertian
Sterilisasi pada laki-laki disebut vasektomi.Caranya ialah dengan
memotong saluran mani (vasdeverens) kemudian kedua ujungnya di ikat,
sehingga sel sperma tidak dapat mengalir keluar penis (urethra). Sterilisasi
laki-laki termasuk operasi ringan, tidak melakukan perawatan di rumahsakit
dan tidak mengganggu kehidupan seksual. Nafsu seks dan potensi lelaki
tetap, dan waktu melakukan koitus terjadi pula ejakulasi,tetapi yang
terpancar hanya semacam lendir yang tidak mengandung sperma.Kontap
pria ini masih merupakan metode yang “terabaikan” dan kurang
mendapatkan perhatian.
 Cara kerja MOP
Oklusi vas deferens, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa dan
tidak didapatkan spermatozoa didalam semen/ejakulat.
 Efektifitas MOP
a. Angka kegagalan 0-2,2 % ,umumnya < 1 %
b. Kegagalan kontap , umumnya disebabkan oleh:
 Senggamaa yang tidak terlindung sebelum semen/ejakulat bebas
sama sekali dari spermatozoa.
 Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah
pembentukan granulomaspermatozoa
 Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi
 Jarang : duplikasi congenital dari vas deferens.4.
 keuntungan dan kerugian MOP
1. Keuntungan:
 Efektif
 Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas
 Sederhana
 Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit
 Hanya memerlukan anestesi lokal saja
 Biaya rendah
 Secara kultural, sangat dianjrkan di negara-negara dimana wanita
merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia
dokter wanita dan paramedis wanita.
2. Kerugian:
 Diperlukan suatu tindakan operatif
 Kadang-kadangmenyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau
infeksi
 Belum memberi perlindungan total sampai semua spermatozoa yang
sudah ada didalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas
deferens dikeluarkan.
 Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual
mungkin bertambah parahsetelah tindakan operatif yang menyangkut
sistem reproduksi pria.
 Teknik MOP
1. Operatif
a. Vasektomi dengan pisau setelah anestesilokal yaitu dengan larutan
prokain lidokain atau lignokain tanpamemakai adrendin maka
dilakukan irisan pada kulit scrotum. Kulit dan otot-otot disayat,maka
tampak vas deferens dengan sarungnya. Irisan dapat dilakukan
pada garis tengah antara dua belahan scrotum atau pada dua
tempat di atas masing-masing vas deferensKedua vas tampak
sebagai saluran yang putih dan agak kenyal pada perabaan. Vas
dapatdibedakan dari pembuluh-pembuluh darah, karena tidak
berdenyut. IdentifikasiVasterutaa sukar apabila kulit scrotumtebal.
b. Vasektomi
Tanpa pisau untuk mengurangi atau menghilangkan rasa takut calon
akseptor kontap pria akantindakan operasi ( yang umumnya
dihubungkam dengan pemakaian pisau operasi ), danuntuk
menggalakkan penerimaan kontap pria, di Indonesia sekarang telah
diperkenalkanmetode vasektomi tanpa pisau ( VTP ).Vasektomi
pada pisau juga dapat dilakukan tanpa mengiris kulit, jadi tanpa
memakai pisau sama sekali, yaitu dengan cara:
 Saluran diikat bersama-sama dengan kulit scrotum dengan cara
mencobloskan jarum dengan benang sampai ke bawah saluran
mani.
 Dapat juga disuntikkan ke dalam saluran mani.
 Saluran mani dapat dibakar dengan mencobloskan jarum kauter
halus melalui kulit ke dalam saluran mani

2. Penyumbatan vas deferens


Mekanis dilakukan dengan penjepitan vas deferens menggunakan :
 Vaso-clips
 Intra Vasal Thread (IVT)
 Reversible Intravas Device (R-IVD).
 Shug
 Phaser (Bionyx Control)
 Reversible Intravasal Occlusive Devices (RIOD)

3. Penyumbatan vas deferens kimiawi


dilakukan penyumbatan terhadap vas deferens menggunakan zat-zat
kimiawi berupa :
1.Quinacrine
2.Ethanol
3.Ag-nitrat
 Indikasi dan Kontraindikasi MOP
 Indikasi
Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa pasangan
suami-istri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia
bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya.
 Kontraindikasi
1. Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies (penyakit kulit menular akibat
tuma gatal).
2. Infeksi traktus genetalia.
3. Kelainan skrotum dan sekitarnya :
a. Varicocele (varikositas pleksus pampiniformis korda
spermatika, yang membentuk benjolan skrotum yang terasa
seperti ”kantong cacing”).
b. Hydrocele besar
c. Filariasis.
d. Hernia inguinalis.
e. Orchiopexy (fiksasi testis yang tidak turun pada skrotum).
f. Luka parut bekas operasi hernia.
g. Skrotum yang sangat tebal.
4. Penyakit sistemik :
a. Penyakit-penyakit perdarahan.
b. Diabetes Mellitus.
c. Penyakit jantung koroner yang baru.
5. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.
 Konseling pasca operasi
1. Menjaga daerah insisi agar tetap kering
2. Tidak menarik-narik atau menggaruk-nggaruk luka yang sedang
dalam penyembuhan.
3. Memakai penahan skrotum (celana dalam).
4. Menghindari mengangkat benda berat dan kerja keras untuk 3 hari.
5. Klien boleh bersenggama sesudah tidak merasa sakit (hari ke 2-3),
namun untuk mencegah kehamilan,pakailah kondom atau cara
kontrasepsi lain selama 3 bulan atau sampai ejakulasi15-20 kali.
6. Periksa semen 3 bulan pasca vasektomi atau sesudah 15-20 kali
ejakulasi
 Macam-Macam Efek Samping Atau Masalah Kontrasepsi
Efek samping yang dapat timbul yang akan timbul adalah:
a. Timbul rasa nyeri.
b. Infeksi pada bekas luka.
c. Membengkaknya kantung biji zakar karena pendarahan.
d. Belum ada efek samping jangka panjang.
e. Mengalami ketidak-nyamanan setelah operasi.
f. Komplikasi yang serius karena operasi jarang terjad
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyawati, ari . 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika
Bari Abdul, Saifudin. 2006. Buku Panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka.
Notodiharjo, Riono. 2002. Reproduksi, Kontrasepsi, dan Keluarga Berencana.
Jakarta : Yayasan bina pustaka
Wikhjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
Proverawati atikah, dkk. 2010. panduan memilih kontrasepsi. Yogyakarta : muha
medika

Anda mungkin juga menyukai