Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(TANIN)
Dosen Pengampu:
Medi Andriani M.Pharm, Sci
Di susun oleh:
Galih Dimas Saputra
(1848201027)
Penulis
TANIN
Tanin adalah kelas utama dari metabolit sekunder yang tersebar luas pada
tanaman. Tanin merupakan polifenol yang larut dalam air dengan berat molekul
biasanya berkisar 1000-3000 (Waterman dan Mole tahun 1994, Kraus dll., 2003).
Menurut definisi, tanin mampu menjadi pengompleks dan kemudian mempercepat
pengendapan protein serta dapat mengikat makromolekul lainnya (Zucker, 1983).
Tanin merupakan campuran senyawa polifenol yang jika semakin banyak jumlah
gugus fenolik maka semakin besar ukuran molekul tanin. Pada mikroskop, tanin
biasanya tampak sebagai massa butiran bahan berwarna kuning, merah, atau cokelat.
Tanin dapat ditemukan di daun, tunas, biji, akar, dan batang jaringan. Sebagai contoh
dari lokasi tanin dalam jaringan batang adalah tanin sering ditemukan di daerah
pertumbuhan pohon, seperti floem sekunder dan xylem dan lapisan antara korteks dan
epidermis. Tanin dapat membantu mengatur pertumbuhan jaringan ini. Tanin
berikatan kuat dengan protein & dapat mengendapkan protein dari larutan. Tanin
terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus
dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein
membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Dalam industri, tanin adalah
senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang
mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang protein.
Secara fisika, tanin memiliki sifat-sifat: jika dilarutkan kedalam air akan membentuk
koloid dan memiliki rasa asam dan sepat, jika dicampur dengan alkaloid dan glatin
akan terjadi endapan, tidak dapat mengkristal, dan dapat mengendapkan protein dari
larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh
enzim protiolitik.
1. KLASIFIKASI TANIN
Tanin Terhidrolisis
Tanin terhidrolisis biasanya berikatan dengan karbohidrat yang dapat
membentuk jembatan oksigen, sehingga dapat dihidrolisis dengan menggunakan
asam sulfat atau asam klorida.
Gallotanin merupakan salah satu contoh tanin terhidrolisis, di mana
gallotanin ini merupakan senyawa berupa gabungan dari karbohidrat dan asam galat.
Selain itu, contoh lainnya adalah ellagitanin (tersusun dari asam
heksahidroksidifenil).
Tanin terhidrolisis biasanya berikatan dengan karbohidrat yang
dapat membentuk jembatan oksigen, sehingga dapat dihidrolisis dengan
menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Gallotanin merupakan salah satu
contoh tanin terhidrolisis, di mana gallotanin ini merupakan senyawa berupa
gabungan dari karbohidrat dan asam galat. Selain itu, contoh lainnya adalah
ellagitanin (tersusun dari asam heksahidroksidifenil).
Secara singkat, apabila tanin mengalami hidrolisis, akan terbentuk fenol
polihidroksi yang sederhana, misalnya piragalol, yang merupakan hasil dari
terurainya asam gallat dan katekol yang merupakan hasil dari hidrolisis asam
protokatekuat. Tanin terhidrolisiskan biasanya berupa senyawa amorf, higroskopis,
berwarna cokelat kuning yang larut dalam air (terutama air panas) membentuk
larutan koloid bukan larutan sebenarnya. Makin murni tanin, makin kurang
kelarutannya dalam air dan makin mudah diperoleh dalam bentuk kristal.
Tanin terkondensasi
Tanin terkondensasi biasanya tidak dapat dihidrolisis, melainkan
terkondensasi di mana menghasilkan asam klorida. Tanin terkondensasi
kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid. Tanin jenis ini dikenal dengan nama
Proanthocyanidin yang merupakan polimer dari flavonoid yang dihubungan
dengan melalui C 8 dengan C4, misalnya Sorghum procyanidin yang tersusun
dari catechin dan epiccatechin.
Klasifikasi Tanin berdasarkan dA warna dari garam ferri (FeCl3), dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu :
Katekol
Berwarna hijau dengan 2 gugus fenol. Misalnya : Flobatanin dan
Pirokatekol. Memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
Apabila dipanaskan akan menghasilkan katekol
Apabila didihkan dengan HCl akan menghasilkan flobapin yang
berwarna merah.
Apabila ditambahkan FeCl3 akan berwarna hijau.
Apabila ditambahkan larutan Br akan terbentuk endapan.
Contoh Katekol : Asam kirotamat (pada kina) dan asam katekotanat
(pada gambir).
Pirogalatanin (pirogalol)
Berwarna biru dengan FeCl3 dengan 3 gugus fenol. Memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
Apabila dipanaskan akan terurai menjadi pirogalol.
Apabila dididihkan dengan HCl akan dihasilkan Asam gallat dan Asam
ellag.
Apabila ditambahkan dengan FeCl3 akan berwarna biru.
Apabila ditambahkan brom tidak akan terbentuk endapan.
Contoh Pirogalatanin : Gallotanin (pada gallae) dan Ellagitanin cortex)
2. Cara memperoleh tanin dari bahan alam
Cara memperoleh tanin dari bahan alam biasanya dengan cara mengekstrasi
dari bahan tumbuhan. Metana merupakan kontributor terbesar kedua setelah CO2
terhadap gas rumah kaca di lapisan atmosfer dan memiliki kemampuan meretensi
panas 25 kali lipat lebih besar dari CO2. Sektor peternakan khususnya ruminansia
merupakan salah satu kontributor akumulasi gas metana anthropogenic (sekitar
28%). Tanaman asal tropis merupakan tanaman yang tinggi akan kandungan
senyawa metabolit sekunder seperti polifenol (tanin)
3. Identifikasi tanin
Kesimpulan
Tanin merupakan salah satu senyawa polifenol dengan berat molekul lebih dari 1000
yang dapat diperoleh dari semua jenis tumbuhan. Tanin memiliki sifat yang khas baik fisik
maupun kimianya. Tanin biasanya dalam tumbuhan berfungsi sebagai sistem pertahanan dari
predator, contohnya pada buah yang belum matang, buah akan terasaasam dan sepat, hal ini
sama dengan sifat tanin yang asam dan sepat. Selain itu tanin jugadapat mengendapkan protein,
alkaloid, dan glatin. Tanin juga dapat membentuk khelatdengan logam secara stabil, sehingga
jika manusia kebanyakan mengkonsumsi makanyang memiliki tanin maka Fe pada darah akan
berkurang sehingga menyebabkan anemia. Tanin diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu tanin
terhidrolisis dan taninterkondensasi. Masing-masing jenis memiliki struktur dan sifat yang
berbeda. Untuk taninyang tehidrolisis memiliki ikatan glikosida yang dapat dihidrolisis oleh
asam. Kalau taninterkondensasi biasanya bebrbentuk polimer, jenis ini didominasi dengan
flavonoidsebagai monomernya. Beberapa cara mengujinya bergantung pada tujuannya apakah
kualitatif ataukuantitatif, masing-masing dapat dilakukan dilaboratorium dengan reagen dan
metode tertentu.Tanin jenis terhidrolisis lebih mudah untuk dimurnikan daripada jenis
terkondensasi.