Anda di halaman 1dari 11

PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika

Volume 11 – Nomor 1, Juni 2016, (91-101)


Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras

Komparasi Keefektifan Saintifik dan PMRI Ditinjau dari Prestasi, Minat,


dan Percaya Diri Siswa Kelas VII

Uki Suhendar 1 *, Djamilah Bondan Widjajanti 2


1
Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Jalan Budi Utomo No.10,
Ronowijayan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur 63471, Indonesia
2
Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Yogyakarta, Jalan Colombo No. 1,
Karangmalang, Yogyakarta 55281, Indonesia.
* Korespondensi Penulis. Email: uki.suhendar@yahoo.com, Telp: +6285735409793
Received: 15th June 2016; Revised: 24th June 2016; Accepted: 26th July 2016

Abstrak
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan Pendekatan
Saintifik, mendeskripsikan keefektifan Pendekatan PMRI, dan mendeskripsikan manakah yang lebih
efektif diantara Saintifik dan PMRI ditinjau dari prestasi, minat, dan percaya diri. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 2 Babadan Ponorogo Jawa Timur Indonesia dan secara
acak terpilih kelas VIIB dan VIIC sebagai sampel. Teknik pengumpulan data adalah tes dan non-tes,
dengan instrumen meliputi soal tes prestasi, angket minat dan percaya diri. Teknik analisis data
menggunakan uji t dan Hotelling’s Trace. Hasil penelitian pada taraf signifikansi 0,05 menunjukkan
bahwa Pendekatan Saintifik efektif ditinjau dari prestasi, minat, dan percaya diri. Pendekatan PMRI
efektif ditinjau dari prestasi dan percaya diri, tetapi tidak efektif ditinjau dari minat. Saintifik dan
PMRI sama-sama efektif ditinjau dari prestasi dan percaya diri, akan tetapi ditinjau dari minat
Saintifik lebih unggul daripada PMRI.
Kata kunci: pendekatan saintifik, pendekatan PMRI, prestasi, minat, percaya diri

The Comparison of the Effectiveness of Scientific and PMRI Approaches Based on the
Achievement, Interest, and Self-Confidence of Students of Grade VII

Abstract
This quasi-experimental research aims to describe the effectiveness of Scientific Approach,
describe the effectiveness of PMRI approach, and describe which is more effective between of
Scientific and PMRI Approaches in terms of the achievement, interest, and self-confidence. The
population in this research were students of class VII SMPN 2 Babadan Ponorogo, East Java,
Indonesia, and randomly selected VIIB and VIIC classes as a sample. The data collection techniques
were a test and non-test, the instrument covers about mathematics achievement tests, questionnaires
for students’ interest and self-confidence. The data were analysed using the t test and the Hotelling's
Trace test. The results show that at the significance level of 0.05 the Scientific Approach is effective in
terms of students’ achievement, interest, and self-confidence, while the PMRI Approach is effective in
terms of learning achievement and self-confidence, but it is not effective in terms of interest. The
Scientific and PMRI Approaches are equally effective in terms of learning achievement and self-
confidence, but in terms of interest the Scientific Approach is superior to the PMRI Approach.
Keywords: scientific approach, PMRI approach, mathematics achievement, interest, self-confidence

How to Cite: Suhendar, U., & Widjajanti, D. (2016). Komparasi keefektifan saintifik dan PMRI ditinjau dari
prestasi, minat, dan percaya diri siswa kelas VII. PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika, 11(1), 91-101.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/pg.v11i1.9674

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21831/pg.v11i1.9674

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 92
Uki Suhendar, Djamilah Bondan Widjajanti

Hannula, Maijala, & Pehkonen, 2004, p.17,


PENDAHULUAN
Molloy, 2010, p.138). upaya meningkatkan rasa
Proses pembelajaran di sekolah secara percaya diri diantaranya menciptakan interaksi
umum bertujuan untuk mengembangkan ranah dengan tema atau guru, meyakini kemampuan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa matematika yang dimiliki, persepsi positif orang
secara utuh (holistik). Peningkatan ranah penge- tua, menunjukkan prestasi yang dicapai, serta
tahuan siswa setelah mengikuti pembelajaran di memunculkan suasana yang menantang dan
sekolah sejak dahulu telah menjadi fokus utama. menyenangkan di kelas (Jurdak, 2009, p.111,
Hal ini terlihat dari evaluasi hasil belajar siswa Elder, 1995, p.62, Schiro, 2009, p. 4).
dalam Ujian Nasional sebatas pada aspek penge- Faktor yang mempengaruhi prestasi bel-
tahuan saja. Aspek pengetahuan merupakan ajar lainnya diungkapkan oleh Syah (2010,
definisi sempit dari prestasi belajar (O’Connor, pp.129-136), yakni pendekatan pembelajaran.
2009, p.90). Oleh karena itu, prestasi belajar Pendekatan yang berpusat pada siswa telah men-
yang tinggi sangat penting dan perlu dimiliki jadi perhatian utama pemerintah. Hal ini diperte-
siswa. gas dalam Lampiran Permendikbud No 65
Prestasi belajar matematika adalah ke- Tahun 2013 tentang standar proses, bahwa
mampuan pengetahuan matematika siswa yang prinsip pembelajaran adalah dari siswa diberi
sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk tahu menuju siswa mencari tahu. Pembelajaran
sebagian mata pelajaran matematika tertentu dengan siswa membangun pengetahuannya sen-
(O’Connor, 2009, p.90, Bloom, 1956, p.28, diri disebut pandangan konstruktivistik. Harapan
Lefrancois, 1985, p.255). Faktor-faktor yang pemerintah mengenai penerapan pendekatan
mempengaruhi prestasi belajar diantaranya berbasis konstruktivis dituangkan dalam Kuri-
adalah meningkatkan kemauan untuk tekun, kulum 2013, yakni dengan mengenalkan
minat, rasa percaya diri, interaksi dengan teman pendekatan saintifik.
atau guru, dan melakukan kegiatan-kegiatan Pendekatan saintifik adalah suatu cara
mempelajari materi pelajaran (Arthur & Cremin, pembelajaran untuk memfasilitasi siswa agar
2010, p.20, Syah, 2010, pp. 129-136). mendapat pengetahuan atau keterampilan
Gable (1986, p.9) mengaitkan minat dengan prosedur yang didasarkan pada suatu
dengan sasaran, arah, dan intensitas. Sasarannya metode ilmiah, yakni dengan bereksperimen
adalah aktivitas, arahnya berupa ketertarikan ataupun menyelidiki suatu ide hingga diperoleh
atau ketidak tertarikan, dan intensitas diungkap- kesimpulan yang logis (Wolf, 1925, pp.15-16,
kan dengan tinggi atau rendah. Minat adalah Kemdikbud, 2013, p.203, Kurnik, 2008, p.421).
lebih memilih suatu aktivitas dibanding aktivitas Langkahnya dimulai dengan mengamati,
lainnya (Sax, 1980, p.473). Bila minat belajar- menanya, mengumpulkan informasi, menalar,
nya tinggi, maka siswa akan lebih memilih dan mengomunikasikan (Kemdikbud, 2014,
belajar daripada aktivitas lainnya. Upaya me- p.185-186, Hosnan, 2014, p.37). Menghadirkan
ningkatkan minat antara lain berinteraksi dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran diha-
teman atau guru, menghubungkan materi mate- rapkan akan mampu membiasakan siswa mem-
matika dengan masalah kehidupan nyata, meli- buat hipotesis dan mengeksperimenkan segala
batkan siswa dalam kegiatan yang sesuai sesuatu di sekitarnya. Akan tetapi, sebagian guru
perkembangan mental, memberi kesempatan masih kebingungan melaksanakan pendekatan
siswa untuk mengevaluasi hasil kerjanya, dan ini di kelas (Mulyasa, 2013, p.36).
memberi kesempatan untuk mengintegrasikan Khusus dalam matematika telah dikenal
pengetahuan yang dimiliki (Elliot, et al., 2000, Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
p.349, Ormrod, 2003, p.402, Woolfolk, 2007, Indonesia (PMRI) yang juga berorientasi pada
p.384). konstruktivistik. PMRI adalah suatu pendekatan
Menurut Zimmerman, Bonner, & Kovach pembelajaran yang membimbing siswa dengan
(1996, pp.42-43), rasa percaya diri sangat me- menggunakan masalah-masalah realistik di awal
motivasi siswa yang belum menikmati banyak pembelajaran untuk menuju matematika yang
kesuksesan di sekolah. Rasa percaya diri adalah abstrak, dengan proses matematisasi horisontal
keyakinan, yaitu pemahaman dan perasaan dan vertikal (Gravemeijer, 1994, pp.21, 94, 114-
mampu, nyaman dan puas dengan diri sendiri 115, Uzel & Uyangor, 2006, p.1952, De Lange,
yang membentuk cara siswa memperoleh kon- 1996, pp. 56-57, van den Heuvel-Panhuizen,
sep dan terlibat dalam perilaku matematika 2000, p.4, Hadi, 2005, p.21). Langkahnya adalah
(Parsons, Croft, & Harrison, 2011, p.53, mengamati masalah yang realistik, melakukan

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 93
Uki Suhendar, Djamilah Bondan Widjajanti

matematisasi horizontal, melakukan matemati- siswa merasa matematika kurang bermanfaat


sasi vertikal, mengomunikasikan secara interak- dalam kehidupan.
tif, melakukan refleksi (Hadi, 2005, p.37, Uzel Sebagian besar siswa juga cenderung ta-
& Uyangor, 2006, p.1954, Oktorizal, Elniati, & kut salah ketika disuruh mengerjakan soal yang
Suherman, 2012, p.62, Fauzan, 2002, p.35, sedikit berbeda dengan contoh yang diberikan.
Sugiman, 2011, p.8, Ozdemir & Uzel, 2011, Hal ini mungkin disebabkan oleh kurang aktif-
p.332). nya siswa membangun pengetahuan bagi diri
Salah satu karakteristik pendekatan sainti- sendiri. Selain itu, jika disuruh menunjukkan
fik menurut Kemdikbud (2013, p.203) adalah hasil mengerjakan latihan di depan kelas maka
pembelajaran diarahkan untuk mampu meru- sebagian siswa menolak dengan alasan tidak
muskan masalah (menanya), bukan hanya me- bisa, padahal mereka telah mencoba di buku
nyelesaikan masalah (menjawab). Artinya siswa masing-masing. Jadi dapat dikatakan bahwa rasa
memperoleh konsep dengan merumuskan percaya diri siswa juga masih perlu ditingkatkan
masalah terlebih dahulu kemudian mencari bukti lagi.
untuk memperoleh jawaban. Di sisi lain, Hasil observasi tersebut juga didukung
Gravemeijer (1994, pp.114-115) mengungkap- hasil penelitian awal yang dilakukan peneliti di
kan bahwa salahsatu karakteristik pendekatan SMPN 2 Babadan Ponorogo, Jawa Timur, Indo-
PMRI adalah penggunaan model. Diartikan nesia. Penelitian dilakukan dengan memberikan
bahwa siswa memperoleh konsep diawali angket modifikasi buatan Rakhmawati (2012,
dengan memodelkan secara informal kemudian p.195) dan Hapsari (2012, p.215) mengenai
menuju matematika formal. Karakteristik inilah minat dan percaya diri siswa SMP. Sebanyak
salah satu perbedaan diantara keduanya, namun 42.10% siswa mempunyai minat dengan kate-
demikian keduanya sama-sama menekankan gori lebih dari cukup. Bahkan, untuk pernyataan
konstruksi pengetahuan oleh siswa sendiri. siswa merasa terbebani dengan tugas matema-
Bila melihat hasil Ujian Nasional (UN) tika yang diberikan guru dan bosan dalam
yang diolah oleh Badan Standar Nasional mempelajari matematika berturut-turut hanya 4
Pendidikan (BSNP), maka perubahan prinsip dan 5 dari 19 siswa yang menjawab jarang.
pembelajaran menjadi konstruktivis mungkin Demikian halnya mengenai rasa percaya diri,
memang dibutuhkan dalam pendidikan di Indo- hasilnya 5.26% siswa saja yang mempunyai rasa
nesia, khususnya di SMPN 2 Babadan Pono- percaya diri pada kategori tinggi.
rogo, Jawa Timur Indonesia. Data daya serap Secara teoritis, pendekatan dengan prinsip
UN pada Kompetensi Dasar 3.3 yakni menyele- pembelajaran konstruktivis dapat meningkatkan
saikan persamaan linier dan pertidaksamaan aspek pengetahuan maupun sikap siswa. Hal ini
linier satu variabel, menunjukkan masalah yang juga telah didukung beberapa hasil penelitian.
cukup serius dalam pembelajaran matematika di Salahsatunya, hasil penelitian yang dikemuka-
SMPN 2 Babadan Ponorogo Jawa Timur Indo- kan oleh Uzel & Uyangor (2006, p.1952) me-
nesia. Data daya serap pada kompetensi ini naik nyatakan bahwa sikap siswa terhadap matema-
turun tiap tahun, bahkan di tahun 2013 persen- tika menjadi positif setelah diberi pembelajaran
tase daya serap soal terkait menyelesaikan per- dengan PMR yang berdasar pada konstruktivis-
samaan linear dan pertidaksamaan linear satu tik. Selain itu, Zaini & Marsigit (2014, p.152)
variabel hanya sebesar 65.50%. Artinya, sebagi- juga menyataka bahwa pembelajaran PMR lebih
an siswa masih cukup kesulitan menyelesaikan baik dari pembelajaran konvensional ditinjau
soal terkait persamaan atau pertidaksamaan dari kemampuan penalaran dan komunikasi
linear satu variabel. matematika siswa. Dengan demikian, pendekat-
Berdasarkan observasi peneliti, diduga hal an konstruktivis seperti saintifik dan PMRI
tersebut akibat minat yang belum maksimal. kemungkinan besar mampu menyelesaikan per-
Ditunjukkan oleh sebagian siswa yang lebih masalahan tentang prestasi belajar, minat, dan
menikmati kegiatan lain saat pembelajaran rasa percaya diri siswa kelas VII SMPN 2
matematika berlangsung, seperti ijin mengikuti Babadan Ponorogo Jawa Timur Indonesia.
rapat OSIS, menggambar tokoh kartun di buku Akan tetapi, di Indonesia pendekatan
catatannya, dan mengobrol dengan teman. Salah saintifik masih baru dikenal dibandingkan
satu penyebabnya mungkin karena seringnya pendekatan PMRI, maka kajian empiris yang
pembelajaran berorientasi pada buku dan kurang membandingkan keduanya pun masih sedikit di
terkait dengan kehidupan siswa. Oleh karenanya Ponorogo. Selain itu juga banyak kesamaan
diantara dua pendekatan tersebut. Dengan demi-

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 94
Uki Suhendar, Djamilah Bondan Widjajanti

kian, tentunya kajian mendalam mengenai Analisis data yang digunakan meliputi
keefektifan implementasi pendekatan saintifik analisis deskriptif dan inferensial. Analisis
dan PMRI sangat diperlukan. Oleh karena itu, deskriptif digunakan untuk menyajikan hasil
peneliti ingin melakukan penelitian untuk penelitian mengenai variabel prestasi, minat, dan
membandingkan keefektifan saintifik dan PMRI percaya diri, baik sebelum dan sesudah perlaku-
ditinjau dari prestasi belajar, minat dan rasa an pada kelompok eksperimen pen-dekatan
percaya diri siswa kelas VII SMP. saintifik maupun pendekatan PMRI. Teknik
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini statistik yang digunakan untuk mendeskripsikan
dilaksanakan untuk mendeskripsikan keefektifan hasil penelitian meliputi rata-rata, simpangan
pendekatan saintifik, mendeskripsikan keefektif- baku, skor maksimum, dan skor minimum.
an pendekatan PMRI, serta untuk mendeskripsi- Analisis secara inferensial dalam peneliti-
kan mana yang lebih efektif diantara pendekatan an ini meliputi hasil skor prestasi belajar, minat,
saintifik dan pendekatan PMRI ditinjau dari dan percaya diri. Sesuai dengan rumusan masa-
prestasi, minat, dan percaya diri siswa kelas VII lah, ada 3 hipotesis penelitian yang akan diuji.
SMP N 2 Babadan Ponorogo. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan
uji-t dan uji Hotelling’s Trace. Keefektifan pen-
METODE
dekatan pembelajaran dalam penelitian ini
Jenis penelitian ini adalah penelitian ditentukan berdasarkan indeks keefektifan. Ber-
eksperimen semu. Penelitian dilaksanakan di dasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM)
SMPN 2 Babadan Ponorogo Jawa Timur Indo- belajar matematika di SMP N 2 Babadan Pono-
nesia, pada tanggal 16 Maret-11April 2015. rogo, Jawa Timur, Indonesia yakni 75 untuk
Populasi dalam penelitian ini adalah semua skala 1-100. Pendekatan pembelajaran dikatakan
siswa kelas VII SMPN 2 Babadan Ponorogo efektif ditinjau dari prestasi belajar jika nilai
Jawa Timur Indonesia yang terdiri atas empat rata-rata siswa lebih dari 74. Keefektifan ditin-
kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan jau dari aspek sikap (minat dan percaya diri)
mengambil secara acak sebanyak dua kelas dari disesuaikan dengan kriteria minat dan percaya
empat kelas yang ada, dan terpilih kelas VIIB diri yang telah ditetapkan yaitu skor 114. Hal ini
dan VIIC. Kemudian dari dua kelas tersebut dikarenakan skor 114 termasuk skor kategori
kembali dilakukan pengacakan untuk menentu- tinggi dalam kriteria minat maupun percaya diri.
kan kelas yang diberi perlakuan, terpilih kelas
HASIL DAN PEMBAHASAN
VIIB diberi perlakuan pendekatan saintifik dan
kelas VIIC diberi perlakuan pendekatan PMRI. Hasil tes prestasi belajar pada kelas sain-
Langkah pertama yang dilakukan dalam tifik dan PMRI dideskripsikan berdasarkan nilai
penelitian ini adalah mengambil secara acak dua tes sebelum dan sesudah perlakuan yang disaji-
kelas sebagai kelompok eksperimen. Kemudian kan dalam Tabel 1.
memberikan instrumen tes dan non-tes pada dua
Tabel 1. Hasil Tes Prestasi Belajar
kelas terpilih sebelum perlakuan. Lalu memberi
perlakuan sebanyak 8 pertemuan dengan mene- Kelas Saintifik Kelas PMRI
rapkan pendekatan saintifik dan pendekatan Nilai Tes Tes Tes Tes
Awal Akhir Awal Akhir
PMRI pada dua kelas terpilih dengan terlebih
Rata-rata 25,71 76,67 24,52 77,62
dahulu dilakukan pengacakan. Selanjutnya 11,54 7,47 11,61 9,44
Standar deviasi
memberikan instrumen tes dan non-tes pada dua Nilai tertinggi 60 95 60 95
kelas terpilih setelah perlakuan. Nilai terendah 10 60 10 50
Pengumpulan data dalam penelitian ini
diperoleh dengan teknik tes dan non-tes untuk Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bah-
kedua kelas eksperimen. Teknik tes dan non-tes wa sebelum perlakuan rata-rata prestasi belajar
dilaksanakan sebelum dan sesudah pemberian matematika siswa pada kelas dengan pendekatan
perlakuan. Tes digunakan untuk mengukur saintifik lebih tinggi dibandingkan kelas dengan
prestasi belajar matematika siswa menggunakan pendekatan PMRI sebesar 1,19. Untuk rata-rata
instrumen soal tes prestasi hingga diperoleh ha- setelah perlakuan, prestasi belajar matematika
sil tes prestasi. Teknik non-tes berupa angket siswa pada kelas dengan pendekatan PMRI lebih
minat dan rasa percaya diri siswa terhadap tinggi 0,95 dibandingkan kelas dengan pende-
matematika untuk memperoleh skor angket katan saintifik. Rata-rata tes prestasi belajar ma-
minat dan percaya diri. tematika siswa pada kelas dengan pendekatan
saintifik mengalami peningkatan sebesar 50,95

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 95
Uki Suhendar, Djamilah Bondan Widjajanti

setelah diberikan perlakuan, sedangkan pada Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Univariat
kelas dengan pendekatan PMRI mengalami
Sebelum Sesudah
peningkatan rata-rata sebesar 53,10. Variabel Kelas
Sig. Ket. Sig. Ket.
Hasil angket minat siswa terhadap mate-
Prestasi Saintifik 0,135 Normal 0,059 Normal
matika pada kelas dengan pendekatan saintifik
Belajar PMRI 0,090 Normal 0,111 Normal
dan kelas dengan pendekatan PMRI disajikan Saintifik 0,200* Normal 0, 200* Normal
dalam Tabel 2. Minat
PMRI 0,200* Normal 0, 200* Normal
Rasa Saintifik 0,200* Normal 0,062 Normal
Tabel 2. Hasil Angket Minat Percaya Diri PMRI 0,200* Normal 0, 200* Normal
Nilai Kelas Saintifik Kelas PMRI Berdasarkan Tabel 4 terlihat masing-ma-
Awal Akhir Awal Akhir sing variabel terikat pada kedua kelas memiliki
Rata-rata 84 118 85 117 nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga
Standar deviasi 9,46 8,09 9,30 8,66
Skor tertinggi 100 133 103 131
disimpulkan bahwa asumsi normalitas untuk
Skor terendah 71 102 69 101 masing-masing variabel terpenuhi.
Hasil output SPSS yang menguji homo-
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bah- genitas antara dua kelas pada tiap variabel
wa sebelum dan sesudah perlakuan, skor rata- terikat diberikan pada Tabel 5 dan Tabel 6.
rata dan standar deviasi minat siswa terhadap
matematika pada kelas dengan pendekatan sain- Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas
tifik hampir sama dengan kelas dengan pende- Sebelum Perlakuan
katan PMRI. Skor rata-rata minat siswa kelas Levene
Variabel df1 df2 Sig. Ket.
dengan pendekatan saintifik meningkat sebesar Statistic
34 poin sedangkan kelas dengan pendekatan Prestasi 0.017 1 40 0,898 Homogen
PMRI meningkat sebesar 32 poin. Minat 0,240 1 40 0,627 Homogen
Hasil angket percaya diri siswa terhadap Percaya 2,891 1 40 0,097 Homogen
matematika pada kelas dengan pendekatan sain- Diri
tifik dan PMRI disajikan dalam Tabel 3. Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas
Tabel 4. Hasil Angket Percaya Diri Sesudah Perlakuan

Nilai Kelas Saintifik Kelas PMRI Variabel Levene Statistic df1 df2 Sig. Ket.
Awal Akhir Awal Akhir Prestasi 1,453 1 40 0,235 Homogen
Rata-rata 71 117 70 118 Minat 0,367 1 40 0,548 Homogen
Standar deviasi 5,71 5,78 3,94 7,35 Percaya Diri 2,789 1 40 0,103 Homogen
Skor tertinggi 85 128 79 130
Berdasarkan Tabel 5 dan Tabel 6, dapat
Skor terendah 61 101 61 105
disimpulkan bahwa homogenitas tiap variabel
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bah- terikat sebelum dan sesudah perlakuan terpe-
wa sebelum dan sesudah perlakuan, rata-rata nuhi. Hasil uji-t dua sampel pada hasil sebelum
skor percaya diri siswa terhadap matematika perlakuan dengan bantuan program SPSS,
pada kelas dengan pendekatan saintifik hampir hasilnya pada Tabel 7.
sama dengan kelas dengan pendekatan PMRI. Tabel 7. Hasil Uji-t Sebelum Perlakuan
Demikian halnya standar deviasi skor percaya
diri pada kelas dengan pendekatan saintifik, Variabel
Sign. Df thitung
akan tetapi standar deviasi kelas dengan pende- (x)
katan PMRI meningkat sebesar 3,404. Rata-rata Prestasi 0,741 40 0,333
Kelas Saintifik
Minat 0,819 40 -0,230
skor percaya diri siswa kelas dengan pendekatan dibandingkan
Percaya
saintifik meningkat sebesar 46 poin sedangkan PMRI
Diri
0,291 40 1,070
kelas dengan pendekatan PMRI meningkat ttabel 2,021
sebesar 48 poin.
Digunakan uji-t untuk mengukur keefek- Hasil uji-t pada Tabel 7 menunjukkan
tifan pendekatan saintifik dan PMRI. Namun, bahwa thitung masing-masing variabel terikat ku-
sebelum dapat diuji dengan uji-t, maka harus rang dari ttabel, juga nilai signifikansi pada ma-
memenuhi beberapa asumsi. Berikut hasil uji sing-masing variabel lebih dari 0,05, sehingga
asumsi normalitas masing-masing variabel pada taraf signifikansi 5% diterima. Jadi,
terikat disajikan pada Tabel 4. sebelum diberikan perlakuan tidak terdapat per-
bedaan rata-rata antar variabel terikat, yakni

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 96
Uki Suhendar, Djamilah Bondan Widjajanti

prestasi, minat, dan percaya diri siswa, antara nya. Kelima langkah dalam pendekatan saintifik
kelas dengan pendekatan saintifik dan kelas membutuhkan perancangan matang dan kreati-
dengan pendekatan PMRI. vitas tinggi. Seorang guru yang akan menerap-
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai t kannya butuh lebih banyak waktu perencanaan
hitung sebesar 1,776. Nilai t hitung yang diper- dibandingkan pelaksanaan. Selain itu bimbingan
oleh lebih besar dari ttabel = t0,05;20 = 1,725 sehing- guru juga berperan, saat kegiatan siswa keluar
ga Ho ditolak. Dengan demikian disimpulkan perencanaan maka sang guru harus segera
bahwa pada taraf signifikansi 5%, saintifik membimbing dengan tepat.
efektif ditinjau dari prestasi. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai t
Hasil ini sesuai dengan kerangka berpikir hitung sebesar 1,996. Nilai t hitung yang diper-
peneliti, yakni kelima langkah pendekatan sain- oleh tersebut lebih besar dari ttabel = 1,725
tifik mampu meningkatkan prestasi belajar. Juga sehingga Ho ditolak. Dengan demikian disim-
menurut Cobern (1993, p.1) yang mengungkap- pulkan bahwa pada taraf signifikansi 5%,
kan pendekatan pembelajaran yang berbasis saintifik efektif ditinjau dari minat. Berdasarkan
konstruktivis mampu meningkatkan atau hasil pengujian hipotesis disimpulkan bahwa
mengembangkan pengetahuan yang telah dimi- pendekatan saintifik efektif ditinjau dari minat
liki sebelumnya, salah satunya pendekatan siswa SMP N 2 Babadan Ponorogo Jawa Timur
saintifik. Indonesia. Bahkan jika diamati dari rata-rata tiap
Berdasarkan skor prestasi belajar diper- indikator peningkatannya sangat signifikan,
oleh peningkatan rata-rata prestasi sebelum dan yakni sekitar 1,000. Peningkatan tertinggi pada
sesudah perlakuan di kelas dengan pendekatan indikator Ketertarikan, maka dapat dikatakan
saintifik sekitar 200%. Setelah perlakuan banyak bahwa saintifik mampu membuat siswa tertarik
siswa yang mendapat nilai dibawah KKM hanya pada matematika dari berbagai aspek pembel-
5 dari 21 siswa dengan rata-rata 67. Bila ditinjau ajaran. Hal ini dapat dipercaya karena pada
dari butir yang banyak dijawab salah oleh siswa langkah-langkah pembelajaran saintifik sangat
setelah pembelajaran, maka diperoleh butir 16, mendorong siswa untuk ikut berpartisipasi aktif,
19, dan 20. Ketiganya tentang memodelkan serta baik secara individu maupun kelompok.
menyelesaikan masalah terkait PtLSV. Kesalah- Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
an siswa karena masih belum bisa memahami peningkatan skor tertinggi setelah perlakuan
makna serta mengubah ke model matematika. adalah sebesar 53, sedangkan peningkatan teren-
Seperti pada butir 16, 5 dari 7 siswa yang men- dah sebesar 13. Hal ini sesuai dengan hasil uji
jawab salah memilih pilihan jawaban C. Penge- hipotesis, karena setelah perlakuan, minat siswa
cohnya adalah frase “masih tersisa 120” yang meningkat semua walaupun dengan peningkatan
harusnya diubah menjadi model matematisnya yang beragam. Ditinjau dari peningkatan skor
“+120” tetapi terkecoh dengan “-120”. tiap butir, butir 8 meningkat sebanyak 40 skor.
Walaupun demikian, bila dibandingkan Ini adalah salah satu butir yang terkait pende-
dengan tes awal, maka untuk ketiga butir terse- katan pembelajaran, yakni mengenai keterlibat-
but mengalami peningkatan jumlah siswa men- an mengikuti presentasi matematika. Sesuai
jawab benar yang cukup signifikan setelah per- pendapat Elliot, et al. (2010, p.349) dan kesim-
lakuan. Misalnya butir 20, saat tes awal banyak pulan peneliti bahwa salah satu upaya mening-
siswa yang menjawab salah sebanyak 20 orang, katkan minat adalah dengan berinteraksi. Oleh
akan tetapi setelah diberi perlakuan pendekatan karenanya peneliti meyakini inilah salah satu
saintifik banyak siswa yang menjawab salah penyebab efektifnya pendekatan saintifik
hanya 8 orang. Hal ini sesuai dengan pendapat ditinjau dari minat.
Adams & Hamm (2010, p.87), yakni dengan Berdasarkan hasil perhitungan yang selan-
kegiatan saintifik maka akan melahirkan gene- jutnya diperoleh nilai t hitung sebesar 2,568.
rasi yang inovatif. Hal ini berarti bahwa dengan Nilai t hitung yang diperoleh tersebut lebih besar
pendekatan saintifik telah membuat sekitar 12 dari ttabel = 1,725 sehingga Ho ditolak. Jadi pada
siswa menjadi lebih inovatif sehingga mampu taraf signifikansi 5%, saintifik efektif ditinjau
memaknai serta memodelkan permasalahan dari percaya diri. Hasil penelitian menunjukkan
dengan benar. bahwa saintifik efektif ditinjau dari rasa percaya
Penerapan pendekatan saintifik yang diri siswa SMP N 2 Babadan Ponorogo, Jawa
terbukti mampu meningkatkan prestasi belajar Timur, Indonesia. Pembelajaran dengan pende-
siswa dalam pembelajaran matematika seban- katan saintifik melalui langkah menanya dan
ding dengan persiapan guru sebelum penerapan- mengomunikasikan diyakini peneliti dapat

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 97
Uki Suhendar, Djamilah Bondan Widjajanti

meningkatkan rasa percaya diri siswa. Pada Berdasarkan deskripsi hasil penelitian
langkah ini siswa diajari cara mengungkapkan sebelum dan sesudah perlakuan diperoleh
ide yang dimiliki kepada orang lain, tentu hal ini peningkatan rata-rata prestasi belajar di kelas
mampu melatih keberanian mereka. Pada lang- PMRI sekitar 200%. Siswa yang mendapat nilai
kah menalar siswa bekerja secara kelompok dibawah KKM hanya 5 diantara 21 siswa
setelah bekerja individu. Saat berada dalam dengan rata-rata 64. Melihat dari butir yang
kelompok, siswa dilatih untuk bersosialisasi de- banyak dijawab salah oleh siswa setelah pem-
ngan orang lain. Siswa diharapkan aktif belajaran, juga diperoleh no 16, 19, dan 20. Ke-
menyampaikan pendapat maupun mengajukan tiganya tentang memodelkan serta menyelesai-
pertanyaan dalam berdiskusi dengan temannya. kan masalah terkait PtLSV. Kesalahan siswa
Pada akhir pembelajaran, perwakilan siswa dari diantaranya karena masih salah dalam melaku-
beberapa kelompok diminta mempresentasikan kan operasi aljabar. Seperti pada butir 19, 7 dari
pekerjaannya. Pada tahap ini siswa dilatih agar 10 siswa yang menjawab salah memilih pilihan
lebih percaya diri untuk tampil di depan kelas jawaban B. Salahnya kemungkinan karena
maupun untuk menyampaikan pendapat. Hal ini operasi aljabar yang harusnya ditambah 3 tetapi
tentunya mendukung peningkatan rasa percaya dikurangi 3, dan belum disubstitusikan ke soal.
diri siswa. Memperkuat bahasan ini, Elder Penerapan PMRI yang teruji mampu
(1995, p.62) berpendapat bahwa penerimaan meningkatkan prestasi siswa berbanding lurus
teman sejawat juga mampu meningkatkan rasa dengan apa yang harus dipersiapkan guru sebe-
percaya diri. lum penerapannya. PMRI membutuhkan ide-ide
Berdasarkan hasil skor percaya diri siswa kreatif dalam penerapannya. Seorang guru yang
diperoleh peningkatan skor tertinggi setelah per- akan menerapkannya butuh lebih banyak waktu
lakuan adalah sebesar 85, sedangkan peningkat- untuk persiapan. Hal ini sesuai pendapat
an terendah sebesar 61. Hal ini sesuai dengan Sembiring (2010, p.12), bahwa salah satu
hasil uji hipotesis, karena setelah pembelajaran karakteristik pendekatan PMRI adalah peran
percaya diri siswa meningkat semua walaupun guru yang harus lebih aktif dalam merancang
dengan peningkatan yang beragam. Ditinjau dari bahan ajar dan kegiatan kelas.
peningkatan skor tiap butir, butir 16 meningkat Analisis yang dilakukan selanjutnya ada-
sebanyak 52 skor merupakan butir dengan lah analisis tentang eefektifan pendekatan PMRI
peningkatan tertinggi. Ini adalah salah satu butir ditinjau dari minat. Berdasarkan perhitungan
yang terkait dengan pendekatan pembelajaran, diperoleh nilai t hitung sebesar 1,336. Nilai t
yakni mengenai keberanian diri untuk meng- hitung yang diperoleh tersebut lebih kecil dari
ungkapkan pendapat dalam kelompok diskusi. ttabel = 1,725 sehingga Ho diterima. Disimpulkan
Sebelumnya peneliti menyimpulkan salah satu bahwa pada taraf signifikansi 5%, pendekatan
upaya meningkatkan percaya diri melalui ada- PMRI tidak efektif ditinjau dari minat.
nya interaksi dengan teman. Oleh karena adanya Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh
diskusi membuat saintifik efektif ditinjau dari kesimpulan bahwa PMRI tidak efektif ditinjau
percaya diri. dari minat siswa SMPN 2 Babadan Ponorogo,
Selanjutnya, perhitungan diperoleh nilai t Jawa Timur, Indonesia. Peningkatan skor rata-
hitung sebesar 1,757. Nilai t hitung ini lebih be- rata per indikator yang rendah adalah pada
sar dari ttabel = t0,05;20 = 1,725 sehingga Ho dito- indikator Pilihan dan Ketertarikan, sehingga da-
lak. Disimpulkan bahwa pada taraf signifikansi pat disimpulkan bahwa siswa kelas PMRI belum
5%, pendekatan PMRI efektif ditinjau dari terlalu berminat terhadap matematika ditinjau
prestasi. Kesimpulan yang diperoleh berdasar- dari pilihan dan ketertarikan. Hal ini disimpul-
kan hasil pengujian hipotesis adalah pendekatan kan peneliti yang menyebabkan mengapa PMRI
PMRI efektif ditinjau dari prestasi siswa SMP N tidak efektif ditinjau dari minat dalam penelitian
2 Babadan Ponorogo. Hal ini juga sesuai dengan ini.
kerangka berpikir peneliti, yakni kelima langkah Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
pada pendekatan PMRI mampu meningkatkan peningkatan skor tertinggi setelah perlakuan
prestasi belajar siswa. Sesuai juga dengan hasil adalah sebesar 47, sedangkan peningkatan teren-
penelitian oleh Widiyanti (2012, p.125) yang dah sebesar 15. Walaupun setelah pembelajaran
menyimpulkan bahwa pendekatan PMRI berpe- minat siswa meningkat semua namun ternyata
ngaruh lebih besar terhadap kemampuan kog- PMRI tidak efektif untuk mening-katkan minat.
nitif dibanding pendekatan konvensional. Ditinjau dari peningkatan skor tiap butir, butir
23 meningkat sebanyak 4 skor merupakan butir

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 98
Uki Suhendar, Djamilah Bondan Widjajanti

dengan peningkatan terendah. Ini adalah salah Hotelling’s Trace, oleh karenanya harus me-
satu butir yang terkait dengan pendekatan pem- menuhi uji asumsi multivariat terlebih dahulu.
belajaran, yakni keterlibatan siswa dalam me- Akan tetapi berdasarkan hasil keefektifan PMRI,
nyelesaikan soal secara individu sebelum diba- maka untuk variabel minat sudah tidak diikutkan
has bersama. Sesuai pendapat Ormrod (2003, lagi dalam perhitungan.
p.402) bahwa salah satu upaya meningkatkan Pengujian asumsi normalitas multivariat
minat adalah dengan melibatkan siswa secara dilihat dari pemenuhan asumsi kenormalan mul-
aktif. Walaupun dalam proses pembelajaran tivariat menggunakan kriteria yaitu jika sekitar
telah diberi kesempatan untuk aktif, namun 50% nilai maka dapat dikatakan
dalam prosesnya tidak semua siswa tertarik. Mi- bahwa hasil tersebut berasal dari populasi yang
salnya saat diberi kesempatan untuk memodel- berdistribusi normal. Tabel 8 berikut adalah
kan permasalahan, ada siswa tidak menyelesai- ringkasan uji asumsi normalitas multivariat.
kan sesuai perintah, kadang mengerjakannya
dengan melihat milik teman. Oleh karenanya Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Multivariat
peneliti meyakini ini salah satu penyebab tidak Persentase
efektifnya PMRI ditinjau dari minat. banyak siswa
Analisis tentang keefektifan pendekatan Kelas Jenis dengan nilai Ket.
PMRI ditinjau dari rasa percaya diri diperoleh
nilai t hitung sebesar 2,554. Nilai t hitung yang Awal 61,90 Normal
diperoleh tersebut lebih besar dari ttabel = 1,725 Saintifik
Akhir 47,62 Normal
sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat Awal 61,90 Normal
PMRI
disimpulkan bahwa pada taraf signifikansi 5%, Akhir 61,90 Normal
pendekatan PMRI efektif ditinjau dari rasa
Berdasarkan hasil uji pada Tabel 8 dapat
percaya diri. Hasil penelitian menunjukkan
disimpulkan bahwa kelas saintifik dan PMRI
bahwa PMRI efektif ditinjau dari percaya diri
memenuhi asumsi normal multivariat. Hasil
siswa SMP N 2 Babadan Ponorogo, Jawa Timur,
analisis uji homogenitas multivariat disajikan
Indonesia. Pembelajaran dengan PMRI melalui
pada Tabel 9.
langkah melakukan matematisasi horizontal,
mengomunikasikan secara interaktif, dan reflek- Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas Multivariat
si dipercaya dapat meningkatkan percaya diri Jenis Box’s M Sig. Ket.
siswa. Siswa diajari bagaimana cara mengung- Awal 3,157 0,394 Homogen
kapkan ide yang dimiliki secara tertulis, diadu Akhir 2,067 0,582 Homogen
ke siswa lain, tentunya mampu melatih kebe-
ranian mereka. Berdasarkan Tabel 9 dapat disimpulkan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pada taraf signifikansi 0,05, asumsi
peningkatan skor tertinggi setelah perlakuan se- homogenitas sebelum dan sesudah perlakuan
besar 60, peningkatan terendah sebesar 36. Hal terpenuhi. Hasil uji multivariat pada hasil sebe-
ini sesuai dengan hasil uji hipotesis, karena lum perlakuan menggunakan uji Hotelling’s
setelah pembelajaran percaya diri meningkat Trace dengan bantuan program SPSS adalah
semua walaupun dengan peningkatan yang sebagai berikut.
beragam. Ditinjau dari peningkatan skor tiap Tabel 10. Hasil Uji Multivariat
butir, butir 17 meningkat sebanyak 58 skor Sebelum Perlakuan
merupakan butir dengan peningkatan tertinggi.
Ini adalah salah satu butir terkait pendekatan Effect Value F Sig.
Hotelling’s Trace 0,011 0,207b 0,814
pembelajaran, yakni tentang keberanian diri un-
tuk presentasi tanpa ditunjuk guru. Sebelumnya, Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai sig-
Jurdak (2009, p.111) dan Schiro (2009, p.4) nifikansi 0,814 > 0,05 sehingga pada taraf
berpendapat bahwa salah satu upaya meningkat- signifikansi 5% diterima. Jadi, disimpulkan
kan percaya diri melalui terciptanya interaksi bahwa pada sebelum perlakuan tidak terdapat
dengan teman. Oleh karena adanya presentasi perbedaan rata-rata prestasi dan percaya diri
dengan inisiatif sendiri, menurut peneliti men- siswa antara kelas saintifik dan PMRI.
jadi penyebab efektifnya PMRI ditinjau dari Karena asumsi dan kesamaan kondisi
percaya diri dalam penelitian ini. awal terbukti dipenuhi, maka untuk mem-
Perbandingan keefektifan antar kedua bandingkan keefektifan dua pendekatan cukup
pendekatan tersebut dilakukan dengan uji menggunakan uji Hotelling’s Trace terhadap

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 99
Uki Suhendar, Djamilah Bondan Widjajanti

hasil setelah perlakuan. Salah satu penyebabnya menurut peneliti adalah


kedua pendekatan sama-sama berbasis konstruk-
Tabel 11. Hasil Uji Multivariat
tivis, dimana sebelumnya telah peneliti uraikan
Setelah Perlakuan
bahwa keduanya sama-sama menekankan
Effect Value F Sig keaktifan siswa.
Hotelling's Trace 0,011 0.207b 0,814 Selain itu, hipotesis penelitian ini sebe-
Hasil pada Tabel 11 menunjukkan bahwa lumnya disimpulkan karena tiga langkah PMRI,
nilai sig. 0,814 > 0,05. Dengan demikian yakni melakukan matematisasi horisontal,
disimpulkan bahwa pada taraf signifikansi 0,05 mengomunikasikan secara interaktif, dan mela-
tidak terdapat perbedaan rata-rata prestasi dan kukan refleksi, diyakini meningkatkan percaya
percaya diri pada kelas saintifik dan PMRI. diri. Saintifik hanya dua langkah, yakni mena-
Hasil penelitian menunjukkan saintifik nya dan mengomunikasikan. Akan tetapi, akhir-
sama-sama efektif dibandingkan PMRI ditinjau nya peneliti yakin bahwa langkah menalar
dari prestasi. Hal ini sesuai dengan hipotesis dalam saintifik juga mampu meningkatkan per-
penelitian. Cobern (1993, p.1) mengungkapkan caya diri siswa, karena dalam langkah ini siswa
bahwa pendekatan yang berbasis konstruktivis menemukan konsep sendiri lalu berkelompok
mampu meningkatkan atau mengembangkan untuk mendiskusikan hasil penalarannya. Oleh
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. karena tiga langkah dari masing-masing pende-
Dikarenakan saintifik dan PMRI keduanya katan ternyata mampu meningkatkan percaya
sama-sama berbasis konstruktivis inilah maka diri, maka keduanya sama-sama efektif ditinjau
peneliti percaya keduanya sama-sama efektif dari percaya diri.
ditinjau dari prestasi. Rata-rata percaya diri yang diperoleh
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kelas saintifik dan PMRI hampir sama. Setelah
prestasi belajar siswa mengalami peningkatan perlakuan, jumlah siswa pada kategori sedang di
signifikan di kedua kelas. Rata-rata prestasi kelas saintifik adalah 1, dan tidak ada lagi di
yang dicapai setelah perlakuan di kedua kelas kelas PMRI. Peningkatan rata-rata pada kelas
lebih tinggi dari KKM. Selain itu, tingkat ke- saintifik hampir sama dibandingkan kelas PMRI
tuntasan kelas PMRI dengan saintifik sama ditinjau dari tiap indikator.
besar. Berdasarkan hasil penelitian, materi yang SIMPULAN DAN SARAN
belum dikuasai pada kedua kelas hampir sama,
yakni tentang memodelkan dan menyelesaikan Simpulan
model permasalahan PLSV dan PtLSV. Namun Simpulan hasil penelitian ini pada siswa
setelah perlakuan, pada kelas saintifik materi Kelas VII SMP N 2 Babadan Ponorogo Jawa Ti-
menyelesaikan PLSV dalam bentuk pecahan dan mur Indonesia Tahun Ajaran 2014/2015 adalah
memodelkan masalah PLSV juga belum dikua- pendekatan saintifik efektif ditinjau prestasi,
sai, sedangkan di kelas PMRI telah dikuasai minat, dan percaya diri. Pendekatan PMRI juga
lebih dari 75%. efektif ditinjau prestasi dan percaya diri. Pen-
Hasil penelitian menunjukkan saintifik dekatan saintifik dan PMRI sama-sama efektif
lebih efektif dibandingkan PMRI ditinjau dari ditinjau dari prestasi dan percaya diri. Selain itu,
minat, terlebih PMRI tidak efektif pada taraf pendekatan saintifik lebih efektif dibanding
signifikansi 5%. Hasil penelitian ini sesuai pendekatan PMRI ditinjau dari minat.
dengan hipotesis penelitian. Meski demikian,
Saran
sebenarnya peningkatan skor rata-rata pada
kedua kelas setelah perlakuan hampir sama. Saran yang dapat disampaikan menurut
Persentase minat siswa pada kategori sedang hasil penelitian adalah pendekatan saintifik da-
dan tinggi dari kedua kelas juga hampir sama. pat dipilih sebagai salah satu alternatif pende-
Bahkan rata-rata ditinjau dari tiap indikator pada katan pembelajaran yang mendukung peningkat-
indikator Ketertarikan, rata-rata kelas PMRI an prestasi, minat, dan percaya diri siswa SMP.
meningkat lebih besar dibanding kelas saintifik. Demikian pula halnya pendekatan PMRI juga
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat menjadi pilihan bagi guru untuk mening-
diketahui bahwa pendekatan saintifik maupun katkan prestasi dan khususnya percaya diri
PMRI sama-sama efektif apabila ditinjau dari siswanya dalam belajar matematika. Saintifik
percaya diri. Hal ini menolak hipotesis peneliti dan PMRI sama-sama efektif ditinjau dari pres-
yang mengunggulkan PMRI dibanding saintifik. tasi dan percaya diri, oleh karena itu bagi guru-

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 100
Uki Suhendar, Djamilah Bondan Widjajanti

guru yang terbiasa menggunakan PMRI dapat Hannula, M. S., Maijala, M. & Pehkonen, E.
juga mencoba saintifik sebagai variasi dalam (2004). Development of understanding
pembelajaran. Bila ingin meningkatkan prestasi, self-confidence in mathematics; grades 5-
minat, dan percaya diri maka dapat digunakan 8. Group for the psychology of
perangkat pembelajaran dengan pendekatan mathematics education, 3, 17-24.
saintifik dalam penelitian ini. Namun bila ingin
Hapsari, M. J. (2012). Keefektifan model inkuiri
meningkatkan prestasi dan percaya diri maka
terbimbing dan direct instruction pada
dapat digunakan perangkat pembelajaran dengan
pembelajaran matematika ditinjau dari
pendekatan PMRI dalam penelitian ini.
prestasi belajar dan kepercayaan diri
DAFTAR PUSTAKA siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Depok
Sleman. Tesis, tidak dipublikasikan.
Adams, D.M., & Hamm, M. (2010). Demystify
Universitas Negeri Yogyakarta.
math, science, and technology: creativity,
innovation, and problem solving. Hosnan, M. (2014). Pendekatan saintifik dan
Lanham: Rowman & Littlefield kontekstual dalam pembelajaran abad 21:
Publishers, Inc. kunci sukses implementasi Kurikulum
2013. Bogor: Ghalia Indonesia.
Arthur, J., & Cremin, T. (2010). Learning to
teach in the primary school 2nd ed. Jurdak, M. (2009). Toward equity in quality in
London: Routledge. mathematics education. New York:
Springer Science Business Media, LI.C.
Bloom, B.S. (Ed.). (1956). Taxonomy of
educational objectives. Michigan: David Kemdikbud. (2013). Materi pelatihan guru
McKay Company, Inc. implementasi kurikulum 2013 SMP/MTs
Matematika. Jakarta: Badan
Cobern, W. W. (1993). Contextual
Pengembangan Sumber Daya Manusia
constructivism: The impact of culture on
Pendidikan dan Kebudayaan dan
the learning and teaching of science.
Penjaminan Mutu Pendidikan.
Dalam K. G. Tobin (Ed). The practice of
constructivism in science education (pp. Kurnik, Z. (2008). The scientific approach to
51-69). Hillsdale: Lawrence Erlbaum teaching math. Teaching Methodology of
Associates, Inc. Mathematics (Metodika), 17, 421-432.
De Lange, J. (1996). Using and applying Lefrancois, G.R. (1985). Psychology for
mathematics in education. Dordrecht: teaching. Belmont, CA: Wadsworth, Inc.
Kluwer Academic.
Mendikbud. (2013). Salinan Peraturan Menteri
Elder, G.H., Jr. (1995). Life trajectories in Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor
changing secieties. Dalam A. Bandura 65, Tahun 2013, tentang Standar Proses.
(Ed.). Self efficacy in changing societies
Molloy, A. (2010). Coach your self to success
(pp 46-68). Cambridge: Cambridge
mimpi tercapai, target terpenuhi.
University Press.
(terjemahan Retnadi Nur’aini dari
Elliot, S.N., et al. (2000). Educational ASPIRATIONS: 8 easy steps to coach
psychology: effective teaching, effective yourself to succes). Glenfield: Random
learning. (3rd ed). Boston: McGraw Hill. House New Zealand.
Fauzan, A. (2002). Applying realistic Mulyasa, E. (2013). Pengembangan dan
mathematics education in teaching implementasi kurikulum 2013. Bandung:
geometry in Indonesian primary schools. PT Remaja Rosdakarya.
Doctoral Dissertation. Enschende:
O’Connor, K. (2009). How to grade for learning
University of Twente.
K-12. Thousand Oaks, CA: Corwin.
Gable, R.K. (1986). Instrument development in
Oktorizal, Elniati, S., & Suherman. (2012).
the affective domain. Boston, MA:
Peningkatan level berpikir siswa pada
Kluwer Nijhoff Publishing.
pembelajaran geometri dengan
Gravemeijer, K.P.E. (1994). Developing pendekatan pendidikan matematika
realistic mathematics education. Utrecht: realistik. Jurnal Pendidikan Matematika,
CD Press. 1, 60-67.

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Juni 2016 - 101
Uki Suhendar, Djamilah Bondan Widjajanti

Ormrod, J.E. (2003). Educational psychology Hadi, S. (2005). Pendidikan matematika


developing learners (4th ed). Upper realistik dan implementasinya.
Saddle River, NJ: Pearson Education. Banjarmasin: Tulip.
Ozdemir, E., & Uzel, D. (2011). The effect of Syah, M. (2010). Psikologi pendidikan: dengan
realistic mathematics education on student pendekatan baru. Bandung: PT Remaja
achievementand student opinions towards Rosdakarya.
instruction. H.U. Journal of Education,
Uzel, D., & Uyangor. (2006). Attitudes of 7th
40, 332-343.
class students toward mathematics in
Parson, S., Croft, T., & Harrison, M. (2011). realistic mathematics education.
Engineering students self-confidence in International Mathematical Forum 1, 39,
mathematics mapped. Diakses pada 1951-1959.
tanggal 29 Maret 2015, dari
Van den Heuvel-Panhuizen, M. (2000).
https://www.google.com/search?q=Parson
Mathematics education in the
%2C+S.%2C+Croft%2C+T.%2C+%26+
Netherlands: a guided tour Freudenthal
Harrison%2C+M.+%282011%29.+Engin
Institute CD-rom for ICME9. Utrecht:
eering+students+self-
Utrecht University.
confidence+in+mathematics+mapped&ie
=utf-8&oe=utf-8. Widiyanti, R.A. (2012). Keefektifan pendekatan
PMRI dan pendekatan konvensional
Rakhmawati. (2012). Keefektifan pembelajaran
ditinjau dari kemampuan kognitif siswa
kooperatif tipe STAD dan STAD plus
kelas VII SMP di Kota Yogyakarta dan
pada materi trigonometri ditinjau dari
Bantul. Tesis, tidak dipublikasikan.
prestasi, minat, dan motivasi belajar siswa
Universitas Negeri Yogyakarta.
SMA. Tesis, tidak dipublikasikan.
Universitas Negeri Yogyakarta. Wolf, A. (1925). Essentials of Scientific Method.
London: George Allen & Unwin LTD.
Sax, G. (1980). Principles of educational and
psychological measurement and Woolfolk, A. (2007). Educational Psychology
evaluation (2nd ed). California: (10th ed). Boston, MA: Pearson
Wadsworth Publishing Company. Education.
Schiro, M.S. (2009). Mega-fun math games and Zaini, A., & Marsigit, M. (2014). Perbandingan
puzzles for the elementary grades. New keefektifan pembelajaran matematika
York: John Wiley & Sons, Inc. dengan pendekatan matematika realistik
dan konvensional ditinjau dari
Sembiring, R.K. (2010). Pendidikan Matematika
kemampuan penalaran dan komunikasi
Realistik Indonesia (PMRI):
matematik siswa. Jurnal Riset Pendidikan
Perkembangan dan tantangannya. IndoMS
Matematika, 1(2), 152-163.
J.M.E., 1, 11-16.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jrpm.v1i2.
Sugiman. (2011). Peningkatan pembelajaran 2672
matematika dengan menggunakan
Zimmerman, B.J., Bonner, S., & Kovach, R.
pendekatan matematika realistik. Diambil
(1996). Developing self-regulated
pada tanggal 29 Maret 2015, dari
learners beyond achievement to self-
http://staff.uny.ac.id/sites/def-
efficacy (psychology in the classroom).
ault/files/tmp/2011_PPM_Iceberg_0.pdf.
New York: American Psychological
Association.

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X

Anda mungkin juga menyukai