Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI FISIOLOGI TUMBUHAN

RESPIRASI

DISUSUN OLEH:

Soleh Saputra 17304241039

Fauziah Rahmawati 17304241040

Mutiara Putri Azzahra 17304241041

Icha Galuh Puspita 17304244001

Fiki Zida Farhana 17304244002

KELOMPOK IV

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Judul
Respirasi
B. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh suhu terhadap laju respirasi kecambah.
C. Latar Belakang
Dalam beberapa aspek fisiologi tumbuhan berbeda dengan fisiologi hewan atau fisiologi
sel. Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah berkembang melalui pola atau kebiasaan yang
berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang melalui pola atau kebiasaan yang berbeda.
Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang sepanjang hidupnya. Kebanyakan tumbuhan tidak
berpindah, memproduksi makanannya sendiri, menggantungkan diri pada apa yang
diperolehnya dari lingkungannya sampai batas-batas yang tersedia. Hewan sebagian besar harus
bergerak, harus mencari makan, ukuran tubuhnya terbatas pada ukuran tertentu dan harus
menjaga integritas mekaniknya untuk hidup dan pertumbuhan.

Suatu ciri hidup yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan hijau adalah kemampuan
dalam menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta
diasimilasi dalam tubuh tumbuhan. Tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya tergolong pada
organisme autotrof, yaitu makhluk hidup yang dapat mensintesis sendiri senyawa organik yang
dibutuhkannya. Senyawa organik yang baku adalah rantai karbon yang dibentuk oleh tumbuhan
hijau dari proses fotosintesis. Fotosintesis atau asimilasi karbon adalah proses pengubahan zat-
zat anorganik H2O dan CO2oleh klorofil menjadi zat organik karbohidrat dengan bantuan
cahaya. Proses fotosintesis hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yang mempunyai klorofil.
Proses ini hanya akan terjadi jika ada cahaya dan melalui perantara pigmen hijau daun yaitu
klorofil yang terdapat dalam kloroplas.

Fotosintesis adalah suatu proses penyusunan (anabolisme atau asimilasi) di mana energi
diperoleh dari sumber cahaya dan disimpan sebagai zat kimia, maka proses respirasi adalah
suatu proses pembongkaran (katabolisme atau disimilasi) dimana energi yang tersimpan
dibongkar kembali untuk menyelenggarakan proses–proses kehidupan.

Respirasi merupakan proses oksidasi bahan organik yang terjadi di dalam sel, berlangsung
secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerobik ini diperlukan oksigen dan
dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam proses respirasi secara anaerob
dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa lain karbondioksida.

Pada tumbuhan tingkat tinggi respirasi terjadi baik pada akar, batang maupun daun dan
secara kimiawi pada respirasi aerobik pada karbohidrat (glukosa) adalah kebalikan fotosintesis.
Pada respirasi pembakaran glukosa oleh oksigen akan menghasilkan energi. Karena semua
bagian tumbuhan tersusun atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel, maka respirasi terjadi
pada sel yang telah diterangkan.

Dalam kegiatan praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
suhu/temperatur terhadap kecepatan/laju respirasi. Harapan kami setelah melakukan praktikum
ini, agar dapat meningkatkan pengetahuan serta pemahaman tentang proses respirasi serta
faktor-faktot yang mempengaruhinya.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Respirasi
Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi, sering menyerap O2 dan
melepaskan CO2 dalam volume yang sama. Namun seperti kita ketahui,respirasi lebih dari
sekadar pertukaran gas secara sederhana. Proses keseluruhanmerupakan reaksi oksidasi-
reduksi, yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2 dan O2 yang diserap direduksi menjadi H2O.
Pati, fruktan, sukrosa, atau gula yanglainnya, lemak, asam organik, bahkan protein dapat
bertindak sebagai substratrespirasi (Salisbury dan Ross, 1995: 57).
Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkanenergi.
Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhanmaupun sel hewan
dan manusia. Respirasi dilakukan baik pada siang maupunmalam hari. Sebagaimana
kita ketahui dalam semua aktivitas makhluk hidupmemerlukan energi begitu juga dengan
tumbuhan. Respirasi terjadi pada seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan
tingkat tinggi respirasi terjadi baik padaakar, batang maupun daun dan secara kimia pada
respirasi aerobik padakarbohidrat (glukosa) adalah kebalikan fotosintesis. Pada respirasi
pembakaranglukosa oleh oksigen kan menghasilkan energi karena semua bagian
tumbuhantersusun atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel, maka respirasi terjadi padasel
(Neil A Campbell, 2002: 160).
Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat dalam seltumbuhan
tinggi. Terdapat beberapa substrat respirasi yang penting lainnyadiantaranya adalah
beberapa jenis gula seperti glukosa, fruktosa, dan
sukrosa; pati; asam organik; dan protein (digunakan pada keadaan dan spesies tertentu).Sec
ara umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut:

C6H12O6 + O2 → 6CO2 + H2O + energi


Reaksi di atas merupakan persamaan rangkuman dari reaksi-reaksi yangterjadi dalam
proses respirasi (Danang, 2008: 18).
Respirasi merupakan rangkaian dari 50 atau lebih reaksi komponen,masing-masing
dikatalisis oleh enzim yang berbeda. Respirasi merupakanoksidasi (dengan produk yang
sama seperti pembakaran) yang berlangsung dimedium air dengan Ph mendekati netral, pada
suhu sedang dan tanpa asap.Pemecahan bertahap dan berjenjang molekul besar merupakan
cara untukmengubah energi menjadi ATP. Lebih lanjut, sejalan dengan
berlangsungnya pemecahan, kerangka karbon-antara disediakan untuk menghasilkan
berbagai produk esensial lainnya dari tumbuhan. Produk ini meliputi asam amino untuk
protein, nukleotida untuk asam nukleat, dan prazat karbon untuk pigmen porfirin (seperti
klorofil dan sitokrom). Tentu saja bila senyawa tersebut
terbentuk, pengubahan substrat awal respirasi menjadi CO2 dan H2 O tidaklah
lengkap.Biasanya hanya beberapa substrat respirasi yang dioksidasi seluruhnya menjadi
CO2dan H2O (proses katabolik/penguraian), sedangkan sisanya digunakan
dalam proses sintesis (anabolisme/pembentukan) terutama di dalam sel yang sedang
tumbuh. Energi yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna beberapa senyawadapat
digunakan untuk mensintesis molekul lain yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan. Bila tumbuhan sedang tumbuh, laju respirasi meningkat sebagai akibat
dari permintaan pertumbuhan, tapi beberapa senyawa yang hilang dialihkanke dalam reksi
sintesis dan tidak pernah muncul sebagai CO2 (Salisbury & Ross. 1995: 58).

B. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Laju Respirasi


Berbagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi laju respirasi, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Ketersediaan substrat
Respirasi bergantung pada ketersediaan substrat. Tumbuhan yangkandungan pati,
fruktan, atau gulanya rendah, melakukan respirasi pada laju yangrendah. Tumbuhan yang
kahat gula sering melakukan respirasi lebih cepat bilagula disediakan. Bahkan laju respirasi
daun sering lebih cepat segera setelahmatahari tenggelam, saat kandungan gula tinggi
dibandingkan dengan ketikamatahari terbit, saat kandungan gulanya lebih rendah. Selain itu,
daun yangternaungi atau daun bagian bawah biasanya berespirasi lebih lambat daripadadaun
sebelah atas yang terkena cahaya lebih banyak. Bila hal ini tidak terjadi,maka daun sebelah
bawah akan lebih cepat mati. Perbedaan kandungan gulaakibat tak berimbangnya laju
fotosintesis mungkin yang menyebabkan lajurespirasi yang lebih rendah pada daun yang
ternaungi (Salisbury dan Ross, 1995:61).
2. Ketersediaann oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh
tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antaraorgan pada
tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udaratidak banyak
mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yangdibutuhkan tumbuhan untuk
berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yangtersedia di udara (I Komang Jaya Santika
Yasa, 2009: 76).
3. Suhu
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait denganfaktor Q10,
dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiapkenaikan suhu sebesar
10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masingspesies. Bagi sebagian besar bagian
tumbuhan dan spesies tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2, 0 sampai 2, 5 pada suhu antara 5
dan 25°C. Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30 atau 35°C, laju
respirasi tetap meningkat, tapi lebih lambat, jadiQ10mulai menurun. Penjelasan tentang
penurunan Q10 pada suhu yang tinggi iniadalah bahwa laju penetrasi O2 ke dalam sel lewat
kutikula atau periderma mulai menghambat respirasi saat reaksi kimia berlangsung dengan
cepat. Difusi O2 dan CO2 juga dipercepat dengan peningkatan suhu. Peningkatan suhu
sampai 40°Catau lebih, laju respirasi malahan menurun, khususnya bila tumbuhan berada
padakeadaan ini dalam jangka waktu yang lama. Nampaknya enzim yang diperlukanmulai
mengalami denaturasi dengan cepat pada suhu yang tinggi, mencegah peningkatan
metabolik yang semestinya terjadi (Salisbury dan Ross, 1995:61).
4. Jenis dan Umur Tumbuhan
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme,dengan demikian
kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda padamasing-masing spesies.
Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua.
Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan (I Komang Jaya
Santika Yasa, 2009: 76).
BAB III
METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


a. Tempat praktikum : Laboratorium Biologi Dasar FMIPA UNY
b. Waktu praktikum : Rabu, 25 April 2018 (11.10 - 12.50)

B. Alat dan Bahan


a. Botol jam (2 buah)
b. Erlenmeyer 250mL (1 buah)
c. Seperangkat alat titrasi (1 buah)
d. Pipet tetes
e. Termometer ruang
f. Kain kasa
g. Karet
h. Plastik
i. Kecambah kacang hijau
j. Larutan KOH 0,5N; HCl 0,1N
k. Indikator PP
C. Prosedur Kerja
1. Kecambah ditimbang sebanyak 5 gram. Kemudian dibungkus dengan kasa.
2. Botol jam disiapkan dan masing-masing botol diisi dengan 100mL KOH 0,5N.
3. Bungkusan kecambah dimasukkan ke dalam salah satu botol jam dengan cara
digantungkan dengan karet pada mulut botol. Kemudian mulut botol ditutup
dengan plastik.
4. Botol jam lainnya yang telah berisi 100mL KOH 0,5N ditutup dengan plastik
(sebagai variabel kontrol).
5. Kedua botol tersebut dimasukkan ke dalam inkubator bersuhu 40°C selama
kurang lebih 24 jam.
6. Setelah 24 jam, botol jam dikeluarkan dari inkubator untuk dilakukan titrasi
sebagai jalan untuk mengetahui banyaknya CO2 hasil respirasi kecambahnya.
7. Larutan KOH dari botol jam diambil sebanyak 25mL kemudian dituang ke dalam
labu erlenmeyer.
8. Larutan KOH dalam labu erlenmeyer ditetesi indikator PP sebanyak satu tetes,
sehingga larutan berubah warna menjadi merah muda.
9. Larutan HCl 0,1N disiapkan di alat titrasi.
10. Larutan KOH dititrir dengan larutan HCl. Dan titrasi dihentikan tepat saat warna
merah muda hilang.
11. Volume HCl yang dibutuhkan dicatat dan percobaan diulangi sebanyak dua kali.
12. Untuk KOH kontrol juga dilakukan hal yang sama.
13. Data dari kelompok lain dikumpulkan dan CO2 hasil respirasi dihitung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 1 Hasil Titrasi
Perlakuan Volume HCl yang dibutuhkan Rata-rata
Titrasi I Titrasi II volume HCl
Kelompok 1 Perlakuan 33 31,75 32,875
(Kulkas) Blanko 33,4 31.5 32,45
Kelompok 2 Perlakuan 21 20 20,5
(Suhu Ruang) Blanko 38 28 33
Kelompok 3 Perlakuan 21,4 21,5 21,45
(Inkubator) Blanko 27,5 28,5 28
Kelompok 4 Perlakuan 23,5 22,5 23
(Inkubator) Blanko 32,75 32,5 32,625
Kelompok 5 Perlakuan 27 28 27,5
(Suhu Ruang) Blanko 21,5 21,7 21,6
Kelompok 6 Perlakuan 25,5 26,5 26
(Kulkas) Blanko 29,5 27,5 28,5

Suhu kulkas : 11°C


Suhu ruang : 26°C
Suhu inkubator : 40°C

Tabel 2. Volume CO2 Hasil Respirasi


Tolong dihitung dan dibuat tabelnya yaa
B. Pembahasan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada Hari Rabu, 25 April 2018 pukul 11.10 -
12.50 WIB yang berjudul “Respirasi”, memiliki tujuan antara lain mengetahui pengaruh
suhu terhadap laju respirasi kecambah.
Dalam percobaan kali ini, bahan yang digunakan adalah kecambah kacang hijau,
larutan KOH 0,5N, larutan HCl 0,1N, dan indikator PP. Peralatan yang digunakan dalam
praktikum ini antara lain botol jam, kasa, karet, plastik, erlenmeyer, seperangkat alat titrasi,
pipet tetes, dan termometer ruang.
Pertama kecambah ditimbang sebanyak 5 gram. Kemudian dibungkus dengan kasa.
Selanjutnya, botol jam disiapkan dan masing-masing botol diisi dengan 100mL KOH 0,5N.
Lalu bungkusan kecambah dimasukkan ke dalam salah satu botol jam dengan cara
digantungkan dengan karet pada mulut botol, kemudian mulut botol ditutup dengan plastik.
Dan botol jam lainnya yang telah berisi 100mL KOH 0,5N hanya ditutup dengan plastik
(sebagai variabel kontrol). Kedua botol tersebut dimasukkan ke dalam inkubator bersuhu
40°C selama kurang lebih 24 jam. Setelah 24 jam, botol jam dikeluarkan dari inkubator
untuk dilakukan titrasi sebagai jalan untuk mengetahui banyaknya CO2 hasil respirasi
kecambahnya. Selanjutnya, larutan KOH dari botol jam diambil sebanyak 25mL kemudian
dituang ke dalam labu erlenmeyer. Larutan KOH dalam labu erlenmeyer ditetesi indikator
PP sebanyak satu tetes, sehingga larutan berubah warna menjadi merah muda. Larutan HCl
0,1N disiapkan di alat titrasi dan larutan KOH dititrir dengan larutan HCl. Titrasi
dihentikan tepat saat warna merah muda hilang. Setelah itu, volume HCl yang dibutuhkan
dicatat dan percobaan diulangi sebanyak dua kali. Untuk KOH kontrol juga dilakukan hal
yang sama. Langkah yang terakhir yaitu data dari kelompok lain dikumpulkan dan CO2
hasil respirasi dihitung.
Respirasi adalah proses oksidasi dalam sel untuk melepaskan energi yang diperlukan
dalam berbagai aktivitas organisme hidup. Respirasi sebagai suatu proses oksidasi yang
terdiri dari tahapan-tahapan reaksi dan juga respirasi merupakan oksidasi selular dimana
energi yang disimpan dalam molekul-molekul makanan dilepaskan dan digunakan oleh sel.
Dalam reaksi tersebut, H2O dan CO2 adalah hasil akhir dan energi terlepas.
Kecambah dibungkus dengan kain kasa, karena kain kasa memiliki pori-pori yang
cukup besar, sehingga dapat memudahkan pertukaran gas oksigen dan karbondioksida saat
proses respirasi. Kemudian kecambah dimasukkan ke dalam botol dan ditutup rapat,
dengan tujuan agar tidak ada gangguan dari luar yang masuk ke botol yang dapat
mempengaruhi hasil pengamatan seperti oksigen dari luar yang masuk ke botol atau
karbondioksida yang keluar dari botol. Larutan di dalam botol merupakan larutan basa kuat,
yaitu KOH. KOH berfungsi sebagai larutan yang dapat berikatan dengan karbondioksida
dan akan membentuk kalium bikarbonat yang merupakan karbondioksida terlarut.
Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asidimetri, yaitu titrasi penetralan basa (KOH)
dengan menggunakan asam (HCl). Fungsi titrasi ini untuk mengetahui jumlah CO2 yang
terikat KOH.
Larutan KOH berubah warna dari bening menjadi merah muda setelah ditetesi
indikator PP. Indikator PP berfungsi untuk memudahkan kita dalam mengamati perubahan
warna ketika larutan dititrasi. Setelah larutan KOH dititrasi dengan HCl, maka warna yang
semula merah muda dapat berubah menjadi bening kembali. Hal ini menunjukkan bahwa
larutan basa telah bereaksi sempurna dengan asam sehingga larutan menjadi netral.
Jumlah karbondioksida yang dilepaskan oleh kecambah pada proses respirasi aerob
berbanding lurus dengan jumlah HCl yang diteteskan ketika titrasi. Dengan kata lain,
semakin banyak karbondioksida yang dilepaskan maka semakin banyak HCl yang
diperlukan saat titrasi, begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa suhu turut mempengaruhi laju
respirasi aerob. Rangkaian kecambah pada suhu yang lebih tinggi, yaitu 40°C melepaskan
lebih banyak CO2 daripada rangkaian kecambah pada suhu
26°C………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………..

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Seperti pada makhluk hidup lainnya, kecambah bernapas membutuhkan oksigen dan
menghembuskan karbon dioksida serta uap air.
2. Laju kecepatan respirasi pada kecambah bergantung pada beberapa faktor diantaranya
jumlah kecambah, massa, umur, suhu serta substrat kecambah

B. Saran

Untuk praktikumnya sudah baik semoga bisa dipertahankan dan akan leboh baik lagi.

Daftar Pustaka

Campbell, Neil A. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga.


Danang. 2008. Fotosintesis dan Respirassi. http//www.Indoskripsi.com. Diakses pada hari
Selasa 01 Mei 2018 pukul 15.00 WIB.

Komang, I Jaya S.Y. 1999. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia

Ross, Salisburry. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai