Anda di halaman 1dari 21

BAB II

LARUTAN CAIR

Tujuan Instruksional Umum


Setelah mempelajari topik ini, Anda diharapkan dapat memahami parameter larutan/cair, larutan
elektrolit dan nonelektrolit serta sifat koligatifnya, definisi asam basa, menghitung pH larutan
asam/basa kuat/lemah, buffer dan garam terhidrolisis, membuat kurva titrasi asam basa dan
indikator yang digunakan secara teoritis, dan mengetahui sifat fisik bahan bakar

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mempelajari topik ini, Anda diharapkan dapat
1. menghitung konsentrasi larutan; Fraksi volume (%vol), molaritas (M), normalitas (N),
molalitas (m), part per million (ppm), part perbillion (ppb)
2. menghitung viskositas cairan
3. memahami larutan ideal dan penyimpangan yang terjadi
4. menghitung penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan
tekanan osmosa pada larutan elektrolit dan non elektrolit
5. memahami sifat asam/basa dari difinisi pelepasan H+/OH-, menerima/memberi
pasangan elektron (Lewis), menerima/memberi proton (Bronsted-Lowry)
6. menghitung pH asam/basa kuat/lemah, buffer dan garam terhidrolisis
7. menentukan indikator yang digunakan dalam titrasi asam-basa
8. membuat kurva titrasi asam-basa
9. memahami sifat bahan bakar cair

2. 1 Parameter Larutan; Konsentrasi dan Viskositas


Parameter larutan di antaranya adalah konsentrasi, viskositas, tekanan uap dan pH di samping
parameter termodinamika (temperatur, tekanan, volume).

2. 1. 1 Konsentrasi
Larutan adalah campuran yang homogen. Larutan bisa terdiri atas dua atau lebih komponen.
Komponen yang lebih banyak jumlahnya disebut pelarut dan yang lebih sedikit disebut zat
terlarut. Komposisi zat terlarut dinyatakan dengan istilah konsentrasi. Misalkan larutan terdiri
atas komponen A sebagai pelarut dan B sebagai zat terlarut, maka pernyataan konsentrasi
adalah:

1. fraksi mol (x)


xB = mol B xA + xB = 1
mol A + mol B

2. % mol
%(mol) B = mol B x 100%
mol A + mol B
3. %(berat) B = massa B x 100%
Massa A + massa B

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 22


4. % (vol) B = volume B x 100%
volume A + volume B

5. Molaritas (M)
M = mol B/1L larutan
6. Normalitas (N)
N = ekivalen B/1L larutan
Ekivalen = massa/massa ekivalen
Massa ekivalen = Mr/(jumlah elektron/ yang dihasil oleh suatu senyawa dalam reaksi
oksidasi dan reduksi atau jumlah proton yang dihasilkan oleh asam atau jumlah
hidroksida dalam basa pada reaksi asam-basa)
↔ N = massa/(Mr/n)/1 L larutan = M x n,
dengan n = jumlah elektron/proton/hidroksida
7. Molalitas (m)
m = mol B/1 Kg pelarut
8. Part per million (ppm)
1 ppm = 1mg B/1L larutan
9. Part per billion (ppb)
1 ppb = 1 μg B/1L larutan

2. 1. 2 Viskositas
Viskositas adalah ukuran ketahanan cairan untuk mengalir. Makin mudah suatu cairan
mengalir, makin kecil tahanannya atau viskositasnya (η).
Viskositas absolut atau viskositas dinamik atau viskositas sederhana merupakan
perbandingan tegangan geser (F/A) terhadap gradien kecepatan (∆vx/∆x),
η = F/A ↔ F/A = η ∆vx/∆x
∆vx/∆x
Satuan SI untuk viskositas adalah PaS (Pascal second) atau dyne S/cm2 atau Poise. Hubungan
satuan ini adalah
1 PaS = 10 Poise = 1000 milli PaS
1 centi poise = 1 milli PaS
Cara lain untuk menyatakan viskositas adalah viskositas kinematik yang merupakan
perbandingan viskositas absolut dengan massa jenis cairan
Ѵ = η/ρ
Viskositas kinematik merupakan ukuran tahanan cairan yang mengalir dan dipengaruhi oleh
gaya gravitasi. Satuan SI untuk viskositas kinematik adalah m2/s dan cm2/s = 1 stoke (St).
1 m2/s = 10 000 cm2/s (St) = 1000 000 mm2/s (cSt)
1 St = 100 cSt
Secara umum viskositas diukur dengan dua metode:
1. Viskometer Oswald
Cairan dialirkan sepanjang pipa l dengan jari-jari R, dalam waktu tempuh t, dalam
kecepatan alir volumetrik, V, terjadi penurunan tekanan sepanjang pipa, ∆p, maka
η = π (∆p) R4t
8Vl
Umumnya, viskositas dihitung dengan membandingkan laju aliran cairan/waktu alir
(t1) yang akan diukur dan diketahui massa jenisnya (ρ1) dengan laju cairan yang
diketahui viskositas (η2), massa jenis (ρ2), dan diukur waktu alirnya (t2),
η1 = ρ1 t1
η2 ρ2 t2
2. Metode bola jatuh

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 23


Metode bola jatuh menggunakan bola yang dijatuhkan ke dalam cairan dengan massa
jenis ρ yang akan diukur viskositasnya. Jika bola memiliki jari jari rb dan massa jenis
ρb dan gravitasi adalah g serta kecepatan bola adalah v, maka
η = 2 (rb)2 (ρb-ρ) g/9v
Bila digunakan metode perbandingan cairan, dengan ρ1 dan ρ2 adalah massa jenis
cairan 1 dan cairan 2 serta t1 dan t2 adalah waktu yang diperlukan oleh bola untuk
melewati cairan 1 dan cairan 2, maka
η1 = (ρb- ρ1) t1
η2 ( ρb-ρ2) t2

Latihan
Dalam viskomter Oswald, air membutuhkan waktu 25 detik untuk mengalir melalui tanda
bawah dan atas, sedangkan cairan A membutuhkan waktu 38 detik. Massa jenis air dan cairan
A pada 200C berturut-turut 0,9982 dan 0,78945 gr/cm3, serta viskositas air adalah 1,005 cP,
tentukanlah viskositas cairan A.
Jawab
Dengan menggunakan persamaan
η1 = ρ1 t1
η2 ρ2 t2
dengan indeks 1 adalah untuk air dan 2 untuk cairan A
ηA = 1,005 cP x 0,78945 gr/cm3 38 dtk = 1,208 cP
0,9982 gr/cm3 25 dtk

Pengaruh temperatur terhadap viskositas


Pengaruh temperatur terhadap viskositas dinyatakan oleh persamaan berikut
η = A x e-∆Evis/RT
dengan A adalah suatu konstanta yang bergantung pada jenis cairan, ∆Evis adalah energi, R
adalah tetapan gas dan T adalah temperatur.

Latihan
Viskositas cairan A pada berbagai temperatur diberikan pada tabel berikut

T (K) η (cP)
293 0,964
313 0,739
333 0,585
353 0,468
373 0,414

a. Hitunglah A dan ∆Evis


b. Hitunglah viskositas cairan A pada 300C
Jawab
Persaman viskositas fungsi temperatur di atas dapat ditulis dalam bentuk ln,
ln (η) = ln A – (∆Evis/R x 1/T), sehingga 1/T dan ln (η) data di atas dapat dihitung

T (K) η (cP) 1/T ln η


293 0,964 0,003413 -0,0367
313 0,739 0,003195 -0,302

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 24


333 0,585 0,003003 -0,536
353 0,468 0,002833 -0,759
373 0,414 0,002681 -0,882

Bila Ln (η) dijadikan sebagai sumbu Y dan 1/T sebagai sumbu X, akan terbentuk persamaan
garis lurus. Persamaan garis lurus diperoleh dengan menggunakan excel yang ada pada
microsof word. Kurva dibuat dengan memilih scatter pada pilihan kurva. Setelah kurva
diperoleh, klik kanan pada titik koordinat dan klik display equation dan display R2 . Nilai R2
menunjukkan kesesuaian persamaan dengan data percobaan. R2 memiliki nilai 1 bila
persamaan garis 100% sesuai dengan data. Umumnya hasil percobaan menghasilkan R 2
mendekati 1, seperti gambar berikut ini,

a. Dari persamaan garis y = 1179 x – 4,071, y = Ln (η), -∆Evis/R = 1179 dan


A = -4,071, sehingga ∆Evis = - 1179 K x 8.314 j/mol.K = - 9,8 kJ/mol
b. Viskositas pada T = 300C = 303 K, 1/T = 1/303 = 0,0033, maka
Ln (η) = y = 1179 x 0,0033 – 4,071 = -0,1803
η = 0,835 cP

2. 1. 3 Tekanan Uap
Setiap zat dalam keadan cair bila dibiarkan dalam keadaan tekanan dan temperatur ruang
akan menguap (berubah fasa menjadi gas). Banyaknya molekul yang menguap akan
menghasilkan tekanan uap, P. Sebagai contoh, perhatikan gambar di bawah ini. Molekul zat
dalam keadaan cair, misal zat A, akan menguap sampai keadaan setimbang (kecepatan
penguapan sama dengan kecepatan pengembunan). Dalam keadaan setimbang, tekanan uap A
disebut sebagai tekanan uap A murni atau PoA. Tekanan uap murni ini akan bertambah
dengan naiknya temperatur, karena A makin banyak yang menguap. Temperatur ketika
tekanan uap A murni sama dengan tekanan permukaan (udara) disebut temperatur didih atau
titik didih.

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 25


Contoh pengaruh temperatur terhadap tekanan uap dapat dilihat pada kurva tekanan terhadap
temperatur air dan propan berikut ini. Pertambahan tekanan uap murni tidak sama untuk
semua zat dengan kenaikan temperatur yang sama.

Bila ke dalam cairan murni ini ditambahkan zat lain, B, sehingga membentuk larutan ideal. A
yang sekarang menjadi pelarut tetap akan menguap. Tekanan uap A (PA) atau tekanan parsial
A adalah berbanding lurus dengan tekanan uap murninya dan konsentrasi dalam fraksi mol,
PA = xA PoA dan tekanan uap B, PB = xB PoB dan total tekanan uap (P) adalah
P = PA + PB = xA PoA + xB PoB (Hukum Roult), sehingga fraksi mol A dalam fasa uap (x’A) =
PA/(PA+PB)

P0B P = PA+PB

P0A

0 fraksi mol A 1

2. 2 Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit


Bila suatu zat dilarutkan dalam pelarut tertentu, misalnya air, dan dilakukan pengukuran
daya hantar larutan. Bila ternyata larutan menghantarkan listrik, dikatakan larutan adalah
larutan elektrolit dan zat terlarut disebut elektrolit. Jika larutan tidak menghantarkan listrik,
larutan disebut larutan nonelektrolit dan zat terlarut disebut nonelektrolit.
Elektrolit terdiri atas elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Elektrolit kuat meliputi asam kuat
seperti HCl, H2SO4 dan basa kuat seperti KOH, NaOH, dan garam yang berasal dari asam-basa
kuat seperti NaCl, KCl. Elektrolit kuat akan terurai sempurna dalam air menjadi ion-ionnya (α
= derajat dissosiasi = 1), sedangkan elektrolit lemah tidak terurai sempurna dalam air (α < 1).
Nonelektrolit adalah zat yang tidak terurai sama sekali dalam air (α = 0). Sebagai gambaran,
larutan nonelekktrolit, elektrolit kuat, dan elektrolit lemah dapat dilihat gambar dibawah ini.
Larutan nonelektrolit tidak bisa membuat lampu menyala, elektolit kuat membuat lampu
menyala terang dan pada elektrolit lemah nyala lempu lebih redup.

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 26


2. 3 Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
Sifat koligatif meliputi penurunan titik beku, kenaikan titik didih, penurunan tekanan uap, dan
tekanan osmosis suatu pelarut tertentu karena adanya zat elektrolit atau nonelektrolit yang
terlarut di dalamnya.

2. 3. 1 Larutan Nonelektrolit
Bila ke dalam suatu pelarut dilarutkan senyawa nonelektrolit dan tidak menguap, tekanan uap
pelarut akan berkurang karena adanya gaya tarik menarik antara pelarut dengan zat terlarut
sehingga pelarut yang menguap jadi berkurang. Jika dalama keadaan murni tekanan uap pelarut
adalah PoAdan dalam keadaan bercampur dengan B tekanan uap pelarut adalah PA, maka
penurunan tekanan uap (∆P) adalah
∆P = PoA - PA = PoA- xA PoA = (1- xA) PoA = xB PoA

Latihan
15 gr glukosa ditambahkan ke dalam 250 ml air pada 200C. Jika tekanan uap air pada 200C
adalah 17.54 mmHg, hitunglah penurunan tekanan uap air pada temperatur tersebut karena
adanya penambahan glukosa (Mr = 180 gr/mol).
Jawab
Mol glukosa = 15 gr/180gr/mol = 0,083 mol
Mol air = 250 cm3 x 1 gr/ cm3/18 gr/mol = 13,889 mol
Fraksi mol glukosa = 0,083 mol = 5,94 10 -3
0,083 mol + 13.889 mol
∆P = 5,94 10 -3 x 17.535 mmHg = 0104 mmHg

Adanya zat nonelektrolit dan tidak menguap juga akan menurunkan titik beku (∆Tf) pelarut
sebesar
∆Tf = R Tf2 ln xB
∆Hpeleburan

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 27


dengan Tf adalah titik beku pelarut murni, xB adalah fraksi mol zat terlarut, ∆Hpeleburan adalah
panas peleburan molar dari pelarut dan R adalah tetapan gas, sehingga

∆Tf = Kf m, dimana Kf = M R (Tf)2 dan m = molalitas zat terlarut.


1000 ∆Hpeleburan
Hal yang sama berlaku untukkenaikan titik didih. Jika suatu zat nonelektrolit dan tidak
menguap dilarutkan ke dalam suatu pelarut, pelarut akan mengalami kenaikan titik didih (∆Tb)
sebesar
∆Tb = R Tb2 ln xB , dengan Tb adalah titik didih pelarut, xB adalah fraksi mol zat terlarut,
∆Huap
∆Huap adalah panas penguapan molar dari pelarut dan R adalah tetapan gas. Persamaan dapat
diubah menjadi
∆Tb = Kb m, dengan Kb = M R (Tb)2 dan m = molalitas zat terlarut.
1000 ∆Huap
Latihan 1
Berapa gram gliserol harus ditambahkan agar titik beku air turun sebesar 2 derajat jika
diketahui Kf air = 1,86 K. Kg/mol, Mr gliserol 82 gr/mol, volume radiator 1 L dan massa jenis
air 1 gr/cm3?
Jawab
∆Tf = 2, ∆Tf = Kf m → m = ∆Tf / Kf = 2 K /(1,86 K. Kg/mol.) = 1.08 mol/Kg
Volume air = 1L = 1 Kg
Massa giserol = 1,08 mol/Kg x 1 Kg x 82 gr/mol = 99,38 gr

Latihan 2
Etilen glikol (HO-CH2- CH2 –OH) sering digunakan sebagai pendingin pada air radiator mobil.
Tentukan kenaikan titik didih air jika 248 gr etilen glikol dilarutkan kedalam 0,5 L air. Kb air
0,51 K.Kg/mol.
Jawab
Mr etilen glikol = 62 gr/mol, ↔ mol etilen glikol = 248 gr/62gr/mol = 4 mol
Volume air = 0,5 L = 0,5 L x 1 Kg/L = 0,5 Kg
Molalitas (m) etilen glikol = 4 mol/0,5 Kg = 8 mol/Kg
∆Tb = Kb m = 0,51 K.Kg/mol x 8 mol/Kg = 4,08 K

Tekanan osmosis adalah tekanan eksternal yang harus digunakan untuk menghentikan aliran
pelarut murni ke dalam larutan melalui selaput semi permiabel (lihat gambar berikut)

Setiap zat dalam larutan memiliki potensial kimia sebesar μi = μi0 + RT ln xi, dengan μi0 adalah
potensial kimia zat i (pelarut) pada keadaan murni, R adalah tetapan gas, dan T adalah
temperatur serta xi adalah fraksi mol i. Bila i adalah pelarut, makin sedikit zat terlarut, xi (<1)
makin besar sehingga nilai μi juga makin besar. Pada konsentrasi zat terlarut lebih rendah, μi
akan lebih tinggi daripada μi pada konsentrasi zat terlarut tinggi sehingga i akan mengalir dari
Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 28
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Agar aliran ini dapat dihentikan diperlukan tekanan
eksternal (lihat gambar berikut) sehingga i sekarang mengalir dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah.
Aliran pelarut ini akan berhenti jika tekanan eksternal yang diberikan sama dengan π, tekanan
osmosis.

π = - RT ln xi = RT xb = CRT, Vi adalah volume molar pelarut, xb fraksi mol zat


Vi Vi
terlarut dan C adalah konsentrasi pada larutan.

.
3. 3. 2 Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Jika yang dilarutkan adalah zat elektrolit (XnYm) dengan konsentrasi z molal dan tidak
menguap, di dalam larutan terjadi penguraian
XnYm ↔ nX+m + mY-n
Jika ke dalam pelarut dimasukkan z molal XnYm dan konstanta dissosiasi adalah α, di dalam
larutan terdapat αnz X+m dan αmz Y+n dan (1-α)z XnYm sehingga jumlah partikel seluruhnya
adalah
Jumlah partikel = αnz + αmz + (1-α)z = z (1 + (α (n + m -1))
∆Tb = Kb m = Kb z (1 + (α (n + m -1))
Hal yang sama terjadi dengan penurunan titik beku. Dengan bertambah besarnya α, kenaikan
titik didih atau penurunan titik beku juga akan bertambah besar.

Latihan
Asam lemah asam asetat (CH3COOH) dilarutkan dalam air dengan derajat dissosiasi HA adalah
0,35. Tentukanlah kenaikan titik didih air jika Asam asetat yang ditambahkan ke dalam 1 L air
adalah 120 gr.
Jawab
Mol asam asetat = 120 gr/60 gr/mol = 2 mol
Massa air = 1 L x 1 Kg/L = 1 Kg
Molalitas asam asetat = 2 mol/1 Kg = 2 mol/Kg = z
CH3COOH ↔ CH3COO- + H+
α = 0,35, m=n=1
∆Tb = Kb m = Kb z (1 + (α (n + m -1))) = 0,51 K.Kg/mol x 2 mol/Kg x (1+(0,35(1+1-1)))
= 0,51 x 2 x 1,35 K = 1,377 K

2. 3. 3 Aplikasi Sifat Koligatif


Pendingin fasa cair yang sering digunakan adalah air karena air memiliki kapasitas panas yang
tinggi, murah dan mudah didapat sehingga dapat berfungsi sebagai media yang menguntungkan
bila digunakan sebagai pendingin. Agar air tidak mudah menguap atau membeku, ke dalam air
biasanya ditambahkan anti-freeze atau coolant seperti etilenglikol, dietilenglikol,

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 29


propilenglikol. Penambahan anti-freeze atau coolant dapat meningkatkan titik didih air/pelarut
atau menurunkan titik beku air/pelarut. Coolant ini digunakan sebagai pendingin reaktor, dan
mesin kendaraan/air karburator, campuran air dan minyak dalam bentuk emulsi atau aerosol
digunakan sebagai pendingin pada pengerjaan logam.

2. 4 Asam-Basa
Ada beberapa definisi yang digunakan unruk menyatakan apakah suatu zat bersifat asam atau
basa.
1. Arhenius
Definisi asam atau basa menurut Arhenius berdasarkan adanya ion H+ atau OH- dalam
suatu zat. Asam adalah senyawa yang dapat mengeluarkan H+ ketika dilarutkan dalam
air dan basa adalah senyawa yang dapat mengeluarkan OH- bila dilarutkan dalam air.
Sebagai contoh adalaha NaOH yang akan terurai dalam air membentuk Na+ dan OH-
sehingga NaOH dikatakan bersifat basa.
HCl akan terurai dalam air membentuk H+ dan Cl-, sehingga HCl dikatakan bersifat
asam
2. Brounated-Lowry
Mendefinisikan asam dan basa berdasarkan ion H+ atau OH- akan membatasi
pembahasan asam basa dalam bentuk larutan dalam air saja. Definisi yang lebih umum
dinyatakan oleh J.N. Bronsted dan T.M. Lowry. Menurut mereka, asam adalah senyawa
yang dapat mendonorkan protonnya dan basa adalah senyawa yang menerima proton.
NH3(l) + NH3(l) → NH4+(l) + NH2-(l)
Asam basa asam basa
HCl + H2O → H3O + Cl + -

Asam basa asam basa


HCl dan Cl- disebut pasangan asam basa konjugasi
3. Lewis
Meskipun definisi asam basa menurut Bronsted-lowry lebih umum daripada definisi
Arrhenius yang membatasi definisi pada senyawa yang larut dalam air, definisi tersebut
baru dapat menjelaskan reaksi yang berhubungan dengan transfer proton. Untuk
menutupi kelemahan ini Lewis mendefinisikan asam basa yang dikonsentrasikan pada
definisi basa. Basa adalah senyawa yang dapat menyumbangkan pasangan elektron dan
asam adalah sebaliknya. Penggunaan definisi Lewis ini terutama pada senyawa-senyawa
yang memiliki pasangan elektron bebas, dan pada pembentukan senyawa kompleks.
Sebagai contoh, pembentukan ion kompleks Ni(NH3)62+ , dengan pasangan elektron
bebas dari NH3 disumbangkan kepada ion Ni2+ seperti pada persamaan reaksi berikut,
Ni2+ + 6 NH3 → Ni(NH3)62+

Untuk menyatakan suatu cairan bersifat asam ataupun basa, dapat digunakan indikator.
Beberapa indikator yang bisa digunakan adalah kertas lakmus merah yang akan berubah
menjadi biru dalam cairan basa atau lakmus biru yang akan berubah menjadi merah dalam
cairan asam. Di samping itu, ada pula indikator universal yang dapat lebih memprediksi pH
cairan dari warnanya seperti tabel di bawah ini.

Rentang pH Deskripsi Warna


0-3 Asam kuat
3-6 Asam
7 Netral
8-11 Basa

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 30


11 Basa kuat

2. 5 Kesetimbangan Asam Basa dalam Pelarut Air


Asam dan basa lemah dapat mengalami kesetimbangan dalam air, sedangkan asam dan basa
kuat terionisasi sempurna dalam air.

2. 5. 1 Ionisasi Air dan pH


Air murni dapat mengalami autoionisasi dan reaksi ionisasi ini merupakan reaksi setimbang,
H2O + H2O ↔ H3O+ + OH-
Karena reaksinya setimbang, konstanta kesetimbangan dapat dituliskan sebagai
K = [H3O+] [OH-]
[H2O] [H2O]

Kw = K [H2O] [H2O], Kw = [H3O+] [OH-], dan Kw ini disebut juga konstanta/ tetapan disosiasi
air. Pada 250C tetapan disosiasi air murni adalah 1.10-14. Kw = [H3O+] [OH-] = 1.10-14 ↔
[H3O+] = 10-7.
Secara umum, untuk sembarang kuantitas X, pX = log(1/X) = - log(X). Jika X adalah
konsentrasi ion hidrogen, hal yang sama dapat ditulis pH = - log [H3O+] atau pH = - log [H+].
Bila X = [OH-], pOH = - log [OH-]. Berdasarkan hal ini, pada air murni [H3O+] = [OH-] = 10-7,
pH air murni adalah 7. Untuk asam dan basa kuat yang memiliki tetapan disosiasi = 1,
pH = - log [asam] dan pOH = - log [basa].
Secara umum, pH larutan adalah sebagai berikut

[H+] [OH-] pH pOH


Larutan asam >10-7 < 10-7 <7 >7
Larutan netral 10-7 10-7 7 7
Larutan basa < 10-7 >10-7 >7 <7

Latihan 1
Tentukanlah konsentrasi [OH-] dalam larutan 0,001 M HCl
Jawab
HCl adalah asam kuat dan akan terdisosiasi sempurna di dalam air dan menghasilkan 0,001 M
[H+]. Sumber [OH-] dalam larutan berasal dari air yang mengalami kesetimbangan, diengan
konstanta kesetimbangannya Kw = [H+] [OH-] = 10-14 → [OH-] = 10-14/0,001 = 10-11
pOH = 11, sehingga pH = 14-11 = 3, [H+] = [HCl]

Latihan 2
Tentukanlah pH larutan 5 10-4 M KOH
Jawab
pOH = -log (5 10-4) = 4 – log 5, ↔ pH = 14 – (4 – log 5) = 10 + log 5

Latihan 3
Tentukanlah pH larutan 10-9 M NaOH
Jawab
Sumber [OH-] di dalam larutan berasal dari ionisasi air (10-7) dan dari disosiasi sempurna
NaOH (10-9). Jumlah [OH-] = 10-7 + 10-9 = 0,000000101,
pOH = -log(0,000000101) = 6.9957

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 31


pH = 7.0043

2. 5. 2 Disosiasi Elektrolit Lemah


Asam dan basa lemah termasuk dalam elektrolit lemah dan mengalami disosiasi tidak sempurna
di dalam air sehingga disosiasi ini mengalami reaksi setimbang. Sebagai contoh adalah disosiasi
asam asetat di bawah ini

CH3COOH + H2O ↔ CH3COO- + H3O+

Tetapan kesetimbangan = K = [CH3COO-][ H3O+]


[H2O][ CH3COOH]
Ka = K [H2O] = [CH3COO ][ H3O+]
-

[ CH3COOH]
Karena [CH3COO ] = [ H3O+], maka Ka = [ H3O+]2/[ CH3COOH] dan
-

[ H3O+] = (Ka [ CH3COOH])1/2 atau [ H3O+] = (Ka [asam])1/2


Untuk basa, dengan cara yang sama akan diperoleh
[OH-] = (Kb [basa])1/2
Beberapa asam dan basa lemah beserta nilai konstanta disosiasinya dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

Asam lemah Reaksi Ka


Asam kloroasetat HC2H2O2Cl ↔ H+ + C2H2O2Cl- 1,4 10-3
Asam hidroflorat HF ↔ H+ + F- 6,5 10-4
Asam nitrit HNO2 ↔ H+ + NO2- 4,5 10-4
Asam format HCHO2 ↔ H+ + CHO2- 1,8 10-4
Asam laktat HC3H5O3 ↔ H+ + C3H5O3- 1,38 10-4
Asam benzoate HC7H5O2 ↔ H+ + C7H5O2- 6,5 10-5
Asam asetat HC2H3O2↔ H+ + C2H3O2- 1,8 10-5
Asam sianida HCN ↔ H+ + CN- 4,9 10-10
Basa lemah Kb
Amonia NH3 + H2O ↔ NH4+ + OH- 1,8 10-5
Hidrazin N2H4 + H2O ↔ N2H5+ + OH- 1,7 10-6
Piridin C5H5N + H2O ↔ C5H5NH+ + OH- 1,7 10-9
Anilin C6H5NH2 + H2O ↔ C6H5NH3+ + OH- 3,8 10-10

Latihan 1
Berapakah pH larutan 0,025 M HCN
Jawab
[ H+] = (Ka [asam])1/2 = (4,9 10-10 x 0,025)1/2 = 0,35 10-5 M
pH = -log [H+] = -log (0,35 10-5) = 5 – log 0,35 = 5,46
Latihan 2
Tentukanlah pH larutan 0,15 M NH3
Jawab
[OH-] = (Kb [basa])1/2 = (1,8 10-5 x 0,15)1/2 = 1,64 10-2 M
pOH = -log [OH-] = -log 1,64 10-2 = 2 – log 1,64 = 1,78
pH = 14 – pOH = 12,22

II.5. 3 Disosiasi Asam Poliprotik


Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 32
Senyawa asam yang dapat menghasilkan lebih dari 1 ion H+ disebut asam poliprotik. Umumnya
asam ini adalah asam lemah, kecuali asam sulfat, H2SO4. Asam poliprotik akan terdisosiasi di
dalam air dalam beberapa tahap, tergantung pada jumlah H dalam senyawa. Misalnya, H2SO4
akan terdisosiasi melalui dua tahap reaksi setimbang dan masing masing tetapan
kesetimbangannya adalaha Ka1 dan Ka2, seperti reaksi berikut ini,
H2SO4 ↔ H+ + HSO4- Ka1 = [HSO4-][ H+]
[H2SO4]
HSO4- ↔ H+ + SO4- Ka2 = [SO4-][ H+]
[HSO4-]
Beberapa asam poliprotik dapat dilihat pada tabel berikut ini

Asam Tahap disosiasi Ka


Asam pospat H3PO4 ↔ H+ + H2PO4- Ka1 = 7,5 10-3
H2PO4- ↔ H+ + HPO42- Ka2 = 6,2 10-8
HPO42- ↔ H+ + PO43- Ka3 = 2,2 10-12
Asam sulfat H2SO4 ↔ H+ + HSO4- Ka1 = sangat besar
HSO4- ↔ H+ + SO4- Ka2 = 1,2 10-2
Asam sulfit SO2 + H2O ↔ H+ + HSO3- Ka1 = 1.5 10-2
HSO3- ↔ H+ + SO32- Ka2 = 1.0 10-7
Asam hidrosulfat H2S ↔ H+ + HS- Ka1 = 1,1 10-7
HS- ↔ H+ + S2- Ka2 = 1,0 10-14
Asam karbonat CO2 + H2O ↔ H+ + HCO3- Ka1 = 4,3 10-7
HCO3- ↔ H+ + CO32- Ka2 = 5,6 10-11

Dari tabel dapat dilihat bahwa Ka1 asam sulfat sangat besar atau reaksi dapat dinyatakan nyaris
spontan sehingga asam ini dimasukkan ke dalam asam kuat dengan [H+] = [asam]. Secara
umum, reaksi tahap pertama memiliki konstanta kesetimbangan yang lebih besar daripada tahap
selanjutnya.
Untuk asam lain misal asam hidrosulfit
H2S ↔ H+ + HS- Ka1 = [HS-][ H+] = 1,1 10-7
[H2S]
HS- ↔ H+ + S2- Ka2 = [S2-][ H+] = 1,0 10-14
[HS-]
Bila Ka = Ka1 x Ka2, maka Ka = [HS-][ H+] x [S2-][ H+] = [S2-][ H+]2 = 1.1 10-21
[H2S] [HS-] [H2S]

Latihan 1
HCl ditambahkan ke dalam larutan 0,1 M H2S sehingga pH larutan H2S tersebut menjadi 2 (pH
diamati dengan pH meter). Tentukanlah konsentrasi ion S2- dalam larutan.
Jawab
pH larutan = 2, berarti [H+] = 10-2 , karena Ka = [S2-][ H+]2 = 1,1 10-21
[H2S]
maka [S2-] = 1,1 10-21 x [H2S]/[ H+]2 = 1,1 10-21 x 0,1/(10-2)2 = 1,1 10-18

Latihan 2
Berapakah pH larutan 0,1 M H2S?
Jawab
H2S ↔ H+ + HS- Ka1 = Ka1 = 1,1 10-7
HS- ↔ H+ + S2- Ka2 = 1,0 10-14
Karena harga Ka1 >>> Ka2 kita dapat mengasumsikan bahwa [H+] dihasilkan dari reaksi

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 33


pertama saja sehingga [H+] = [HS-] → [H+]2 = Ka1 x [H2S] = 1,1 10-7 x 0,1 = 1,1 10-8
[H+] = 1,05 10-4
pH = - log [H+] = -log1,05 10-4 = 4 – log1,05 = 3,98

2. 5. 4 Buffer
Buffer adalah suatu larutan asam lemah dengan garamnya atau basa lemah dengan garamnya.
Misal, larutan yang terdiri atas CH3COONa dan CH3COOH dan larutan yang terdiri atas
NH4OH dan NH4Cl. Larutan buffer dengan pH < 7 dapat dibuat dengan mencampur asam
lemah dengan garamnya dan pH > 7 dapat dibuat dengan mencampur basa lemah dengan
garamnya. Baik asam lemah atau basa lemah dan garamnya, masing masing akan terdisosiasi
dalam air. Sebagai contoh, lihat disosiasi yang terjadi pada larutan yang terdiri dari CH3COONa
dan CH3COOH di bawah ini;
CH3COOH ↔ CH3COO- + H+, dengan Ka = [CH3COO-][H+]/[ CH3COOH]
Garam CH3COONa akan terurai sempurna dalam air dan menghasilkan ion CH3COO-, dengan
konsentrasi lebih besar daripada konsentrasi CH3COO- yang dihasilkan oleh asam dalam
keadaan setimbang.
[H+] = Ka [CH3COOH]/ [CH3COO-] atau [H+] = Ka [asam]/ [garam]
Hal yang sama juga terjadi pada larutan yang terdiri atas basa lemah dan garamnya sehingga
[OH-] = Kb [basa]/ [garam]

Latihan
Larutan buffer dibuat dengan mencampurkan 200 mL 0,6 M NH3 dengan 300 mL 0,3 M
NH4Cl.
a. Berapakah pH larutan buffer/
b. Berapakah pH larutan setelah penambahan 0,02 mol asam?
Jawab
a. 200 mL 0,6 M NH3 = 0,2 L x 0,6 M = 0,12 mol
300 mL 0,3 M NH4Cl = 0,3 L x 0,3 M = 0,09 mol
[NH3] = 0,12 mol/0,5L = 0,24 M dan [NH4Cl] = 0,09 mol/0,5L = 0,18 M
[OH-] = Kb [basa]/ [garam] = 1,8 10-5 x 0,24 M/0,18 M =2,4 10-5
pOH = -log[OH-] = -log2,4 10-5= 4,62
pH = 9,38
b. Penambahan H+ kedalam larutan buffer menyebabkan NH3 berkurang karena reaksi
NH3 + H+ → NH4+, dan NH4+ akan bertambah dalam larutan sebesar konsentrasi asam yang
ditambahkan yaitu 0,02 mol/0,5 L = 0,04 M
[NH3] = 0,24 M - 0,04 M = 0,2 M
[NH4+] = 0,18 M + 0,04 M = 0,22M
[OH-] = Kb [basa]/ [garam] = 1,8 10-5 x 0,2 M/0,22 M = 1,6 10-5M
pOH = -log[OH-] [OH-]= - log 1,6 10-5 = 4,8
pH = 9.2

2. 5. 5 Hidrolisis Garam
Garam dihasilkan dari reaksi netralisasi asam dan basa. Berdasarkan jenis asam-basanya, garam
dapat dibedakan atas
1. garam yang berasal dari asam-basa kuat
2. garam yang bersal dari asam lemah-basa kuat
3. garam yang berasal dari asam kuat-basa lemah
4. garam yang berasal dari asam lemah-basa lemah
Garam garam ini larut dalam air dan memberi pH yang berbeda. Larutan yang terdiri atas

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 34


garam yang berasal dari asam-basa kuat memiliki pH praktis 7. Larutan yang terdiri atas garam
yang bersal dari asam lemah-basa kuat memiliki pH > 7. Larutan yang terdiri atas garam yang
berasal dari asam kuat-basa lemah memiliki pH < 7, dan larutan yang terdiri atas garam yang
berasal dari asam lemah-basa lemah memiliki pH yang bergantung pada jenis garamnya.
Garam yang dilarutkan di dalam air, akan mengalami disosiasi sempurna menghasilkan kation
dan anion. Kation dan anion akan mengalami reaksi hidrolisis dengan air.

Garam Asam-Basa Kuat


Sebagai contoh, garam jenis ini adalah NaCl yang bila dilarutkan di dalam air akan mengalami
reaksi sebagai berikut
Na+ + H2O ↔ NaOH + H+
Cl- + H2O ↔ HCl + OH-
Karena [Na+] = [Cl-], [H+] = [OH-]. Keadaan ini sama dengan keadaan air murni sehingga pH
larutan = 7 dan dikatakan ion yang berasal dari asam atau basa kuat tidak mengalami
hidrolisis.

Garam Asam Lemah-Basa Kuat


Contoh dari garam ini adalah CH3COONa. Bila garam ini dilarutkan ke dalam air, garam akan
terdisosiasi sempurna menjadi ion CH3COO- dan Na+. Karena Na+ berasal dari basa kuat, ion
ini tidak terhidrolisis di dalam air sehingga reaksi hidrolisis yang terjadi adalah
CH3COO- + H2O ↔ CH3COOH + OH-
Dari persamaan reaksi ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa hidrolisis menghasilkan basa
sehingga pH garam > 7. Bila tetapan kesetimbangan reaksi di atas adalah Kh’,
Kh’ = [CH3COOH][ OH-] , bila Kh = Kh’x [H2O], maka Kh = [CH3COOH][ OH-]
[H2O][ CH3COO-] [ CH3COO-]
- + - +
Kh = [CH3COOH][ OH ] x [H ] = [CH3COOH] x [ OH ][H ] = Kw/Ka
- + - +
[ CH3COO ] [H ] [ CH3COO ] [H ]
Pada reaksi hidrolisis [CH3COOH] = [OH-], sehingga
Kh = [CH3COOH][ OH-] ↔ Kw/Ka = [OH-]2
[CH3COO-] [CH3COO-]
[OH-]2 = Kw/Ka x [CH3COO-] = Kw/Ka x [garam]
[OH-] = (Kw/Ka x [garam])1/2 = Kw/[H+]
[H+] = Kw
(Kw/Ka x [garam])1/2
= (Ka x Kw/ [garam])1/2

Latihan
Tentukanlah pH larutan 0,1 M CH3COONa
Jawab
Dari tabel diketahui Ka CH3COOH adalah 1,8 10-5, sehingga
Kh = 10-14/1,8 10-5 = 5,6 10-10
Reaksi hidrolisis CH3COO- + H2O ↔ CH3COOH + OH-. Dalam keadaan setimbang
konsentrasi masing-masing senyawa/ion dapat dilihat dalam tabel berikut

Senyawa/ion Konsentrasi mula2 berubah Konsentrasi setimbang


CH3COO- 0,1 M x 0,1 - x
CH3COOH - x x
OH- - x x

Kh = [CH3COOH][ OH-] = x x/(0,1 – x) ↔ x2 = (0,1-x) 5,6 10-10

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 35


[ CH3COO-]
Karena x <<< 0,1, maka persamaan menjadi x2 = (0,1) 5,6 10-10 = 0,56 10-10
x = [OH-] = 0,75 10-5, pOH = 5.12, pH = 8.88

Garam Asam Kuat-Basa Lemah


Sebagai contoh dari garam ini adalah NH4Cl. Bila garam ini dilarutkan dalam air, garam akan
terdisosiasi sempurna menjadi ion NH4+dan Cl-. Karena Cl- berasal dari asam kuat, ion ini tidak
terhidrolisi dalam air sehingga reaksi hidrolisis yang terjadi adalah
NH4+ + H2O ↔ NH4OH + H+
Kh’ = [NH4OH][ H+] , bila Kh = Kh’x [H2O], maka Kh = [NH4OH][ H+]
[NH4+][ H2O] [NH4+]
+ - - +
Kh = [NH4OH][ H ] x [OH ] = [NH4OH] x [ OH ][H ] = Kw/Kb
+ - + -
[NH4 ] [OH ] [NH4 ][OH ]
Pada reaksi hidrolisis [NH4OH] = [H+] sehingga
Kh = [NH4OH][ H+] ↔ Kw/Kb = [H+]2
[NH4+] [NH4+]
+ 2 +
[H ] = Kw/Kb x [NH4 ] = (Kw/Kb) x [garam]
[H+] = ((Kw/Kb) x [garam])1/2

Latihan
Tentukanlah pH larutan 0,1 M NH4Cl
Jawab
[garam] = 0,1 M
Kb = 1,8 10-5 ↔[H+] = ((Kw/Kb) x [garam])1/2 = ((10-14 /1,8 10-5) x 0,1)1/2
[H+] = 2,4 10-5
pH = 4,62

Garam Asam Lemah-Basa Lemah


Garam yang berasal dari asam dan basa lemah, bila dilarutkan di dalam air, kedua ion akan
terhidrolisis di dalam air. Banyaknya ion H+ dan OH- bergantung pada nilai Ka dan Kb.
Perhatikan penurunan konsentrasi ion H+ dan OH- pada garam yang berasal dari asam kuat basa
lemah dan basa kuat dan asam lemah, pada paparan sebelumnya. Oleh karena itu, larutan akan
bersifat
1. netral bila Ka = Kb, karena [H+] = [OH-]
2. asam bila Ka>Kb, karena [H+] > [OH-]
3. basa bila Ka<Kb, karena [H+] < [OH-]

Latihan
Bersifat apakah larutan 0,1 M NH4CN dan 0,1 M NH4C2H3O2?
Jawab
Dari tabel Ka/Kb diketahui Ka HCN = 4,9 10-10 dan Kb NH3 = 1,8 10-5 sehingga
Kh untuk NH4+ = Kw/Kb = 5,6 10-10
Kh untuk CN- = Kw/Ka = 2,0 10-5
Karena reaksi hidrolisis CN- + H2O ↔ HCN + OH- memiliki Kh yang lebih besar dari reaksi
hidrolisis NH4+ + H2O ↔ NH4OH + H+, [OH-]> [H+], sehingga larutan 0,1 M garam NH4CN
bersifat basa. Coba saudara jelaskan untuk larutan NH4C2H3O2.

2. 6 Titrasi Asam Basa


Dalam penentuan konsentrasi asam atau pH dapat, digunakan pH meter yang
pemakaiannnya sangat praktis dan langsung diperoleh nilai pH dari larutan/cairan. Konsentrasi

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 36


asam dalam cairan dapat pula ditentukan dengan menggunakan metode titrasi asam-basa. Pada
titrasi, cairan yang akan ditentukan pH-nya disebut analit dan cairan penitrasinya disebut titer.
Bila suatu sampel tidak diketahui konsentrasi asamnya, rentang konsentrasi asam dapat
diketahui dengan menggunakan indikator universal. Bila sampel adalah asam, digunakan basa
sebagai peniter.
Untuk mengetahui titik akhir titrasi, digunakan indikator yang akan berubah warna ketika
cairan berubah, dari asam ke basa atau sebaliknya. Misalnya, suatu sampel bersifat asam kuat
(diketahui dari indikator universal). Untuk mngetahui pH sampel sebenarnya, dapat digunakan
basa kuat sebagai peniter. Untuk melihat titik ekivalen titrasi, dapat digunakan indikator.
Beberapa indikator yang biasa digunakan dalam titrasi asam basa dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Indikator Trayek pH Perubahan warna dari pH rendah ke pH tinggi


Metil hijau 0,2 – 1,8 Kuning - biru
Timol hijau 1,2 – 2,8 Kuning-biru
Metil jingga 3,2 – 4,4 Merah-kuning
Metil merah 4,0 – 5,8 Tidak bewarna-merah
Metil ungu 4,8 – 5,4 Ungu hijau
Bromokresol ungu 5,2 – 6,8 Kuning-ungu
Bromotimol biru 6,0 – 7,6 Kuning-biru
Phenofthalein 8,2-10 Tidak bewarna-pink
Kresol merah 7,0 – 8,8 Kuning-merah
Timol biru 8,0 – 9,6 Kuning-biru

Pemilihan indikator bergantung pada pH berapa perubahan titik ekivalen diprediksi terjadi.
Misalnya titik ekivalen titrasi asam basa akan terjadi pada pH = 7 (asam kuat-basa kuat), maka
digunakan bromtimol biru yang berubah warna dari kuning ke biru dengan daerah perubahan
pH pada titik ekivalen adalah 6,0-7,6.

Misal, suatu asam kuat yang tidak diketahui konsentrasinya akan dititrasi dengan basa kuat
yang sudah diketahui konsentrasinya (M2). Karena reaksi adalah antara asam kuat dan basa
kuat, diprediksi pH pada titik ekivalen sekitar 7 sehingga dipilihlah bromtimol biru sebagai
indikator. Pada larutan asam, ditambahkan indikator bromtimol biru sehingga larutan asam
menjadi kuning. Ke dalam larutan asam ditambahkan peniter, basa. Titrasi dihentikan sampai
warna larutan asam berubah menjadi biru, yang menunjukkan titik akhir titrasi telah tercapai.
Volume basa yang dibutuhkan diukur mulai dari tetesan pertama sampai warna cairan analit
berubah menjadi biru (V2). Jika tidak terjadi kesalahan pengukuran dan pemilihan indikator
(keadaan ideal), titik akhir = titik ekivalen.

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 37


Pada titik ekivalen, berlaku persamaan N1V1 = N2V2. Bila N adalah normalitas dan V adalah
volume serta indeks 2 menunjukkan larutan basa yang diketahui konsentrasi dan diukur
volumenya, konsentrasi asam (indeks 1) dapat ditentukan karena volumenya ditetapkan/diukur
sebelum ditirasi.
N1 = N2V2
V1
Konsentrasi sering dinyatakan dalam M (molaritas) dimana hubungan antara M dan N adalah
sebagai berikut.
M = mol/L
N = ekivalen /L = (mol x jumlah asam/basa)/L
= M x jumlah asam/basa
atau bila jumlah asam/basa yang dilepaskan atau diterima dalam reaksi = n, maka
N = M x n.

2. 6. 1 Titrasi Asam-Basa Kuat


Pada titrasi yang diamati adalah titik akhir titrasi (volume yang menunjukkan terjadinya
perubahan warna) dan yang diinginkan adalah titik ekivalen untuk menentukan konsentrasi
analit. Makin teliti pekerjaan titrasi, mengukur volume analit, membuat konsentrasi titer, dan
mengukur volume titer tepat pada titik akhir titrasi, hasil titrasi makin valid dengan samanya
nilai titik ekivalen dan titik akhir.
Sebagai contoh, titrasi 25 mL 0,1 M HCl dengan 0,1 M NaOH, dengan setiap
penambahan NaOH dihitung pH larutan.
V NaOH = 0, [H+] = 0,1M
V NaOH = 10 mL, [H+] berlebih = 25 x 0,1 -10 x 0,1/35 = 4,3 10-2 M
V NaOH = 24.99 mL, [H+] berlebih = 25 x 0,1 -24,99 x 0,1/49,99 = 2 10-5 M
V NaOH = 25 mL, [H+] berlebih = 25 x 0,1 -25 x 0,1/50 = 0
V NaOH = 25.01 mL, [OH-] berlebih = 25,01 x 0,1 -25 x 0,1/50,01 = 2 10-5 M
V NaOH = 26 mL, [OH-] berlebih = 26 x 0,1 -25 x 0,1/51 = 2 10-3 M
V NaOH = 50 mL, [OH-] berlebih = 50 x 0,1 -25 x 0,1/75= 3,3 10-2 M

pH setiap penambahan NaOH dihitung dan ditabulasi pada tabel berikut

Volume Volume Mol H+ Mol OH- Konsentrasi ion yang pH


NaOH (mL) total (mL) (10-3) (10-3) berlebih (M)
0 25 2,5 0 0,1 [H+] 1
-2
10 35 2,5 1 4,3 10 1,4

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 38


24,99 49,99 2,5 2,499 2 10-5 4,7
25 50 2,5 2,5 0 7
25,01 50,01 2,5 2,501 2 10-5 9,3
26 51 2,5 2,6 2 10-3 11,3
50 75 2,5 5 3,3 10-2 12,5

Dari tabel perhitungan ini dapat dilihat bahwa pada daerah sekitar titik ekivalen (pH 7)
perbedaan 0,01 mL NaOH menyebabkan perubahan pH yang sangat mencolok (∆pH = 2.3)
sehingga ketelitian pengamatan dalam titrasi sangat dibutuhkan dan dapat digunakan indikator
dengan range pH yang lebar. Kurva titrasi asam-basa kuat dapat dilihat pada gambar berikut ini.

2. 6. 2 Titrasi Asam Lemah-Basa Kuat


Contoh, titrasi asam lemah basa kuat adalah titrasi 25 mL 0,1 M CH3COOH dengan 0,1 M
NaOH. Titrasi ini menghasilkan sisa asam dan garamnya (buffer ketika volume NaOH < 25),
garam asam lemah-basa kuat pada volume NaOH (titer) 25 mL dan basa kuat ketika volume
NaOH (titer) > 25 mL.
Volume titer < 25
Misal volume NaOH 10 mL, [H+] = Ka x [CH3COOH]/ [CH3COO-]
[CH3COOH] = (25 x 0,1 – 10 x 0,1/35) = 4,3 10-2M
[CH3COO-] = 10 mL x 0,1 M /35 mL= 2,9 10-2M
[H+] = 1,8 10-5 x 4,3 10-2/2,9 10-2 = 2,7 10-5
pH = 4,57
Volume titer = 25 mL (titik ekivalen)
Garam yang terbentuk adalah CH3COONa, dengan ion CH3COO- dapat terhidrolisis.
[garam] = 25 mL x 0,1/50 mL = 0,05 M
[H+] = (Kw x Ka/[garam])1/2 = (10-14 x 1,8 10-5/0,05)1/2 = 1,9 10-9M
pH = 8,72
Volume titer > 25 mL, misal 50 mL
[OH-] = (50 mL x 0,1 – 25 mL x 0,1)/75 = 0,033 M
pOH = 1,5
pH = 14 – 1,3 = 12,5
Bila perhitungan dengan cara di atas diulang untuk berbagai volume, hasilnya ditabulasikan
pada tabel berikut

Volume NaOH (mL) Konsentrasi ion yang berlebih (M) pH

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 39


0 1,3 10-3 2,9
10 2,5 10-5 4,6
24,99 7,2 10-9 8,1
25 5,3 10-5 8,7
25,01 2,0 10-5 9,3
26 2 10-3 11,3
50 5 10-2 12,5

Dari tabel perhitungan ini, dapat dilihat bahwa pada daerah sekitar titik ekivalen (pH8.7)
perbedaan 0,01 mL NaOH menyebabkan perubahan pH yang tidak semencolok titrasi asam
basa kuat (∆pH = 0,6) sehingga hendaklah menggunakan indicator dengan rentang pH
yangsempit. Kurva titrasi asam lemah-basa kuat kuat dapat dilihat pada gambar berikut ini.

2. 6. 3 Titrasi Asam Kuat-Basa Lemah


Titrasi ini mirip dengan titrasi asam lemah-basa kuat, hanya pada volume titer < volume
ekivalen, pH larutan proporsional dengan pH asam kuat sisa. Pada titik ekivalen terbentuk
garam asam kuat-basa lemah yang terhidrolisis dengan pH<7. Pada volume titer > volume
ekivalen, terbentuk buffer sehingga pH larutan dihitung berdasarkan persamaan untuk buffer
basa lemah dan garam basa lemah-asam kuat.

2. 7 Rangkuman
Campuran fasa cair memiliki beberapa parameter di antaranya komposisi, viskositas,
tekanan uap, titik didih, titik beku. Bila suatu cairan murni dicampur dengan cairan lain maka
akan terjadi perubahan sifat tekanan uap, titik didih, titik beku dan dan tekanan osmosa.
Perubahan parameter akan lebih besar jika yang dicampurkan adalah senyawa-senyawa
elektrolit dibandingkan dengan senyawa nonelektrolit.
Penambahan senyawa elektrolit (terdiri atas elektrolit kuat dan elektrolit lemah)
memberikan parameter baru bagi cairan terutama air yaitu pH. Elektrolit kuat seperti asam dan
basa kuat memberikan nilai pH yang sebanding dengan konsentrasinya. Elektrolit lemah seperti
asam dan basa lemah memberi nilai pH yang tidak saja bergantung pada konsentrasi, tapi juga
pada nilai konstanta asam/basa.
Buffer adalah larutan yang bercampur dengan asam/basa lemah dan garamnya. pH buffer
tidak terlalu berubah bila ditambahkan asam, basa atau diencerkan. Garam garam yang berasal
dari asam dan basa kuat menyebabkan pH larutan menjadi netral. Garam asam kuat-basa lemah
atau asam lemah-basa kuat akan terhidrolisis di dalam air. pH larutan seperti ini akan > 7 bila
zat terlarutnya adalah garam yang berasal dari asam lemah-basa kuat dan < 7 bila garam berasal

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 40


dari asam kuat-basa lemah. Garam yang berasal dari asam lemah-basa lemah juga akan
terhidrolisis dalam air dan memberikan nilai pH netral (pH=7) bila Ka = Kb, pH < 7 bila Ka >
Kb dan pH >7 bila Ka < Kb.
Untuk menentukan konsentrasi asam/basa, dapat dilakukan titrasi asam-basa menggunakan
indikator untuk melihat perubahan sifat asam/basa. Indikator yang dipilih hendaklah indikator
yang memiliki range pH paling dekat dengan titik ekivalen sehingga kesalahan titrasi dapat
dikurangi.

2. 8 Soal Latihan

1. Bandingkan waktu yang diperlukan oleh benzene dan etanol dengan volume sama untuk
mengalir melalui kapiler dan panjang tertentu. Diketahui η; benzene 0,652 10-2 P, etanol 1,2
10-2 P, ρ; benzene 0,8785 gr/cm3, dan etanol 0,7893 gr/cm3
2. Waktu yang diperlukan oleh bola logam melewati cairan A dan B berturut-turut 5 dan 7,5
detik. Bila ρ bola logam, cairan A dan B berturut turut adalah 7,8, 1,5 dan 4,6 gr/cm3 dan η
cairan B 2.5 cP, tentukalah viskositas cairan A.
3. Viskositas suatu cairan diukur pada berbagai temperatur, seperti pada tabel berikut

Temperatur (0C) Viskositas (cP)


0 2,84
20 2,33
40 1,97
60 1,66
80 1,4
100 1,18

a. Tentukan ∆Evis
b. Tentukan viskositas cairan pada 300C
4. Berapa berat etilen glikol yang ditambahkan pada 2 L air agar titik didih air 105 0C pada
tekanan 1 atm?
6. 0,1 M larutas asam lemah memiliki pH 5,37, berapakah Ka asam dan asam apakah yang ada
dalam larutan?
7. Hitunglah pH 500 mL larutan yang terdiri atas
a. 0,1 mol NH3 dan 0,1 m0l NH4Cl.
b. 0,2 mol CH3COOH dan 0,4 mol CH3COONa
c. 0,2 mol HCl dan 0,3 mol NaCl
8. Tentukan pH larutan bila larutan garam di bawah (0,1M) ini diencerkan menjadi 1L
a. 100 mL 0,1 M NaCl
b. 200 mL larutan CH3COONa
c. 100 mL NH4Cl
d. 200 mL NH4CH3COO
e. 100 mL NH4F
f. 100 mL NH4CN
9. Bila 50 mL 0,2 M HF ditirasi dengan 0,1 M NaOH, berapakah pH
a. setelah penambahan 5 mL NaOH
b. ketika separuh dari HF sudah dinetralisasi
c. pada titik ekivalen
10, Buatlah kurva titrasi 25 mL 0,1 M NH3 dengan HCl, tentukan indikator yang akan saudara
gunakan bila melakukan titrasinya.

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 41


2. 9 Referensi
1. Humilton, Brady,1982, General Chemistry, Principles and Structure, Willey
International Edition
2. Tupamahu, MS dan Achmad, Hiskia ,1992, Larutan, PT Citra Adyria Bakti
3. Dogra, S K dan Dogra, S, 1990, Kimia Fisik dan Soal-Soal, Jakarta, UI

Kimia Terapan untuk Teknik Mesin D3 42

Anda mungkin juga menyukai