TINJAUAN PUSTAKA
II-1
Laboratorium Teknologi Rekayasa Proses
Departemen Teknologi Rekayasa Kimia Indusri FV- ITS
II.1.2 Karbohidrat
Menurut Siregar (2014), karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan
oleh manusia yang berfungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat
sebagai zat gizi merupakan nama kelompok zat-zat organik yang mempunyai struktur
molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan-persamaan dari sudut kimia dan
fungsinya. Karbohidrat terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).
Karbohidrat juga berfungsi untuk memberi rasa manis pada makanan, menghemat protein,
mengatur metabolisme lemak, dan membantu mengeluarkan feses. Berikut ini beberapa
jenis karbohidrat :
1. Karbohidrat sederhana :
a. Monosakarida. Glukosa, fruktosa, dan galaktosa merupakan jenis dari
monosakarida. Glukosa merupakan hasil akhir dari pencernaan pati, sukrosa,
maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia. Glukosa merupakan bentuk
karbohidrat yang beredar dalam tubuh dan dalam sel merupakan sumber
energy. Fruktosa dinamakan sebagai gula buah yang merupakan gula yang
paling manis. Galaktosa terdapat dalam tubuh sebagai hasil pencernaan laktosa.
b. Disakarida. Sukrosa, maltosa, dan laktosa merupakan jenis dari disakarida.
Sukrosa dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Sukrosa juga banyak terdapat
di dalam buah, sayuran, dan madu. Bila dihidrolisis atau dicernakan, sukrosa
pecah menjadi satu unit glukosa dan fruktosa. Maltosa terbentuk pada
pemecahan pati. Bila dicernakan atau dihidrolisis, maltosa pecah menjadi dua
unit glukosa. Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam susu dan terdiri dari atas
satu unit glukosa dan satu unit galaktosa. Kekurangan laktase menyebabkan
ketidaktahanan terhadap laktosa. Laktosa yang dicerna tidak dapat diserap dan
tetap tinggal dalam saluran pencernaan.
c. Oligosakarida. Oligosakarida terdiri dari polimer dua hingga sepuluh
monosakarida.
2. Karbohidrat kompleks :
a. Polisakarida. Jenis polisakarida yang penting dalam ilmu gizi adalah pati,
dekstrin, glikogen, dan polisakarida nonpati. Pati merupakan karbohidrat utama
yang dimakan manusia yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pati terutama
terdapat dalam padi-padian, biji-bijian, dan umbi-umbian. Proses pemasakan
pati menyebabkan pembentukan gel serta melunakkan dan memecah sel,
sehingga memudahkan pencernaannya. Pada tahap pertengahan akan dihasilkan
dekstrin dan maltosa. Dekstrin merupakan produk antara pada pencernaan pati
atau dibentuk melalui hidrolisis parsial pati. Glikogen dinamakan juga pati
hewan karena merupakan bentuk simpanan karbohidrat di dalam tubuh manusia
dan hewan.
b. Polisakarida nonpati atau serat. Serat mendapat perhatian karena peranannya
dalam mencegah berbagai penyakit.
Kandungan karbohidrat pada bahan baku bioethanol sangat berpengaruh terhadap
hasil hidrolisis asam. Apabila kandungan karbohidratnya sedikit, maka jumlah gula yang
terjadi juga sedikit, dan sebaliknya, apabila kandungan karbohidrat terlalu tinggi
mengakibatkan kekentalan campuran akan meningkat, sehingga frekuensi tumbukan antara
molekul karbohidrat dan molekul air semakin berkurang, dengan demikian kecepatan
reaksi pembentukan glukosa semakin berkurang pula (Osvaldo, 2012).
II.1.3 Bioetanol
Bioetanol merupakan etanol yang berasal dari sumber hayati misalnya tebu, nira
sorgum, ubi kayu, garut, ubi jalar, jagung, jerami, dan kayu. Bahan baku pembuatan
bioethanol terdiri dari bahan-bahan yang mengandung pati, karbohidrat, glukosa, dan
selulosa. Tetapi penggunaan bahan baku tersebut dapat mengganggu kebutuhan pangan
karena bahan yang mengandung pati, karbohidrat, glukosa, dan selulosa merupakan bahan
pangan (Murniati, 2018).
Bioetanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah
C2H5OH, sedang rumus C2H6O atau rumus bangunnya CH3-CH2-OH. Bioetanol
merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang terangkai pada kelompok metilen (-
CH2-) dan terangkai dengan sekelompok hidroksil (-OH). Bioetanol merupakan salah satu
biofuel yang hadir sebagai bahan bakar aternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya
terbarukan. Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol diartikan juga
sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan pangan yang mengandung pati, seperti ubi
kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati
yang memiliki sifat menyerupai minyak premium (Setiawati, 2013).
Bentuk bahan bakar dapat berupa gas, cair, dan padat. Bahan bakar minyak banyak
dikenal oleh masyarakat, sehingga perlu energy alternatif dalam bentuk cair. Salah satu
bahan bakar cair yang dapat dibentuk dari materi yang dapat ditemukan di lingkungan
sekitar adalah bioetanol. Bioetanol dapat dibuat dari karbohidrat yang berupa gula. Gula ini
dengan bantuan mikroorganisme dapat diubah menjadi etanol melalui proses fermentasi.
Bioetanol dapat digunakan sebagai pengganti bensin maupun minyak tanah. Beberapa
kelebihan bioetanol dibandingkan dengan bensin di antaranya lebih aman, memiliki titik
nyala tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan bensin, dan menghasilkan emisi gas
hidrokarbon lebih sedikit. Di samping itu, juga terdapat berbagai kekurangan bioetanol bila
dibandingkan dengan bensin, di antaranya mesin kendaraan akan mengalami kesulitan
untuk dihidupkan bila dalam keadaan suhu dingin, serta mampu bereaksi dengan logam
tertentu seperti aluminium, sehingga dapat merusak komponen kendaraan yang terbuat dari
logam tersebut (Senam, 2009).
II.1.4 Fermentasi
Fermentasi secara umum diartikan sebagai suatu proses konversi gula menjadi
asam organik atau alkohol. Proses fermentasi telah lama dikenal sejak dulu untuk
mengawetkan dan meningkatkan cita rasa makanan. Istilah fermentasi digunakan pada
proses yang melibatkan mikroorganisme, seperi bakteri, yeast, dan fungi untuk
menghasilkan produk yang berguna bagi manusia. Pengertian fermentasi dalam dunia
biokimia merupakan perombakan senyawa organik yang menghasilkan energi. Sedangkan
dalam dunia industri mikrobiologi, fermentasi lebih mengacu pada proses pertumbuhan sel
dengan kuantitas yang besar baik pada kondisi aerobik maupun anaerobic (Nurhadianty,
2018).
Menurut Miskah (2016), dalam proses fermentasi, konsentrasi glukosa sangat
penting dalam meningkatkan konsentrasi etanol dan laju pertumbuhan sel pada medium
fermentasi. Berikut reaksi biokimia untuk fermentasi gula :
II.1.5 Hidrolisis
Hidrolisis meliputi proses pemecahan polisakarida di dalam biomassa
lignoselulosa, yaitu selulosa dan hemiselulosa menjadi monomer gula penyusunnya.
Hidrolisis sempurna selulosa menghasilkan glukosa, sedangkan hemiselulosa
menghasilkan beberapa monomer gula pentose (C5) dan heksosa (C6). Hidrolisis dapat
dilakukan secara kimia (asam) atau enzimatik. Di dalam metode hidrolisis asam, biomassa
lignoselulosa dipaparkan dengan asam pada suhu dan tekanan tertentu selama waktu
tertentu, dan menghasilkan monomer gula dari polimer selulosa dan hemiselulosa.
Beberapa asam yang umum digunakan untuk hidrolisis asam antara lain adalah asam sulfat
(H2SO4), asam perklorat, dan HCl. Asam sulfat merupakan asam yang paling banyak
diteliti dan dimanfaatkan untuk hidrolisis asam. Hidrolisis asam dapat dikelompokkan
menjadi: hidrolisis asam pekat dan hidrolisis asam encer. Hidrolisis asam pekat merupakan
teknik yang sudah dikembangkan cukup lama. Braconnot di tahun 1819 pertama
menemukan bahwa selulosa bisa dikonversi menjadi gula yang dapat difermentasi dengan
menggunakan asam pekat (Jannah, 2010).
Hidrolisis asam pekat menghasilkan gula yang tinggi (90% dari hasil teoritik)
dibandingkan dengan hidrolisis asam encer, dan dengan demikian akan menghasilkan
ethanol yang lebih tinggi. Hidrolisis asam encer dapat dilakukan pada suhu rendah. Namun
demikian, konsentrasi asam yang digunakan sangat tinggi (30 – 70%) (Jannah, 2010).
Menurut Sari (2009), hidrolisis adalah reaksi organik dan anorganik yang mana
terdapat pengaruh air terhadap komposisi ganda (XY), menghasilkan hidrogen dengan
komposisi Y dan komposisi X dengan hidroksil. Hidrolisa asam adalah hidrolisis dengan
menggunakan asam yang dapat mengubah polisakarida (pati, selulosa) menjadi gula.
Dalam hidrolisis asam biasanya digunakan asam klorida (HCl) atau asam sulfat (H2SO4)
dengan kadar tertentu. Hidrolisis ini biasanya dilakukan dalam tangki khusus yang terbuat
dari baja tahan karat atau tembaga yang dihubungkan dengan pipa saluran pemanas dan
pipa saluran udara untuk mengatur tekanan dalam udara. Reaksi hidrolisis yaitu :
XY + H2O HY + XOH
...................................(2)
4. Suhu
Pengaruh suhu terhadap kecepatan hidrolisa karbohidrat akan mengikuti persamaan
Arrhenius yaitu semakin tinggi suhunya akan diperoleh konversi yang cukup
berarti, tetapi jika suhu terlalu tinggi konversi yang diperoleh akan menurun. Hal
ini disebabkan adanya glukosa yang pecah menjadi arang, yang ditunjukkan dengan
semakin tuanya warna hasil. Selain itu, pada suhu-suhu yang tidak terlalu tinggi
(tidak melebihi titik didih air), air sebagai zat penghidrolisis tetap berada fase cair,
sehingga terjadi kontak yang baik antara molekul-molekul kertas koran dengan air,
sehingga reaksi dapat berjalan dengan baik.
masuk dalam proses pembakaran,sehingga dengan campuran di atas 25%, mobil tersebut
mampu menggunakandengan baik (Senam,2009).