Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


II.1.1 Etanol
Etanol atau Etil Alcohol (lebih dikenal dengan alkohol, dengan rumus kimia
C2H5OH) adalah cairan tak berwarna dengan karakteristik antara lain mudah menguap,
mudah terbakar, larut dalam air, tidak karsinogenik, dan jika terjadi pencemaran tidak
memberikan dampak lingkungan yang signifikan. Penggunaan etanol sebagai bahan bakar
bernilai oktan tinggi atau aditif peningkat bilangan oktan pada bahan bakar sebenarnya
sudah dilakukan sejak abad 19. Mula-mula etanol digunakan untuk bahan bakar lampu
pada masa sebelum perang saudara di Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 1860
Nikolous Otto menggunakan bahan bakar etanol dalam mengembangkan mesin kendaraan
dengan siklus Otto. Etanol dan air membentuk larutan azeotrop. Karena itu pemurnian
etanol yang mengadung air dengan cara penyulingan bisa hanya mampu menghasilkan
etanol dengan kemurnian 96%. Etanol murni (absolute) dihasilkan pertama kali pada tahun
1796 oleh Johan Tobias Lowitz yaitu dengan cara menyaring alkohol hasil distilasi melalui
arang. Pada tahun 1985 Brazil mengeluarkan program pencampuran 20% bioetanol dengan
bensin untuk menghemat 40% konsumsi bensin.
Seperti kita ketahui, etanol dikategorikan dalam 2 kelompok utama :
a Etanol 95 – 96 % v/v, disebut etanol berhidrasi yang dibagi dalam :
1. Technical / raw spirit grade, digunakan untuk bahan bakar spiritus, desinfektan dan
pelarut
2. Industrial grade, digunakan untuk bahan baku industri dan pelarut.
3. Pot able grade, untuk minuman berkualitas tinggi.
b Etanol > 99,5% v/v, digunakan untuk bahan bakar. Jika dimurnikan lebih lanjut
dapat digunakan untuk keperluan farmasi dan pelarut di laboratorium analisis.
Etanol ini disebut Fuel Grade Ethanol (FGE) atau anhidrous ethanol (etanol
anhidrat) atau etanol kering, yakni ethanol yang bebas air atau hanya mengandung
air minimal (Jannah, 2010).

II-1
Laboratorium Teknologi Rekayasa Proses
Departemen Teknologi Rekayasa Kimia Indusri FV- ITS

Tabel II.1 Sifat Fisika Etanol


Properti Nilai
Berat Molekul (g/mol) 46,1
Titik Beku (℃) -114,1
Titik Didih Normal (℃) 78,32
Densitas (g/ml) 0,7983
Viskositas (cP) 1,17
Panas Penguapan Normal (J/kg) 839,31
Panas Pembakaran (J/kg) 29676,6
Panas Jenis (J/kg) 2,42
Nilai Oktan 106-111
Sumber : Setiawati (2013)

II.1.2 Karbohidrat
Menurut Siregar (2014), karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan
oleh manusia yang berfungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat
sebagai zat gizi merupakan nama kelompok zat-zat organik yang mempunyai struktur
molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan-persamaan dari sudut kimia dan
fungsinya. Karbohidrat terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).
Karbohidrat juga berfungsi untuk memberi rasa manis pada makanan, menghemat protein,
mengatur metabolisme lemak, dan membantu mengeluarkan feses. Berikut ini beberapa
jenis karbohidrat :
1. Karbohidrat sederhana :
a. Monosakarida. Glukosa, fruktosa, dan galaktosa merupakan jenis dari
monosakarida. Glukosa merupakan hasil akhir dari pencernaan pati, sukrosa,
maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia. Glukosa merupakan bentuk
karbohidrat yang beredar dalam tubuh dan dalam sel merupakan sumber
energy. Fruktosa dinamakan sebagai gula buah yang merupakan gula yang
paling manis. Galaktosa terdapat dalam tubuh sebagai hasil pencernaan laktosa.
b. Disakarida. Sukrosa, maltosa, dan laktosa merupakan jenis dari disakarida.
Sukrosa dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Sukrosa juga banyak terdapat
di dalam buah, sayuran, dan madu. Bila dihidrolisis atau dicernakan, sukrosa
pecah menjadi satu unit glukosa dan fruktosa. Maltosa terbentuk pada
pemecahan pati. Bila dicernakan atau dihidrolisis, maltosa pecah menjadi dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-2


Laboratorium Teknologi Rekayasa Proses
Departemen Teknologi Rekayasa Kimia Indusri FV- ITS

unit glukosa. Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam susu dan terdiri dari atas
satu unit glukosa dan satu unit galaktosa. Kekurangan laktase menyebabkan
ketidaktahanan terhadap laktosa. Laktosa yang dicerna tidak dapat diserap dan
tetap tinggal dalam saluran pencernaan.
c. Oligosakarida. Oligosakarida terdiri dari polimer dua hingga sepuluh
monosakarida.
2. Karbohidrat kompleks :
a. Polisakarida. Jenis polisakarida yang penting dalam ilmu gizi adalah pati,
dekstrin, glikogen, dan polisakarida nonpati. Pati merupakan karbohidrat utama
yang dimakan manusia yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pati terutama
terdapat dalam padi-padian, biji-bijian, dan umbi-umbian. Proses pemasakan
pati menyebabkan pembentukan gel serta melunakkan dan memecah sel,
sehingga memudahkan pencernaannya. Pada tahap pertengahan akan dihasilkan
dekstrin dan maltosa. Dekstrin merupakan produk antara pada pencernaan pati
atau dibentuk melalui hidrolisis parsial pati. Glikogen dinamakan juga pati
hewan karena merupakan bentuk simpanan karbohidrat di dalam tubuh manusia
dan hewan.
b. Polisakarida nonpati atau serat. Serat mendapat perhatian karena peranannya
dalam mencegah berbagai penyakit.
Kandungan karbohidrat pada bahan baku bioethanol sangat berpengaruh terhadap
hasil hidrolisis asam. Apabila kandungan karbohidratnya sedikit, maka jumlah gula yang
terjadi juga sedikit, dan sebaliknya, apabila kandungan karbohidrat terlalu tinggi
mengakibatkan kekentalan campuran akan meningkat, sehingga frekuensi tumbukan antara
molekul karbohidrat dan molekul air semakin berkurang, dengan demikian kecepatan
reaksi pembentukan glukosa semakin berkurang pula (Osvaldo, 2012).

II.1.3 Bioetanol
Bioetanol merupakan etanol yang berasal dari sumber hayati misalnya tebu, nira
sorgum, ubi kayu, garut, ubi jalar, jagung, jerami, dan kayu. Bahan baku pembuatan
bioethanol terdiri dari bahan-bahan yang mengandung pati, karbohidrat, glukosa, dan
selulosa. Tetapi penggunaan bahan baku tersebut dapat mengganggu kebutuhan pangan
karena bahan yang mengandung pati, karbohidrat, glukosa, dan selulosa merupakan bahan
pangan (Murniati, 2018).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-3


Laboratorium Teknologi Rekayasa Proses
Departemen Teknologi Rekayasa Kimia Indusri FV- ITS

Bioetanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah
C2H5OH, sedang rumus C2H6O atau rumus bangunnya CH3-CH2-OH. Bioetanol
merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang terangkai pada kelompok metilen (-
CH2-) dan terangkai dengan sekelompok hidroksil (-OH). Bioetanol merupakan salah satu
biofuel yang hadir sebagai bahan bakar aternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya
terbarukan. Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol diartikan juga
sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan pangan yang mengandung pati, seperti ubi
kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati
yang memiliki sifat menyerupai minyak premium (Setiawati, 2013).

Gambar II.1 Rumus Bangun Bioetanol


Sumber : Setiawati (2013)

Bentuk bahan bakar dapat berupa gas, cair, dan padat. Bahan bakar minyak banyak
dikenal oleh masyarakat, sehingga perlu energy alternatif dalam bentuk cair. Salah satu
bahan bakar cair yang dapat dibentuk dari materi yang dapat ditemukan di lingkungan
sekitar adalah bioetanol. Bioetanol dapat dibuat dari karbohidrat yang berupa gula. Gula ini
dengan bantuan mikroorganisme dapat diubah menjadi etanol melalui proses fermentasi.
Bioetanol dapat digunakan sebagai pengganti bensin maupun minyak tanah. Beberapa
kelebihan bioetanol dibandingkan dengan bensin di antaranya lebih aman, memiliki titik
nyala tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan bensin, dan menghasilkan emisi gas
hidrokarbon lebih sedikit. Di samping itu, juga terdapat berbagai kekurangan bioetanol bila
dibandingkan dengan bensin, di antaranya mesin kendaraan akan mengalami kesulitan
untuk dihidupkan bila dalam keadaan suhu dingin, serta mampu bereaksi dengan logam
tertentu seperti aluminium, sehingga dapat merusak komponen kendaraan yang terbuat dari
logam tersebut (Senam, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-4


Laboratorium Teknologi Rekayasa Proses
Departemen Teknologi Rekayasa Kimia Indusri FV- ITS

Standar Nasional Indonesia (SNI) Bioetanol Terdenaturasi yang disahkan dengan


Nomor SNI DT 27-0001-2006, tanggal 27 desember 2006.Penyusunan SNI Bioetanol
terdenaturasi untuk gasohol dilakukan untuk memperhatikan standar sejenis yang telah
berlaku di negara-negara lain yang pemakaian bioetanolnya sudah luas dan mencapai
tahap komersial. Dimana sfesifikasi nya dapat dilihat pada Gambar II.1 dibawah ini

Gambar II.1 Standar Nasional Indonesia (SNI) Bioetanol Terdenaturasi


Sumber : Jannah,2010

II.1.4 Fermentasi
Fermentasi secara umum diartikan sebagai suatu proses konversi gula menjadi
asam organik atau alkohol. Proses fermentasi telah lama dikenal sejak dulu untuk
mengawetkan dan meningkatkan cita rasa makanan. Istilah fermentasi digunakan pada
proses yang melibatkan mikroorganisme, seperi bakteri, yeast, dan fungi untuk
menghasilkan produk yang berguna bagi manusia. Pengertian fermentasi dalam dunia
biokimia merupakan perombakan senyawa organik yang menghasilkan energi. Sedangkan
dalam dunia industri mikrobiologi, fermentasi lebih mengacu pada proses pertumbuhan sel
dengan kuantitas yang besar baik pada kondisi aerobik maupun anaerobic (Nurhadianty,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-5


Laboratorium Teknologi Rekayasa Proses
Departemen Teknologi Rekayasa Kimia Indusri FV- ITS

2018).
Menurut Miskah (2016), dalam proses fermentasi, konsentrasi glukosa sangat
penting dalam meningkatkan konsentrasi etanol dan laju pertumbuhan sel pada medium
fermentasi. Berikut reaksi biokimia untuk fermentasi gula :

C6H12O6  2C5H5OH + 2CO2


..................................(1)
Sacharomyces cereviseae akan menghasilkan enzim zimase invertase yang akan
memproses glukosa dengan cara fermentasi. Alkohol yang diperoleh untuk minuman
kadarnya antara 3 % - 18 %. Proses fermentasi bertujuan untuk mengaktifkan kegiatan
mikroba dengan tujuan mengubah sifat bahan baku agar menjadi hasil. Supaya mikroba
hidup dengan baik pada proses fermentasi, maka perlu dilakukan pada suhu antara kamar
dan juga pHnya, sehingga alkohol dapat diperoleh lebih besar. Ragi melakukan fermentasi
melalui sel-selnya yang akan mengubah gula menjadi alkohol dalam kondisi anaerob.
Apabila ada udara yang masuk proses fermentasi akan terganggu dalam pembentukan
alkohol. Gas CO2 yang terbentuk dialirkan melalui selang kecil dan tidak terjadi
peningkatan suhu. Dalam fermentasi, mikroorganisme mempunyai peranan yang sangat
penting. Mikroorganisme yang sering digunakan Sacharomyces Cerevisiae.
Mikroorganisme ini tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi bahkanmelakukan
aktivitasnya pada suhu 4–32oC. Waktu fermentasi yang yang sering digunakan 3 – 14
hari. Waktu terlalu cepat alkohol yang terbentuk baru sedikit karena masa pertumbuhan
dan jika terlelu lama alkohol yang terbentuk tidak maksimal karena pada konsentrasi
alkohol 15 % mikroba sudah tidak dapat tumbuh. Dalam proses fermentasi variabel yang
mempengaruhi antara lain waktu fermentasi, enzim yang yang digunakan, jumlah nutrien
dan sebagainya. Pada proses untuk memproduksi bioetanol secara umum menggunakan
dua proses pertama proses hidrolisa. Proses ini adalah untuk memecah senyawa-senyawa
yang ada pada biomassa atau pati yang digunakan sebagai bahan baku dengan
menggunakan air. Untuk mempercepat proses pemecahan senyawa menggunakan enzim.
Enzim merupunyai sifat katalis yang dapat mengaktifkan senyawa lain yang dapat
mempercepat reaksi yang akan berlangsung. Enzim yang digunakan untuk menghidrolisa
ikatan α-1,4-glukosida adalah enzim α-amilase dalam proses liquifikasi. Proses hidrolisa
dengan menggunakan enzim α-amilase, amilosa terurai menjadi saltosa dan maltotriosa.
Pada tahap berikutnya maltose dan glukosa terbentuk kembali dengan terurainya
maltotriosa.Untuk menghasilkan glukosa lebih banyak ditambahkan enzim glukoamilase.
Ikatan yang terdapat pada pati dapat di putus oleh enzim glukoamilase dari sisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-6


Laboratorium Teknologi Rekayasa Proses
Departemen Teknologi Rekayasa Kimia Indusri FV- ITS

pemutusan enzim α-amilase yang belum sempurna (Sukaryo, 2017).


Sintesis bioetanol dari biomassa terdiri dari dua tahap utama, yaitu hidrolisis dan
fermentasi. Hidrolisis bertujuan untuk memecah polisakarida menjadi monosakarida.
Polisakarida dapat diubah menjadi alkohol melalui proses biologi dan kimia. Proses
hidrolisis dapat dilakukan dengan menggunakan enzim seperti selulase. Keuntungan dari
hidrolisis dengan enzim adalah mengurangi penggunaan asam sehingga mengurangi
dampak negatif terhadap lingkungan. Proses selanjutnya adalah fermentasi menggunakan
jamur seperti Sacchromyces cerevisiae untuk dikonversi menjadi etanol (Dompeipen, 2016).

II.1.5 Hidrolisis
Hidrolisis meliputi proses pemecahan polisakarida di dalam biomassa
lignoselulosa, yaitu selulosa dan hemiselulosa menjadi monomer gula penyusunnya.
Hidrolisis sempurna selulosa menghasilkan glukosa, sedangkan hemiselulosa
menghasilkan beberapa monomer gula pentose (C5) dan heksosa (C6). Hidrolisis dapat
dilakukan secara kimia (asam) atau enzimatik. Di dalam metode hidrolisis asam, biomassa
lignoselulosa dipaparkan dengan asam pada suhu dan tekanan tertentu selama waktu
tertentu, dan menghasilkan monomer gula dari polimer selulosa dan hemiselulosa.
Beberapa asam yang umum digunakan untuk hidrolisis asam antara lain adalah asam sulfat
(H2SO4), asam perklorat, dan HCl. Asam sulfat merupakan asam yang paling banyak
diteliti dan dimanfaatkan untuk hidrolisis asam. Hidrolisis asam dapat dikelompokkan
menjadi: hidrolisis asam pekat dan hidrolisis asam encer. Hidrolisis asam pekat merupakan
teknik yang sudah dikembangkan cukup lama. Braconnot di tahun 1819 pertama
menemukan bahwa selulosa bisa dikonversi menjadi gula yang dapat difermentasi dengan
menggunakan asam pekat (Jannah, 2010).
Hidrolisis asam pekat menghasilkan gula yang tinggi (90% dari hasil teoritik)
dibandingkan dengan hidrolisis asam encer, dan dengan demikian akan menghasilkan
ethanol yang lebih tinggi. Hidrolisis asam encer dapat dilakukan pada suhu rendah. Namun
demikian, konsentrasi asam yang digunakan sangat tinggi (30 – 70%) (Jannah, 2010).
Menurut Sari (2009), hidrolisis adalah reaksi organik dan anorganik yang mana
terdapat pengaruh air terhadap komposisi ganda (XY), menghasilkan hidrogen dengan
komposisi Y dan komposisi X dengan hidroksil. Hidrolisa asam adalah hidrolisis dengan
menggunakan asam yang dapat mengubah polisakarida (pati, selulosa) menjadi gula.
Dalam hidrolisis asam biasanya digunakan asam klorida (HCl) atau asam sulfat (H2SO4)
dengan kadar tertentu. Hidrolisis ini biasanya dilakukan dalam tangki khusus yang terbuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-7


Laboratorium Teknologi Rekayasa Proses
Departemen Teknologi Rekayasa Kimia Indusri FV- ITS

dari baja tahan karat atau tembaga yang dihubungkan dengan pipa saluran pemanas dan
pipa saluran udara untuk mengatur tekanan dalam udara. Reaksi hidrolisis yaitu :

XY + H2O  HY + XOH
...................................(2)

Gambar II.2 Mekanisme Reaksi Hidrolisis


Sumber : Osvaldo, 2012

Menurut Osvaldo (2012), hidrolisis merupakan reaksi kimia yang memecah


molekul menjadi dua bagian dengan penambahan molekul air (H2O) untuk mengkonversi
polisakarida menjadi monomer-monomer sederhana. Umunya hidrolisis ini terjadi saat
garam dari asam lemah atau basa lemah (atau keduanya) terlarut di dalam air. Beberapa
faktor yang mempengaruhi hidrolisis di antaranya :
1. Kandungan karbohidrat bahan baku
Kandungan karbohidrat pada bahan baku sangat berpengaruh terhadap hidrolisis
asam. Apabila kandungan karbohidratnya sedikit, maka gula yang terjadi juga
sedikit. Sebaliknya, apabila kandungan karbohidrat terlalu tinggi menyebabkan
kekentalan campuran akan meningkat, sehingga frekuensi tumbukan antar molekul
karbohidrat dan molekul air semakin berkurang sehingga kecepatan reaksi
pembentukan glukosa semakin berkurang pula.
2. pH hidrolisa
pH berpengaruh terhadap jumlah produk hidrolisa. pH berkaitan erat dengan
konsentrasi asam yang digunakan. Pada umumnya, pH yang terbaik (optimum)
adalah 2,3.
3. Waktu hidrolisis
Semakin lama pemanasan, semakin keruh dan semakin besar konversi yang
dihasilkan. Waktu yang diperlukan untuk proses hidrolisa asam sekitar 1-3 jam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-8


Laboratorium Teknologi Rekayasa Proses
Departemen Teknologi Rekayasa Kimia Indusri FV- ITS

4. Suhu
Pengaruh suhu terhadap kecepatan hidrolisa karbohidrat akan mengikuti persamaan
Arrhenius yaitu semakin tinggi suhunya akan diperoleh konversi yang cukup
berarti, tetapi jika suhu terlalu tinggi konversi yang diperoleh akan menurun. Hal
ini disebabkan adanya glukosa yang pecah menjadi arang, yang ditunjukkan dengan
semakin tuanya warna hasil. Selain itu, pada suhu-suhu yang tidak terlalu tinggi
(tidak melebihi titik didih air), air sebagai zat penghidrolisis tetap berada fase cair,
sehingga terjadi kontak yang baik antara molekul-molekul kertas koran dengan air,
sehingga reaksi dapat berjalan dengan baik.

II.1.6 Kelebihan dan Kekurangan Bioetanol


Secara garis besar, penggunaan bioetanol yaitu sebagai pelarut untuk zat organik
ataupun anorganik, bahan dasar industri asam cuka, ester, spirtus, asetaldehid, antiseptik
topikal, dan sebagai bahan baku pembuatan eter dan etil ester. Etanol juga untuk campuran
minuman dan dapat digunakan sebagai bahan bakar (gasohol) (Endah, 2007).
Menurut Setiywati, 2013 bahwa bioetanol bersifat multi-guna karena dicampur
dengan bensin pada komposisi berapapun memberikan dampak yang positif. Kelebihan-
kelebihan bioetanol dibandingkan bensin:
1. Bioetanol aman digunakan sebagai bahan bakar, titik nyala etanol tiga kali lebih
tinggi dibandingkan bensin.
2. Emisi hidrokarbon lebih sedikit.
Kekurangan-kekurangan bioetanol dibandingkan bensin:
1. Pada mesin dingin lebih sulit melakukan starter bila menggunakan bioetanol.
2. Bioetanol bereaksi dengan logam seperti magnesium dan aluminium.
Penggunaan etanol sebagai octan enhancer ini sangat menarik perhatian dunia,
karena ramahlingkungan dan mudah diperbaharui. Dengan digunakannya etanol ini
lambatlaun akan mengurangi emisi timbal yang dikeluarkan dari asap kendaraanbermotor
selama pembakaran. Untuk mengurangi ketukan, biasanya bensinditambah dengan zat
aditif bernama tetra ethyl lead (TEL). Bila bensinmengalami pembakaran, maka TEL juga
ikut terbakar dan akan keluar bersamaasap, yang akan ikut andil dalam proses pencemaran
udara.Gasohol yang mengandung etanol hingga 24% masih dapat digunakansebagai bahan
bakar mobil pada umumnya. Kadar etanol yang lebih tinggi akanmemerlukan modifikasi
lebih lanjut pada mobil yang dipakai. Hingga kini telahdikembangkan mobil yang
dilengkapi dengan sensor yang mampu mengaturkomposisi bensin dan etanol yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-9


Laboratorium Teknologi Rekayasa Proses
Departemen Teknologi Rekayasa Kimia Indusri FV- ITS

masuk dalam proses pembakaran,sehingga dengan campuran di atas 25%, mobil tersebut
mampu menggunakandengan baik (Senam,2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-10


Laboratorium Teknologi Rekayasa Proses
Departemen Teknologi Rekayasa Kimia Indusri FV- ITS

II.2 Aplikasi Industri


Pembuatan Bioetanol Berbasis Sampah Organik Batang Jagung
Mohammad Ikbal Yonas, Ishak Isa, Hendri Iyabu
2015
Sampah adalah produk akhir dari aktivitas pemenuhan kebutuhan manusia dan
merupakan material tak terpakai. Sampah menjadi masalah yang sering kita temui baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Sampah organik merupakan sampah yang tersusun dari
bahan-bahan yang dapat terurai (degradable) seperti sisa makanan, daun-daun kering,
sayuran, dan sebagainya. Penanganan sampah organik masih belum optimal dalam
pemanfaatannya ditambah lagi dengan produksi sampah yang begitu besar setiap harinya
semakin memberikan dampak buruk juga bagi lingkungan. Salah satu cara untuk mengatasi
sampah yaitu memanfaatkannya dengan menggunakan metode biokonversi (proses
pengubahan sampah menjadi bahan bakar termasuk didalamnya sebagai bioetanol).
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
bioetanol. Batang jagung yang termasuk biomassa mengandung lignoselulosa sangat
dimungkinkan untuk dimanfaatkan menjadi bioetanol karena memiliki kandungan
selulosa yang cukup banyak. Bahan dasar yang digunakan adalah batang jagung, dan bahan
kimia yang digunakan yaitu, Asam sulfat2%, urea, amonium sulfat, natrium hidroksida
20%, PDB, larutan luff schrool, kalium iodida, asam sulfat 25%, natrium tiosulfat,
Aquades. Pertama-tama batang jagung dalam bentuk serbuk kira-kira sampai ukuran
partikel 40 mesh. Sampel yang akan dipersiapkan adalah 50 gr. Starter digunakan untuk
tahap fermentasi, dibuat dengan melarutkan PDB sebanyak 7,2 g kedalam akuades, dan
memasukan biakan mikroba sebanyak 10% volume starter. Starter yang dibuat sebanyak
300 ml. Filtrat hasil hidrolisis diatur kemudian ditambahkan nutrient dengan
menambahkan urea sebanyak 0,48 gr, dan amonium sulfat 0,9 gr dalam 600 ml substrat,
selanjutnya diatur pH nya pada rentang pH 4-5. Selanjutnya dilakukan pemisahan dengan
cara destilasi pada suhu 78-80◦C , karena suhu etanol 78,3◦C, dan suhu air 100◦C maka
etanol akan menguap terlebih dahulu dan terpisah dari komponen lain. Dari pengukuran
kadar glukosa didapatkan bahwa mg glukosa yang terkandung dalam filtrat hasil hidrolisis
adalah 9,7 mg. Hasil perhitungan kadar glukosa didapatkan dari hidrolisis sampel sebanyak
50 g kadar glukosa terkandung dalam filtrat hasil hidrolisis batang jagung adalah sebanyak
0,324 %. Waktu fermentasi optimal untuk menghasilkan etanol dari batang jagung yaitu
pada rentang waktu fermentasi 3 hari dengan kadar etanol yang dihasilkan yaitu 5,34%.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-11

Anda mungkin juga menyukai