Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
Saraf yang melewati tiroid adalah Nervus Rekurens. Saraf ini terletak di dorsal
tiroid sebelum masuk ke laring.
Struma disebut juga dengan goiter adalah pembesaran kelenjar gondok yang
disebabkan oleh penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon
tiroid dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebardebar,
keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata membesar,
penyakit ini dinamakan hipertiroid (Amin huda, 2016). Struma didefinisikan sebagai
pembesaran kelenjar tiroid. Struma dapat meluas keruang retro sternal, dengan atau
tanpa pembesaran substansial. Karena hubungan anatomi kelenjar tiroid ke trakea,
laring, saraf laring, superior dan inferior, dan esophagus, pertumbuhan abnormal dapat
menyebabkan berbagai sindrom komperhensif (Tampatty, 2019).
3.4 Etiologi Struma
a. Defisiensi yodium
b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tiroid
c. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia seperti substansi dalam
kol, lobak, kacang kedelai
d. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan misalnya:
thiocarbamide, sulfonylurea dan litium
3.6 Patofisiologi
A. Anamnesis
Pada anamnesis, keluhan utama yang diutarakan oleh pasien bisa berupa
benjolan di leher yang sudah berlangsung lama, maupun gejala-gejala hipertiroid atau
hipotiroidnya. Jika pasien mengeluhkan adanya benjolan di leher, maka harus digali
lebih jauh apakah pembesaran terjadi sangat progresif atau lamban, disertai dengan
gangguan menelan, gangguan bernafas dan perubahan suara. Setelah itu baru
ditanyakan ada tidaknya gejala-gejala hiper dan hipofungsi dari kelenjer tiroid. Perlu
juga ditanyakan tempat tinggal pasien dan asupan garamnya untuk mengetahui apakah
ada kecendrungan ke arah struma endemik. Sebaliknya jika pasien datang dengan
keluhan ke arah gejala-gejala hiper maupun hipofungsi dari tiroid, harus digali lebih
jauh ke arah hiper atau hipo dan ada tidaknya benjolan di leher.
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik status lokalis pada regio coli anterior, yang paling pertama
dilakukan adalah inspeksi, dilihat apakah pembesaran simetris atau tidak, timbul tanda-
tanda gangguan pernapasan atau tidak, ikut bergerak saat menelan atau tidak.
Pada palpasi sangat penting untuk menentukan apakah bejolan tersebut benar
adalah kelenjar tiroid atau kelenjar getah bening. Perbedaannya terasa pada saat pasien
diminta untuk menelan. Jika benar pembesaran tiroid maka benjolan akan ikut bergerak
saat menelan, sementara jika tidak ikut bergerak maka harus dipikirkan kemungkinan
pembesaran kelenjar getah bening leher. Pembesaran yang teraba harus dideskripsikan
:
- Lokasi: lobus kanan, lobos kiri, ismus
- Ukuran: dalam sentimeter, diameter panjang
- Jumlah nodul: satu (uninodosa) atau lebih dari satu (multinodosa)
- Konsistensinya: kistik, lunak, kenyal, keras
- Nyeri: ada nyeri atau tidak pada saat dilakukan palpasi
- Mobilitas: ada atau tidak perlekatan terhadap trakea, muskulus
sternokleidomastoidea
- Kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada pembesaran atau tidak
Sekitar 5% struma nodosa mengalami keganasan. Di klinik perlu dibedakan nodul
tiroid jinak dan nodul ganas yang memiliki karakteristik :
1. Konsistensi keras pada beberapa bagian atau menyeluruh pada nodul dan sukar
digerakkan, walaupun nodul ganas dapat mengalami degenerasi kistik dan
kemudian menjadi lunak.
2. Sebaliknya nodul dengan konsistensi lunak lebih sering jinak, walaupun nodul
yang mengalami kalsifikasi dapat ditemukan pada hiperplasia adenomatosa
yang sudah berlangsung lama.
3. Infiltrasi nodul ke jaringan sekitarnya merupaka tanda keganasan, walaupun
nodul ganas tidak selalu melakukan infiltrasi. Jika ditemukan ptosis, miosis,
dan enoftalmus merupakan tanda infiltrasi ke jaringan sekitar
4. 20% nodul soliter bersifat ganas sedangkan nodul multipel jarang yang ganas.
5. Nodul yang muncul tiba-tiba atau cepat membesar perlu dicurigai ganas
terutama yang tidak disertai nyeri. Atau nodul lama yang tiba-tiba membesar
progresif
6. Nodul dicurigai ganas bila disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening
regional atau perubahan suara menjadi serak.
7. Pulsasi arteri karotis teraba dari arah tepi belakang muskulus
sternokleidomastoideus karena desakan pembesaran nodul (Berry’s Sign)
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan untuk mengukur fungsi tiroid. Pemeriksaan untuk mengetahui
kadar T3 dan T4 serta TSH paling sering menggunakan teknik
radioimmunoassay (RIA) dan ELISA dalam serum atau plasma darah. Kadar
normal T4 total pada orang dewasa adalah 50-120 ng/dl. Kadar normal untuk T3
pada orang dewasa adalah 0,65-1,7 ng/dl (Joshi, 2011).
2. Pemeriksaan untuk menunjukkan penyebab gangguan tiroid. Antibodi terhadap
macam-macam antigen tiroid yang ditemukan pada serum penderita dengan
penyakit tiroid autoimun. Seperti antibodi tiroglobulin dan thyroid stimulating
hormone antibody
Pemeriksaan Radiologis
1. Foto rontgen dapat memperjelas adanya deviasi trakea atau pembesaran
struma retrosternal yang pada umumnya secara klinis pun sudah bisa diduga.
Foto rontgen leher posisi AP dan lateral biasanya menjadi pilihan.
2. USG tiroid yang bermanfaat untuk menentukan jumlah nodul, membedakan
antara lesi kistik maupun padat, mendeteksi adanya jaringan kanker yang tidak
menangkap iodium dan bisa dilihat dengan scanning tiroid.
3. Scanning Tiroid dasarnya adalah presentasi uptake dari I 131 yang
didistribusikan tiroid. Dari uptake dapat ditentukan teraan ukuran, bentuk lokasi
dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid (distribusi dalam kelenjar).
Uptake normal 15-40% dalam 24 jam. Dari hasil scanning tiroid dapat
dibedakan 3 bentuk, yaitu cold nodule bila uptake nihil atau kurang dari normal
dibandingkan dengan daerah disekitarnya, ini menunjukkan fungsi yang rendah
dan sering terjadi pada neoplasma. Bentuk yang kedua adalah warm nodule bila
uptakenya sama dengan sekitarnya, menunjukkan fungsi yang nodul sama
dengan bagian tiroid lain. Terakhir adalah hot nodule bila uptake lebih dari
normal, berarti aktifitasnya berlebih dan jarang pada neoplasma.
Pemeriksaan Histopatologi
1. FNAB. Pemeriksaan histopatologis akurasinya 80%. Hal ini perlu diingat agar
jangan sampai menentukan terapi definitif hanya berdasarkan hasil FNAB saja.
3.9 Penatalaksanaan
A. Medikamentosa
B. Non Medikamentosa
Non Operatif
- Terapi Radioiodine
Merupakan terapi alternatif untuk single toxic adenoma atau toxic multinodular goiter.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk mempertahankan fungsi dari jaringan tiroid normal.
Radioiodine juga digunakan untuk mengurangi volume nodul pada nontoksik
multinodular goiter.
Operatif
Operasi tiroid (tiroidektomi) merupakan operasi besar. Berapa luas kelenjar tiroid yang
akan diambil tergantung patologinya serta ada tidaknya penyebaran dari karsinomanya.
Ada 6 macam operasi, yaitu:
1. Lobektomi subtotal: pengangkatan sebaian lobus tiroid yang mengandung
jaringan patologis
2. Lobektomi total (hemitiroidektomi, ismolobektomi): pengangkatan satu sisi
lobus tiroid
3. Tiroidektomi subtotal: pengangkatan sebgian kelenjar tiroid yang mengandung
jaringan patologis, meliputi kedua lobus tiroid
4. Tiroidektomi near total: pengangkatan seluruh lobus tiroid yang patologis
berikut sebgian besar lobus kontralateralnya
5. Tiroidektomi total: pengangkatan seluruh kelenjar tiroid
6. Operasi yang sifatnya “extended”
a. Tiroidektomi total + laringektomi total
b. Tiroidektomi total + reseksi trakea
c. Tiroidektomi total + sternotomy
d. Tiroidektomi total + FND atau RND
Indikasi operasi pada struma:
- Struma difus toksik yang gagal dengan terapi medikamentosa
- Struma uni atau multinodosa dengan kemungkinan keganasan
- Struma dengan gangguan tekanan
- Kosmetik
Kontraindikasi operasi struma:
- Struma toksika yang belum dipersiapkan sebelumnya
- Struma dengan dekompensasi kordia dan penyakit sistemik yang lain yang
belum terkontrol
- Struma besar yang melekat erat ke jaringan leher sehingga sulit digerakkan
yang biasanya karsinoma. Karsinoma yang demikian biasanya sering dari
tipe anaplastic yang jelek prognosisnya. Perlekatan pada trakea atau laring
dapat sekaligus dilakukan reseksi trakea atau laringektomi, tetapi perlekatan
dengan jaringan lunak leher yang luas sulit dilakukan eksisi yang baik.
- Struma yang disertai dengan sindrom vena kava superior. Biasanya karena
metastase luas ke mediastinum, sukar eksisinya biarpun telah dilakukan
sternotomy, dan bila dipaksakan akan memberikan mortalitas yang tinggi
dan sering hasilnya tidak radikal.