PENDAHULUAN
Lipid merupaka suatu substansi yang berguna untuk tubuh. Di dalam tubuh,
lipid berfungsi sebagai sumber energi dan insulator panas dalam jaringan
subkutan serta di sekeliling organ tertentu. Selain itu, suatu senyawa lipid
nonpolar juga berfungsi sebagai insulator listrik yang memungkinkan perambatan
cepat gelombang depolarisasi di sepanjang serabut saraf bermielin (Mayes, 1999).
Lipid merupakan senyawa organik bersifat nonpolar yang tidak dapat larut
senyawa polar. Oleh karena plasma darah merupakan senyawa polar, maka lipid
harus berikatan dengan protein membentuk lipoprotein terlebih dahulu untuk
dapat diangkut dalam plasma darah (Murray et al., 2003). Kadar lipid dalam darah
dapat diukur dengan mengecek profil lipid darah. Profil lipid meliputi keadaan
kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida. Apabila kadar kolesterol total,
LDL, dan trigliserida melebihi batas normal sedangkan kadar HDL dibawah batas
normal, maka kelainan ini disebut hiperlipidemia. Hiperlipidemia biasanya
dihubungkan dengan penyakit aterosklerosis yang berakibat pada penyakit jantung
koroner (PJK) (Silbernagl dan Lang, 2006).
Penelitian akhir-akhir ini menyatakan bahwa aterosklerosis berhubungan
dengan infeksi gigi. Infeksi gigi dapat menimbulkan inflamasi terhadap pulpa
yang disebut pulpitis. Pulpitis merupakan suatu peradangan di dalam jaringan
pulpa yang bisa disebabkan oleh infeksi bakteri maupun oleh stimulus lain. Tetapi
kebanyakan fenomena pulpitis terjadi karena adanya karies gigi dimana bakteri
ataupun produknya berinvasi ke dalam dentin dan jaringan pulpa (Burchard, 2009;
Rajendran dan Sivapathasundaram, 2009).
Karies gigi merupakan penyakit yang sangat menyebar luas di masyarakat.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga 2004, prevalensi karies gigi
di Indonesia adalah 90,05 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penderita karies
gigi di Indonesia sangat tinggi (Resti et al., 2008).
Bakteri utama penyebab karies gigi adalah Streptococcus mutans. Menurut
Vodjani (2003) dalam Purwanto (2010), bakteri S.mutans bisa berinvasi ke dalam
sirkulasi darah dengan mudah dikarenakan oleh lokasi dan perubahan kondisi
oral. Apabila karies yang terjadi sudah mencapai pulpa, maka akses bakteri ini
untuk masuk ke dalam sirkulasi darah menjadi lebih mudah lagi. Misalnya ketika
menyikat gigi dan mengunyah makanan, bakteri ini bisa terdorong masuk ke
dalam sirkulasi darah.
Beberapa peneliti membuktikan bahwa S.mutans bisa hidup pada dinding
pembuluh darah dan merupakan mikroba oral yang paling sering ditemukan dalam
darah. Konsentrasi S.mutans pada individu dengan kebersihan mulut yang buruk
bisa mencapai 10 kali lipat atau lebih dari kondisi bakterimia asimtomatik
(Vodjani, 2003). Penelitian menggunakan pemeriksaan mikroskop elektron
membuktikan bahwa S.mutans mampu menembus endotel (Stinson, 2003).
Beberapa peneliti juga menyatakan bakteri ini ditemukan pada plak aterosklerotik
serta katup jantung penderita (Nakano et al., 2006).
Ditemukannya S.mutans pada dinding pembuluh darah dan plak
aterosklerotik menimbulkan dugaan akan keterlibatannya dalam penyakit
kardiovaskuler (Chiu, 2001). Keberadaan S.mutans dalam katup jantung juga
berhubungan dengan endokarditis (Rovery et al., 2005). Sekitar 45-80% kasus
endokarditis berhubungan dengan S.viridans, termasuk juga S.mutans. Faktor-
faktor virulensi seperti eksopolisakarida, fibrinectin binding protein, dan platelet
aggregation association protein turut terlibat dalam kerusakan katup jantung ini
(Hann et al., 2007).
Bakteri S.mutans memiliki protease yang dapat menginduksi produksi dan
aktivasi matrix metalloproteinase (MMPs) monosit. Terdapat beberapa MMP
yang diproduksi oleh monosit. Salah satunya adalah MMP-9 yang dapat
mendegradasi kolagen tipe IV. Kolagen tipe IV merupakan kolagen yang terletak
paling luminal sehingga paling mudah berinteraksi dengan darah dan paling awal
menerima dampak dari invasi S.mutans. Lebih lanjut lagi, degradasi dari kolagen
dinding pembuluh darah tipe IV ini akan menginduksi agregasi platelet. Platelet
merupakan unsur utama pembentuk trombus yang berperan dalam terjadinya
trombosis. Ketika terjadi luka pada dinding pembuluh darah, platelet akan
membentuk trombus sebagai pertahanan awal tubuh untuk menutup dinding
pembuluh darah yang rusak. Apabila trombus terjadi di dalam pembuluh darah,
maka dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah tersebut
(Purwanto, 2010).
Fenomena di atas menghubungkan pulpitis dengan penyakit kardiovaskuler.
Akan tetapi masih banyak orang yang sulit untuk percaya bahwa pulpitis dapat
memicu terjadinya penyakit kardiovaskuler. Hal ini mungkin dikarenakan infeksi
dari gigi seringkali tidak memberikan gejala yang nyata (Demmer dan
Desvarieux, 2006). Banyak yang mengira bahwa infeksi gigi hanya merupakan
penyakit lokal dan tidak berhubungan dengan kesehatan tubuh secara umum.
Padahal dari penelitian-penelitian yang telah disebutkan di atas menunjukkan
adanya hubungan infeksi gigi dengan pernyakit kardiovaskuler.
Dari uraian-uraian sebelumnya telah ditunjukkan bahwa pulpitis
berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler. Namun apakah peran pulpitis
terhadap penyakit kardiovaskuler juga terkait dengan perubahan pada profil lipid
darah atau tidak, belum diketahui dengan jelas. Hal ini menimbulkan keinginan
peneliti untuk mengetahui peran pulpitis terhadap profil lipid darah meliputi kadar
kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida.