Anda di halaman 1dari 24

REVISI MAKALAH

PERIODESASI FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7

KELAS ( IK7) PAI 1

KURNIA SUCIATI (1810202032)

MAKHDAD ANUGRAH (1810202036)

MARISCA NURFADILLAH (1810202037)

DOSEN PENGAMPU:

SYARNUBI, M.Pd.I

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bias
menikmati indahnya alam cipataanNya. Sholawat dan salam tetaplah kita
curahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada
kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempunya dengan bahasa yang
sangat indah. Alhamdulillah saya sangat bersyukur karena telah menyelesaikan
makalah ini yang berjudul Periodesasi Filsafat Abad Pertengahan yang mana
menjadi tugas mata kuliah Filsafat Umum

Dalam Makalah ini kami akan mencoba untuk menjelaskan Masalah Periodesasi
Filsafat Abad Pertengahan

Palembang, 13-Desember-2018

Penyusun

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3. Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1. Sejarah Filsafat Abad Pertengahan ................................................................ 3
2.2. Ciri Filsafat Abad Pertengahan ....................................................................... 4
2.3. Periode-periode pada abad pertengahan ........................................................ 5
A. Periode Skolastik Islam ........................................................................................ 5
1. Periode Kalam Pertama....................................................................................... 8
2. Periode Filsafat Pertama ..................................................................................... 9
3. Periode Kalam Kedua ......................................................................................... 9
4. Periode Filsafat Kedua ...................................................................................... 10
5. Periode Kebangkitan ......................................................................................... 11
B. Periode Skolastik Kristen ................................................................................... 11
C. Skolastik Thomas Aquinas ................................................................................. 17
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 19
3.2 Saran ...................................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang sering terkait, baik secara
substansial maupun hisfories karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan
filsafat. Filsafat merupakan paduan dari Bahasa Arab yaitu “falsafah” dan Bahasa
Inggris “philosophy”. Kata Filsafat sendiri berasal dari Bahasa Yunani
“Philosophia”, yakni gabungan dari kata “philos” yang artinya cinta, dan
“sophos” berarti kebijaksanaan, dengan kata lain filsafat adalah cinta pada
kebijaksanaan,kearifan atau pengetahuan (wisdom). Secara etimologi filsafah
berarti cinta kepada kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan (love of wisdom).
Filsafat abad pertengahan lazim disebut abad filsafat skolastik. Kata
tersebut diambil dari kata schuler yang berarti ajaran atau sekolahan. Yang
meliputi mata pelajaran gramatika, geometria, arithmatika, astronomia, musikal
dan dialektika (logika). Belakangan kata skolastik menjadi istilah bagi filsafat
pada abad 9-15 yang mempunyai corak khusus yaitu filsafat yang dipengaruhi
agama.
Secara historis, khazanah pemikiran filsafat Yunani pernah mencapai
kejayaan dan hasil yang gemilang dengan melahirkan peradaban Yunani yang
merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Peradaban Yunani terus
menyebar ke berbagai bangsa diantaranya adalah bangsa Romawi yang
merupakan kerajaan terbesar di daratan Eropa pada saat itu. Setelah filsafat
Yunani sampai kedaratan Eropa, disana mendapatkan lahan baru dalam
pertumbuhannya. Karena bersamaan dengan nama Kristen, sehingga membentuk
suatu formulasi baru. Maka muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya
penjelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen.
Pada masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (sekitar lima
abad) belum memunculkan ahli pikir ( filosuf ), akan tetapi setelah abad ke-6
masehi, baru muncul ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi,
filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat barat abad pertengahan.

1
Filsafat barat abad pertengahan (476-1492 M) juga dapat dikatakan
sebagai abad gelap. Berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu tindakan
gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Manusia tidak lagi memiliki
kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli
pikir saat itu juga tidak mempunyai kebebasan berpikir. Apalagi terdapat
pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan agama ajaran gereja. Siapa pun
orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja
melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap
agama. Karena itu, kajian terhadap agama (teologi) yang tidak berdasarkan
ketentuan gereja akan mendapatkan larangan ketat. Yang berhak mengadakan
penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Kendati demikian, ada juga
yang melanggar peraturan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan
kemudian diadakan pengejaran ( inkuisisi ).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah sejarah filsafat pada abad pertengahan ?
2. Apakah ciri filsafat pada abad pertengahan ?
3. Bagaimana periode pada abad pertengahan ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah filsafat pada abad pertengahan.
2. Untuk mengetahui ciri filsafat pada abad pertengahan.
3. Untuk mengetahui periode pada abad pertengahan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Filsafat Abad Pertengahan

Sejarah filsafat Abad Pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai
awal abad ke-17. Para sejarawan umumnya menentukan tahun 476, yakni masa
berakhirnya Kerajaan Romawi Barat yang berpusat di kota Roma dan munculnya
Kerajaan Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel (sekarang Istambul),
sebagai data awal zaman Abad Pertengahan dan tahun 1492 (penemuan benua
Amerika oleh Columbus) sebagai data akhirnya.
Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya
dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau
pemikiran pada Abad Pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen.
Artinya, pemikiran filsafat Abad Pertengahan didominasi oleh agama.
Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan
abad sebelumnya. Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama
kristen pada permulaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap
kepercayaan agama. Zaman pertengahan adalah zaman keemasan bagi
kekristenan. Disinilah yang menjadi persoalannya, karena agama kristen itu

3
mengajarkan bahwa wahyu tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Hal ini
berbeda dengan pandangan yunani kuno mengatakan bahwa kebenaran dapat di
capai oleh kemampuan akal.1
2.2. Ciri Filsafat Abad Pertengahan
Filsafat Abad Pertengahan dicirikan dengan adanya hubungan erat antara
agama Kristen dan filsafat. Dilihat secara menyeluruh, filsafat Abad Pertengahan
memang merupakan filsafat Kristiani. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
filsafat abad pertengahan adalah suatu filsafat agama dengan agama kristiani
sebagai basisnya.
Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa
wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan
pandangan yunani kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh
kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua, yaitu:
1. Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran
Yunani merupakan pemikiran orang kafir karena tidak mengakui wahyu.
2. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu
ciptaan Tuhan maka kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang
datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang
sejati. Oleh karena itu, akal dapat dibantu oleh wahyu.
Untuk mengetahui corak pemikiran filsafat abad pertengahan, perlu
dipahami karakteristrik dan ciri khas pemikiran filsafatnya. Beberapa
karakteristrik yang perlu dimengerti adalah :
1. Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja
2. Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles
3. Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus
Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang
penuh dengan upaya mengiringi manusia ke dalam kehidupan sistem kepercayaan
yang picik dan fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta.

1
Jalaludin. Filsafat pendidikan islam dari zaman ke zaman.(Jakarta:PT Raja Grapindo
Prasada,2017).Hlm.66-70.

4
Karena iru perkembangan ilmu pengetahuan terhambat. Masa ini penuh dengan
dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah hidup yang
saleh. Namun, di sisi lain, dominisi gereja ini tanpa memikirkan martabat dan
kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan dan cita-cita
untuk menentukan masa depannya sendiri.
2.3. Periode-periode pada abad pertengahan
Secara garis besar, filsafat abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua
periode yaitu Periode Skolastik Islam dan Periode Skolastik Kristen.
KARAKTERISTIK
PRIODE TOKOH PEMIKIRAN PEMIKIRAN
Skolastik Islam Hasbullah istilah Istilah yang sering dipakai
Bakry skolastik adalah ilmu kalam atau
Islam jarang filsafat Islam. Kedua ilmu
dipakai dalam tersebut dalam
khazanah pembahasannya
pemikiran dipisahkan
Islam

A. Periode Skolastik Islam


Kendati Islam sudah dikenal dunia sejak awal abad VII Masehi namun
filsafat di kalangan umum Muslim baru dimulai pada awal abad VII. Ini
disebabkan karena pada abad pertama perkembangan Islam tidak terdapat paham
atau „isme‟ selain wahyu. Di kalangan kaum Muslim filsafat dianggap
berkembang dengan baik mulai abad IX Masehi hingga abad XII. Keberadaan
filsafat pada masa ini juga menandai masa kegemilangan dunia Islam, yaitu
selama masa Daulah Abbasiyah di Baghdad (750-1258) dan Daulah Amawiyah
(755-7492).
Menurut Hasbullah Bakry, istilah skolastik Islam jarang dipakai dalam
khazanah pemikiran Islam. Istilah yang sering dipakai adalah ilmu kalam atau
filsafat Islam. Kedua ilmu tersebut dalam pembahasannya dipisahkan. Periode
skolastik Islam dapat dibagi ke dalam empat masa:

5
4 masa priode skolastik islam
TOKOH PRIODE PEMIKIRAN KARAKTERISTIK
PEMIKIRAN
Wasil bin Atha Kalam jawaban atas a. Keesaan Tuhan (al-
pertama tantangan yang tauhid)
timbul berupa paham b. Kebebasan
mengenai masalah kehendak (al-
Tuhan dan hubungan iradah)
manusia dengan c. Keadilan Tuhan
Tuhan, yaitu paham (al-„adalah)
tasybih d. Posisi tengah (al-
(antropomorphisme), manzilah bain al-
jabariyah manzilatain)
(determinisme) dan e. Amar ma‟ruf nahi
khawarij (paham munkar (al-amr bi
teokratik) al-ma‟ruf wa al
nahy „an al-
munkar)

a. Al-Kindi Kalam perhatian terhadap Mengtamakan pemikiran


(806-873 M) pertama filsafat Yunani filsafat Yunani terutama
b. Al-Razi terutama filsafat filsafat Aristoteles
(865-925 M) Aristoteles
c. Al-Farabi
(870-950 M)
d. Ibn Sina
(980-1037
M)

6
a. Al-Asy’ari Kalam kedua Aliran dan
(873-957 M) pahamnya disebut
Asy‟ariyah. Di
samping Asy‟ariyah
b. Al-Ghazali juga Al-Matudiri Sikapnya terhadap
(1065-1111 Tahafut al- filsafat dan filsuf tercermin
M) Falasifah (kerancuan dalam bukunya Tahafut al-
Para Filsuf).2 Falasifah (kerancuan Para
Filsuf).3

a. Ibnu Bajjah Filsafat filsafat Aristoteles mereka mengadakan


(1100-1138 kedua adalah benar, Plato perpaduan dan sinkretisme
M), di Barat dan Al Quran adalah antara agama dan filsafat.
dikenal benar,
dengan
Avempace.
b. Ibnu
Thufail (m
1185M), di
Barat
dikenal
Abubacer
c. Ibnu Rusyd
(1126-

2
Laili mutmainah.. Problem dalam filsafat. Jurnal Filsafat.ISSN: 0853-1870.Vol 27 No.2.
Hlm.45-50.
3
Laili mutmainah.. Problem dalam filsafat. Jurnal Filsafat.ISSN: 0853-1870.Vol 27 No.2.
Hlm.45-50.

7
1198M), di
Barat
dikenal
Averroce

Jamaluddin-Al- kebangkitan Renaissans Islam. Periode ini dimulai dengan


Afghani, adanya kesadaran dan
Muhammad kebangkitan kembali dunia
Abduh, Rasyid Islam setelah mengalami
Ridha, Muhammad kemerosotan alam pikiran
Iqbal, sejak abad XV hingga
abad XIX.

1. Periode Kalam Pertama


Periode ini ditandai dengan munculnya kelompok mutakallimin/aliran dalam ilmu
kalam yakni :
a. Khawarij
b. Murjiah
c. Qadariyah

8
d. Jabariyah
e. Mu‟tazilah
f. Ahli Sunnah.4
Dalam kaitannya dengan filsafat, aliran yang paling menonjol adalah
Mu‟tazilah yang dimotori oleh Wasil bin Atha dan dianggap sebagai rasionalisme
Islam. Timbulnya aliran ini antara lain sebagai jawaban atas tantangan yang
timbul berupa paham mengenai masalah Tuhan dan hubungan manusia dengan
Tuhan, yaitu paham tasybih (antropomorphisme), jabariyah (determinisme) dan
khawarij (paham teokratik). Mu‟tazilah memberi jawaban dengan konsep dan
ajarannya yaitu :

a. Keesaan Tuhan (al-tauhid)


b. Kebebasan kehendak (al-iradah)
c. Keadilan Tuhan (al-„adalah)
d. Posisi tengah (al-manzilah bain al-manzilatain)
e. Amar ma‟ruf nahi munkar (al-amr bi al-ma‟ruf wa al nahy „an al-munkar)

2. Periode Filsafat Pertama


Periode ini ditandai dengan munculnya ilmuwan dan ahli-ahli dalam
berbagai bidang yang menaruh perhatian terhadap filsafat Yunani terutama filsafat
Aristoteles. Periode filsafat Islam pertama adalah periode munculnya filsuf-filsuf
Muslim di wilayah Timur, masing-masing adalah :
a. Al-Kindi (806-873 M)
b. Al-Razi (865-925 M)
c. Al-Farabi (870-950 M)
d. Ibn Sina (980-1037 M)

3. Periode Kalam Kedua

4
Musnur heri. Studi hermenuitik. Tadrib: Jurnal pendidikan agama islam.ISSN: 2477-
5436.Vol3 No1. Hlm 207-217.

9
Periode ini ditandai dengan tampilnya tokoh kalam penting dan besar
pengaruhnya terhadap perkembangan ilmu kalam berikutnya, mereka antara lain:
a. Al-Asy‟ari (873-957 M)
Semula ia adalah penganut Mu‟tazilah, tetapi karena tidak puas dengan
keterangan-keterangan yang diberikan oleh gurunya Al-Juba‟i, akhirnya ia keluar
dari Mu‟tazilah. Aliran dan pahamnya disebut Asy‟ariyah. Di samping Asy‟ariyah
juga Al-Matudiri.

b. Al-Ghazali (1065-1111 M)
Ia adalah sosok Muslim yang berpengaruh besar terhadap dunia Islam. Ia
bergelar “hujjatul Islam” (benteng Islam). Semula ia adalah seorang
mutakaliimun, namun karena kemudian ia tidak menemukan kepuasan dengan
metode-metode pemikiran kalam, ia beralih ke lapangan filsafat. Namun di filsafat
ia juga tidak menemukan kepuasan dan akhirnya beralih ke lapangan tasawuf. Di
bidang terakhir inilah ia menemukan sesuatu yang dicarinya. Sikapnya terhadap
filsafat dan filsuf tercermin dalam bukunya Tahafut al-Falasifah (kerancuan Para
Filsuf).5

4. Periode Filsafat Kedua


Periode ini ditandai dengan tampilnya sarjana dan ahli dalam berbagai
bidang yang juga meminati filsafat. Mereka hidup dalam masa Daulah Amawiyah
di Spanyol (Eropa) pada saat Eropa sedang dalam masa kegelapan. Dengan
tampilnya para filsuf Muslim di Eropa ini, ilmu dan peradaban tumbuh
berkembang dan terus meningkat. Mereka adalah :
a. Ibnu Bajjah (1100-1138 M), di Barat dikenal dengan Avempace.
b. Ibnu Thufail (m 1185M), di Barat dikenal Abubacer
c. Ibnu Rusyd (1126-1198M), di Barat dikenal Averroce

5
Laili mutmainah.. Problem dalam filsafat. Jurnal Filsafat.ISSN: 0853-1870.Vol 27 No.2.
Hlm.45-50.

10
Perlu dicatat di sini bahwa pada masa ini Ibnu Rusyd menunjukkan sikap
pembelaannya terhadap filsafat dan para filsuf atas serangan-serangan Al Ghazali.
Ia berusaha meng-counter pendapat Al-Ghazali dalam buku Tahafut Al-Falasifat
dengan bukunya yang berjudul Tahafut al-tahafut (kerancuan kitab Tahafut).
Sampai pertengahan abad ke-12 orang Barat belum mengenal filsafat Aristoteles
secara keseluruhan. Skolastik Islamlah yang membawakan perkembangan filsafat
di Barat. Berkat tulisan para ahli pikir Islam, terutama Ibnu Rusyd, orang Barat itu
mengenal Aristoteles. Para ahli pikir Islam (periode Skolastik Islam) ini adalah
Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Rusyd dan lainnya. Peran
mereka besar sekali, tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja tetapi juga
memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa dalam bidang ilmu
pengetahuan. Para ahli pikir Islam sebagian menganggap bahwa filsafat
Aristoteles adalah benar, Plato dan Al Quran adalah benar, mereka mengadakan
perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat. Banyak buku filsafat dan
sejenisnya mengenai peranan para ahli pikir Islam atas kemajuan dan peradaban
Barat yang sengaja disembunyikan disebabkan mereka (barat) tidak mengakui
secara terus terang jasa para ahli pikir Islam dalam mengantarkan kemodernan
Barat.

5. Periode Kebangkitan
Periode ini dimulai dengan adanya kesadaran dan kebangkitan kembali
dunia Islam setelah mengalami kemerosotan alam pikiran sejak abad XV hingga
abad XIX. Oleh karenanya, periode ini disebut juga sebagai Renaissans Islam. Di
antara tokoh yang berpengaruh pada periode ini adalah Jamaluddin-Al-Afghani,
Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Muhammad Iqbal, dan masih banyak lagi.

B. Periode Skolastik Kristen


Periode Skolastik Kristen dalam sejarah perkembangannya dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu masa skolastik awal, masa skolastik keemasan, dan masa
skolastik akhir.

11
Priode Skolastik Kristen
MASA TOKOH PEMIKIRAN KARAKTERISTIK
PEMIKIRAN
Skolastik Anselmus (1033- Credo Ut In orang yang
Awal 1109 M) Telligram” (saya mempunyai
percaya supaya kepercayaan agama
mengerti) akan lebih mengerti
segala sesuatunya:
Tuhan, manusia dan
dunia. Jadi baginya
agamalah yang
diutamakan dalam
filsafatnya, tetapi
tidak mengingkari
kemampuan rasio.

Skolastik Albertus Magnus buku Summa menghilangka


Keemasan dan Thomas Theologiae n unsur-unsur atau
Aquinas selipan dari Ibnu
Rusyd, dengan
menerjemahkan
langsung dari bahasa
Latinnya. Upaya
Thomas Aquinas ini
sangat berhasil
dengan ditandai
terbitnya, dan ini
sekaligus telah
membuktikan bahwa
ajaran Aristoteles

12
telah
mendapatkan
kemenangan dan
sangat mempengaruhi
seluruh
perkembangan
skolastik.

Skolastik Nicolaus Cusanus sintesis yang lebih Menurutnya


Akhir (1401-1404 M). luas. terdapat tiga cara
untuk mengenal yaitu:
lewat indra, akal dan
intuisi. Dengan akal
kita akan
mendapatkan
pengetahuan tentang
benda-benda berjasad,
yang sifatnya tidak
sempurna. Dalam
instuisi, kita akan
mendapatkan
pengetahuan yang
lebih tinggi. Hanya
dengan intuisi inilah
kita akan dapat
mempersatukan apa
yang oleh akal tidak
dapat dipersatukan.

13
1. Masa Skolastik Awal (Abad 9-12 M)
Masa ini merupakan kebangkitan pemikiran abad pertengahan setelah
terjadi kemerosotan. Kemerosotan pemikiran filsafat pada masa pra-Yunani
disebabkan kuatnya dominasi golongan gereja. Mulanya skolastik timbul pertama
kalinya di Biara Italia Selatan dan akhirnya berpengaruh ke daerah-daerah lain.
Pada masa itu persoalan pemikiran yang paling menonjol adalah hubungan antara
rasio dengan wahyu (agama).6
Menurut Anselmus (1033-1109 M), rasio dapat dihubungkan atau
digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan. Hubungan antara
rasio dengan agama ini dirumuskannya dengan “Credo Ut In Telligram” (saya
percaya supaya mengerti). Maksudnya adalah bahwa orang yang mempunyai
kepercayaan agama akan lebih mengerti segala sesuatunya: Tuhan, manusia dan
dunia. Jadi baginya agamalah yang diutamakan dalam filsafatnya, tetapi tidak
mengingkari kemampuan rasio.
Soal kedua mengenai universalia. Universalia adalah pengertian umum seperti
kemanusiaan, kebaikan, keindahan dan sebagainya. Yang dipersoalkan adalah
universalia itu terdapat pada hal/barangnya sendiri ataukah hanya sekedar nama
buatan pikiran belaka yang tidak riil pada barang atau bendanya?
Terhadap persoalan ini, ada tiga pendapat:
a) Ultra-realisme.
Pendapat ini mengatakan bahwa universalia adalah perkara-perkara atau
esensi-esensi yang benar-benar ada, lepas dari penggambaran dalam pikiran.
Misalnya kemanusiaan memang merupakan sesuatu yang riil. Tokoh terkenal
yang menganut realisme ialah Gulielmus dari Campeaux (1007-1120 M)
b) Normalisme.
Normalisme berpendapat bahwa universalia hanyalah nama atau bunyi
saja (flatus voice) dan tidak ada dalam realitas.Tokoh terkenal dalam aliran ini
ialah Rossoellinus dari Compeige (150-1120 M)
c) Moderato Realisme.

6
Hanafi. Filsafat Skolastik. (Jakarta: Alhusna maina,1983)hlm67

14
Menyikapi perbedaan dua aliran diatas, moderato realisme mengambil
jalan tengah dengan menyatakan bahwa universalia yang nyata tidak ada pada
dirinya sendiri. Yang ada hanyalah ide tentang universalia yang ada pada pikiran
manusia. Tetapi gambaran atau ide ini ada dasarnya yang objektif, artinya di luar
pikiran, yaitu pada kemiripan yang nyata dari satuan-satuan suatu golongan.
Tokoh-tokoh aliran ini ialah Thomas Aquinas dan Petrus Abaelardus (1079-1180
M).7
Petrus Abaelardus dilahirkan di La Pallet, Prancis. Ia mempunyai
kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga sering kali
bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Menurutnya iman harus
didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat
diterima oleh akal. Berbeda dengan Anselmus, yang mengatakan bahwa berpikir
harus sejalan dengan iman, Abaelardus memberikan alasan bahwa berpikir itu di
luar iman (di luar kepercayaan). Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang
berdiri sendiri.
2. Masa Skolastik Keemasan
Masa ini merupakan masa kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun
1200-1300 M. Pada masa ini karya non-Kristiani mulai muncul dan filsuf Islam
mulai berpengaruh. Masa ini juga disebut masa berbunga disebabkan bersamaan
dengan munculnya beberapa universitas dan ordo-ordo yang menyelenggarakan
pendidikan ilmu pengetahuan.
Secara umum ada beberapa faktor yang menjadikan masa skolastik mencapai
keemasan, yaitu:
a. Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12
hingga pada abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
b. Tahun 1200 M didirikan Universitas Almamater di Prancis. Almamater
inilah sebagai embrio berdirinya universitas di Paris Oxford, Montpellier,
Cambridge, dan lain-lainnya.

7
Surajiyo.Ilmu Filsafat Suatu Pengantar.(Jakarta: Bumi Aksara,2005)hlm88

15
c. Beridirnya ordo-ordo karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu
pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan
suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap
keruhanian saat kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peranan di bidang filsafat
dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus,
William Ocham.

Pada mulanya hanya filsuf yang membawa dan meneruskan ajaran


Aristoteles. Namun, upaya ini kemudian mendapatkan perlawanan dari
Augustinus disebabkan adanya anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang mulai
dikenal pada abad ke-12 telah diolah dan tercema oleh filsuf Arab (Islam). Ini
dianggap membahayakan ajaran Kristen.
Untuk menghindari pencemaran tersebut, maka Albertus Magnus dan
Thomas Aquinas sengaja menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari Ibnu
Rusyd, dengan menerjemahkan langsung dari bahasa Latinnya. Upaya Thomas
Aquinas ini sangat berhasil dengan ditandai terbitnya buku Summa Theologiae,
dan ini sekaligus telah membuktikan bahwa ajaran Aristoteles telah mendapatkan
kemenangan dan sangat mempengaruhi seluruh perkembangan skolastik.
3. Masa Skolastik Akhir
Masa skolastik akhir ditandai dengan kemalasan berfikir filsafat sehingga
menyebabkan stagnansi pemikiran filsafat skolastik Kristen. Meskipun demikian,
masih muncul tokoh yang terkenal pada masa ini, yaitu Nicolaus Cusanus (1401-
1404 M). Menurutnya Allah adalah objek sentral bagi intuisi manusia. Dalam diri
Allah semua hal yang berlawanan mencapai kesatuan. Allah melampaui semua
perlawanan yang dijumpai pada taraf keberadaan yang berhingga. Semua mahluk
berhingga berasal dari Allah Sang Pencipta, dan segalanya akan kembali pula
kepada-Nya. Di sini filsafat Nicolaus bercorak teologis, yang menandai pemikiran
filsafat abad pertengahan. Akan tetapi, keaktifannya dalam ilmu pengetahuan
eksperimental sudah menunjukkan diri sebagai modern. Oleh karena itu Nicolaus
Cusanus dapat dipandang sebagai mata rantai yang menghubungkan abad
pertengahan dengan abad modern.

16
Ia adalah pemikir pengujung masa skolastik. Menurutnya terdapat tiga
cara untuk mengenal yaitu: lewat indra, akal dan intuisi. Dengan akal kita akan
mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak
sempurna. Dalam instuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi.
Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal
tidak dapat dipersatukan.
Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada kenyataan di mana segala
sesuatu menjadi larut, yakni Tuhan. Pemikiran Nicolaus ini dianggap sebagai
upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan ke suatu sintesis yang
lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan dan pemikirannya ini tersirat
suatu pemikiran para humanis.
C. Skolastik Thomas Aquinas
TOKOH PEMIKIRAN KARAKTERISTIK
PEMIKIRAN
Thomas multivolume summa contra Adapun target ajaran summa
Aquinas gentiles (sebuah rangkuman contra gentile adalah
melawan orang kafir) sedangkan kecenderungan naturalistik
summa theological (rangkuman yang dilihatnya dengan jelas
teologi) terdapat filsuf-filsuf arab
tertentu.

Puncak tradisi pemikiran skolastisisme adalah masa Thomas Aquinas. Ia


adalah seorang pendeta dominikan gereja katolik. Karya filsafatnya yang
terpenting adalah multivolume summa contra gentiles (sebuah rangkuman
melawan orang kafir) sedangkan summa theological (rangkuman teologi) menjadi
karya teologinya yang disajikan secara sistematis yang dipersembahkan bagi
orang-orang yang ingin menjadi biarawan dan pendeta. Karya tersebut menjadi
rangkuman definitif filsafat Katolik.
Adapun target ajaran summa contra gentile adalah kecenderungan
naturalistik yang dilihatnya dengan jelas terdapat filsuf-filsuf arab tertentu. Disini
Thomas Aquinas memberikan beberapa premis kepada para naturalis sekaligus ia

17
bermaksud menunjukkan bahwa iman kristen didasarkan pada akal budi dan
hukum yang melekat pada alam bersifat rasional.
Sebagai murid Albertus Agung, Thomas Aquinas berusaha mengikuti
gurunya yang memadukan dinamika pemikiran di Yunani, Arab, dan Yahudi
dengan melakukan sintesis dan mengambil manfaat dari banyak karya pada
pemikiran sebelumnya, termasuk Ibnu Sina dan Maimonider. Dengan karyanya ia
ingin menunjukkan bahwa akal budi dengan filsafatnya adalah cocok bagi ajaran
kristen. Tidak ada pertentangan antara rasio, akal budi dengan wahyu Tuhan.
Dalam banyak hal Thomas Aquinas lebih dipengaruhi oleh filsafat
Aristoteles, ia menganggap sang filsuf sebenarnya adalah Aristoteles. Karenanya
ia memberi tempat khusus atas pemikirannya Aristoteles dalam tradisi kristen
dengan memberi penghargaan yang relatif tinggi terhadap dunia alamiah dan
pengetahuan manusia. Bahkan, Thomas Aquinas tidak hanya menyajikan dunia
alamiah sebagai hal yang nyata dan dapat diketahui, tetapi juga sebagai suatu
refleksi hukum Tuhan. Metafisika bagi Thomas Aquinas mengarah pada
pengetahuan atas Tuhan. Akal budi harus digunakan untuk memikirkan hakikat
kehidupan dunia dan alam semesta. Dengan begitu, tidak salah kalau Thomas
Aquinas lebih dikenal sebagai pemikir empiris ketimbang idealis.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat abad pertengahan lazim disebut abad filsafat skolastik. Kata
tersebut diambil dari kata schuler yang berarti ajaran atau sekolahan. Yang
meliputi mata pelajaran gramatika, geometria, arithmatika, astronomia, musikal
dan dialektika (logika). Belakangan kata skolastik menjadi istilah bagi filsafat
pada abad 9-15 yang mempunyai corak khusus yaitu filsafat yang dipengaruhi
agama.
Zaman pertengahan ialah zaman dimana Filsafat Abad Pertengahan
dicirikan dengan adanya hubungan erat antara agama Kristen dan filsafat. Abad
pertengahan memiliki sebutan lain misalnya abad kegelapan, jaman ini yang
semuanya menggambarkan corak pemikiran filsafat dan keilmuan yang dibentuk
sesuai dengan perkembangan peradaban Kristen.
Secara garis besar, filsafat abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua
periode yaitu Periode Skolastik Islam dan Periode Skolastik Kristen.
Para ahli fikir Islam (Scholastik Islam) yaitu Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu
Sina, Al-Gazali, Ibnu Rusyd dan lain-lain. Mereka itulah yang memberi
sumbangan sangat besar bagi para filosof eropa yang menganggap bahwa filsafat
Aristoteles, Plato, dan Al-Quran adalah benar. Namun dalam kenyataannya
bangsa eropa tidak mengakui atas peranan ahli fikir Islam yang mengantarkan
kemodernan bangsa barat.
Periode Skolastik Kristen dalam sejarah perkembangannya dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu masa skolastik awal, masa skolastik keemasan, dan masa
skolastik akhir. Masa skolastik awal ditandai dengan kebangkitan pemikiran abad
pertengahan setelah terjadi kemerosotan disebabkan kuatnya dominasi golongan
gereja. Masa skolastik keemasan ditandai dengan munculnya karya non-Kristiani
dan filsuf Islam mulai berpengaruh. Masa ini juga disebut masa berbunga
disebabkan bersamaan dengan munculnya beberapa universitas dan ordo-ordo
yang menyelenggarakan pendidikan ilmu pengetahuan. Pada masa skolastik
keemasan ajaran Aristoteles mendapatkan kemenangan dan sangat mempengaruhi

19
seluruh perkembangan skolastik, ditandai dengan upaya Thomas Aquinas
memurnikan ajaran Arsitoteles melalui bukunya “Summa Theologiae”. Masa
skolastik akhir ditandai dengan kemalasan berfikir filsafat sehingga menyebabkan
stagnansi pemikiran filsafat skolastik Kristen.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan
serta saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan karya-karya
berikutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ali Maksum.2010. Pengantar Filsafat. Jogjakarta: Ar Ruzz Media


Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius
Rizal Mustansyir. 2009. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara
Hanafi. 1983. Filsafat Skolastik. Jakarta: Alhusna maina
Laili mutmainah.2017. Problem dalam filsafat. Jurnal Filsafat.ISSN: 0853-
1870.Vol 27 No.2. Hlm.45-50.
Musnur, Heri. 2017. Study hermeneuitik filosofis.Tadrib:Jurnal pendidikan agama
islam. ISSN:2477-5436.Vol3 No 1.Hlm 207-212.
Jalaludin.2017. Filsafat Pendidikan Islam Dari Zaman ke Zaman.Jakarta:PT Raja
Grapindo Prasada.

21

Anda mungkin juga menyukai