Anda di halaman 1dari 7

Pneumatik dan Hidrolik I Elektro Pneumatik

VI. ELEKTRO PNEUMATIK

Elektro pneumatik merupakan gabungan antara rangkaian elektrik dan rangkaian


pneumatik. Terintegrasinya teknologi pneumatik dan elektrik merupakan bagian
terpenting dalam pengembangan dengan skala besar pada otomasi industri.

6.1. Sensor
Sensor merupakan sinyal input yang akan ditindak lanjuti oleh prosesor yang
selanjutnya diteruskan ke elemen kontrol akhir untuk menentukan gerakan aktuator
yang dikehendaki.
Macam-macam sensor :
1. Sensor dengan kontak (fisik), contoh sensor dengan rol
2. Sensor tanpa kontak
a. Kapasitif : untuk semua benda
b. Induktif : khusus untuk logam
c. Optik : untuk benda yang terang
d. Magnetik : khusus untuk logam

A B C D
Gambar 6.1 simbol sensor : A (kapasitif), B (induktif), C (optik), D (magnetik)

Sensor dengan kontak Sensor tanpa kontak

Gambar 6.2 Sensor

22
Pneumatik dan Hidrolik I Elektro Pneumatik

6.2. Kontaktor
Kontak-kontak dapat dibuat sebagai pasangan tunggal (single contactor) atau
kumpulan beberapa kontak (multi contactor).

single contactor multi contactor


Gambar 6.3 Kontaktor

Elemen-elemen dasar kontaktor adalah :


a. kontak normal terbuka (NO) : dalam kondisi awal tidak ada sinyal pada
keluarannya
b. kontak normal tertutup (NC) : dalam kondisi awal terdapat sinyal pada
keluarannya
c. kontak posisi pilihan (change over) : kombinasi antara kontak normal terbuka
dan normal tertutu

6.3. Relay
Relay digunakan sebagai pemroses dari elemen-elemen kontrol akhir dan seperti
saklar bisa terdiri dari pasangan kontak yang sederhana atau sejumlah besar dari
kontak normal terbuka, kontak normal tertutup, atau kontak change over.
Fungsi relay antara lain untuk :
1. memperbanyak kontak
2. mengunci rangkaian (latching)

23
Pneumatik dan Hidrolik I Elektro Pneumatik

Gambar 6.4 Relay

6.4. Solenoid
Solenoid adalah peralatan listrik yang mengubah energi listrik menjadi gaya
elektromekanik. Solenoid bekerja berdasarkan prinsip dasar Elektromagnet, apabila
konduktor (kabel tembaga) dibentuk menjadi lilitan (koil) dan arus listrik mengalir melalui
konduktor, maka akan terjadi electromotive force (EMF). Dua bagian utama solenoid
adalah kumparan magnet stasioner dan inti magnet yang menyatu dengan plunyer yang
dapat bergerak bebas secara linier oleh karena gaya elektromekanik di dalam kumparan
magnet. Solenoid bekerja jika kumparan magnetnya diberi catu tegangan nominal
sehingga plunyer bergerak membuka atau menutup katup saluran sirkulasi udara atau
likuid, pada katup dari sistem pneumatik atau hidrolik.

Gambar 6.5 Prinsip kerja Solenoid

6.5. Katup dengan Penggerak Solenoid


Katup dengan penggerak solenoid dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu katup
dengan solenoid tunggal dan katup dengan solenoid ganda.

24
Pneumatik dan Hidrolik I Elektro Pneumatik

6.5.1 Katup 5/2 solenoid tunggal

Katub 5/2 mempunyai fungsi yang hampir sama dengan katup 4/2, Perbedaannya
jika katup 5/2 memiliki 2 saluran buang sedangkan katup 4/2 hanya 1 saluran buang.
Pada saat kondisi netral, pegas menekan seal berdiameter besar pada pegas, sehingga
menutup aliran udara dari 1 menuju 4, dan menghubungkan 4 menuju 5, dan saluran
buang 3 tertutup. Kerja solenoid menggerakkan armature (inti) dan membuka
pengendali lintasan udara.

Gambar 6.6 Katup 5/2 solenoid tunggal

Pengendali udara menggunakan tekanan pada solenoid ke sisi kanan katup


piston, pada gerakan balik mengembalikan solenoid pada posisi semula , menyebabkan
:

1. saluran buang udara 2 menuju 3


2. saluran buang 5 tertutup
3. udara mengalir dari 1 menuju 4

6.5.2. Katup 5/2 solenoid ganda

Pada katup dengan solenoid ganda, pegas penekan balik digantikan oleh
solenoid kedua. Berbeda pada katup dengan pegas balik, katup dengan solenoid ganda
hanya membutuhkan aplikasi sinyal yang hanya sebentar, dan katup akan berada pada
posisi tersebut sampai ada aplikasi sinyal yang baru, karena hal tersebut maka katup ini
sering dinamakan dengan katup memori.

25
Pneumatik dan Hidrolik I Elektro Pneumatik

6.6. Konverter Pneumatik Elektrik (PE Converter)


Konveter ini mengindra tekanan udara dan membandingkan dengan nilai yang
telah di preset pada katup tersebut. Ketika batas preset tercapai maka keluaran akan
mengeluarkan sinyal. Sinyal keluaran tadi dapat digunakan sebagai input dari gerakan
berikutnya

Gambar 6.7 Konverter Pneumatik Elektrik beserta simbolnya

6.7. Rangkaian Elektro Pneumatik


Dalam menggambar rangkaian elektro pneumatik dapat dibuat dalam 2 bagian, yaitu
rangkaian pneumatik dan rangkaian elektrik seperti contoh berikut.

+24V 1 2

3
1
4 2 S1
S1
4
2
5 3
1 2 1 3
2
S2 S2
Y2
Y1
1 3 2 4
1 3

Y1 Y2

0V

Gambar 6.8. Rangkaian elektro pneumatik

26
Pneumatik dan Hidrolik I Elektro Pneumatik

Untuk mengatasi adanya sinyal konflik, maka dapat menggunakan relay yang dipasang
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Input selalu dipasang seri dengan relay , selanjutnya di latching dengan
kontaktor yang ada pada relay tersebut
b. Relay berikutnya dapat ON bila relay sebelumnya sudah ON
c. Bial relay terakhir ON, maka relay pertama harus OFF
Untuk lebih jelasnya dapat melihat rangkaian berikut ini.

K1 K2 Kn
Input 1 Input 2 Input n

Kn K1 K (n-1)

K1 K2 Kn

Gambar 6.9. Rangkaian relay pada sinyal konflik

Rangkaian diatas (gambar 6.9) merupakan rangkaian prosesornya, sedang rangkaian


aktuatornya sesuai dengan urutan gerak yang ada

Contoh Soal
Gambarkan rangkaian elektro pneumatik untuk silinder kerja tunggal yang digerakkan
dengan katup solenoid, dimana silinder akan bergerak maju bila tombol start ditekan dan
akan bergerak mundur bila tombol start dilepas serta silinder sudah mencapai langkah
maksimum

27
Pneumatik dan Hidrolik I Elektro Pneumatik

Jawaban :
+24V 1 2 3

A1 3 3
3
S1 K1
K1
4 4
4
2
1
Y1 A1
1 3 Y1
2
A1
K1
0V
A2

2
3

28

Anda mungkin juga menyukai