Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ketika nabi Muhammad SAW lahir (570 M). Terjadi perubahan yang
sangat signifikan dalam masyarakat Arab. Bukan hanya dalam hal ekonomi dan
sosial, namun juga dalam hal sikap dan perilaku yang jauh lebih baik dari
sebelumnya. Perubahan ini adalah salah satu pengaruh dari risalah yang dibawa
oleh nabi Muhammad yaitu al-Qur’an dan Hadits.
Biasanya, dalam membicarakan al-Qur`an selalu ada kaitannya dengan isi
kandungan ayat, serta penafsirannya melalui berbagai kitab tafsir. Dalam makalah
ini, kami membahas mengenai ahli kitab dalam al-Qur`an Surat Alu ‘Imran ayat
113 – 115. Ahli Kitab secara etimologi berasal dari dua suku kata yaitu kata Ahli
yang merupakan serapan dari bahasa Arab dan kitab. Kata ahl adalah bentuk kata
benda (isim) dari kata kerja fi’il yaitu kata ahila-yahalu-ahlan. Al-Ahl yang
bermakna juga famili, keluarga, kerabat. Adapun kata Kitab atau al-Kitab maka
sudah masyhur di Indonesia yaitu bermakna buku, dalam makna yang lebih
khusus yaitu kitab suci. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
ahlul kitab adalah ahli yaitu orang-orang yang berpegang kepada kitab suci selain
al-Qur’an.
Dalam makalah ini, kami akan membahas secara lengkap mengenai ayat
dan terjemahnya, tafsir perkata, hingga penjelasan tafsir dari berbagai kitab tafsir,
sehingga tidak menutup kemungkinan jika ada penafsiran yang berbeda dari
beberapa kitab tafsir tersebut.

1| Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:


113-115
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penulisan ayat dan terjemah Q.S. Alu ‘Imran: 113 – 115?
2. Bagaimana tafsir perkata Q.S. Alu ‘Imran: 113 – 115?
3. Bagaimana pembahasan Q.S. Alu ‘Imran: 113 – 115 dalam berbagai kitab
tafsir?
4. Bagaimana Asbabun Nuzul Q.S. Alu ‘Imran: 113 – 115?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui penulisan ayat dan terjemah Q.S. Alu ‘Imran: 113 – 115
2. Untuk mengetahui tafsir perkata Q.S. Alu ‘Imran: 113 – 115
3. Untuk mengetahui pembahasan Q.S. Alu ‘Imran: 113 – 115 dalam
berbagai kitab tafsir
4. Untuk mengetahui Asbabun Nuzul Q.S. Alu ‘Imran: 113 – 115.

2| Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:


113-115
BAB II
PEMBAHASAN

A. AYAT DAN TERJEMAH Q.S. ALU ‘IMRAN: 113 – 115


        
       
     
      
         
   
[113] Mereka itu tidak sama; di antara ahli kitab itu ada golongan yang
Berlaku lurus(1), mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam
hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). [114] Mereka beriman kepada
Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah
dari yang Munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan;
mereka itu Termasuk orang-orang yang saleh. [115] Dan apa saja kebajikan yang
mereka kerjakan, Maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menenerima pahala)
nya; dan Allah Maha mengetahui orang-orang yang bertakwa.
(1)
Yakni: golongan ahli kitab yang telah memeluk agama Islam.

B. TAFSIR PERKATA Q.S. ALU ‘IMRAN: 113 – 115


Tafsir perkata Q.S. Alu ‘Imran: 113 – 115 ini kami kutip dari Syaamil al-
Qur`an Terjemah Tafsir Per Kata1:
 : (mereka semua)  : kepada kebajikan
tidaklah
 : sama  : dan mereka mencegah
  : diantara Ahli   : dari (yang) mungkar
1
Tim Sygma Publishing (Penyusun Metode Lafziyah). Syaamil al-Qur`an Terjemah Tafsir Per
Kata. 2010. Bandung: Sygma Creative Media Corp dan Syaamil Quran. h. 64.
3| Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:
113-115
 Kitab
  : (ada) umat  : dan mereka bersegera
(yang) teguh
 : mereka membaca  : dalam kebaikan –
kebaikan

  : ayat – ayat Allah  : dan mereka itu
(adalah)
  : (pada) tengah  : termasuk orang –
malam orang saleh

 : dan mereka  : dan apa yang mereka
perbuat

 : mereka bersujud   : dari suatu kebaikan
 : mereka beriman  : maka mereka tidak
akan dihilangkan

(pahalanya)
 : kepada Allah  : dan Allah
 : dan hari Kiamat  : Maha Mengetahui


 : dan mereka  : terhadap orang –
menyuruh orang bertakwa

C. PEMBAHASAN Q.S. ALU ‘IMRAN: 113 – 115 DALAM BERBAGAI KITAB


TAFSIR
Berikut tafsir perkata menurut kitab Tafsir Jalalain Jilid 1:
(Mereka itu tidaklah) maksudnya Ahli-ahli kitab (sama) atau serupa
(Diantara ahli kitab ada golongan yang bersikap lurus) jujur dan teh berdiri di
atas kebenaran seperti Abdullah bin Salam r.a. dan sahabat – sahabatnya -
(mereka membaca ayat – ayat Allah di saat – saat malam hari sedangkan mereka
bersujud) maksudnya salat, menjadi “hal”. (Mereka beriman kepada Allah dan
hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari
yang Mungkar dan bersegera kepada mengerjakan berbagai kebajikan; mereka
itu) yaitu seperti yang dilukiskan tadi (Termasuk orang-orang yang saleh).
Diantara mereka ada pula yang tidak seperti demikian. (Dan apa saja kebajikan

4| Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:


113-115
yang mereka kerjakan) yang dikerjakan umat yang lurus tadi –dengan “ya”- atau
yang kamu kerjakan, wahai umat –dengan “ta”- (Maka sekali-kali mereka tidak
akan tertutup) menurut dua versi tadi artinya tidaklah akan terhalang untuk
mendapatkan pahalanya, tetapi akan diberi balasannya; (dan Allah Maha
mengetahui orang-orang yang bertakwa).2
Kosakata yang dapat kita bahas pada ulasan kali ini adalah ungkapan ini
terdiri dari dua kata. Yaitu kata Ummah dan kata Qa`imah. Ummah antara lain
dapat ditafsirkan sebagai suatu golongan atau sekelompok manusia. Sedangkan
kata Qa`imah berarti “yang lurus” pada agama Allah. Yaitu mereka yang
melaksanakan kewajiban agama yang menjadi amanah bagi mereka dengan
ikhlas. Penegasan tentang adanya sekelompok orang dari ahli kitab yang lurus dan
ikhlas melaksanakan ajaran agama Allah adalah untuk menjelaskan bahwa tidak
semua ahli kitab memiliki watak, karakter, dan sifat – sifat yang buruk serta
membangkang kepada Islam. Tidak pantas jika ahli kitab disamaratakan sebagai
orang yang buruk dan menentang Islam, tetapi ada Orang-orang tertentu yang
menerima dan memeluk Islam. Banyak ahli kitab yang saat ini serius mempelajari
Islam dan masuk ke dalamnya tanpa ada paksaan dari siapapun. Merekalah yang
layak disebut sebagai ummah qa`imah.3
Munasabah. Pada ayat – ayat yang telah lalu sudah dijelaskan sifat – sifat
dan perbuatan – perbuatan buruk. Ahli kitab (Yahudi) dan pembalasan yang akan
ditimpakan kepada mereka, pada ayat ini dijelaskan bahwa tidak semua perbuatan
ahli kitab itu buruk, tetapi ada diantara mereka yang mempunyai sifat-sifat buruk.
Berikut ini Tafsir menurut Kemenag RI mengenai Q.S. Alu ‘Imran: 113 –
115:
(113) Orang Yahudi adalah suatu kaum yang mempunyai sifat-sifat dan
perbuatan buruk, antara lain mereka kafir kepada ayat-ayat Allah, membunuh para
nabi tanpa alasan yang benar, tetapi mereka semua tidak sama. Ada diantara

2
Imam Jalaludin al-Mahalli dan Imam Jalaludin as-Suyuti (Translator: Bahrun Abubakar, L.C)..
Terjemahan Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul. 2011. Bandung: Sinar Baru Algesindo. h. 252 –
253.
3
Perpustakaan Nasional RI: Katalog dalam Terbitan (KDT). Al-Qur’an dan Tafsirnya. (Tafsir
Kemenag RI). 2011. Jakarta: Widya Cahaya. h. 23.
5| Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:
113-115
mereka yang beriman, sekalipun kebanyakan diantaranya adalah orang-orang
fasik.
Abdullah bin Salam, Sa’labah bin Said, Usaid bin ‘Ubaid dan kawan-
kawannya adalah orang Yahudi dari ahli kitab yang menegakkan kebenaran dan
keadilan, tidak menganiaya orang, memeluk Islam dan tidak melanggar perintah
Allah.
Mereka membaca ayat-ayat al-Qur`an dengan tekun dan penuh perhatian
pada waktu malam yang diawali terbenamnya matahari dan diakhiri terbitnya
fajar, ketika orang tidur nyenyak, dan mereka sujud mengadakan hubungan
langsung dengan Allat Swt.
(114) Mereka beriman kepada Allah da kepada hari akhirat dengan iman
yang sungguh-sungguh dan tidak tercampur dengan kemunafikan. Beriman
kepada Allaah berarti iman juga terhadap yang wajib dipercayai, mencakup rukun
iman.
Beriman kepada hari akhirat berarti menjauhi segala macam maksiat,
karena yakin apabila mereka bermaksiat didunia maka hukumannya di azab di
hari kemudian dan mereka mengadakan kebajikan karena mengharapkan pahala
dan keridhaan Allah.
(115) Orang-orang Yahudi yang masih fasik senantiasa melakukan
provokasi kepada teman-temannya yang telah masuk Islam. Bahwa mereka rugi
dengan imannya itu.
Sebagai jawaban dan bantahan atas perbuatan buruk mereka, ditegaskan
bahwa kebajikan apa saja yang telah dikerjakan mereka yang telah beriman,
mereka tetap akan memperoleh pahala dari amal perbuatannya dan tidak ada
penghalang untuk menerimanya.4
Inilah lukisan yang terang bagi orang-orang beriman dari kalangan ahli
kitab. Mereka telah beriman dengan iman yang benar dan mendalam, sempurna
dan menyeluruh, bergabung kepada barisan muslim, dan berusaha menjaga agama
ini. Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir. Mereka melaksanakan tugas
iman, dan mereka wujudkan identitas umat Islam yang mereka bergabung sebagai

4
Ibid,. h. 24-25.
6| Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:
113-115
khairu ummah- dengan melaksanakan amar ma’ruf nahi Munkar. Jiwa mereka
senang dengan kebaikan secara menyeluruh.
Inilah lukisan yang dipajang dihadapan orang-orang yang membutuhkan
kesaksian dan janji ini. Agar dapat mewujudkan pada setiap orang yang
merindukan cahayanya yang terang cemerlang dalam cakrawala yang menyinari.
Hal itu pada satu sisi dan pada sisi yang lain terdapat orang-orang kafir
yang tak akan bermanfaat harta dan anak-anaknya. Karena tak ada hunbungan
dengan garis kebajikan yang mantap dan lurus. Kebajikan dan iman yang
digambarkan secara jelas. Kalau tidak begitu, kebajikan hanyalah keinginan sesaat
yang tidak stabil, kecenderungan yang diombang-ambingkan hawa nafsu, tidak
punya rujukan dengan dasar yang jelas, tidak mudah dimengerti dan dipahami,
dan tidak merujuk pada manhaj yang sempurna dan lengkap serta lurus.5
Pada ayat yang terdahulu telah diterangkan bahawa ahli Kitab yang
memusuhi umat Islam tidak akan mendatangkan kemudharatan terhadap umat
Islam, yang mampu mereka lakukan hanyalah sekedar mencela yang tidak sampai
ke tahap melumpuhkan kekuatan dan 'menghabisi' umat Islam. Selanjutnya
diterangkan pula bahwa segolongan ahli Kitab tidak seperti yang telah disebutkan,
bahkan sebaliknya; mereka itu senantiasa membaca ayat-ayat Al-Quran, shalat,
beriman kepada Allah dan hari Akhirat, melakukan amr ma'ruf nahy mungkar, dan
bersegera melakukan berbagai kebaikan, Allah berfirman: Mereka itu tidak sama;
di antara ahli kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-
ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud
(shalat).
Dalam tafsir Online dari Dr. Musthafa Umar, Lc. MA yaitu tafsir al-
Ma’rifah dibahas secara lengkap mengenai tafsir al-Qur’an Surat Alu ‘Imran.
Berikut kutipan tafsir ayat 113-115:
(113) Dipermulaan ayat disebutkan bahwa ahli Kitab itu tidak sama
(laysuu sawaa'aa), maksudnya bahwa mereka itu tidak semuanya sama; yaitu
semuanya sama-sama dalam kekufuran dan permusuhan dengan umat Islam,

5
Sayyid Quthb. Tafsir fi zhilalil Qur`an di bawah naungan al-Qur`an jilid 2. (Judul Asli: Sayyid
Quthb. Tafsir fi Zhilalil Qur`an. 2004. Beirut: Darusy-Syuruq). Penerjemah: As`ad Yasin dkk.
2001. Jakarta: Gema Insani. h. 132
7| Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:
113-115
tetapi ada diantara mereka itu yang beriman dan beramal shaleh; Allah menyebut
mereka itu sebagai umat yang lurus (qaa'imah); yaitu golongan yang ta'at kepada
Allah dan Rasul-Nya. Sebahagian besar ulama tafsir berpendapat bahwa mereka
itu adalah orang-orang yang memeluk agama Islam dan membuktikan keislaman
mereka dengan ikhlas dan sungguh-sungguh, seperti Abdullah bin Salam, Asad
bin 'Ubaid dan lain-lain. Selanjutnya Allah menerangkan tentang sifat-sifat ahli
Kitab yang terpuji tersebut; yaitu mereka sangat dekat dan khusyuk dengan ayat-
ayat Allah, tidak hanya untuk mendapatkan pahala bacaan tetapi juga untuk
mendapatkan petunjuk dan bimbingan dalam kehidupan.
Perkataan “beberapa waktu di malam hari” menjelaskan bahwa mereka
sangat menikmati ayatayat Al-Quran, dan membacanya di malam hari
memberikan kesan yang sangat mendalam di dalam hati dan jiwa, Allah
berfirman:
        
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk
khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan”. (Q.S. Al-Muzzammil : 6)
Allah juga menerangkan bahwa mereka di malam hari tidak hanya
membaca ayat-ayat Al-Quran tetapi juga mengerjakan shalat. Di dalam ayat ini
mereka disebutkan sebagai orang yang bersujud untuk menjelaskan bahwa mereka
sangat merendahkan diri ketika beribadah kepada Allah, dan penggunaan kata
kerja bentuk sekarang dan akan datang (fi'il mudhari') di dalam ayat ini
memberikan isyarat bahwa mereka senantiasa membaca ayat-ayat AlQuran dan
senantiasa mengerjakan shalat, bahkan kedua-duanya mereka lakukan sekaligus;
yaitu dengan membaca Al-Quran di dalam shalat. Senantiasa beribadah kepada
Allah merupakan sifat yang terpuji dan makna ini juga dikandungi oleh perkataan
“qaa'imah” yang bisa bermaksud 'istiqaamah'; yaitu tidak berubah dalam
beribadah, artinya tetap dalam kesungguhan sepanjang waktu dan dalam keadaan
bagaimanapun.
Pada ayat selanjutnya dijelaskan pula tentang sifat-sifat terpuji yang
berikutnya, Allah berfirman : “Mereka beriman kepada Allah dan hari Akhirat,
mereka menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan

8| Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:


113-115
bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebaikan; mereka itu termasuk orang-
orang yang saleh.
(114) Ayat ini menjelaskan tentang keimanan Ahli Kitab kepada Allah dan
hari Akhirat; maknanya mereka memastikan bahwa apapun yang mereka lakukan
adalah sebagai bukti keimanan kepada Allah dan sebagai mengharapkan balasan
kebaikan di hari Akhirat kelak.
Dunia bagi mereka adalah sebagai tempat untuk beramal dan sampai
masanya mereka akan tinggalkan dunia yang fana ini. Tujuan hidup mereka
adalah Akhirat yang kekal dan abadi; dan itulah yang membuat mereka menjadi
hamba-hamba yang terpuji. Ayat ini juga menjelaskan tentang perjuangan mereka
memperbaiki keadaan masyarakat; yaitu dengan amar ma'ruf nahi munkar.
Perkara ini telah disebutkan pada ayat yang ke-109,
          
 
Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada
Allahlah dikembalikan segala urusan.
yaitu yang menjadikan suatu umat itu sebagai umat yang terbaik. Mereka
bukanlah orang-orang yang baik dan tidak peduli dengan orang lain; mereka
adalah orang-orang yang baik dan memperbaiki orang lain. Kemudian juga
disebutkan bahwa mereka adalah orang-orang yang bersegera melakukan berbagai
kebaikan, maknanya cepat dan banyak dalam melakukan kebaikan. Atau dengan
perkataan lain, kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan adalah berkwalitas dan
berkwantitas. Dan di penghujung ayat disebutkan pula bahwa mereka adalah
orang-orang yang shaleh dengan makna yang sebenarnya; yaitu orang yang berada
di atas fitrah yang suci dan tidak mengotorinya dengan kehendak hawa nafsu yang
tercela.
Pada ayat berikutnya diterangkan pula bahwa mereka adalah orang-orang
yang bertakwa dan apapun yang mereka lakukan dari suatu kebaikan maka
mereka akan mendapatkan balasannya, Allah berfirman : “Dan apa saja kebaikan
yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menenerima
pahala) nya; dan Allah Maha mengetahui orang-orang yang bertakwa”.

9| Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:


113-115
(115) Ayat ini menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang akan
berpuas hati nantinya karena setiap amalan yang dilakukan tidak menjadi sia-sia,
dan lebih berpuas hati lagi karena mereka dimasukkan kedalam golongan hamba-
hamba yang terpelihara dari segala kesusahan dan keburukan.
Perkataan “mereka tidak dihalangi menerima pahalanya” memberikan
penjelasan bahwa mereka akan bergembira karena setiap pahala yang telah
mereka kumpulkan akan mereka dapatkan kembali tanpa terkecuali. Demikianlah
pemberitahuan Allah tentang Ahli-Kitab yang urus; tidak disebutkan ahli Kitab
yang satu golongan lagi yang merupakan lawan dari golongan ini karena ia telah
dimaklumi dengan menyebutkan salah satu dari kedua golongan yang berlawanan
tersebut. Pemberitahuan dari Allah tentang ahli Kitab yang lurus ini supaya
menjadi contoh dan teladan bagi orang-orang yang menginginkan kebaikan yang
sejati dan abadi di dunia ini dan di Akhirat nanti.6
D. ASBABUN NUZUL Q.S. ALU ‘IMRAN: 113 – 115
Di dalam keluarga Bani Ubairiq terdapat seorang munafik bernama
Busyair yang tingkat sosial ekonominya sangat lemah. Dia tinggal serumah
dengan Bisyrin dan Mubasyir. Orang yang munafik itu pada suatu waktu pernah
mengubah syi’ir (puisi) yang isinya mencaci maki Rasulullah SAW dan para
sahabat, yang dia memutar balikkan fakta dengan mengatakan bahwa syi’ir itu
gubahan orang lain. Sementara makanan mereka orang-orang yang lemah
ekonomi adalah kurma dan sya’ir (sejenis kacang) yang didatangkan dari
Madinah. Sedangkan makanan pokok orang-orang yang mampu pada saat itu
adalah tepung terigu. Pada suatu waktu Rifa’ah bin Zaid – paman Qatadah –
membeli beberapa karung terigu yang kemudian disimpan digudang miliknya, di
mana di dalam gudang itu biasa untuk menyimpan alat perang, baju besi, pedang
dan lain-lain. Di tengah malam nan gelap gulita gudang tersebut dibongkar orang
dan seluruh isinya dicuri. Keesokan harinya Rifa’ah datang kepada Qatadah
seraya berkata: “Wahai anak saudaraku, semalam gudang kita dibongkar orang,
makanan yang ada dan seluruh senjata yang ada dicuri habis-habisan”. Kemudian
kaum muslimin mengadakan pengecekan dan penelitian. Ada yang mengatakan

6
Musthafa Umar. Tafsir al-Ma’rifah. Dikutip dari www.tafaqquhstreaming.com pada tanggal 5
November 2014 pukul 16.00 WIB.
10 | Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:
113-115
bahwa Labid bin Sahlin yang mencurinya. Padahal ia adalah orang yang telah
masyhur akan keimanannya. Kemudian Labid marah sekali karena merasa
dituduh. Ia berkata: “Kamu telah menuduh aku melakukan pencurian. Demi
Allah, pedangku akan ikut berbicara agar kau tahu kebenarannya”. Setelah diteliti
lebih lanjut ternyata pencurinya adalah Bani Ubairiq. Setelah itu Rifa’ah
menganjurkan Qatadah untuk menemui Rasul.
Ketika Bani Ubairiq mengetahui bahwa Nabi akan meneliti tentang kasus
itu. Mereka segera mendatangi saudaranya yang bernama Asir bin Urwah untuk
mengadukan permasalahan tersebut. Mereka mengadukan bahwa Qatadah
menuduh salah satu merekalah yang mencuri. Maka setelah itu saat Qatadah
menghadap Rasul, ia langsung ditegur. Maka setelah itu turun ayat ke 105:
       
       
105. dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai
dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka
Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,
Sebagai teguran untuk Rasul karena membela Bani Ubairiq yang ternyata
dalam posisi yang salah. Kemudian turun ayat ke 106-114:
       
      
        
         
         
           
      
        
       
        

11 | Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:


113-115
       
         
        
      
        
         
       
     
      
  
106. pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada
pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya
(kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? karena
itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu". 107. Adapun orang-orang yang
putih berseri mukanya, Maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka
kekal di dalamnya. 108. Itulah ayat-ayat Allah. Kami bacakan ayat-ayat itu
kepadamu dengan benar; dan Tiadalah Allah berkehendak untuk Menganiaya
hamba-hamba-Nya. 109. kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di
bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan. 110. kamu adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. 111. mereka sekali-kali
tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain dari gangguan-
gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu, pastilah mereka
berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). kemudian mereka tidak mendapat
pertolongan. 112. mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali
jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan
manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka

12 | Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:


113-115
diliputi kerendahan. yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat
Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu
disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.113. mereka itu tidak sama; di
antara ahli kitab itu ada golongan yang Berlaku lurus, mereka membaca ayat-
ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud
(sembahyang). 114. mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang Munkar dan bersegera
kepada (mengerjakan) berbagai kebajikan; mereka itu Termasuk orang-orang
yang saleh.
berkenaan dengan sabda Rasul kepada Qatadah bin Nu’man diatas.
Kemudian Rasul mengambil sendiri barang yang dicuri. Ternyata Busyair yang
menjadi pencurinya lari bergabung dengan kaum musyrikin dirumah Sullafah
binti Sa’ad. Sehubungan dengan itu, Allah menurunkan ayat ke 115-116:
        
       
        
     
115. dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, Maka sekali-kali
mereka tidak dihalangi (menenerima pahala) nya; dan Allah Maha mengetahui
orang-orang yang bertakwa.116. Sesungguhnya orang-orang yang kafir baik
harta mereka maupun anak-anak mereka, sekali-kali tidak dapat menolak azab
Allah dari mereka sedikitpun. dan mereka adalah penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya.
Sebagai teguran terhadap orang yang menggabungkan diri dengan kaum
musyrikin setelah telah jelas datangnya ajaran yang benar.
(Kisah ini berdasarkan H.R. Tirmidzi dan Hakim dari Qatadah bin
Nu’man. Menurut pendapat Imam Hakim hadis ini sahih menurut syarat Imam
Muslim)7

7
A. Mujab Mahali. Asbabun Nuzul, Studi Pendalaman al-Qur’an Surat al-Baqarah – an-Nas.
Ed.1 cet.1. 2002. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. h. 272-274.
13 | Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:
113-115
Dalam Tafsir Ibnu Katsir Juz 4, dibahas secara lengkap mengenai asbabun
nuzul Q.S. Alu ‘Imran ayat 113 sampai 115. Disini akan kami bahas pula hingga
ayat ke 117. Karena pembahasan tafsirnya tidak dapat dilepaskan hanya sampai
ayat 115 saja. Berikut pembahasannya:
Ibnu Abu Nujaih mengatakan bahwa Al-Hasan Ibnu Abu Yazid al-Ajali
meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud sehubungan dengan firmanNya:
....         

Mereka itu tidak sama; di antara ahli kitab itu ada golongan yang Berlaku
lurus... (Alu ‘Imran: 113)
Menurut dugaannya, Ahli Kitab tidak sama dengan umat Muhammad Saw.
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh as-Saddi. Pendapat ini diperkuat dengan
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad Ibnu Hambal di dalam kitab
Musnad-nya. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abun Nadr dan
Hasan Ibnu Musa; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Syaiban, dari Asim, dari Zur, dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. Mengakhirkan salat Isya, kemudian beliau keluar menuju masjid,
tiba-tiba beliau melihat orang-orang sedang menunggu salat (berjamaah), lalu
beliau bersabda:

‫ل َرههذهه َال س‬ ‫ه‬ ‫هه‬ ‫أرماَّ َإهنسه َلريَ ه‬


‫ساَّرعرة َغرميَيررككمم‬ ‫س َممن َأرمههل َرهذه َاملرمديراَّن َأررحدد َيرمذكككر َا ر‬
‫ر ك م ر‬
Ingatlah, sesungguhnya tidak ada seorangpun dari pemeluk agama ini
yang masih berzikir kepada Allah saat ini selain kalian.
Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa lalu turunlah ayat-ayat berikut, yaitu
mulai dari firman-Nya:
...       

Mereka itu tidak sama; diantara Ahli Kitab.... (Alu ‘Imran:113)


Sampai dengan firman-Nya:

    .....

..... Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa. (Alu ‘Imran
:115)

14 | Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:


113-115
Tetapi pendapat yang terkenal dikalangan kebanyakan ulama tafsir —
menurut apa yang dikatakan oleh Muhammad Ibnu Ishaq dan lain-lainnya yang
diriwayatkan oleh al-Aufi, dari Ibnu Abbas— ayat ini diturunkan berkenaan
dengan para rahib yang beriman dari kalangan Ahli Kitab, seperti Abdullah Ibnu
Salam, Asad Ibnu Ubaid, dan Sa’labah Ibnu Syu’bah serta lain-lainnya.
Dengan kata lain, tidaklah sama orang-orang yang disebutkan diatas dari
kalangan Ahli Kitab yang dicela dengan mereka dari kalangan Ahli Kitab yang
masuk Islam. Karena itulah maka dalam ayat ini disebutkan:
......    

Mereka tidak sama... (Alu ‘Imran: 113)


Artinya, semua Ahli Kitab itu tidaklah sama, bahkan sebagian dari mereka
ada yang mukmin (masuk Islam) dan ada pula yang jahat. Untuk itu disebut dalam
firman berikutnya:
...... ....    

...Diantara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus... (Alu
‘Imran:113)
Yakni menegakkan perintah Allah, taat kepada syariat-Nya, dan mengikuti
Nabi-Nya. Maka mereka adalah orang-orang yang berlaku lurus.
       
...Mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari,
sedangkan mereka juga bersujud. (shalat). (Alu ‘Imran: 113)
Yaitu melakukan ibadah di malam hari, banyak bertahajud dan membaca
al-Qur'an dalam shalat mereka.
     
      
  
Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh
kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan bersegera kepada
(mengerjakan) berbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.
(Alu ‘Imran:114)
15 | Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:
113-115
Mereka adalah orang-orang yang disebutkan di dalam akhir surat Alu
‘Imran ini melalui firman-Nya:
        

....      

Dan sesungguhnya diantara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada
Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada
mereka, sedangkan mereka berendah hati kepada Allah. (Alu ‘Imran: 199), hingga
akhir ayat.
Karena itulah dalam ayat ini disebutkan:
        
 
Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka
tidak dihalangi (menerima pahala)nya. (Alu ‘Imran: 115)
Artinya, pahala kebajikan yang mereka lakukan tidak akan hilang disisi
Allah, bahkan Allah akan memberikannya kepada mereka dengan balasan pahala
yang sangat berlimpah.

     ....

.....Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa. (Alu


‘Imran:115)
Yakni tiada suatu amalpun yang samar (tidakkelihatan) bagi-Nya, dan
tidak akan ada yang tersia-sia disisi-Nya pahala orang yang berbuat baik dalam
amalnya.
Selanjurnya Allah Swt. Menceritakan perihal orang-orang yang ingkar dari
kalangan kaum musyrik melalui firman-Nya:

        ...

....  

...Harta mereka maupun anak-anak mereka sekali-kali tidak dapat


menolak azab Allah dari mereka sedikitpun... (Alu ‘Imran:116)
16 | Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:
113-115
Yakni semuanya itu tidak dapat menolak pembalasan Allah maupun azab-
Nya dari diri mereka, jika Allah menghendaki hal tersebut terhadap mereka.

        ....

...Dan mereka adalah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya. (Alu


‘Imran :116)
Selanjutnya Allah Swt. Membuat suatu perumpamaan tentang apa yang
dinafkahkan oleh orang-orang kafir dalam kehidupan didunia ini. Demikianlah
menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid, al-Hasan, dan as-Saddi. Allah Swt.
berfirman:
        
...  

Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan dunia


ini adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat
dingin.... (Alu ‘Imran: 117)
Yang dimaksud dengan sirrun ialah dingin yang sangat. Demikianlah
menurut pendapat Ibnu Abbas, Ikrimah, Sa'id Ibnu Jubair, al-Hasan, Qatadah, ad-
Dahhak, ar-Rabi' Ibnu Anas, dan lain-lainnya. Sedangkan menurut Ata, sirrun
ialah dingin yang disertai dengan es (salju).

Disebut pula dari Ibnu Abbas dan Mujahid sehubungan dengan makna
firman-Nya:
... ... 

...yang mengandung panas yang sangat... (Alu ‘Imran:117)


Yakni api. Makna ini merujuk kepada makna yang pertama, karena
sesungguhnya cuaca yang sangat dingin—terlebih lagi dibarengi dengan salju—
dapat mematikan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, sama halnya dengan api
membakar sesuatu.
      
Yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu
merusaknya. (Alu ‘Imran:117)
17 | Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:
113-115
Yaitu membakarnya. Dengan kata lain, apabila hama menimpa kebun atau
sawah yang telah tiba masa petik dan panen, lalu hama tersebut merusak dan
menghancurkan semua buah-buahan atau tanaman yang ada padanya, sehingga
hasilnya tidak ada, padahal pemiliknya sangat memerlukannya. Demikian pula
halnya nasib orang-orangkafir; Allah menghapus pahala semua amal kebaikan
mereka ketika didunia hingga mereka tidak dapat memetik buahnya. Perihalnya
sama dengan lenyapnya buah-buahan dari lahan atau kebun tersebut karena dosa-
dosa yang dilakukan oleh pemiliknya. Demikianlah nasib yang akan mereka
alami, karena mereka membangun amal perbuatannya tanpa fondasi dan tiang
penyangga.8

       .....

...Allah tidak menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri


mereka sendiri.(Alu ‘Imran:117)

8
al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi. Tafsir Ibnu Katsir Juz 4 (Alu ‘Imran: 92 s.d.
an-Nisa: 23). tt: Sinar Baru Algesindo. h. 97-102.
18 | Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:
113-115
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Penulisan ayat dan terjemah Q. S. Alu ‘Imran ayat 113-115 yang benar
sesuai dengan satu redaksi tertentu akan memudahkan pemahaman kita
mengenai maknanya dan mencegah kesalahpahaman makna.
 Tafsir yang ditulis per kata dapat memberikan pemahaman kepada kita
lebih mendalam terhadap makna ayat secara lebih rinci tiap kata.
 Berbagai tafsir yang dimuat dalam pembahasan tafsir Q. S. Alu ‘Imran
ayat 113-115 memberikan pembahasan yang berbeda dengan alasan
masing-masing. Kita boleh cenderung setuju pada satu tafsir saja atau
semuanya sesuai pemahaman kita pribadi.
 Asbabun Nuzul Q. S. Alu ‘Imran ayat 113-115 memberikan pemahaman
kepada kita mengenai peristiwa apa yang melatarbelakangi turunnya
ayat tersebut. Asbabun Nuzul bisa saja lebih dari satu peristiwa. Bisa
karena perbedaan periwayatan, namun bisa saja memang asbabun
nuzulnya lebih dari satu.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita
khususnya dalam kajian Tafsir Q. S. Alu ‘Imran ayat 113-115. Penulis berharap
dengan makalah ini kita sebagai kaum muslim agar lebih giat lagi beribadah
kepada Allah SWT.

19 | Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:


113-115
DAFTAR PUSTAKA

Tim Sygma Publishing (Penyusun Metode Lafziyah). Syaamil al-Qur`an


Terjemah Tafsir Per Kata. 2010. Bandung: Sygma Creative Media Corp dan
Syaamil Quran.
al-Mahalli, Jalaludin dan Jalaludin as-Suyuti (Translator: Bahrun
Abubakar, L.C). Terjemahan Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul. 2011.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Perpustakaan Nasional RI: Katalog dalam Terbitan (KDT). Al-Qur’an dan
Tafsirnya. (Tafsir Kemenag RI). 2011. Jakarta: Widya Cahaya.
Quthb, Sayyid. Tafsir fi zhilalil Qur`an di bawah naungan al-Qur`an jilid
2. Penerjemah: As`ad Yasin dkk. (Judul Asli: Sayyid Quthb. Tafsir fi Zhilalil
Qur`an. 2004. Beirut: Darusy-Syuruq). 2001. Jakarta: Gema Insani.
Mahali, A. Mujab. Asbabun Nuzul, Studi Pendalaman al-Qur’an Surat al-
Baqarah – an-Nas. Ed.1 cet.1. 2002. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Katsir, Ibnu. Tafsir Ibnu Katsir Juz 4 (Alu ‘Imran: 92 s.d. an-Nisa: 23). tt:
Sinar Baru Algesindo.
Umar, Musthafa. Tafsir al-Ma’rifah. Dikutip dari
www.tafaqquhstreaming.com pada tanggal 5 November 2014 pukul 16.00 WIB.

20 | Tafsir Q.S. Alu ‘Imran:


113-115

Anda mungkin juga menyukai