OLEH KELOMPOK 8:
2017
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………….........................i
DAFTAR ISI …………………….….....................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 Latar belakang…............………………………….………........1
1.2 Rumusan masalah………………………….............................2
1.3 Tujuan....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum Tentang Hereditas, Lingkungan dan
Gabungan .................................................................................3
2.1. Hereditas.............................................................................3
2.2. Teori Keturunan...................................................................4
2.3. Lingkungan..........................................................................5
2.4. Teori tentang Lingkungan....................................................6
2.5. Teori Konvergensi ( Gabungan ).........................................7
BAB III PENUTUP............................................................................11
3.1. Kesimpulan................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA……………...................………………………….12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari hereditas dan teori hereditas?
2. Apa pengertian dari lingkungan dan teori lingkungan ?
3. Apa pengertian dari teori gabungan ?
1.3. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa itu hereditas dan teori hereditas.
2. Dapat mengetahui apa itu lingkungan dan teori lingkungan.
3. Dapat mengetahui apa itu teori gabungan .
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hereditas
a. Pengertian Keturunan (Pembawaan)
Keturunan memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan anak. Ia lahir ke dunia membawa berbagai
warisan yang berasal dari kedua orang tuanya (bapak-ibu) atau
kakek dan neneknya. Warisan (keturunan atau pembawaan) tersebut
yang terpenting, antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit,
intelegensi, bakat, sifat-sifat atau watak dan penyakit. Turunan yang
dibawa anak sejak dari kandungan sebagian besar berasal dari
kedua orang tuanya dan selebihnya berasal dari nenek dan
moyangnya dari kedua belah pihak (ibu dan ayahnya). Hal ini sesuai
dengan hukum Mendel yang dicetuskan oleh Gregor Mendel (1857)
setelah mengadakan percobaan mengawinkan berbagai macam
tanaman di kebunnya, antara lain sebagai berikut:
1) Apabila bunga ros merah dikawinkan dengan putih, hasil
bunganya ros yang berwarna merah jambu.
2) Apabila turunan tersebut (berwarna merah jambu) dikawinkan
pada sesamanya (sama-sama berwarna merah jambu),
3
maka hasilnya sebagai berikut:
a) 50 % berwarna merah jambu
b) 25 % berwarna merah
c) 25 % berwarna putih
Hukum di atas diyakini berlaku juga bagi manusia. Angka
prosentase tersebut mengandung arti warisan yang diterima anak
tidak selamanya berasal dari kedua orang tuanya, tetapi dapat juga
dari nenek moyang atau kakeknya. Misalnya seorang anak memiliki
sifat pemarah. Itu tidak dimiliki oleh ibu dan bapaknya, tetapi dari
kakeknya.
4
Chomsky kelahiran 1928, seorang ahli linguistik yang sangat terkenal
saat itu. Chomsky menganggap, bahwa perkembangan penguasaan
bahasa pada manusia tidak dapat dijelaskan semata-mata oleh
proses belajar, tetapi juga adalah biological predisposition
(kecenderungan biologis) yang dibawa sejak lahir.
2.3. Lingkungan
a. Pengertian Lingkungan
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh
dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat
tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam
sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. Menurut Sutari Imam
Barnadib, bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang ada
dikeliling individu. Menurut Zuhairini, bahwa lingkungan merupakan
salah satu faktor pendidikan yang ikut serta menentukan corak
pendidikan, yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap anak didik.
Lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan yang berupa
keadaan sekitar yang mempengaruhi pendidikan anak. Dengan
demikian, lingkungan adalah tempat di sekitar anak, baik lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
5
2.4 Teori tentang Lingkungan
Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran empirisme
(empiricism) dengan tokoh utama John Locke (1632-1704). Nama
asli aliran ini adalah The School of British Empiricism (aliran
empirisme Inggris). Namun, aliran ini lebih berpengaruh terhadap
para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran
filsafat bernama environmentalisme (aliran lingkungan) dan psikologi
bernama environmental psychology (psikologi lingkungan) yang
relatif masih baru. Doktrin aliran empirisme yang amat masyur
adalah tabula rasa sebuah istilah bahasa Latin yang berarti batu tulis
kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin
tabula rasa menekankan arti penting pada pengalaman, lingkungan,
dan pendidikan. Dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata
bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya,
sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada
pengaruhnya. Dalam hal ini, para penganut empirisme (bukan
empirisisme) mengganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa,
dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa.
Hendak menjadi apa seorang anak kelak bergantung pada
pengalaman/lingkungan yang mendidiknya. Faktor orang tua atau
keluarga terutama sifat dan keadaan mereka sangat menentukan
arah perkembangan masa depan para siswa yang mereka lahirkan.
Sifat orang tua (parental trail) yang dimaksudkan ialah gaya khas
dalam bersikap, memandang, memikirkan, dan memperlakukan
anak. Contoh: kelahiran bayi yang tidak dihendaki (misalnya akibat
pergaulan bebas) akan menimbulkan sikap dan perlakukan orang tua
6
yang bersifat menolak (parental rejection). Sebaliknya, sikap orang
tua yang terlalu melindungi anak juga dapat mengganggu
perkembangan anak. Perilaku memanjakan anak secara berlebihan
ini, menurut hasil penelitian Chazen, ternyata berhubungan erat
dengan penyimpangan perilaku dan ketidakmampuan sosial anak di
kemudian hari.
7
berupa kesempatan-kesempatan bagi individu, tergantung pula pada
keputusan individu apakah bersikap menerima, menolak, atau netral
terhadap kesempatan-kesempatan itu. Dengan demikian proses
perkembangan individu merupakan suatu interaksi antara faktor
bawaan, lingkungan dan penentuan diri individu yang bersangkutan.
Manusia adalah sebagai makhluk homo educundus, yaitu makhluk
yang dapat dididik. maka ia layak untuk mendapatkan didikan dari
lingkungan sekitarnya baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun
lingkungan masyarakat. Ia juga bertanggung jawab atas dirinya
sendiri yaitu dengan cara belajar. Sedang sebagai makhluk yang
dapat mendidik maka wajib atasnya untuk mendidik dan
mengajarkan apa yang telah dia dapat dari belajar tersebut walaupun
yang didapatkannya itu hanya sepotong kuku, artinya apa yang ia
dapatkan baru sedikit. Dalam aktivitas pendidikan itu ada beberapa
faktor pendidikan yang membentuk pola interaksi atau faktor yang
saling mempengaruhi, diantaranya yaitu: pendidik, peserta didik,
isi/bahan, cara/metode, situasi lingkungan dan tujuan pendidikan.
Keenam faktor pendidik tersebut saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Apabila salah satu saja dari keenam faktor tersebut
tidak terpenuhi maka hasil dari pendidikan tersebut tidak akan bisa
berhasil dengan baik. Oleh karena itu supaya tujuan pendidikan
dapat tercapai, maka keenam komponen itu harus saling
berhubungan dan bekerjasama dengan baik. Keluarga merupakan
lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan keluarga pertama-tama
anak mendapatkan pengarus sadar. Karena itu bentuk dan isi serta
cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi
8
tumbuh berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap
manusia. Pendidikan dalam keluarga inilah yang akan digunakan
oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di
sekolah. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan kedua, bertugas
mengembangkan potensi dan bakat anak didik agar mereka memiliki
kecerdasan dan keterampilan, yang kemudian diterapkan di tengah-
tengah masyarakat. Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan
ketiga merupakan tempat dimana seseorang menerapkan dan
mengembangkan potensinya. Dalam perkembangan anak didik,
selalu terjadi interaksi antara faktor ajar dan faktor dasar, faktor
indogen dan faktor eksogen, faktor-ekstern dan faktor intern serta
faktor lingkungan dan faktor pembawaan sebagaimana hukum
konvergensi.masing-masing pasangan tersebut saling
mempengaruhi. Akan tetapi dalam implementasinya ada yang
mengganggap bahwa yang lebih dominan itu adalah faktor dasar
(keturunan) atau pembawaan dari pada faktor lingkungan yaitu ahli-
ahli psikologi konstitusional. Ada pula yang menganggap bahwa
yang lebih berpengaruh dalam perkembangan anak adalah
lingkungan. Pendapat ini banyak sekali pengikutnya terutama dari
Inggris dan Amerika Serikat. Satu kenyataan bahwa perkembangan
pendidikan manusia memang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
pembawaan. Suatu contoh, pada IQ (kecerdasan) seseorang, anak
yang memiliki IQ tinggi disertai lingkungan yang sesuai, maka dalam
pendidikannya pun akan berhasil dengan baik. Sebaliknya, anak
yang berpembawaan IQ rendah biarpun lingkungan baik, tetap saja
9
akan terlihat perbedaanya terutama dalam hal pemikirannya. Dilihat
dari fungsinya, pembawaan dan lingkungan menurut Henry E. Garret
dalam Zakiah, mengatakan sebagai berikut :
“…it appears to be true that heredity determines what man can do,
environment what he does do within the limits imposed by heredity”
Maksudnya bahwa pembawaan dan lingkungan bukanlah hal yang
bertentangan melainkan saling membutuhkan. Pendidik yang
mempunyai tugas untuk mendidik dan mengarahkan anak didik
seharusnya mengetahui dan sadar akan potensi yang telah dibawa
oleh anak sejak lahir, sehingga dalam mengarahkan akan menjadi
lebih mudah. Akan tetapi dalam kenyataan, kebanyakan para
pendidik dalam mengasuh anak didik sering sekali mengabaikan
potensi yang ada pada anak didik, sehingga menghambat
perkembangan dan menjadikan matinya bakat yang telah dibawa
sejak lahir. Usaha-usaha tersebut di atas diharapkan dapat
membantu perkembangan potensi (pembawaan) yang telah ada
pada diri anak sejak anak itu dilahirkan demi tercapainya tujuan dan
keberhasilan pendidikan. Dengan demikian implikasi teori
konvergensi dalam pendidikan memberikan kemungkinan bagi
pendidik untuk dapat membantu perkembangan individu sesuai
dengan apa yang diharapkan, namun demikian pelaksanaan harus
tetap memperhatikan faktor-faktor hereditas peserta didik,
kematangan, bakat, kemampuan, keadaan mental dan sebagainya.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa keturunan
dan lingkungan sangat berpengaruh dalam perkembangan
seseorang. Karena pembawaan dan lingkungan bukanlah hal
yang bertentangan melainkan saling membutuhkan. Bahwa
faktor bawaan (endogen) dan lingkungan (eksogen) saling
berhubungan dalam perkembangan individu. Bakat individu yang
merupakan salah satu faktor bawaan akan menjadi actual atau
berkembang membutuhkan kesempatan untuk
mengaktualisasikan bakat tersebut. Untuk itu diperlukan
lingkungan yang baik dan mendukung perkembangan bakat
individu. Pembawaan dan lingkungan dianggap penting dalam
proses pendidikan, sebab keduanya adalah faktor yang
mempengaruhi berhasil tidaknya dalam pendidikan.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/24/jtptiain-gdl-s1-2006-
uswatunkha-1175-bab2_310-9.pdf
http://eprints.walisongo.ac.id/484/4/103111139_Bab3.pdf