Anda di halaman 1dari 6

Perubahan Pola Perilaku dan Ekonomi Sosial

PERUBAHAN POLA PERILAKU SOSIAL DAN EKONOMI BURUH TANI AKIBAT


INDUSTRIALISASI
Fathor Rahman
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial,Universitas Negeri Surabaya
caemfathor@yahoo.com
M. Arif Affandi, S.IP., M.Si.
Dosen S1. Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Perubahan pola perilaku sosial dan ekonomi masyarakat tidak terlepas atas adanya perkembangan teknologi.
Peran industrialisasi yang mulai tumbuh dan berkembang berimbas pada sektor pertanian pasca alih fungsi lahan
untuk di jadikan kawasan industrialisasi. Teori yang digunakan adalah teori Kalr Marx tentang tahapan
perubahan linier untuk melihat perubahan pola perilaku serta kajian suprastruktur dan infrastruktur untuk
melihat perubahan ekonomi masyarakat.Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Lokasi penelitian berada di Desa Wadung Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban. Subyek penelitian ini adalah
aparatur desa dan buruh tani di desa wadung. Teknik pengumpulan data dengan wawancara observasi dan
dokumentasi. Teknik analisis data yaitu dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi
data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat khususnya buruh tani di Desa Wadung
mengalami perubahan pola perilaku dan ekonomi. Perubahan pola perilaku dibuktikan dengan berkembangnya
pola pikir dan pola konsumsi. Sedangkan perubahan struktur ekonomi masyarakat ditunjukkan dengan
peningkatan jumlah tenaga kerja yang beralih ke sektor industri. Dengan demikian masyarakat Desa Wadung
masih pada tipologi masyarakat agraris menuju masyarakat indutrialis.
Kata Kunci: Perubahan sosial, Pola Perilaku, Ekonomi, dan Buruh Tani.

Abstract
Changing patterns of social and economic behavior of the community not apart of any technological
development. The role of industrialization that began to grow and develop the agricultural sector imposes post
over land to function in the area of industrialization. The theory is the theory of Marx about the stages of change
Kalr linear to see change behavior patterns as well as the study of superstructure and infrastructure to see
economic change society.This research uses descriptive qualitative research methods. Research location in the
village of Wadung sub-district of Jenu Tuban. The subject of this research is the village apparatus and peasants
in the village of wadung. Engineering data collection with interviews of observation and documentation. The
data analysis techniques of data collection, data presentation, data reduction and data verification. The result of
this research shows that the public, especially the peasants in the village of Wadung changing patterns of
behavior and the economy. Changing patterns of behavior is evidenced by the expansion of the mindset and
consumption patterns. While the change of the economic structure of society is demonstrated by the increasing
number of workers are turning to the industrial sector. Thus the villagers Wadung still on the typology of
agricultural societies to the community indutrialis.
Keywords: Social Change, Behavior, Economics, and the Peasants.

perusahaan berskala makro atau mikro dengan


PENDAHULUAN biaya dan nilai produksi tertinggi di Kabupaten
Industrialisasi yang mulai tumbuh dan berkembang Tuban. Persebaran perusahaan berada pada
mampu mendorong perubahan pola perilaku sosial beberapa desa di Kecamatan Jenu yang memiliki
dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Salah potensi lahan, bahan baku maupun sumberdaya
satu Kabupaten/kota yang sedang melakukan manusia (SDM). Desa Wadung sekarang ini
pengembangan pembangunan industrialisasi adalah menjadi target berbagai perusahan dalam
Kabupaten Tuban. Sejak tahun 2009 sampai pembangunannya karena letaknya strategis pada
dengan 2011 terjadi perubahan pada lapangan jaringan interaksi kawasan industri yang ada di
usaha utama di Kabupaten Tuban. “ Pada sektor Kecamatan Jenu.
pertanian terjadi penurunan pekerja sejumlah Berdasarkan data BPS menunjukkan angka
297.701 jiwa dalam range waktu 2010-2011, 611 jiwa masyarakat yang bermata pencaharian
sedangkan pada sektor industri dari tahun 2009 sebagai buruh tani. Berdasarkan angka tersebut
sampai tahun 2011 selalu mengalami peningkatan Desa Wadung menjadi urutan ke-3 setelah Desa
sebanyak 43.978 jiwa. Temaji dan Remen yang memiliki buruh tani
Kecamatan Jenu merupakan salah satu yang di terbanyak serta mulai berkembang menjadi
dalamnya terdapat kawasan industri baik kawasan industri. Desa Wadung memiliki empat

1
Paradigma. Volume02 Nomor01 Tahun 2014

industri makro yaitu PLTU, PT. Inti Kalsium, PT. tingkat dunia (Martono,2011:5). Lebih lanjut Ritzer
Drymix dan PT. Mitra Anugrah Sejahtera Abadi. mengungkapkan bahwa perubahan sosial mengacu
Kemudian keberadaan industri tersebut berdiri pada variasi hubungan antar individu, kelompok,
diatas lahan pertanian. Pembebasan lahan untuk organisasi, kultur dam masyarakat pada waktu
pendirian kawasan industri tersebut dimulai pada tertentu (Stzompka,2008:3).
tahun 2010 hingga tahun 2012. Status kepemilikan Karl Marx memiliki pandangan yang dikenal
tanah yang digunakan untuk pembangunan ketiga dengan konsep matrealisme historis. Implikasi
perusahaan tersebut milik pribadi masyarakat Desa pemikiran Marx menempatkan struktur ekonomi
Wadung sendiri bukan milik Perhutani. sebagai awal kegiatan manusia. Struktur ekonomi
Kondisi sosial ekonomi yang semakin melaju sebagai penggerak sistem sosial yang akan
cepat dalam perkembangannya semakin menyebabkan perubahan sosial, dimana lingkungan
mempersempit gerak dari kaum minoritas sebagai ekonomi menjadi dasar segala perilaku manusia.
masyarakat yang bermata pencaharian di sektor Marx melukiskan utopia tentang masyarakat
pertanian. Terlebih pada pola perilaku sosial dan komunis dan menyatakan bahwa tujuan akhir harus
ekonomi buruh tani miskin di Desa Wadung, dicapai melalui perjuangan emansipasi kelas
karena tidak memiliki lahan pertanian dan tertindas, memanfaatkan peluang yang disediakan
mengandalkan lahan orang lain. Kepemilikan lahan oleh pertumbuhan kekuatan produktif (teknologi)
yang kurang luas bahkan tidak memiliki lahan atau (Stzompka,2008:223).
hanya memiliki hak kelola lahan pertanian dari Menurut Marx, masyarakat ditandai sebagai
perhutani, menjadi dasar kurang mampunya sumber suatu infrastruktur dan suprastruktur. Infrastruktur
daya manusia khususnya buruh tani untuk dalam masyarakat berupa struktur ekonomi,
berkembang. Kondisi semakin menyempitnya sedangkan suprastruktur meliputi ideologi, hukum,
lahan pertanian berarti mempersempit pula peluang pemerintahan, keluarga dan agama. Struktur
buruh tani dalam meningkatkan pendapatannya. ekonomi merupakan landasan tempat membangun
Hal tersebut disebabkan kualitas buruh tani di Desa semua basis kekuatan lainnya, dengan demikian
Wadung berpendidikan rendah sehingga tidak perubahan cara produksi menyebabkan perubahan
mampu beralih pada sektor lain selain sektor seluruh hubungan sosial manusia. Proses produksi
pertanian. tersebut dilakukan dalam rangka perkembangan
Perubahan pola perilaku sosial dan ekonomi masyarakat industri dengan melibatkan 2 kelas
akibat keberadaan industrialisasi dirasakan yang saling bertentangan yaitu kelas borjuis dan
langsung oleh masyarakat khususnya para buruh proletar. Adanya pertentangan kelas atau
tani di Desa Wadung. Maka dengan demikian kontradiksi dapat menciptakan perubahan sosial.
peneliti ingin melihat perubahan pola perilaku Hasil kontradiksi yang di maksud adalah revolusi.
sosial dan ekonomi yang terjadi pada buruh tani Tahap-tahap perubahan sosial versi Marx,
akibat berkembangnya industrialisasi di Desa pertama yaitu dimulai dengan adanya masyarakat
Wadung Kecamatan Jenu kabupaten Tuban. primitif. Komunitas masyarakat primitif ini
merupakan suatu komunitas yang mengakui milik
KAJIAN TEORI pribadi sebagai milik komunitas dan pembagian
Perubahan fungsi lahan pertanian mendorong kerja yang sangat sedikit. Pada masa ini, tidak ada
adanya diferensiasi dikalangan masyarakat desa. kepemilikkan pribadi, kepemilikan pribadi juga
Semakin menyempitnya lahan pertanian sekaligus kepemilikan skomunitas. Kedua, struktur
mengakibatkan semakin merasuknya sistem sosial komunal purba. Dimana struktur komunitas
ekonomi uang serta meluasnya jaringan ini ditandai dengan bentuknya yang lebih besar
transportasi dan komunikasi, serta semakin daripada komunitas primitif, pembagian kerja yang
intensifnya kontak dengan luar desa. Maka dengan semakin tinggi, dan pemilikan pribadi sudah mulai
kata lain telah terjadi diferensiasi dalam struktur diakui. Ketiga,sistem feodal yang merupakan
mata pencaharian masyarakat desa, sehingga perkembangan lebih lanjutr dalam pembagian kerja
masyarakat tidak lagi bergantung pada sektor dan pola-pola kepemilikan kerja dan pola-pola
pertanian misalnya seperti perdagangan, industri kepemilikan kekayaan pribadi yang lebih ketat.
kecil, buruh pabrik dan sebagainya. Adanya Tahap ini akhirnya memberikan jalan bagi cara-
fenomena perubahan lahan pertanian ke sektor cara projus dan hubungan-hubungan sosial yang
industri semakin menguatkan laju perkembangan menyertainya. Keempat, tahap borjuis berupa
industrialisasi khususnya didaerah perdesaan. Hal perombakan kehidupan komunal dibawah ideologi-
tersebut kemudian memicu berbagai respon ideologi individualis dan berkurangnya hubungan
masyarakat sebagai bentuk perubahan baik pola yang manusiawi menjadi hubungan-hubungan
perilaku sosial maupun ekonominya. pemilikan. Kelima, tahap perkembangan kapitalis.
Lauer mengemukakan bahwa perubahan Pada tahap ini kelas buruh proletar memiliki
sosial dimaknai sebagai perubahan femonema hubungan dengan kelompok majikan atau borjuis
sosial diberbagai tingkat kehidupan manusia, mulai yang semata-mata sebagai seorang penjual tenaga
dari tingkat individu-individu sampai dengan kerja yang kegiatan produktinya digunakan untuk
Perubahan Pola Perilaku dan Ekonomi Sosial

menghasilkan produk-produk yang akan dijual industrialisasi tersebut. Selain itu pertimbangan lain
dalam sistem pasar yang bersifat impersonal. dalam memilih subyek yaitu peneliti memilih buruh
Keenam, tahap komunis merupakan tahap ketika tani karena buruh tani merupakan lapisan
pemilikan pribadi akan lenyap dan individu akan masyarakat lemah yang turut dirugikan atas
dapat berinteraksi dalam hubungan komunal, tidak keberadaan industri di Desa Wadung.
selalu berupaya hubungan yang bersifat ekonomis. Teknik pengumpulan data merupakan langkah
Aspek pembangian kerja yang menekan dan yang yang paling strategis dalam proses penelitian,
merendahkan martabat manusia akan diganti karena itu dalam proses penelitian seorang peneliti
dengan satu sistem yang m,emungkin individu harus dapat memilah dan terampil dalam
untuk mengembangkan sebesar-besar suatu bagian mengumpulkan data agar memperoleh data yang
kerja yang sempit. valid. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
Pada dasarnya perubahan berpengaruh cara wawancara, observasi dan dokumentasi.
terhadap pola perilaku sosial dan ekonomi Miles dan Huberman mengungkapkan bahwa
masyarakat. Pola perilaku baik sosial maupun analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif
ekonomi akan mengalir mengikuti perubahan yang dan berlangsung secara terus menerus sampai
terjadi. Begitu pula dengan keberadaan sektor selesai, antara lain dengan pengumpulan data,
industri di yang mulai masuk dan berkembang di reduksi data, penyajian data dan penarikan
Desa Wadung akan menimbulkan respon berupa kesimpulan.
perubahan pola perilaku sosial maupun ekonomi
masyarakat. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi sosial Desa Wadung mengalami perubahan
METODE setelah terjadinya proses alih fungsi lahan pertanian
Pendekatan dalam penelitian ini yaitu dengan untuk dijadikan kawasan industrialisasi. Perubahan
menggunakan metode kualitatif deskriptif. Menurut alih fungsi lahan tersebut terjadi pada tahun 2009
Jane Richie mengungkapkan bahwa penelitian yang diawali dengan pembangunan PT. Inti
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud Kalsium. Kawasan industri yang dimaksudkan
menyajikan dunia sosial dari segi konsep, perilaku, adalah kawasan industri yang didalamnya terdapat
persepsi dan berbagai persoalan tentang manusia PT. Inti Kalsium, PT. Drymix dan PT. Mitra
yang diteliti (Moleong, 2010: 6). Sedangkan Anugrah Sejahtera Abadi
pendekatan dalam penelitian ini menggunakan Keberadaan kawasan industrialisasi tersebut
pendekatan fenomenologi yang merupakan dirasa sangat membantu merubah kehidupan sosial
paradigma tindakan sosial. Dalam hal ini masyarakat Desa Wadung pada umumnya. Lebih
menggunakan pendekatan fenomenologi Alfred lanjut atas adanya perubahan alih fungsi atau
Schutz. Pendekatan ini digunakan untuk melihat penggunaan lahan pertanian untuk dijadikan
dan memahami “because motif dan in order motif”. kawasan industri, dirasakan secara langsung oleh
Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui “because para petani dan buruh tani di Desa Wadung. Hal
motif dan in order motif” khususnya dari cara atau yang melatarbelakangi penetapan fokus bahasan
perubahan yang dilakukan para pekerja atau buruh pada perubahan pola perilaku sosial dan ekonomi
tani Desa Wadung dengan adanya alih fungsi lahan buruh tani karena merekalah pihak yang terlibat
pertanian ke sektor industri. langsung dalam perubahan penggunaan lahan
Lokasi penelitian dibutuhkan untuk pertanian yang mereka miliki untuk dijadikan
memperjelas dalam pemilihan tempat penelitian industri. Disamping itu fakta yang diperoleh
sehingga mendapatkan lokasi penelitian yang tepat dilapangan menunjukkan bahwa mata pencaharian
dan sesuai dengan fokus penelitian yaitu tentang petani di Desa Wadung mayoritas juga merangkap
perubahan pola perilaku dan ekonomi buruh tani, sebagai buruh tani.
sedangkan waktu penelitian menunjukkan kapan Pembangunan kawasan industri yang berisi
dilakukannya penelitian. Penelitian ini dilakukan di ketiga perusahaan tersebut sesuai data yang
Desa Wadung Kecamatan Jenu kabupaten Tuban. diperoleh menunjukkan seluas ±tujuh hektar
Penelitian ini dilakukan mulai bulan September tegalan dari tujuh pemilik lahan. Proses
sampai selesai. pembebasan lahan dilakukan secara bertahap
Pemilihan subyek penelitian dilakukan dengan dimulai dari tahun 2009 untuk pembangunan PT.
menggunakan teknik key informan. Dalam hal ini Inti Kalsium sampai dengan 2012 untuk
peneliti memilih salah satu perangkat desa untuk pembangunan PT. Drymix dan PT. MASA.
dijadikan sebagai pemberi informasi mengenai Perkembangan kehidupan sosial sektor agraris
warganya yang menjadi buruh petani. Adapun khususnya buruh tani di Desa Wadung ditandai
kriteria pemilihan subyek yaitu merupakan dengan adanya perubahan pola perilaku yang
masyarakat Desa Wadung yang mejadi buruh tani ditunjukkan. Perubahan perilaku sosial yang
baik yang memiliki lahan maupun tidak memiliki ditunjukkan para buruh tani di Desa Wadung
lahan pertanian, serta dikhususkan kepada buruh merupakan dampak dari keberadaan industrialisasi.
tani yang merasakan dampak atas keberadaan Pola perilaku buruh tani dipandang sebagai

3
Paradigma. Volume02 Nomor01 Tahun 2014

tindakan-tindakan yang dilakukan dalam kehidupan industrialisasi mulai membuka peluang bagi
sosialnya di dalam sektor agraris yang dijalani. masyarakat dan terlebih petani serta buruh tani
Angka petani dan buruh tani di Desa Wadung. yang tinggal disekitar pabrik. Hal tersebut
Menurut pandangan Karl Marx didalam disebabkan warga sekitar pabrik merupakan rank 1
kehidupan sosial terdapat tahapan-tahapan dalam prosentase rekruitmen tenaga kerja di
perubahan utama pada kondisi material dan cara- industri yang berdiri tersebut. hal tersebut
cara produksi yang lebih bersifat linier. Tahapan dibuktikan dengan pernataan bapak sucipto terkait
perubahan-perubahan tersebut dimaksudkan untuk prosentase kesempatan yang di berikan PT. Inti
melihat perubahan pola perilaku masyarakat buruh Kalsium kepada masyarakat desa wadung
tani di Desa wadung pasca masuknya khususnya dusun bogang.
industrialisasi. Tahapan linier dimulai dari Pada sistem feodal lebih lanjut menggambarkan
masyarakat primitif, kemudian berkembang masyarakat Desa Wadung sebagai masyrakat
menjadi struktur komunal purba, kemudian sistem agraris yang mulai melakukan adaptasi terhadap
feodal, masyarakat borjuis, kapitalis dan komunis. perkembangan sektor perekonomian. Masyarakat
Berhubung masyarakat kapitalis dan komunis tidak Desa Wadung yang dominan bekerja di sektor
didapati dalam kehidupan sosial di Indonesia maka agraris dan memiliki pembagian kerja yang kurang
dua tahapan terakhir tersebut dihapuskan dalam jelas dan tidak tertata pelan-pelan mengalami
mengkaji permasalahan ini. perbaikan. Namun perbaikan atau perubahan
Kehidupan masyarakat Desa Wadung sebelum tersebut tidak serta merta terjadi secara drastis atau
masuknya sektor industrialisasi merupakan sepenuhnya melainkan melalui proses-proses atau
masyarakat primitif yang kental dengan pola tahapan. Sebagai masyarakat yang bekerja di sektor
interaksi penuh rasa kekeluargaan, gotong royong agraris yang identik dengan petani dan buruh tani
dan tradisi-tradisi yang diyakini masyarakat secara serta sering dikaitkan dengan masyarakat miskin,
turun temurun. Masyarakat primitif ditandai pula namun pada faktanya kondisi ekonomi masyarakat
dengan keterbatasan yang dimiliki masyarakat di sektor agraris tidak semuanya mengalami
untuk berkembang karena tidak memiliki kemiskinan. Eksistensi masyarakat yang bekerja
pembagian kerja yang jelas. Keterbatasan sebagai petani dan buruh tani pada musim panen
pembagian kerja dikarenakan rendah kemampuan yang didukung dengan iklim dan modal yang
masyarakat khususnya para buruh tani untuk keluar memadai akan menghasilkan pendapatan hasil
dari zona amannya dari sektor buruh tani. Hal panen yang optimal. Dalam kehidupan masyarakat
tersebut disebabkan masih dominannya sektor di pedesaan kaum pemilik modal atau orang kaya
agraris dalam mata pencaharian di perdesaan dimiliki para petani yang memiliki lahan cukup
seperti halnya di Desa Wadung. Pola perilaku luas dan modal yang memadai.
masyarakat perdesaan yang ditunjukkan Masuknya industrialisasi di desa Wadung di
masyarakat Desa Wadung yaitu dengan masih sertai dengan perkembangan perekonomian
menjalankannya tradisi-tradisi yang turunkan dari masyarakat, khususnya yang beralih ke sektor
kepercayaan nenek moyangnya. Tradisi yang industri mengalami peningkatan seperti pola
diyakini masyarakat Desa wadung sampai dengan konsumsi masyarakat sehari-hari. Hal tersebut di
saat ini adalah melakukan manganan atau lebih sebabkan adanya pembagian kerja atas status baru
dikenal sebagai sedekah bumi. Masyarakat Desa sebagai buruh pabrik. Berbeda dengan sektor
wadung percaya dengan melakukan ritual pertanian, buruh pabrik memiliki SOP yang
manganan tersebut keslamatan dan rejeki mengatur setiap jobdes sehingga pembagian kerja
masyarakat Desa Wadung akan mengalir serta yang dimiliki lebih terorganisir sesuai dengan
tanaman para petani dijauhkan dari hama dan gagal jabatan yang dimiliki. Keberadaan adanya proyek
panen. Ritual manganan dilakukan dengan pembangunan, berimplikasi pada keterlibatan
melakukan penggorok sapi atau kerbau dipunden pemilik modal atas tender yang telah disepakati di
yang dipercaya menjadi makam sesepuh Desa Desa Wadung atas proyek tersebut. Dalam hal ini
Wadung. Masyarakat primitif perdesaan ditandai yang di maksudkan kaum pemilik modal sebagai
pula dengan pola pemikiran yang masih terbatas pelaksana proyek, adalah orang-orang kaya
sehingga memunculkan pola perilaku dan pola masyarakat Desa Wadung yang memiliki CV atau
konsumsi yang terbatas pula. PT untuk menyuplai permintaan kaum pemilik
Struktur sosial komunal purba merupakan fase modal atau kapitalis dalam pembangunan maupun
masyarakat Desa Wadung yang setingkat lebih operasional perusahaan.
tinggi daripada masyarakat primitif. Masyarakat Pada tahapan ini masyarakat Desa Wadung dari
primitif masih didominasi dengan sikap dan sistem yang semula agraris berubah menjadi industrialis.
kekeluargaan sehingga mengakibatkan kurang Perubahan pola perilaku sosial yang terjadi pada
luasnya komunitas dalam kehidupan sosialnya. masyarakat Desa Wadung tampak sebelum
Rasa kekeluargaan yang tinggi mengakibatkan industrialisasi masuk di Desa Wadung. Salah satu
pembagian kerja yang cenderung menggunakan permasalahan yang umum dijumpai di daerah
sistem kekeluargaan pula. pasca masuknya perdesaan seperti Desa Wadung adalah masalah
Perubahan Pola Perilaku dan Ekonomi Sosial

kemiskinan yang disebabkan karena tingginya sangat dominan. Namun seiring berubahnya pola
angka pengangguran. Bagi masyarakat yang tidak perilaku dan pemikiran masyarakat yang semakin
memiliki modal atau lahan pertanian, maka akan dinamis mengakibatkan sektor agraris berubah
terhambat untuk berkembang bahkan berada dalam menjadi mata pencaharian sampingan. Fenomena
keadaan miskin. Sebelum adanya industrialisasi, perpindahan keinginan masyarakat yang lebih
Desa Wadung termasuk desa yang didominasi oleh memilih bekerja disektor industri karena
sektor agraris, sehingga masyarakat tidak memiliki memberikan peluang baru bagi masyarakat Desa
kemampuan untuk mencoba beralih kesektor lain. Wadung untuk meningkatkan kemampuan dan
Namun semenjak industrialisasi mulai muncul pada pendapatannya. Industrialisasi juga memberikan
tahun 2009, masyarakat Desa Wadung secara ruang interaksi yang lebih luas.
bertahap memiliki kualitas hidup yang lebih baik Keberadaan industri tidak menutup
dengan menjadi buruh pabrik. Jadi dapat dikatakan kemungkinan adanya pendatang baru yang
dari masyarakat primitif yang kental dengan sektor membawa budaya lain diluar budaya dan tradisi
agraris. yang tertanam di Desa Wadung. Hal tersebut juga
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti turut mempengaruhi berubahnya pola perilaku dan
lakukan terlihat perubahan pada fase borjuis di pemikiran masyarakat asli menjadi lebih terbuka
Desa Wadung. Pada tahapan ini terdapat peran dan modern. Pemikiran yang luas dan perilaku
yang dominan kaum pemilik modal terhadap yang mulai berubah menjadi masyarakat modern
masuknya industrialisasi di Desa Wadung. Kaum berimbas pada kemantapan perekonomian
pemilik modal, dalam hal ini termasuk pada masyarakatnya. Hal ini didukung dengan
masyarakat Desa Wadung yang mulai kehidupan masyarakat yang semakin konsumtif.
mengembangkan usaha jasa proyek pembangunan Perubahan ekonomi masyarakat disamping
pabrik-pabrik tersebut atau pembangunan trek jalan infrastruktur terdapat pula suprastruktur yang ada
distribusi pabrik. Fenomena tersebut muncul karena dalam kehidupan sosial masyarakat. Suprastruktur
masuknya industrialisasi di Desa Wadung yang tersebut meliputi ideologi, hukum, sistem
kemudian mendorong munculnya berbagai pemerintahan, keluarga, dan agama. Kelima aspek
perusahaan jasa untuk menyuplai kebutuhan atas dalam suprastruktur masyarakat menjadi nilai-nilai
perusahan-perusahaan tersebut. yang mempengaruhi perkembangan perekonomian.
Perubahan kehidupan sosial ekonomi Aspek Ideologi
masyarakat desa adalah adanya proses peralihan Ideologi dalam hal ini merupakan pemikiran atau
mata pencaharian. Proses perubahan mata pemahaman yang dimiliki individu dalam
pencaharian ini dipicu dengan menyempitnya lahan masyarakat untuk memilih pekerjaan yang
pertanian yang ada di desa yang menjadi satu- dianggap sesuai dan menguntungkan.
satunya mata pencaharian masyarakat. Setelah Aspek Hukum
lahan pertanian yang mereka miliki telah berganti Aspek hukum dalam status pegawai kontrak yang
menjadi kawasan industri, kini perubahan pola diberikan PT. Kalsium kepada para pegawai
pekerjaan yang ada di masyarakat mulai berubah. sebagai buruh kasar di bagian packaging. Status
Sistem perubahan sosial ekonomi, dipandang Karl hukum sebagai buruh kontrak memang sudah jelas,
Marx sebagai struktur ekonomi yang dianggap sejak tahun 2009 sampai dengan sekarang, kontrak
menjadi awal dalam melakukan kegiatan manusia. yang diberikan kepada pegawai selalu
Pemikiran Karl Marx tersebut dikenal sebagai diperpanjang. Hal ini dilakukan agar pegawai
konsep matrealisme historis. Secara garis besar kontrak bisa diangkat sebagai pegawai tetap,
konsep tersebut menilai struktur ekonomi sebagai sehingga memiliki dasar hukum yang jelas dalam
hal terpenting dalam kehidupan sosial manusia. menuntut hak-haknya sebagai pegawai di
Dimana tanpa perekonomian maka tidak akan ada Perusahaaan tersebut.
stabilisasi kehidupan manusia. Aspek Pemerintahan
Perubahan ekonomi ditandai dengan Adanya peran serta pihak pemerintah Desa
berubahnya infrastruktur dan suprastruktur yang Wadung dalam mengatur dan mengurus tentang
muncul dikehidupan sosial masyarakat. Fenomena awal perdirian industri terkait ijin. Pemerintah Desa
yang terjadi ditengah-tengah masyarakat Desa Pula yang mengatur sistem penjualan sekaligus
Wadung yang pola perilakunya mulai bergeser dari mendampingi proses jual beli tanah tegalan milik
masyarakat agraris menjadi industrialistik. Begitu masyarakat untuk dialih fungsikan menjadi
pula pada struktur ekonominya mengalami kawasan industri. Hal tersebut secara prosedural
perubahan seiring dengan perubahan pola perilaku memang harus melalui pemerintah Desa sebagai
yang ditunjukkan masyarakat Desa Wadung. saksi-saksinya. Namun dapat dikaji pula peran
Perubahan struktur ekonomi masyarakat Desa pemerintah Desa sebagai pihak yang dipercaya
Wadung terlihat pada kecenderungan masyarakat masyarakat Desa Wadung dapat membantu mereka
untuk lebih memilih bekerja sebagai buruh pabrik agar tidak tertipu oleh pihak pemilik modal dalam
daripada buruh tani. Sebelum masuknya proses pembebasan lahan tersebut.
industrialisasi di Desa Wadung sektor agraris Aspek Keluarga

5
Paradigma. Volume02 Nomor01 Tahun 2014

Peran keluarga dalam perubahan suprastruktur pergeseran pemilihan mata pencaharian.


ekonomi masyarakat juga sangat penting. Dimana Masyarakat borjuis yang dari semula masyarakat
keputusan keluarga yang kemudian mengarahkan kental dengan kekeluargaan cenderung berubah
perubahan pola perilaku dan pola konsumsi yang individualis, ditandai dengan mulai sibuknya
ditunjukkan sehingga mempengaruhi besarnya masyarakat yang bekerja di pabrik sehingga
jumlah pendapatan yang harus didapatkan pada tiap mengurangi intensitas berinteraksi dengan
harinya atau tiap bulannya. Semakin lingkungan tempat tinggal. Namun perubahan-
berkembangnya dan semakin luasnya pengetahuan perubahan yang ditunjukkan masyarakat Desa
keluarga pada proses adaptasi atas adanya Wadung tidak termasuk perubahan drastis atau
industrialisasi tersebut maka semakin besar frontal melainkan perubahan yang masih pada taraf
tuntutan yang akan muncul dari keluarga penyesuaian atas adanya industrialisasi.
diakibatkan pola konsumsi yang mulai meningkat. Perubahan ekonomi buruh tani pasca adanya
Aspek Agama industrialisasi di Desa Wadung secara administratif
Aspek agama dalam kehidupan sosial masyarakat mengalami peningkatan kerja di sektor industri.
Desa Wadung setelah adanya industri tidak terdapat Dengan demikian terjadi tambahan pendapatan
perubahan karena agama merupakan keyakinan masyarakat baik karena dari hasil kompensasi
yang menjadi hak setiap orang. Namun didalam penjualan lahan maupun kompensasi gaji tiap bulan
agama pula khususnya agama islam yang menjadi yang di terima sebagai buruh pabrik. Namun disisi
agama mayoritas masyarakat Desa Wadung lain peluang kerja yang di tawarkan oleh pihak
memberikan nilai-nilai agamis yang dapat perusahaan yang terbatas. Maka penyerapan tenaga
dijalankan untuk mensyukuri nikmat dan rejeki kerja sebagai buruh pabrik tidak maksimal.
yang didapatkan. Hal tersebut ditunjukkan dengan
Saran
adanya fakta masih sering dilakukannya kebiasaan
tahlilan atau syukuran yang bertujuan untuk Dari hasil penelitian yang merujuk pada manfaat
mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan. penelitian, maka saran yang dapat dikemukakan
bagi peneliti semoga penelitian ini bisa dijadikan
PENUTUP sebagai penelitian lanjutan untuk menyempurnakan
kelemahan-kelemahan penelitian sebelumnya
Simpulan dalam memahami permasalahan perubahan pola
Berdasarkan hasil penelitian tentang perubahan perilaku sosial dan ekonomi buruh tani akibat
pola perilaku sosial dan ekonomi buruh tani di insutrialisasi di Desa Wadung. Kontribusi untuk
Desa Wadung terjadi karena masuknya masyarakat diharapkan mampu menjaga dan
industrialisasi. Namun meskipun demikian melestarikan yang di miliki namun tidak menutup
perubahan yang terjadi tidak sepenuhnya atau tidak diri pada perkembangan tehnologi salah satunya
keseluruhan pada setiap aspek kehidupan industrialisasi. Sedangkan untuk aparatur desa
masyarakat Desa Wadung. Perubahan sosial buruh wadung di harapkan untuk melekukan updating
tani dikaji terlebih pada pola perilaku dan kondisi terkait administrasi data pertumbuhan penduduk
ekonomi pasca adanya industrialisasi. terlebih setelah masuknya industrialisasi.
Fenomena perubahan pola perilaku sosial yang
muncul dan ditunjukkan buruh tani di Desa DAFTAR PUSTAKA
Wadung yang dilihat dari tahapan linear dari teori Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan
Karl Marx. Perubahan pola perilaku dibuktikan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
dengan berkembangnya pola pikir dan pola
konsumsi masyarakat. Hal tersebut terlihat pada Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian
enam tahapan linier perubahan pola perilaku. Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda
Tahapan tersebut diawali masyarakat Primitif Karya..
ditunjukkan dengan masih dominannya sektor
agraris bahkan setelah masuknya industrialisasi Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan
dibuktikan dengan masih kentalnya tradisi dan rasa Sosial.Jakarta: Prenada.
kekeluargaan di Desa Wadung. Masyarakat
komunal purba dimana masyarakat masih
menggunakan sistem pembagian kerja berasaskan
kekeluargaan namun setelah masuknya industri
mulai membuka diri untuk berubah dibuktikan
dengan tidak adanya perlawanan yang ditunjukkan
warga atas masuknya industri. Masyarakat feodal
mulai beradaptasi dan setelah adanya industrialisasi
terdapat pembagian kerja yang lebih jelas
dibuktikan dengan meningkatnya jumlah tenaga
kerja buruh pabrik yang menandai adanya

Anda mungkin juga menyukai