B. Rumusan Masalah
Untuk lebih sistematis, maka kami akan merumuskan masalah-masalah pokok yang
akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya adalah:
1. Apa pengertian dari ilmu politik?
2. Apa saja ruang lingkup dan tujuan dalam ilmu politik?
3. Bagaimana konsep dasar Politik dan implementasi dalam pemerintahan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka kami akan memberikan beberapa tujuan
dari penulisan makalah ini, diantaranya adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari politik.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup dan tujuan dari politik.
3. Untuk mengetahui konsep dasar Politik dan implementasi dalam pemerintahan.
BAB II
TEORI
A. Pengertian Politik
Politik adalah perilaku dasar kehidupan manusia. Politik juga adalah proses
pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat berwujud proses
pembuatan keputusan (decision making) khususnya dalam negara. Dengan demikian
ilmu politik adalah cabang dari ilmu social yang berdampingan dengan cabang ilmu
social lainnya seperti antropologi, sosiologi, ekonomi dan psikologi. Ilmu politik
yang sama dengan ilmu social lainnya berobjekkan manusia sebagai kelompok
masyarakat. Ilmu tersebut mempelajari tentang kerjasama manusia untuk mencapai
sesuatu.
Secara etimologis, politik berasal dari bahasa yunani “ Polis “ yang berarti
kota berstatus negara. Istilah politik diartikan berbagai macam kegiatan tujuan-
tujuan dari system itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Plato dan aristoles
mengemukakan en dam onia atau the good life ( usaha-usaha mencapai kehidupan
yang baik ).
Disamping itu, politik juga dapat ditilik dari sudut pandang yang berbeda, yaitu
antara lain :
1. Teori klasik Aristoteles, politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk
mewujudkan kebaikan bersama.
2. Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara.
3. Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapat dan mempertahankan
kekuatan di masyarakat.
4. Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.
Selain dari sudut pandang yang berbeda, para phylosophi tentang ilmu politik juga
memberikan defenisi tentang ilmu politik. Diantaranya:
1. Menurut Bluntschli, Garner dan Frank Goodnow menyatakan bahwa ilmu politik
adalah ilmu yang mempelajari lingkungan kenegaraan.
2. Seely dan Stephen leacock, mengatakan bahwa ilmu politik merupakan ilmu yang
serasi dalam menanggani pemerintahan.
3. Pemikir dari Prancis juga mengeluarkan pendapatnya, Paul Janet menyikapi ilmu
politik sebagai ilmu yang mengatur perkembangan Negara begitu juga prinsip-
prinsip pemerintahan, Pendapat ini didukung juga oleh R.N. Gilchrist.
4. Lasswell berpendapat, ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari pengaruh dan
kekuasaan.
5. Ossip k.fletchteim dalam foundamental of political sience menegaskan bahwa ilmu
politik adalah ilmu yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari Negara sejauh
Negara merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan dari gejala-gejala
kekuasaan lain yang tidak resmi yang dapat mempengaruhi Negara(Political Science
is that Specialized social Science that studies the nature and purose of the state so
far as it a power organization and the nature and purpose of other unofficial power
phenomen that are apt to influence the sate).
6. J.Barents berpendapat, Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan Negara
yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.
Dalam konteks memahami politik, yang perlu dipahami adalah kekuasaan
politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik,
dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.
Teori politik juga tidak lepas dari pelaksanaan politik, teori politik merupakan
kegiatan mengenai konsep penentuan tujuan politik, bagaimana mencapai tujuan
tersebut serta segala konsekoennya. Dalam teori politik ada beberapa bahasan, antara
lain filsafat politik, konsep tentang sistem politik, negara, masyarakat, kedaulatan,
kekuasaan, legitimasi, lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik,
perbandingan politik, dsb.
Perspektif Intelektual
Tujuan politik adalah untuk berpolitik dan untuk tindakan politik. Agar dapat
bertindak baik dalam politik, masyarakat harus mempelajari seni politik, asas dan
nilai-nilai politik yang dianggap penting. Perspektif intelektual adalah perspektif
yang memepergunakan diri sendiri sebagai titik tolak. Sebab perspektif itu bertolak
dan di bangun berdasarkan pada apa yang dianggap salah oleh individu tersebut.
Perspektif Politik
Pandangan intelektual mengenai politik tidak jauh berbeda dengan
pandangan politisi. Dimana politik hanya dipandang sebagai jalan untuk
mendapatkan kekuasaan.
Bentuk-Bentuk Demokrasi
Demokrasi berasal dari kata demos yang berarti rakyat dan cratos yang
berarti pemerintahan. Jadi, suatu pemerintahan dikatakan demokratis apabila
pemerintahan ada di tangan rakyat. Demokrasi dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Demokrasi formal, adalah demokrasi yang menjujung tinggi persamaan dalam
bidang politik. Tanpa disertai upaya untuk mengurangi atau menghilangkan
kesenjangan dalam bidang ekonomi. Semua orang dianggap sederajat dan
mempunyai hak yang sama, baik hak memilih, mengeluarkan pendapat,menjadi
wakil rakyat, serta hak menjadi menteri.
2. Demokrasi material, adalah demokrasi yang menitik beratkan pada usaha-usaha
untuk menghilangkan perbedaan dalam bidang ekonomi sedangkan di bidang politik
kurang mendapat perhatian.
3. Demokrasi gaabungan, adalah demokrasi yang menggabungkan demokrasi formal
dan demokrasi material dengan menghilangkan keburukan dan menggunakan
kebaikannya.
Cara penyaluran kehendak rakyat demokrasi dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis berikut.
a. Demokrasi langsung, yaitu rakyat secara langsung mengemukakan kehendaknya
delam rapat akbar di lapangan terbuka yang dihadiri oleh seluruh rakyat.
b. Demokrasi perwakilan, yaitu rakyat menyalurkan kehendak atau pendapatnya
melalui perwakilannya yang duduk di “Dewan Perwakilan Rakyat”.
c. Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum, demokrasi ini gabungan dari
demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan. Rakyat memilih wakil-wakilnya
untuk duduk di “Dewan Perwakilan Rakyat” tetapi dikontrol oleh pengaruh rahyat
melalui sistem “Referendum” dan “Inisiatif rakyat”.
4. Presiden
5. Mahkamah Agung (MA)
6. Mahkamah Konstitusi (MK)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan