Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

Makalah Ini Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi

Dosen:
Diah Ayu Intan Sari, Sos.,M.I.Pol.

Oleh:
Dhavina Ayunda Putri 190910101029
Muhammad Ar-Raafi Caisar Wijaya 190910101070
Denny Muhammad Reza Pahlevi 190910101095
Alya Kamila Achmad 190910101107
Isti Bakhitah Sabila 190910101122
Ilham Maulana 190910101135

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2019
1. Pengantar
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan di segala bidang kehidupan yang
dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu. Seperti misalnya
pembangunan nasional yang ada di Indonesia itu terjadi karena adanya perencanaan atau
atas dasar kehendak dari pemerintah.
Proses pembangunan terutama bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,
baik secara spiritual, maupun material. Peningkatan taraf hidup masyarakat mencakup suatu
perangkat cita cita yang meliputi hal hal sebagai berikut.
a. Pembangunan harus bersifat rasionalistis; artinya aspek yang diambil harus
dilandaskan pada pertimbangan rasional. Aspek itu hendaknya didasarkan pada
fakta sehingga nantinya menghasilkan suatu kerangka yang singkron.
b. Adanya rencana pembangunan dan proses pembangunan, artinya, adanya keinginan
untuk selalu membangun pada ukuran dan haluan dan terkoordinasi secara rasional,
dalam suatu sistem.
c. Peningkatan produktifitas.
d. Peningkatan standar kehidupan.
e. Kedudukan, peranan, dan kesempatan yang sederajat dan sama di bidang politik,
sosial, ekonomi dan hukum.
f. Pengembangan lembaga – lembaga sosial dan sikap – sikap dalam masyarakat.
Sikap – sikap itu mencakup :
1) Efisiensi.
2) Kerajinan dan ketekunan.
3) Keteraturan.
4) Ketatapan.
5) Kesederhanaan dan kecermatan.
6) Ketelitian dan kejujuran.
7) Bersifat rasional dalam mengambil keputusan.
8) Selalu siap dalam menghadapi berbagai perubahan.
9) Selalu mempergunakan kesempatan dengan benar.
10) Giat dalam usaha.
11) Mempunyai integritas dan dapat berdiri sendiri.
12) Bersikap koopertif.
13) Konsolidasi nasional.
14) Kemerdekaan nasional.
2. Cara Melangsungkan Pembangunan

Sebelumnya telah dijelaskan tujuan yang ingin dicapai oleh pembangunan.


Selain itu, telah disajikan juga cita-cita yang terkandung dalam pembangunan
agar tercapainya suatu tujuan tertentu dengan melakukan cara – cara tertentu.
Pada dasarnya dikenal cara-cara :
a. Struktural
Yang mencakup perencanaan,pembentukan,dan evaluasi terhadap lembaga-
lembaga sosial,prosedurnya serta pembangunan secara material;
b. Spiritual
Yang mencakup watak dan pendidikan dalam pengguanaan cara-cara
berpikir secara ilmiah;
c. Struktural dan spiritual.

Cara-cara tersebut dapat ditempuh karena secara analistis masyarakat terdiri


dari struktur sosial yang mencakup ekonomi,teknologi, dan sistem kedudukan
serta peranan. Selain itu, juga terdapat sistem pemerintahan yang mengatur
distribusi kekuasaan dan wewenang, serta adanya kebudayaan yang mencakup
sistem nilai.

3. Syarat yang Diperlukan

Maka, untuk keberlangsungan suatu pembangunan diperlukan syarat


kemauan yang keras, serta kemampuan untuk dapat memanfaatkan setiap
kesempatan bagi keperluan pembangunan. Masyarakat harus aktif
memecahkan masalah-masalah dan memiliki sikap terbuka bagi pikiran-
pikiran dan usaha-usaha baru.
Di samping itu, diperlukan adanya kelompok-kelompok yang kreatif,
pemimpin-pemimpin yang kreatif, serta massa yang kritis. Selanjutnya
diperlukan tersedianya modal serta bahan baku untuk proses pembangunan
material.
Warga masyarakat dalam konteks individu tidak boleh pasrah terhadap
keadaan yang dihadapi, atas dasar pandangan hidup bahwa segala sesuatu
merupakan nasib buruk bagi dirinya. Manusia secara pribadi harus dapat
berkarya untuk menambah karya dan tidak selalu tergantung pada warga
masyarakat lainnya. Warga masyarakat juga harus melatih dirinya untuk
bersikap jujur dan senantiasa berorientasi ke muka sehingga proses
kehidupannya dapat direncanakan, baik mengenal aspek spriritual, maupun
material.
4. Tahap-tahap Pembangunan

Apabila pembangunan dikaitkan dengan tahap-tahapnya, maka terdapat


beberapa tahap yaitu perencanaan, penerapan atau pelaksanaan, dan
evaluasi.
Pada tahap perencanaan perlu dilakukan identifikasi terhadap berbagai
kebutuhan masyarakat, pusat perhatiannya, stratifikasi sosial, pusat
kekuasaan, maupun saluran komunikasi.
Pada tahap penerapan atau pelaksanaan perlu dilakukan pemfokusan
terhadap kekuatan sosial dalam masyarakat. Selain itu, juga harus diadakan
pengamatan terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.
Dalam tahap evaluasi dilakukan analisis terhadap efek pembangunan
sosial. Mungkin akan lebih sulit dalam membayangkan keberhasilan
pembangunan apabila tidak melaksanakan evaluasi terhadap apa yang telah
dicapai sebab mengadakan pembangunan tidaklah cukup apabila hanya
dilandasi iktikad baik dan semangat saja. Usaha lainnya sangat diperlukan
untuk mengidentifikasi apa yang kurang, apa yang terhambat, apa yang
mundur, dan apakah uang telah mengalami penyusutan. Hal-hal tersebut
memerlukan pengadaan, pembetulan, penambahan, pelancaran, dan
peningkatan serta proporsional.
Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa dalam melaksanakan
pembangunan dapat dipergunakan berbagai cara, baik sebagai alternatif,
maupun secara akumulatif. Pembangunan dapat diadakan dengan
pembentukan lembaga baru, sambil menghapus lembaga lama, atau
memberikan fungi yang baru pada lembaga yang sudah ada. Alternatif
lainnya adalah dengan jalan menyusun atau membentuk infrastruktur fisik
baru maupun dengan membentuk pusat-pusat pertumbuhan. Namun
demikian, tidak pula dapat dilupakan bahwa pembentukan watak masyarakat
sangat diperlukan, terutama melalui pendidikan.

5. Penelitian Sosiologis

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang dilandaskan pada


analisis dan konstruksi. Analisis dan konstruksi dilakukan secara
metodologi, sistematis, dan konsisten. Tujuannya adalah untuk
mengungkapkan kebeneran sebagai salah satu manifestasi hasrat manusia
untuk mengetahui apa yang dihadapinya dalam kehidupan.

Masing-masing penelitian tersebut bernaung dibawah salah satu ilmu


pengetahuan. Oleh karena itu, dikenal penelitian-penelitian ilmu-ilmu sosial,
ilmu alamiah, dan ilmu-ilmu budaya. Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial
dikenal adanya penelitian antropologis, sosiologis, ekonomis, psikologis,
hukum, dan seterusnya.
Penelitian sosiologis merupakan proses pengungkapan kebenaran, yang
didasarkan pada penggunaan konsep-konsep dasar yang dikenal dalam
sosiologi sebagai ilmu. Dalam sosiologi dikenal beebrapa konsep dasar
seperti:
a. Interaksi sosial
b. Kelmopok sosial
c. Kebudayaan
d. Lembaga sosial
e. Lapisan sosial
f. Kekuasaan dan wewenang
g. Perubahan sosial
h. Masalah sosial
Konsep-konsep dasar tersebut merupakan sasaran ilmiah yang
dipergunakan untuk mengungkapkan kebenran yang ada dalam masyarakat.
Kebenaran itu mungkin berkaitan dengan aspek struktural yang relatif statis,
atau aspek prosesual yang relatif dinamis.
Hasil-hasil penelitian sosiologi dapat dimanfaatkan oleh ilmu-ilmu sosial
lainnya. Hal ini disebabkan karena penelitian sosiologis memusatkan perhatiannya
pada masyarakat, yang merupakan wadah kehidupan bersama yang mencakup
aspek-aspek:
a. Fisik
b. Biologis
c. Politis
d. Ekonomis
e. Sosial
f. Budaya
g. Kesehatan
h. Pertahanan-keamanan; dan
i. Hukum

Sebagai suatu contoh dapat dikemukakakan penelitian sosiologis mengenai


pola interaksi sosial pada subsistem kehiudpan fisik. Pola interaksi sosial pada
subsistem fisik jelas berbeda dengan pola interaksi sosial pada suatu subsistem
sosial, walaupun adakalanya dijumpai unsur-unsur yang sama. Berdasarkan
perbedaan yang terungkapkan akan dapat dirumuskan haluan-haluan yang
diperlukan untuk menangani proses kehidupan pada subsistem-subsistem
tersebut. Hasil penelitian sosiologis tersebut akan dapat memberikan masukan
pada ilmu-ilmu lainnya. Misalnya, penelitian sosiologis dapat memberikan
masukan pada ilmu hukum khusus mengenai proses penegakan hukum dan
keadilan yang tergantung pada berbagai faktor kemasyarakatan.

6. Manfaat Penelitian Sosiologis bagi Pembangunan


Apabila pembicaraan mengenai manfaat penelitian sosiologis dibatasi
pada kaitannya dengan tahap-tahap pembangunan, pada tahap perencanaan
pembangunan diperlukan data yang relatif lengkap mengenai masyarakat
yang akan dibangun. Data tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut.
a. Pola interaksi sosial, yang sangat penting untuk menciptakan suasana
Dengan mengetahui pola interaksi sosial yang ada dalam masyarakat, dapat
digariskan haluan-haluan tertentu untuk memperkuat pola interaksi yang
mendukung dan menetralkan pola interaksi yang menghalangi
pembangunan,
Pola Interaksi sosial yang dilandaskan pada efisiensi, misalnya, sangat
mendukung pembangunan. Tidak demikian halnya dengan pola interaksi
sosial vang didasarkan pada kekayaan materil.
b. Kelompak-kelompak sosial yang menjadi bagian masyarakat
Ada kelompok sosial yang mempunyai kekuasaan tidak resmi, yang dapat
dijadikan panutan bagi pembunganan.

c. Kebudayaan yang berintikan pada nilai-nilai


Ada nilai-nilai yang mendukung pembangunan, ada yang tidak mempunyai
pengaruh
negative terhadap pembangunan, adapula yang menghalangi pembangunan.

d. Lembaga – lembaga sosial yang merupakan kesatuan kaidah – kaidah yang


berkisar pada kebutuhan dasar manusia dan kelompok sosial.

e. Stratifikasi sosial yang merupakan pembedaan penduduk dalam kelas – kelas


sosial secara vertical. Hal ini penting untuk dapat mengidentifikasikan pihak
yang dapat dijadikan pelopor pembangunan atau panutan bagi pembangunan.
Pada tahap penerapan atau pelaksanaan, perlu diadakan identifikasi terhadap
kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Hal itu dapat dalakukan dengan cara
mengadakan penelitian terhadap pola-pala kekuasaan dan wewenang yang ada
dalam masyarakat, baik yang resmi maupun yang tidak.
Dengan mengetahui kekuatan sosial tersebut, dapat diketahui unsur – unsur yang
dapat melancarkan pembangunan, disamping yang menghalangi pembangunan.
Dalam tahap penerapan atau pelaksanaan, penelitian mengenai perubahan sosial
juga penting dengan pengetahuan mengenai perubahan sosial yang telah terjadi,
akan dapat diketahui apakah pembangunan berhasil atau kurang berhasil sebab ada
perubahan negative dan positif yang akibatnya positif perlu dilembagakan sehingga
nantinya membudaya. Sebaliknya, hal-hal yang negatif perlu segera dinetralkan,
agar tidak menjadi kebudayaan tandingan dalam masyarakat (counter – culture).
Segala hasil penelitian sosiologls yang telah dilakukan pada tahan perencanaan dan
penerapan akan dapat digunakan sebagai bahan yang akan dinilai pada tahap
evaluasi. Pada tahap evaluasi dapat diadakan penilaian dengan menggunakan
beberapa ilmu pengetahuan.

Penerapan Penelitian Sosiologis Bagi Pembangunan Terhadap Masalah – Masalah


Sosial

Dewasa ini, penelitian sosiologis bagi pembangunan memiliki peran penting di


Indonesia, hal ini disebabkan masalah – masalah sosial di Indonesia yang masih banyak dan
belum terselesaikan. Namun dalam hal ini, pemerintah Indonesia sudah melakukan
berbagai upaya untuk menangani berbagai permasalahan sosial tersebut, berikut beberapa
masalah sosial beserta upaya pemerintah dalam menangani berbagai permasalahan tersebut.
1. Kemiskinan
Pertama, pemerintah berupaya meningkatkan pendapatan masyarakat miskin dan
rentan dengan akses permodalan, meningkatkan kualitas produk dan akses pemasaran,
mengembangkan keterampilan layanan usaha, serta mengembangkan kewirausahaan,
kemitraan, dan keperantaraan.
Kedua, pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di luar Pulau Jawa untuk
memperkuat infrastruktur, konekivitas yang menghubungkan antara pusat ekonomi dan
wilayah penunjang, sekaligus memperkuat pengembangan produk lokal.
Ketiga, reformasi anggaran subsidi. Alokasi untuk subsidi BBM dialihkan menjadi
transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) guna mengurangi ketimpangan.
Keempat, peningkatan anggaran perlindungan sosial. Penurunan subsidi yang
signifikan, dari 3,4% menjadi 0,8% PDB pada periode 2015 dan 2018 dialokasikan
untuk perlindungan sosial melalui premi asuransi kesehatan masyarakat miskin serta
perluasan program bantuan sosial.
Kelima, perkuatan ekonomi domestik dan tata kelola impor. Penguatan ekonomi
domestik diwujudkan melalui peningkatan kemudahan berusaha di daerah yang
dipantau dengan ketat dan kemudahan izin berusaha melalui Online Single
Submission (OSS).
2. Kejahatan

Salah satu kebijakan dalam hal menanggulangi masalah kejahatan adalah kebijakan
kriminal (Criminal Policy). Kebijakan kriminal atau Politik kriminal adalah sebagian
daripada kebijakan sosial dalam hal menanggulangi masalah kejahatan dalam
masyarakat, baik dengan sarana penal maupun non penal.

Upaya penanggulangan kejahatan dengan sarana penal lebih menitikberatkan


pada sifat represif (penindakan/pemberantasan) sesudah kejahatan itu terjadi.
Sedangkan sarana non penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif
(pencegahan/pengendalian) sebelum kejahatan terjadi.

3. Disorganisasi Keluarga

-melakukan musyawarah apabila terjadi problema dalam keluarga

-Meminta saran atau dukungan dari kerabat atau keluarga terdekat

-Harus banyak bersabar dalam menghadapi segala perbedaan dalam keluarga

4. Masalah Generasi Muda dalam masyarakat Modern


Meningkatkan kualitas pendidan sejak dini dan memberikan sosiolisasi agar
memperkuat karakter jiwa nasionalisme agar tidak terpengaruh sifat sifat buruk pada
sosial yang membuat kerugian materi atau lainnya

5. Peperangan

Peran pemerintah daerah tersebut diperkuat dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor
2 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012
tentang Penanganan Konflik Sosial. Peraturan Pemerintah ini mengatur berbagai ketentuan
mengenai pencegahan dini konflik, tindakan darurat penyelamatan dan perlindungan
korban, bantuan penggunaan dan kekuatan militer, pemulihan pasca konflik, peran aktif
masyarakat dalam pencegahan dan penanganan konflik, pendanaan penanganan konflik,
dan monitoring dan evaluasi konflik.

Upaya pencegahan menjadi hal yang sangat mendasar dan penting ditekankan dalam upaya
manajemen konflik horizontal yang dilakukan pemerintah daerah. Upaya pencegahan
konflik yang dilakukan dengan terstruktur, mendalam dan konsisten tentu akan membuat
akar konflik mati dan potensi-potensi konflik tidak muncul kepermukaan. Sebagaimana
tertuang dalam pasal 2 hingga pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015, upaya
pencegahan konflik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya membangun sistem
peringatan dini konflik, penguatan kerukunan umat beragama, pendidikan bela Negara dan
wawasan kebangsaan dan juga pemetaan wilayah konflik melalui penelitian yang
komprehensif guna membabat habis akar konflik.
Pemerintah daerah juga dalam hal ini harus mulai merubah paradigma pencegahan konflik,
bahwa upaya pencegahan konflik tidak dapat dilakukan dengan cara reaktif terhadap kasus
konflik yang sedang terjadi dan cenderung “jalan sendiri”. Pemerintah harus mampu
merangkul berbagai kalangan, baik masyarakat, aparat kepolisian dan militer, organisasi
sosial kemasyarakatan dan keagamaan guna mendapatkan masukan-masukan dalam setiap
upaya pencegahan konflik karena merekalah yang pada umumnya berada pada ranah akar
rumput (grassroot) dan memahami akar konflik. Pemerintah juga harus menyadarkan
berbagai golongan tersebut bahwa semua golongan tersebut memiliki potensi yang sama
besarnya untuk mengalami konflik sosial.
Dengan adanya kesadaran tersebut diharapkan satu dengan lainnya bahu membahu
mencegah timbulnya konflik sejak dini. Pencegahan konflik yang terstruktur, konsisten,
dan aktif merangkul berbagai kalangan tersebut nantinya diharapkan mampu menghasilkan
upaya pencegahan konflik yang tepat sasaran sehingga mampu memutus rantai ledakan
konflik face to face antar kelompok yang banyak menimbulkan korban jiwa dan kerugian
materi. Pencegahan konflik yang tepat sasaran juga pada akhirnya akan lebih menjamin
rasa keamanan dan kenyamanan masyarakat.

6. Pelacuran
Beberapa solusi untuk mengatasi masalah sosial ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengurangi pelacuran bahkan menghapusnya, maka kemiskinan harus dihapuskan
terlebih dahulu. Penyebab utama seseorang melacurkan diri adalah masalah kurangnya
ekonomi. Karena kemiskinan tersebut mereka tidak bisa mendapatkan pendidikan yang
memadai, sehingga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka memutuskan untuk
melacurkan diri.
2. Penutupan lokalisasi tetap perlu dilakukan. Kecenderungan untuk selalu bernegosiasi
dengan para germo dan alasan perut, tidak akan pernah menyelesaikan, karena selalu
berujung sia-sia.
3. Hukum para pria yang menggunakan jasa pelacur, karena selama ini hanya pihak wanita
yang selalu terkena hukuman.
4. Melakukan bimbingan bahwa perilaku hubungan seks yang berganti-ganti pasangan bisa
menyebabkan penularan penyakit seks seperti HIV/AIDS, raja singa, dan lainnya.
5. Melakukan pemberdayaan pada PSK, yaitu membuka kursus keterampilan singkat bagi
para penghuni lokalisasi.
6. Pengadaan acara bimbingan rohani untuk memperbaiki keimanan dan keyakinan mereka.

Anda mungkin juga menyukai