Makalah Ini Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi
Dosen:
Diah Ayu Intan Sari, Sos.,M.I.Pol.
Oleh:
Dhavina Ayunda Putri 190910101029
Muhammad Ar-Raafi Caisar Wijaya 190910101070
Denny Muhammad Reza Pahlevi 190910101095
Alya Kamila Achmad 190910101107
Isti Bakhitah Sabila 190910101122
Ilham Maulana 190910101135
5. Penelitian Sosiologis
Salah satu kebijakan dalam hal menanggulangi masalah kejahatan adalah kebijakan
kriminal (Criminal Policy). Kebijakan kriminal atau Politik kriminal adalah sebagian
daripada kebijakan sosial dalam hal menanggulangi masalah kejahatan dalam
masyarakat, baik dengan sarana penal maupun non penal.
3. Disorganisasi Keluarga
5. Peperangan
Peran pemerintah daerah tersebut diperkuat dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor
2 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012
tentang Penanganan Konflik Sosial. Peraturan Pemerintah ini mengatur berbagai ketentuan
mengenai pencegahan dini konflik, tindakan darurat penyelamatan dan perlindungan
korban, bantuan penggunaan dan kekuatan militer, pemulihan pasca konflik, peran aktif
masyarakat dalam pencegahan dan penanganan konflik, pendanaan penanganan konflik,
dan monitoring dan evaluasi konflik.
Upaya pencegahan menjadi hal yang sangat mendasar dan penting ditekankan dalam upaya
manajemen konflik horizontal yang dilakukan pemerintah daerah. Upaya pencegahan
konflik yang dilakukan dengan terstruktur, mendalam dan konsisten tentu akan membuat
akar konflik mati dan potensi-potensi konflik tidak muncul kepermukaan. Sebagaimana
tertuang dalam pasal 2 hingga pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015, upaya
pencegahan konflik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya membangun sistem
peringatan dini konflik, penguatan kerukunan umat beragama, pendidikan bela Negara dan
wawasan kebangsaan dan juga pemetaan wilayah konflik melalui penelitian yang
komprehensif guna membabat habis akar konflik.
Pemerintah daerah juga dalam hal ini harus mulai merubah paradigma pencegahan konflik,
bahwa upaya pencegahan konflik tidak dapat dilakukan dengan cara reaktif terhadap kasus
konflik yang sedang terjadi dan cenderung “jalan sendiri”. Pemerintah harus mampu
merangkul berbagai kalangan, baik masyarakat, aparat kepolisian dan militer, organisasi
sosial kemasyarakatan dan keagamaan guna mendapatkan masukan-masukan dalam setiap
upaya pencegahan konflik karena merekalah yang pada umumnya berada pada ranah akar
rumput (grassroot) dan memahami akar konflik. Pemerintah juga harus menyadarkan
berbagai golongan tersebut bahwa semua golongan tersebut memiliki potensi yang sama
besarnya untuk mengalami konflik sosial.
Dengan adanya kesadaran tersebut diharapkan satu dengan lainnya bahu membahu
mencegah timbulnya konflik sejak dini. Pencegahan konflik yang terstruktur, konsisten,
dan aktif merangkul berbagai kalangan tersebut nantinya diharapkan mampu menghasilkan
upaya pencegahan konflik yang tepat sasaran sehingga mampu memutus rantai ledakan
konflik face to face antar kelompok yang banyak menimbulkan korban jiwa dan kerugian
materi. Pencegahan konflik yang tepat sasaran juga pada akhirnya akan lebih menjamin
rasa keamanan dan kenyamanan masyarakat.
6. Pelacuran
Beberapa solusi untuk mengatasi masalah sosial ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengurangi pelacuran bahkan menghapusnya, maka kemiskinan harus dihapuskan
terlebih dahulu. Penyebab utama seseorang melacurkan diri adalah masalah kurangnya
ekonomi. Karena kemiskinan tersebut mereka tidak bisa mendapatkan pendidikan yang
memadai, sehingga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka memutuskan untuk
melacurkan diri.
2. Penutupan lokalisasi tetap perlu dilakukan. Kecenderungan untuk selalu bernegosiasi
dengan para germo dan alasan perut, tidak akan pernah menyelesaikan, karena selalu
berujung sia-sia.
3. Hukum para pria yang menggunakan jasa pelacur, karena selama ini hanya pihak wanita
yang selalu terkena hukuman.
4. Melakukan bimbingan bahwa perilaku hubungan seks yang berganti-ganti pasangan bisa
menyebabkan penularan penyakit seks seperti HIV/AIDS, raja singa, dan lainnya.
5. Melakukan pemberdayaan pada PSK, yaitu membuka kursus keterampilan singkat bagi
para penghuni lokalisasi.
6. Pengadaan acara bimbingan rohani untuk memperbaiki keimanan dan keyakinan mereka.