Anda di halaman 1dari 6

PENGGUNAAN KAIDAH TATA BAHASA YANG SALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Problematika Berbahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Ngatman. M.Pd

Disusun Oleh

1. Lestari Endah Triutami ( K7116100)


2. Nurul Safitri (K7116139)
3. Tripurna Widiyani (K7116205)

Kelas VII C

PROGRAM STUDI S-1 PGSD KAMPUS VI KEBUMEN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2019
A. Tata Bahasa
Pemahaman antara bahasa dengan tata bahasa, tentunya memiliki hubungan yang
tidak terpisahkan. Tata bahasa muncul ketika bahasa lebih dulu ada. Bahasa yang
merupakan hasil dari kebudayaan masyarakat sebenarnya tidak terlalu menghiraukan
aturan-aturan dalam bahasa tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu, para ahli bahasa
mendalami ilmu bahasa, sehingga bahasa dapat diuraikan dan dideskripsikan seperti saat
ini. Jika dipahami dari segi maknanya, kata tata dalam kata “tata bahasa”, menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kaidah, aturan, dan susunan; cara menyusun;
sistem. Dengan demikian, makna dari tata bahasa adalah aturan atau kaidah yang menata
perilaku bahasa di dalam pemakaiannya.
Dalam Kamus Linguistik (Kridalaksana, 2001: 66), tata bahasa memiliki dua
pengertian, yaitu 1) subsistem dalam organisasi bahasa di mana satuan-satuan bermakna
bergabung untuk membentuk satuan-satuan yang lebih besar. Secara kasar, tata bahasa
terbagi atas morfologi dan sintaksis, dan terpisah dari fonologi, semantik, dan leksikon;
2) seluruh sistem hubungan struktural dalam bahasa dan dipandang sebagai seperangkat
kaidah untuk membangkitkan kalimat, di dalamnya tercakup pula fonologi dan semantik.
Secara garis besar, menurut Kridalaksana dalam Pembentukan Kata dalam Bahasa
Indonesia (2010: 5) membagi subsistem bahasa menjadi tiga bagian, yaitu subsistem
fonologis, gramatikal, dan leksikal.
Dalam sistematika bahasa, konsep tata bahasa berpadanan dengan konsep gramatikal.
Menurut Wedhawati (2006: 29), konsep tata bahasa merupakan salah satu subsistem
bahasa. Subsistem tersebut memiliki dua pengertian, yaitu pengertian secara luas dan
sempit. Pengertian secara sempit, berarti tata bahasa melingkupi sintaksis (cabang ilmu
bahasa atau linguistik yang membahas hubungan antarkata di dalam kalimat) dan
morfologi (cabang linguistik yang membahas tentang proses pembentukan kata). Di
dalam pengertian luas, tata bahasa selain mencakup morfologi dan sintaksis, konsep tata
bahasa juga mencakup fonologi (cabang linguistik yang membahas bunyi bahasa
berdasarkan fungsinya), wacana (cabang linguistik yang membahas struktur penataan
kalimat di dalam suatu teks sehingga membentuk satu kesatuan informasi yang lengkap
serta padu), dan pragmatik (cabang linguistik yang membahas struktur bahasa sebagai
alat komunikasi dalam hubungannya dengan aspek situasi tutur yang bersifat
ekstralingual). Menurut Keraf (1999: 17), tata bahasa dibagi menjadi dua macam
pengertian. Pertama, cabang ilmu bahasa yang mempelajari dan mendeskripsikan kaidah-
kaidah yang menjadi dasar bentuk sebuah bahasa; dan kedua, semacam buku yang
memuat himpunan kaidah dan patokan umum mengenai struktur suatu bahasa.
Dapat disimpulkan bahwa tata bahasa memiliki sebuah pengertian yaitu, cabang ilmu
bahasa yang mempelajari tentang strukur dan kaidah-kaidah dalam suatu bahasa. Karena
itu, telah disepakati bahwa struktur suatu bahasa mencakup bidang-bidang tata bunyi, tata
bentuk, tata kalimat, dan tata makna. Atau dengan kata lain, tata bahasa memliki ruang
lingkup fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.
B. Kesalahan Tata Bahasa

Kalimat yang tidak menyimpang dari kaidah bahasa maksudnya adalah kalimat yang
cermat baik dari segi pemilihan kata dan bentukan kata maupun susunan kalimatnya
memenuhi aturan sintaksis yang benar. Sebaliknya, kalimat yang menyimpang dari
kaidah bahasa, susunan kalimatnya tidak sesuai dengan aturan sintaksis yang benar.
Contoh:

1. Pada jadwal di atas menunjukkan kereta eksekutif Argo Bromo berangkat pada pukul
15.00 dari Gambir.
2. Bagi yang menitip sepeda motor harus dikunci.
3. Yang punya HP harus dimatikan.
4. Masing – masing mendapatkan satu kursi
5. Setelah kencing, harap disiram
6. Beli dua dapat satu
7. Terima kost
8. Melayani COD
Kalimat di atas meskipun dapat dipahami tapi terasa janggal didengar. Pada kalimat
pertama terasa ada yang kurang secara sintaksis. Jabatan subjeknya tidak ada karena
penggunaan kata tugas “pada”. Jika kata “pada” dihilangkan, akan terasa lebih tepat.
Penggunaan kata tugas “bagi”.
Pada kalimat kedua juga tidak pada tempatnya dan tidak perlu sebab yang dimaksud
sesungguhnya adalah sepeda motor yang dititipkan bukan orangnya. Kalimat kedua
mengandung pengertian bahwa yang dititipkan adalah pemilik sepeda motor atau
orangnya. Demikian pula pada kalimat ketiga, yang dimatikan adalah HP bukan pemilik
HP. Perbaikan kalimat di atas ialah:
1. Jadwal di atas menunjukkan kereta api eksekutif Argo Bromo berangkat pada pukul
15.00 dari Gambir .
2. Sepeda motor yang dititipkan harus dikunci.
3. Yang memiliki HP agar mematikan HP-nya.
4. Masing – masing menduduki satu kursi
5. Setelah kencing, closet harap disiram
6. Beli dua dapat tiga
7. Menyediakan tempat tinggal ( indekost)
8. Menawarkan layanan COD
Kalimat juga harus logis atau dapat dinalar oleh akal. Meskipun secara gramatikal
sesuai dengan kaidah namun jika tidak logis, kalimat tersebut tak akan dapat dipahami
dengan baik bila disampaikan kepada orang lain. Contoh:
 Anak-anak itu sedang asyik makan pohonan.
 Ini adalah daerah bebas parkir.
 Di sini tempat pendaftaran buta huruf.
Ketiga kalimat di atas salah nalar. Kalimat pertama jelas tidak masuk akal. Secara
akal sehat, tidak ada manusia yang memakan pohonan sebab pengertian pohonan adalah
keseluruhan pohon dari akar dan batang hingga daun. Kata pohonan juga dapat dimaknai
banyak pohon. Meskipun secara struktur kalimatnya benar karena ada subjek, predikat,
dan objek, tapi secara nalar tidak masuk akal.
Kalimat kedua dan ketiga juga tidak tepat. Pengertian bebas parkir harusnya sama
dengan bebas narkoba, bebas becak, dan bebas bea yang artinya daerah tersebut tidak ada
lagi narkoba, becak, atau pungutan. Tapi arti bebas parkir mengapa jadi boleh parkir
tanpa bayar. Kalimat ketiga maksudnya bagi yang buta huruf agar mendaftar di tempat ini
untuk mendapatkan pengajaran. Pengertian pada kalimat di atas adalah orang
mendaftarkan diri agar jadi buta huruf. Perbaikan kalimat-kalimat di atas, yaitu:
1. Anak-anak itu sedang asyik mengumpulkan pohonan.
2. Ini adalah daerah boleh parkir bebas atau parkir gratis.
3. Di sini tempat pendaftaran kursus paket A bagi yang buta huruf.

c. Kesalahan Struktur
Aktif dan Pasif
Orang sering tak menyadari bahwa kalimat yang dipakai sebenarnya berada di garis
batas antara bentuk aktif dan juga bentuk pasif. Sebuah pernyataan dikatakan kalimat
aktif, akan tetapi tak memenuhi syarat-syarat sebagai kalimat aktif; dan dikatakan kaliamt
pasif, tetapi tidak memenuhi syarat sebagai kalimat pasif.
Contoh : Saya sudah katakan bahwa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu
tidak mudah.
Penjelasan contoh kalimat
Kalimat tersebut menimbulkan kerancuan dimana unsur manakah yang menjadi
subjek kalimat itu. Apakah saya atau bahwa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar
itu tidak mudah. Andai saya sebagai subjek, verba pengisi predikat itu tidak benar. Verba
seharusnya berbentuk aktif yang ditandai oleh awalan meng- karena subjek kalimat
adalah berperan sebagai pelaku.
Kalimat tersebut juga bsa bersubjek bahwa berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar itu tidak mudah. Jika unsur itu merupakan subjek, bentuk predikat kalimat itu tidak
benar. Karena subjek adalah sasaran (bukan pelaku), predikat kalimat itu seharusnya
berbentuk pasif yaitu :
sudah saya katakan bahwa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu tidak mudah.
Ataupun
Bahwa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu tidak mudah sudah saya katakan.
Demikian juga, kalimat berikut bsa diperbaiki dengan cara seperti kalimat tersebut.
Cotoh Kalimat tidak benar
Banyak buku saya telah baca, tetapi saya tidak temukan petunjuk penggunaan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.

Kalimat Perbaikan
1. Banyak buku telah saya baca, tetapi petunjuk penggunaan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar tidak saya temukan.
2. Telah kami baca banyak buku, tetapi tidak kami temukan petunjuk penggunaan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
3. Saya telah membaca banyak buku, tetapi tidak (saya) menemukan petunjuk
penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
4. Banyak buku, saya telah membacanya, tetapi mengenai petunjuk penggunaan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, saya tidak menemukannya

Daftar Pustaka

Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. 2008. Diunduh dari http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id


pada tanggal 2 Juni 2012.

Keraf, Gorys. 1999. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wedhawati, dkk. 2006. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Diunduh
dari http://books.google.co.id pada tanggal 31 Mei 2012.

Anda mungkin juga menyukai