Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2012 (SNATI 2012) ISSN: 1907-5022

Yogyakarta, 15-16 Juni 2012

PENGGUNAAN TEORI INSTITUSIONAL DALAM PENELITIAN TEKNOLOGI


INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI INDONESIA
Agung Darono 1
1
Balai Diklat Keuangan Malang, Kementerian Keuangan RI
Jl.Ahmad Yani Utara Nomor 200 Malang 65125
Telp. (0341)491527, Faks. (0341)492251
E-mail: agung.darono@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK
Terdapat banyak faktor sosial (non-teknologi) yang dapat memengaruhi keberhasilan implementasi sistem
informasi sebagai perangkat manajerial organisasi. Beberapa peneliti telah mengidentifikasi bahwa salah satu
faktor tersebut adalah faktor institusional. Faktor institusional merupakan hal yang sulit (jika tidak dapat
dikatakan “tidak mungkin”) terpisahkan dari keberadaan sistem informasi dalam suatu organisasi. Berbagai
faktor institusional tersebut dapat diidentifikasi dalam berbagai area praktik TIK, mulai dari penetapan strategi,
siklus akuisisi/pengembangan sistem, operasionalisasi sistem informasi hingga tata kelola organisasi. Penelitian
dengan menggunakan analisis wacana, ini berusaha untuk menyajikan fakta bahwa terdapat faktor-faktor
institusional yang sebaiknya dipertimbangkan dalam implementasi sistem/teknologi informasi untuk melengkapi
berbagai faktor (pendekatan) teknis-informatika lainnya. Tulisan ini menampilkan ide-ide utama dari teori
institusional yang berkaitan dengan implementasi TIK disertai dengan beberapa deskripsi kasus singkat.
Pemahaman akan hal ini diharapkan membuat para peneliti/praktisi TIK dapat menganalisis berbagai artifak
TIK, tidak hanya dari sudut pandang teknis semata namun juga sebagai bagian dari struktur sosial yang lebih
luas.

Kata kunci: teori institusional, penelitian, TIK

1. PENDAHULUAN Kling (1999) mendefinisikan Informatika Sosial


Organisasi dan masyarakat seharusnya tidak sebagai kajian multi-disiplin tentang perancangan,
lagi memandang implementasi sistem informasi penggunaan dan berbagai konsekuensi teknologi
berbasis teknologi informasi hanya dengan informasi dengan menyertakan interaksi berbagai hal
menggunakan sudut pandang determinisme tersebut dengan konteks budaya dan
teknologi. Dalam konteks ini, kemampuan dan institusionalnya. Pemilihan istilah “institusional”
penguasaan teknologi (TIK) bukanlah satu-satunya dalam definisi Informatika Sosial yang diberikan
faktor kesuksesan implementasi dan operasionalisasi Kling tersebut tentunya mempunyai alasan
suatu sistem. Kesadaran akan pentingnya aspek- tersendiri. Beberapa hal ini mengisyaratkan bahwa
aspek institusional yang berkaitan dengan aspek institusional yang berkaitan dengan sistem
pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi informasi merupakan satu hal yang perlu
(TIK) secara umum ataupun dalam implementasi mendapatkan perhatian khusus.
sistem informasi di suatu industri/organisasi telah Beberapa peneliti juga telah mengungkapkan
menjadi salah topik menarik dalam penelitian sistem arti penting aspek institusional dalam sistem
informasi. informasi ini sebagai tema penelitiannya. Laporan
Terdapat banyak faktor di luar teknologi yang OECD (Storz dan Moerke, 2007, h.3) menyebutkan
dapat memengaruhi kesuksesan implementasi sistem bahwa TIK merupakan teknologi yang dapat
informasi (Orlikowski, 1991; Svejvig, 2010). mendorong pertumbuhan (drivers of growth)
Penelitian yang dilakukan antara lain oleh Dhillon masyarakat dalam suatu negara. Lebih jauh
dkk. (2011), Henningsson dan Henriksen (2011), ditekankan, bahwa negara yang tidak berhasil
Wahid (2011), Priyatma dan Mohammed (2010), memapankan industri berbasis TIK-nya maka ia
Darono (2010), ataupun Markus (1983) akan kehilangan kesempatan untuk tumbuh, dan
menunjukkan bahwa penggunaan teknologi untuk itu diharapkan segera mengembangkan
informasi tidak dapat dilepaskan dari berbagai kebijakan yang mendukung TIK. Storz dan Moerke
konteks organisasional, kepemimpinan, sosial, selanjutnya menelaah bagaimana pentingnya
budaya, ataupun politik dalam suatu dukungan institusional terhadap industri TIK dan
organisasi/masyarakat/negara. kemudian membandingkan keberadaan dukungan
Menyadari bahwa terdapat banyak faktor institusional tersebut di tiga negara yang berbeda
sosial-non-teknologi yang dapat memengaruhi (Amerika Serikat, Jepang dan Jerman).
keberhasilan suatu sistem informasi maka Profesor Lebih mendalam dan detil lagi, Rowland
Rob Kling dan rekan-rekannya pada tahun 1996 (2008) menggunakan teori institusional ini untuk
membangun satu disiplin baru yang kemudian ia meneliti berbagai aspek yang berkaitan dengan
namakan sebagai Informatika Sosial (Syahra, 2006). manajemen pengembangan sistem informasi (system
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2012 (SNATI 2012) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 15-16 Juni 2012

development management/SDM). Rowland terpublikasikan, buku teks, surat kabar, majalah,


menyimpulkan bahwa: surat-surat, film, catatan harian, naskah, artikel, dan
“... The findings show how the SDM exerts its sejenisnya. Pendekatan ini jenis ini juga dapat
influence in the bank through a combination of menggali pikiran seseorang yang tertuang di dalam
shared regulative, normative, and cultural- buku atau naskah-naskah yang terpublikasikan.
cognitive elements. As a second contribution to Pendekatan ini nantinya akan memberikan gambaran
research, the study operationalises a framework atas suatu topik yang berkenaan untuk kemudian
derived from new institutional theory that mengemukakan berbagai implikasi yang timbul.
integrates elements of a social actor model Merujuk Riduan, (2008) upaya
outside its original domain to provide a deeper penginterpretasian teks untuk memperoleh
understanding of the institutional forces at play pemahaman ini dikenal sebagai hermeneutika
in information systems development. All these (hermeneutics). Dalam pandangan ini, pemanfaatan
findings are significant in that they draw TIK dalam suatu organisasi merupakan suatu teks.
attention to the role of institutional carriers, Artinya, pemanfaatan tersebut harus tidak dapat
control structures, conflicting interests, and dilepaskan dari konteks, yaitu tergantung pada siapa
power that appear largely outside the domain of yang menafsirkan, waktu, situasi, kepentingan atau
the systems developer.” tujuan pembacaan, pengetahuan, kebiasaan,
Lalu, bagaimana halnya dengan penelitian pengalaman, serta latar belakang lainnya. Menurut
sejenis yang dilakukan di Indonesia? Sejauh Rahardjo Rahardjo, (2010), pendekatan ini bersifat
penelusuran peneliti, belum banyak penelitian di deskriptif, tidak bertujuan untuk menguji hipotesis
bidang sistem informasi di Indonesia yang atau membuktikan keabsahan teori. Analisis dalam
menggunakan teori institusional. Penelitian tersebut pendekatan ini merupakan suatu eksplorasi atas
antara lain: Pendit (2005), Utama (2007), konsekuensi yang muncul dari topik penelitian.
Pangaribuan (2008), Perdana (2011), dan Darono
(2011). 3. TEORI INSTITUSIONAL: RUANG
Berdasarkan berbagai uraian di atas, dapat LINGKUP KAJIAN
ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek institusional Secara terminologi, institusional berasal dari
merupakan hal yang sulit terpisahkan dari kata institusi. Beberapa pakar sosiologi di Indonesia
keberadaan sistem informasi dalam suatu organisasi. mencoba untuk memberikan padanan kata institusi
Aspek institusional ini juga dapat diidentifikasi ini ke dalam Bahasa Indonesia. Soemardjan, Tan
dalam berbagai area praktik TIK, mulai dari dan Bachtiar memberikan padanan “lembaga
penetapan strategi, siklus akuisisi/pengembangan kemasyarakatan”. Sementara itu Koentjaraningrat
sistem, operasionalisasi sistem informasi hingga tata memberikan istilah “pranata” (Sunarto, 2004).
kelola organisasi. Hal inilah yang memotivasi Sedangkan, Deliarnov (2006) dan juga Rachbini ()
penelitian ini untuk mengeksplorasi bagaimana teori memadankan istilah institusi ini dengan
institusional ini dapat digunakan dalam penelitian “kelembagaan”. Tulisan ini menggunakan tetap
TIK. menggunakan istilah institusi semata-mata untuk
kepentingan praktis agar tidak rancu dengan
2. METODE PENELITIAN pengertian lembaga yang sering diartikan secara
Penelitian ini menggunakan metode sempit sebagai organisasi ataupun pranata yang
penelitian kualitatif dengan pendekatan (atau teknik memang sangat jarang digunakan
penelitian) analisis wacana (discourse analysis) atau Banyak definisi yang diberikan untuk istilah
disebut juga analisis teks (Hamad, 2004; BPPK, institusi ini. Peneliti lebih cenderung untuk
2009). Analisis wacana lebih menekankan mengemukakan beberapa karakteristik dari apa yang
pemaknaan teks daripada penjumlahan unit kategori nantinya bisa disebut sebagai institusi. Menurut
sebagaimana yang dilakukan dalam analisis isi Gillin dan Gillin dalam Manggolo (2011),
(content analysis). Analisis wacana cenderung karakteristik sebuah institusi adalah: (1) berupa
memfokuskan pada pesan laten (tersembunyi) dari organisasi pemikiran; (2) mempunyai tingkat
makna suatu pesan dengan demikian tidak bisa kekekalan tertentu; (3) mempunyai tujuan yang
hanya ditafsirkan sebagai apa yang tampak nyata ingin dicapai; (4) mempunyai perangkat untuk
dalam teks, namun harus dianalisis dari makna yang mencapai tujuannya; (5) dalam bentuk simbol-
tersembunyi. Kecenderungan analisis wacana adalah simbol; (6) memiliki dokumentasi baik tertulis
memunculkan muatan, nuansa, dan makna dalam maupun tak-tertulis. Berdasarkan karakteristik
teks (Eriyanto, 2002; Hamad, 2004) tersebut peneliti memilih definisi yang cukup
Mengacu Rahardjo, (2010), alasan peneliti mewakili sebagaimana yang disampaikan oleh
menggunakan pendekatan ini adalah karena Surbakti (2011), institusi adalah pola-pola perilaku
pendekatan ini menitikberatkan pada analisis atau yang stabil, bermakna dan berulang-ulang.
interpretasi bahan tertulis berdasarkan konteksnya. Teori institusional berangkat dari kajian-
Dalam pendekatan analisis teks ini, sumber data kajian di bidang sosiologi. Sunarto (2004, h. 53)
penelitian dapat berupa dokumen/catatan yang mengungkapkan pendapat Emile Durkheim yang
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2012 (SNATI 2012) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 15-16 Juni 2012

menyatakan studi sosilogi adalah studi tentang munculnya network enterprise. Bentuk ini adalah
institusi. Selanjutnya Sunarto menjelaskan bahwa suatu perusahaan yang sistem sarananya dibangun
istilah institusi ini berkembang ke disiplin ekonomi, dari titik temu sejumlah segmen dengan sistem
politik, hukum ataupun studi organisasi. Merujuk tujuan otonom. Jaringan dalam konteks ini adalah
Powell (2007), dalam ranah sosiologi organisasi ini, serangkaian simpul yang terkait satu sama lain.
muncullah nama-nama seperti John Meyer, Brian Wujud nyatanya adalah perusahaan multinasional
Rowan, Richard Scott ataupun Lynne Zucker yang menggurita di berbagai negara karena
sebagai pembawa ide neo-institusionalisme. Dalam didukung oleh kemampuan teknologi informasi yang
pandangan mereka ini struktur organisasi formal terintegrasi.
tidak hanya merefleksikan permintaan teknis dan Beranjak dari berbagai prediksi di atas dan
kebergantuan sumber daya namun juga membentuk bahkan beberapa dari prediksi tersebut sudah terjadi
tekanan institusional, termasuk mitos-mitos yang maka memang diperlukan satu perspektif yang
dirasionalkan, legitimasi pengetahuan melalui berbeda untuk melihat keberadaan TIK dalam suatu
pendidikan, profesi, opini publik ataupun hukum. organisasi/masyarakat. Hal inilah yang akhirnya
Para pendukung neo-institusionalisme ini menjadi jawaban dari pertanyaan dalam sub-judul
menekankan bahwa organisasi terbenam dalam ini, mengapa perspektif institusional untuk
lingkungan sosial dan politik sehingga praktik- penelitian (dan juga praktik-operasional) TIK itu
praktik dan sturktur organisasional sering berupa penting.
refleksi atau tanggapan terhadap aturan, Lebih jauh, agar perspektif ini dapat
kepercayaan, kebiasan yang sudah terbangung dalam dioperasionalisasikan, peneliti mengungkapkan
lingkungan yang lebih luas. beberapa hasil penelitian terdahulu tentang
Scott (2004) mengemukakan bahwa teori bagaimana teori institusional ini dapat dimanfaatkan
institusional memberi perhatian yang mendalam dan untuk kepentingan penelitian TIK. Orlikowski dan
sungguh-sungguh pada struktur sosial. Teori ini Barley (2001) mengemukakan teori institusional ini
memperhatikan bagaimana struktur, seperti skema, dapat memberikan analisis alternatif dengan:
aturan, norma dan rutin, menjadi bentuk yang “develop a more structural and systemic
bersifat otoritatif untuk terjadinya perilaku sosial. understanding for how technologies are
Teori institusional mempertanyakan bagaimana hal- embedded in complex interdependent social,
hal tersebut dibuat, berpadu, diadaptasi dalam ruang economic, and political networks, and how they
dan waktu. Merujuk Gerhard Linski dalam Sunarto are consequently shaped by such broader
(2004) dan juga Svejvig (2010) teori institusional institutional influences”
dapat membahas perilaku sosial baik dalam jenjang Sementara itu, secara lebih luas dan detil
makro-struktur, meso-struktur ataupun mikro- Svejvig (2010) mengemukakan adanya ide-ide
struktur. utama (key features) dalam teori institusional yang
berkaitan dengan penelitian TIK. Walaupun Svejvig
4. PERSPEKTIF INSTITUSIONAL DALAM menyebutkan spesifik dalam konteks penelitian
PENELITIAN TIK: MENGAPA enterprise system namun dalam hemat peneliti hal
PENTING? ini juga dapat diterapkan untukanalisis pemanfaatan
Sejalan dengan perkembangan teori TIK dalam organisasi secara umum (Tabel 1).
institusional dalam kajian sosiologi organisasi, para Pemahaman akan key feature ini diharapkan
sosiolog juga mulai memperhatikan peranan TIK membuat para peneliti TIK dapat menganalisis
sebagai salah satu faktor yang dapat memicu berbagai artifak TIK tidak hanya dari sudut pandang
perubahan sosial. Sugihartati (2011) mengacu teknis semata namun juga sebagai bagian dari
Daniel Bell yang pada awal 1970an menyatakan struktur sosial yang lebih luas.
akan munculnya masyarakat pasca-industri di mana
Tabel 1. Key Features Teori Institusional untuk
pada masyarakat tersebut informasi serta teknologi
Penelitian TIK (Svejvig, 2010)
informasilah yang menjadi kekuatan utama
Key Feature Deskripsi
penggerak dinamika masyarakat dan perubahan
sosial. Selanjutnya Bell menekankan bahwa dalam Tekanan Tekanan dapat bersifat
konteks hubungan dan interaksi antar manusia, kompetitif dan koersif, normatif ataupun
termasuk kompetisi di antara mereka, informasi institusional yang kognitif;
merupakan sumber daya dasarnya. Bahkan hal ini mengarah pada Situasi sosial berisi
juga memengaruhi materi pekerjaan manusia pada isomorfisme elemen non-rasional dan
umumnya yang bergeser menjadi bagaimana rasional yang saling
mereka mengelola informasi untuk kepentingan memengaruhi
sosial, ekonomi maupun politik.
Selain Bell, pakar sosiologi yang juga
menyatakan peran penting TIK dalam perubahan
sturktur sosial adalah Manuel Castell sebagaimana
dikutip Sugihartati (2011) mengemukakan
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2012 (SNATI 2012) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 15-16 Juni 2012

Key Feature Deskripsi dari para operator telepon seluler. Hal yang cukup
Mitos-mitos yang Mitos yang menarik dari kasus ini adalah sebenarnya para
dirasionalisasikan dirasionalisasikan pengusaha “server-pulsa” ini mencoba mengatasi
berkaitan dengan sistem penjatahan tersebut dengan menggunakan
prosedur-prosedur teknis, mekanisme saling tukar persediaan (stok) pulsa
akuntansi, seleksi dengan cara Host-to-Host berbasis satu protokol
personalia, ataupun antar mereka yang mereka namakan “Protokol
pemprosesan data; Bandung”.
Hal-hal tersebut
terinstitusionalisasikan 5.2 Pembatalan e-Reporting bagi Perusahaan
sebagai sesuatu yang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pantas, rasional, modern Kasus ini adalah bagaimana Bursa Efek
walaupun belum tentu Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia)
efisien membatalkan ketentuan tentang e-Reporting karena
Analisis Teori instituisonal dapat adanya keputusan Komisi Pengawas Persaingan
bertingkat yang diaplikasikan pada Usaha (KPPU) yang menyatakan adanya praktik
menghubungkan berbagai tingkatan sejak bisnis tidak sehat dalam pelaksanaan e-Reporting
antara struktur- dari masyarakatm, tersebut.
makro dengan organisasi, sampai “... BEJ resmi mencabut surat edaran No. SE-
struktur-mikro dengan orang; 009/BEJ/10-2004, tanggal 5 Oktober 2004 tentang
Proses top-down penerapan penyampaian laporan oleh perusahaan
membentuk struktur tercatat melalui sistem JSX e-reporting dan
yang lebih rendah; monitoring.
Sementara proses BEJ sempat menyetujui untuk menggunakan PT
bottom-up mereproduksi Limas Stokhomindo Tbk sebagai vendor sistem e-
dan mengubah konteks reporting. Namun kemudian penunjukan itu
dimana mereka dibatalkan. PT Limas Stokhomindo menjadi
beroperasi penyedia jasa pelaporan data emiten secara
Logika Logika institutional elektronik (e-reporting) menyusul tudingan tidak
institutional adalah serangkaian adanya transparansi menyangkut penunjukkan PT
bentuk praktis dan Limas.
simbolik yang Akibatnya Komisi Pengawas Persaingan Usaha
menghubungkan institusi (KPPU) memeriksa BEJ dan Limas. Keduanya akan
dan tindakan dan hal ini diperiksa karena diduga melanggar praktek anti
memungkinkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
hubungan antara Melihat hal itu, Bapepam berulang kali meminta
perspektif struktur dan manajemen BEJ untuk mengkaji ulang penunjukan
proses-mikro PT Limas tersebut ...”.
(Sumber: http://www.suarakarya-
online.com/news.html?id=126146)
5. BEBERAPA KASUS
Sebagaimana telah diuraikan dalam bagian 5.3 Penghimpunan Data dan Informasi yang
sebelumnya bahwa teori institusional dapat dipilih Berkaitan dengan Perpajakan
sebagai alat analisis dalam penelitian TIK karena Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan
karakterisitknya yang dapat menelaah berbagai Pemerintah No. 31/2012 tentang Pemberian dan
perilaku yang terjadi dalam suatu struktur sosial. Penghimpunan Data Dan Informasi yang Berkaitan
Termasuk dalam hal ini adalah beberapa kasus yang dengan Perpajakan. Peraturan ini merupakan aturan
terkait dengan pemanfaatan TIK sebagai perangkat pelaksanaan dari Pasal 35A UU Ketentuan Umum
manajerial organisasi. Berikut adalah beberapa kasus dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Hal menarik yang
yang berkaitan dengan pemanfaatan TIK dalam perlu dicermati dari ketentuan ini dalam hemat
(hubungan-antar) organisasi yang dapat dilihat peneliti adalah bahwa sebenarnya secara teknis
secara lebih komprehensif dengan menggunakan penghimpunan data tersebut tidak terlalu sulit
perspektif teori institusional. namun lebih pada masalah-masalah institusional.
Perlu diingat bahwa aturan tentang hal ini sudah
5.1 Sistem “Kluster” dalam Bisnis Pulsa meningkat “magnitude” karena pada mulanya aturan
Telepon Elektrik seperti ini hanya pada tingkat keputusan presiden
Kasus ini menarik perhatian karena sempat (Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 tentang
terjadi demo oleh para pengusaha “server-pulsa” Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 42
yang tidak dapat berjualan pulsa elektrik secara Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
bebas karena adanya sistem penjatahan (“kluster”) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) namun
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2012 (SNATI 2012) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 15-16 Juni 2012

sepertinya dukungan pada level tersebut kurang kuat Academic Conference on Accounting, Business,
sehingga perlu diperkuat dengan mencantumkannya and Public Sector – IKANAS 2010.
dalam pasal UU dan dilaksanakan dengan PP. Darono, Agung. 2011. Penggunaan Teknologi
Berbagai kasus singkat di atas menunjukkan Informasi dalam Pengelolaan Keuangan Negara:
bahwa teori institusional dapat digunakan Tinjauan Paradigma Institusional Makalah yang
mengungkap berbagai fenomena di balik kejadian dipresentasikan pada Konferensi Nasional
secara lebih komprehensif untuk nantinya (jika Informatika (KNIF). Sekolah Teknik Elektro dan
mungkin) menemukan solusi bisnis tertentu. Informatika Institut Teknologi Bandung.
Artinya, ada tekanan-tekanan institusional tertentu Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta.
yang akhirnya mendesak para pengusaha ini mencari Erlangga.
solusi teknis atau sebaliknya solusi teknis yang Dhillon, Gurpreet S.. Caldeira, Mário & Wenger,
tidak dapat berjalan karena faktor institusional yang Mitchell R. 2011. Intentionality and power
tidak mendukung. interplay in IS implementation: The case of an
asset management firm. Journal of Strategic
6. PENUTUP Information Systems, Volume 2011, Nomor 20.
Penelitian di bidang TIK di Indonesia 438-448.
memang sebaiknya mulai memikirkan untuk Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi,
merancang penelitian dengan horizon yang lebih Ideologi, dan Politik Media. . Yogyakarta.
luas dengan melibatkan disiplin ilmu yang lain. LkiS,.
Berdasarkan beberapa kasus sederhana yang peneliti Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik
temukan dan paparkan, terdapat beberapa hal yang dalam Media Massa. Jakarta. Granit.
menjadikan pemanfaatan TIK sebagai perangkat Henningsson, Stefan & Henriksen, Helle Zinner.
manajerial, sosial kemasyarakatan ataupun 2011. Inscription of behaviour and flexible
kepemenrintahan tidak berjalan efektif bukan karena interpretation in Information Infrastructures: The
secara teknis aplikasi TIK itu tidak memadai namun case of European e-Customs. Journal of Strategic
lebih pada konteks sosial (institusional)-nya tidak Information Systems, Volume 2011, Nomor 20.
terpetakan dengan baik. 355-372.
Salah satu cara yang memungkinkan inklusi Kling, Rob. 1999. What is Social Informatics and
disiplin non-teknik-informasi (sosial, politik, Why Does it Matter? D-Lib Magazine, Volume
budaya) inisiatif untuk mengintegrasikan beberapa 5, Nomor 1.
mata kuliah di bidang/jurusan informatika dengan http://www.dlib.org/dlib/january99/kling/01kling
(misalnya) sosiologi. Tanpa harus membuka jurusan .html
barupun, dalam hemat penulis hal ini bisa dilakukan. Lim, Merlyna. 2005. @rchipelago Online: The
Secara teknis, misalnya seorang mahasiswa S-2 di Internet and Political Activism in Indonesia.
bidang informatika karena ia ingin mempunyai Unpublished Ph.D Dissertation Enschede the
keahlian dalam bidang antropologi digital maka ia Netherlands: University of Twente
diperbolehkan mengambil 6 SKS pilihan (ekletif) di Manggolo, Herwanto Aryo. 2011. Pranata Sosial:
jurusan antropologi Pengertian dan Fungsi. Sosiologi Teks Pengantar
Siapa yang mau memulai (di Indonesia)? dan Terapan. Narwoko, J. D. & Suyanto, B.
Jakarta. Kencana.
DISCLAIMER Markus, M. Lynne. 1983. Power, Politics, and MIS
Tulisan ini adalah pendapat pribadi penulis. Sama Implementation. Communications of the ACM,
sekali tidak berhubungan/mencerminkan kebijakan Volume 26, Nomor 6.
tempat penulis bekerja atau berafiliasi Orlikowski, W.J. 1991. Integrated Information
Environment or Matrix of Control? The
ACKNOWLEGDMENT Contradictory Implications of Information
Tulisan ini merupakan bagian dari penulisan tesis Technology. Accounting, Management and
yang sedang dikerjakan peneliti di Program Magister Information Technologies, Volume 1, Nomor 1.
Teknologi Informasi (Konsentrasi: CIO), Jurusan 9-42.
Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Orlikowski, W.J. & Barley, S.R. 2001. Technology
Teknik, Universitas Gadjah Mada. and Institutions: What can Research on
Information Technology and Research on
PUSTAKA Organizations Learn from Each Other? . MIS
BPPK. 2009. Pedoman Penyusunan Kajian Quarterly, Volume 25, Nomor 2. 145-165.
Akademis Badan Pendidikan dan Pelatihan Pangaribuan, Hisar. 2008. Sistem Informasi yang
Keuangan. Jakarta. Badan Pendidikan dan Terintegrasi dan Akuntansi Manajemen. Jurnal
Pelatihan Keuangan. Ekonomi dan Bisnis, Volume 2, Nomor 1. 14-
Darono, Agung. 2010. Sistem Perpajakan Self 25.
Assessment Di Indonesia: Perspektif Politik http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21081425.
Informasi. Makalah yang dipresentasikan pada pdf
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2012 (SNATI 2012) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 15-16 Juni 2012

Pendit, Putu Laxman. 2005. Telematika untuk in Organizations using Institutional Theory – A
riset:sebuah kajian informatika sosial melalui Case Study Approach. Unpublished Ph.D. Thesis
pengembangan komunitas peneliti cyber. Aarhus University.
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Syahra, Rusydi. 2006. Informatika Sosial: Peluang
Universitas Indonesia dan Tantangan. Komunika, Volume 9, Nomor
Perdana, Arif. 2011. Isomorfisma Dalam Adopsi 1. 61-74.
Teknologi Informasi Pada Usaha Mikro, Kecil Utama, Agung. 2007. Pengaruh Faktor Institusional,
Dan Menengah (UMKM) Makalah yang Sosial Serta Individu Terhadap Keyakinan
dipresentasikan pada Seminar Nasional Aplikasi Manfaat Menggunakan Teknologi Informasi.
Teknologi Informasi (SNATI). Universitas Islam Yogyakarta: Jurusan Manajemen Universitas
Indonesia, Yogyakarta. Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/vie Wahid, Fathul. 2011. Explaining Failure of e-
wFile/2167/1994 Government Implementation in Developing
Powell, Walter W. 2007. The New Institutionalism. Countries: a Phenomenological Perspective.
International Encyclopedia of Organization Makalah yang dipresentasikan pada Seminar
Studies. Clegg, S. R. & Bailey, J. Sage Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI)
Publications, Inc. 2011. Universita Islam Indonesia, Yogyakarta.
Priyatma, Johanes Eka & Mohammed, Zainal D21-D25.
Abidin. 2010. Opening thr Blackbox of
Leadership in the Successful Development of e-
Government in Sragen. Makalah yang
dipresentasikan pada Konferensi Nasional
Sistem Informasi (KNSI) 2011. STMIK MDP
Palembang. 163-175.
Rahardjo, Mudjio. 2010. Jenis dan Metode
Penelitian Kualitatif.
http://mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/215-
jenis-dan-metode-penelitian-kualitatif.html.
Riduan, Akhmad. 2008. Realitas Referensial Laba
Akuntansi sebagai Refleksi Kandungan
Informasi: Studi Interpretif-Kritis dari
Komunitas Akuntan dan Non-Akuntan. Makalah
yang dipresentasikan pada Prosiding Simposium
Nasional Akuntansi XI. Universitas Tanjung
Pura. Pontianak.
Rowlands, Bruce. 2008. Institutional Aspects of
Systems Development. Makalah yang
dipresentasikan pada 19th Australasian
Conference on Information Systems. 856-866.
Scott, W. Richard. 2004. Institutional Theory:
Contributing to a Theoritical Research Program.
Great Minds in Management: The Process of
Theory Development. Smith, K. G. & Hitt, M. A.
Oxford University Press.
Storz, Cornelia & Moerke, Andreas. 2007.
Institution and Learning in New Industries: An
Introduction. Competitiveness onf New
Industries: Institutional Framework and Learning
in Information Technology in Japan, US and
Germany. Storz, C. & Moerke, A. Madison Ave,
New York. Routledge.
Sugihartati, Rahma. 2011. Masyarakat Informasi dan
Net Generation di Era Post Industrial. Sosiologi
Teks Pengantar dan Terapan. Narwoko, J. D. &
Suyanto, B. Jakarta. Kencana.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi.
Jakarta. Lembaga Penerbit Universitas
Indonesia.
Svejvig, Per. 2010. Enterprise Systems and
Institutions Theorizing About Enterprise Systems

Anda mungkin juga menyukai