Kelas : 3TB07
NPM : 25317944
Prasasti berbahan batu pualam yang menempel di dinding teras Gereja Protestan di Indonesia
bagian Barat (GPIB) Gamaliel Madiun masih terlihat baik. Tulisan yang terpahat di dalamnya
juga masih cukup jelas terbaca. Begitu juga dengan bangunan gereja secara keseluruhan.
Padahal, gereja tersebut sudah berdiri sejak ratusan tahun lalu.
Gereja di Jalan Jawa tersebut berdiri 1908 atau 110 tahun silam. Tanggal pendirian masih
terlihat jelas dalam pahatan prasasti. Tak heran, pemerintah Kota Madiun tengah
mengupayakan untuk menjadi bangunan cagar budaya tahun ini. Ini penting untuk menjaga
keaslian bangunan sebagai warisan kepada generasi penerus.
Pihaknya sengaja menggandeng Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan untuk
menelusuri. Bangunan didirikan pada 30 Agustus 1908. Prasasti berbahasa Belanda itu juga
menyebutkan tokoh yang berjasa dalam pembangunan gereja. Yakni, T. Pilon Spark. Sedang,
W.F. Reisner disebut sebagai pemimpin pembangunan gedungnya.
Keberadaan gereja ini, kata dia, tak terlepas dari perubahan Madiun menjadi kota industri awal
abad XX. Ditandai dengan banyaknya pabrik gula. Ini membuat komposisi penduduk Madiun
lebih variatif dengan keberadaan masyarakat eropa dan pribumi. Dengan bimbingan T.Pilon
Spark gereja ini melayani umat Protestan yang berada di Madiun ketika itu.
Pada masa Hindia Belanda, gereja ini bernama Kerkkeraad der Protestansche Gemeente te
Madioen atau Gereja Protestan Jemaat Madiun. Kemudian pada 1974 gereja ini disebut dengan
nama GPIB Jemaat Gamaliel Madiun.
GPIB, lanjutnya, merupakan salah satu lembaga keagamaan Kristen yang cukup tua di
Indonesia. Sejarah GPIB tidak dapat dipisahkan dari pembentukan De Protestantse Kerk In
Nederlands Indie pada 1605 di Ambon, Maluku. Kantor pusat De Protestantse Kerk In
Nederlands Indie dipindahkan ke Batavia pada 1619. Ini lantaran berpindahnya kedudukan
Gubernur Jenderal Hindia Belanda dari Ambon ke Batavia kala itu.
Source : https://situsbudaya.id/gpib-gamaliel-madiun/