Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA Nn.

M
DENGANTINDAKAN PEMBEDAHAN EKSISI BIOPSI
ATAS INDIKASI TUMOR MAMAE DEXTRA
DI RSU BUNDA JAKARTA

DISUSUN OLEH :
Mila Apriyani, Amd.Kep

PELATIHAN BASIC PERAWAT KAMAR BEDAH


BUNDA MEDIK HEALTHCARE SYSTEM
2019
KATA PENGANTAR

Assalamual’aikum Wr. Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah memberikan pelita kehidupan untuk umat muslim, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas laporan ini tepat pada waktunya.
Laporan kasus pembedahan dibuat dengan tujuan untuk menyelesaikan
salah satu tugas dari Program Pelatihan Bedah Dasar Kamar Operasi. Penyusun
menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya proposal ini tidak lepas dari
bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penyusun
haturkan kepada tim Hipkabi sebagai pembimbing dan segenap pihak yang ikut
berpartisipasi dalam penulisan laporan kasus pembedahan ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan
kasus pembedahan ini. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan laporan kasus pembedahan ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Cover Dalam
Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ....................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.................................................................................2
C. Metode Penulisan...............................................................................3
D. Sistematika Penulisan.........................................................................3
BAB II KONSEP DASAR
A. Pengertian Tumor Mamae…...............................................................4
B. Etiologi................................................................................................5
C. Macam - macam Tumor......................................................................6
D. Anatomi Fisiologi................................................................................6
E. Patofisiologi........................................................................................8
F. Tanda dan gejala.................................................................................9
G. Penatalaksanaan................................................................................10
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian........................................................................................12
B. Asuhan Keperawatan.......................................................................17
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian........................................................................................40
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................40
C. Rencana Keperawatan......................................................................41
D. Implementasi....................................................................................42
E. Evaluasi............................................................................................42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................43
B. Saran.................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit fibroadenoma adalah penyakit wanita muda dengan
frekuensi yang paling tinggi pada wanita yang berumur 20-25
tahun.Meskipun banyak gangguan payudara bersifat jinak, hampir 184.000
kasus baru kanker payudara diperkirakan didiagnosa pada tahun 1996.
Penyakit jinak payudara sering terjadi pada wanita dan menimbulkan
kekhawatiran yang sangat besar.Karena variasi dalam jaringan payudara yang
terjadi selama siklus menstruasi, kehamilan, dan menopouse, maka perubahan
normal harus dibedakan dari perubahan-perubahan yang menunjukkan
penyakit.(Brunner & Suddarth, 2001)
Di Indonesia data tentang FAM masih belum lengkap, namun
diperkirakan tiap tahun mengalami peningkatan. Data dari Jakarta Breast Center,
klinik di Jakarta yang mengkhususkan untuk penanganan keluhan pada payudara,
menunjukkan bahwa dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001 sampai
2002, ternyata 79% menderita TJP dan hanya 14% yang menderita kanker
(Diananda, 2009). Kasus ini di RS Bunda belum dikalkulasikan oleh penulis.
Berdasarkan data tersebut di atas maka penulis tertarik untuk
mengangkat masalah tersebut menjadi sebuah laporan dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA NY. M
DENGAN TINDAKAN PEMBEDAHAN EKSISI BIOPSI ATAS
INDIKASI TUMOR MAMAE DEXTRADI RSU BUNDA JAKARTA”.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk memahami tentang Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Klien
denganfibroadenoma mamae, dan sebagai syarat kelulusan pelatihan hipkabi

1
Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian perioperatif pada pasien dengan
fibroadenoma mamae
b. Mampu merumuskan masalah keperawatan perioperatif pada pasien
dengan fibroadenoma mamae
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan perioperative pada
pasien dengan fibroadenoma mamae
d. Mampu memberikan implementasi keperawatan perioperative pada pasien
dengan fibroadenoma mamae
e. Mampu berperan sebagai scrub nurse dalam tindakan eksisi fibroadenoma
mamae

D. Metode penulisan
Metode merupakan sebuah cara yang digunakan dalam menyelesaikan
persoalan. Tanpa memiliki cara-cara tertentu, masalah sulit terselesaikan,
cara-cara yang dimaksud tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan untuk
menghasilkan sebuah ilmu (Hidayat, 2009).
Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini adalah
metode deskriptif berbentuk study kasus melalui pendekatan proses
keperawatan dimana pengkajian dan penelaahan suatu kasus tertentu
berdasarkan fakta-fakta yang ada. Adapun teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data karya tulis ilmiah ini meliputi:
1. Wawancara
Marshal menyatakan bahwa wawancara harus mendukung terjadinya
interaksi atau percakapan yang nyaman antara kedua belah pihak atau
bersifat dialogis (Priharjo, 2007).
2. Observasi
Pemeriksaan untuk mengumpulkan data melalui inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi secara langsung terhadap kondisi pasien yang
sedang dikaji dan dilakukan secara menyeluruh memandang pasien
sebagai makhluk holistic (Priharjo, 2007).

2
3. Study Dokumentasi
Dokumentasi merupakan askep yang penting dalam pengkajian data
riwayat kesehatan dan pengkajian fisik. Setelah pengumpulan data selesai
dilakukan, perawat harus dapat mengorganisasikan data dan mencatatnya
dengan cara yang tepat dan benar. Bickley (2003) menyarankan prinsip-
prinsip umum yang harus kita pegang guna menghasilkan pencatatn yang
baik, siap sewaktu-waktu digunakan atau perlu dilihat lagi, dan harus
cukup terperinci (Priharjo, 2007).
4. Study Kepustakaan atau Literature
Metode ini merupakan penunjang dalam menyusun karya tulis
ilmiah ini yang berasal dari buku-buku bacaan yang berhubungan dengan
kasus yang dibahas, sehingga dapat diperoleh keterangan dan dasar-dasar
teori mengenai pengertian yang definitif dalam hubungannya dengan kasus
yang diamati (Priharjo, 2007).

E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terbagi menjadi 5 Bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN: Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode
Penulisan, Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI: Pengertian, Anatomi fisiologi, Patofisiologi,
Tanda dan gejala, Penatalaksanaan
BAB III ASKEP TEORI DAN ASKEP SESUAI KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
BAB VPENUTUP: Kesimpulan, Saran

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Fibroadenoma adalah benjolan padat yang kecil dan jinak pada
payudara yang terdiri dari jaringan kelenjar dan fibrosa.Benjolan ini biasanya
ditemukan pada wanita muda, seringkali ditemukan pada remaja
putri.(www.medicastore.com 2004)
Fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang keras, bulat, dan
dapat digerakkan yang biasanya mengenai wanita pada usia akhir belasan
atau akhir tigapuluhan.
(Brunner & Suddarth, 2001)
Tumor adalah untuk semua benjolan yang ada di payudara baik jinak
maupun ganas.Sedangkan sebutan kanker payudara adalah tumor ganas pada
payudara.Jika dalam pemeriksaan dokter terdahulu dikatakan tumor jinak
payudara, sedikit kemungkinan berubah bentuk menjadi kanker payudara
dalam jangka waktu 6(enam) bulan. Selain itu untuk mendiagnosa kanker
payudara ada tanda - tanda lain seperti: terbentuknya luka (ulcus), rasa nyeri
yang hebat, keluar darah dari putting susu, luka pada permukaan payudara
berkerut seperti kulit jeruk (pear d'orange).
(www.adihusada.com,2004)
Tumor mamae adalah karsinoma yang berasal dari parenkim, stroma,
areola dan papilla mamma. (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010).Tumor mammae
adalah pertumbuhan sel – sel yang abnormal yang menggangu pertumbuhan
jaringan tub uh terutama pada sel epitel di mammae ( Sylvia,1995 )
Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat terjadi pada
suatu sel / jaringan di dalam mammae dimana ia tumbuh secara liar dan tidak
bias dikontol ( Dr.Iskandar,2007 )

4
B. Etiologi
Menurut Dr.Iskandar (2007) Sampai saat ini, penyebab pasti
tumor payudara belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko
yang telah teridentifikasi, yaitu :
a. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan
dengan pria.Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh
tumor payudara.
b. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor
payudaraberesiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
c. Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13
dapat meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu,
gen p53, BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan
resiko terjadinya kanker payudara.
d. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
e. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika
tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat
meningkatkan resiko terjadinya tumor payudara.
f. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat
dibandingkan dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
g. Terpapar radiasi
h. Intake alkohol
i. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor
payudara. Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko
lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.

5
C. Macam - macam Tumor
1. Tumor jinak
Hanya tumbuh membesar , tidak terlalu berbahaya dan tidak menyebar
keluar jaringan
2. Tumor ganas
Kanker adalah sel yang telah kehilangan kendali dan mekanisme
normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak wajar , dan kerap kali
menyebar jauh ke sel jaringan lain serta merusak

D. Anatomi fisiologi
Anatomi Payudara
Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh kedua jenis
kelamin.Kelenjar ini menjadi fungsional saat pubertas untuk merespons
estrogen pada perempuan dan pada laki-laki biasanya tidak berkembang. Saat
kehamilan, kelenjar mammae mencapai perkembangan puncaknya dan
berfungsi untuk produksi susu (laktasi) setelah melahirkan bayi.
a. Struktur
Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan
adipose yang tertutup kulit pada dinding anterior dada.Payudara terletak
diatas otot pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui
selapis jaringan ikat.Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi
jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan bukan pada jumlah
glandular aktual.
1) Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap
lobus dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi
sinus lakteferus (ampula).
2) Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh
ligamen suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa).
3) Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap
lobulus kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang
berakhir di alveoli sekretori.

6
4) Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar
sekitar 1 cm sampai 2 cm untuk membentuk aerola.
b. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara
1) Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang
merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal
dari cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara
melalui vena dalam dan vena supervisial yang menuju vena kava
superior.
2) Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting,
dan aerola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan
demikian, limfe dari payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar
(Sloane, 2004).

Gambar 1.1. Anatomi Payudara.

Fisiologi Payudara
Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi
oleh hormon.Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui
masa pubertas sampai menopause.Sejak pubertas, estrogen dan
progesteron menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya
sinus.Perubahan kedua, sesuai dengan daur haid. Beberapa hari sebelum
haid, payudara akan mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri.

7
Oleh karena itu pemeriksaan payudara tidak mungkin dilakukan pada saat
ini.Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Saat hamil
payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan
duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru. Adanya sekresi hormon
prolaktin memicu terjadinya laktasi, dimana alveolus menghasilkan ASI
dan disalurkan ke sinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting
susu (Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2005).

E. Patofisiologi
Sampai saat ini penyebab dari tumor jinak payudara belum diketahui
(idiopatik).Namun, ada faktor predisposisi yang mendukung terjadinya
tumor pada payudara adalah siklus menstruasi yang tidak teratur. Suatu
teori menyatakan bahwa pada fase luteal dalam siklus menstruasi terjadi
peningkatan kadar hormon estrogen dan penurunan kadar hormon
progesteron. Sedangkan secara fisiologisnya pada saat menstruasi hormon
estrogen dan progesteron meningkat dan dua hari sebelum menstruasi
berakhir hormon estrogen dan progesteron menurun.Secara normalnya,
fungsi estrogen untuk perkembangan jaringan stroma pada payudara,
pertumbuhan sistem duktus yang luas, dan untuk deposit lemak pada
payudara.Sedangkan progesteron berfungsi untuk peningkatan
perkembanagn dari lobulus dan alveoli payudara, menyebabkan sel-sel
alveolar berproliferasi, membesar dan bersifat sekretorik. Pembesaran
jaringan payudara terjadi akibat meningkatnya kadar estrogen dan
defisiensi kadar hormon progesteron dari ketidakteraturan siklus
menstruasi. Sehingga terjadi peningkatan deposit lemak dan
perkembangan jaringan payudara. Dan juga penurunan pembentukan
lobulus dan alveoli.Apabila kejadian ini berlangsung secara terus-menerus
dapat mengakibatkan tumor payudara.(Guyten & Hall, 1997)

8
Fathway

Sel menjadi abnormal

Poliferasi sel-sel maligna dalam payudara

tumor Payudara

Cemas
hormonal Radiasi Mastektomi
Kurang Informasi
Luka Operasi
(trauma jaringan)
Kurang
Pengetahuan
Nyeri Tidak adekuat
Kerusakan
pertahanan sistem imun
integritas kulit
Resti infeksi
Emosional distress Kelemahan
(ketidakmampuan Perubahan penampilan
mengontrol nyeri)
Gangguan konsep diri
Kehilangan selera makan

Nutrisi kurang dari


kebutuhan

9
F. Tanda gejala
a. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada
penampang tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal
b. Ada bagian yang menonjol ke permukaan
c. Ada penekanan pada jaringan sekitar
d. Ada batas yang tegas
e. Bila diameter mencapai 10 – 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant
Fibroadenoma )
f. Memiliki kapsul dan soliter
g. Benjolan dapat digerakkan
h. Pertumbuhannya lambat
i. Mudah diangkat dengan lokal surgery
j. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian

G. Penatalaksanaan
Fibroadenoma seringkali berhenti tumbuh atau bahkan mengecil
dengan sendirinya.Pada kasus seperti ini, tumor biasanya tidak diangkat. Jika
fibroadenoma terus membesar, maka harus dibuang melalui pembedahan
a. Pembekuan Cryoablation
Teknik baru operasi tumor jinak payudara dilakukan dengan teknik
beku cryoablation (Visica Treatment System).Dengan teknik baru ini,
selain tanpa perlu dibius umum (narkose), sayatan yang dibuat pun tak
perlu lebar, cukup sekadar untuk memasukkan semacam instrumen jarum
khusus yang ditusukkan mencapai lokasi tumornya.Sayatannya itu
mungkin cuma 3 milimeter saja.
Agar jarum yang dimasukkan ke dalam jaringan payudara lebih
akurat mencapai sasaran tumornya, memasukkan arah jarumnya perlu
dipandu dengan bantuan USG (Ultrasonography). Pada saat ujung
jarumnya sudah menyentuh bagian tumornya, instrumen tersebut
melakukan proses pembekuan (cryoablation) terhadap tumornya, sehingga
jaringan tumornya menjadi hancur. Oleh karena yang berlangsung proses

10
membekuan jaringan (freezing), tentu tak terasakan nyeri apa pun. Setelah
jaringan tumornya hancur, instrumen kemudian dicabut, dan oleh karena
sayatannya hanya minimal, bekas sayatan tak memerlukan jahitan
sebagaimana lazimnya pembedahan umumnya, melainkan cukup diberi
plester khusus untuk merapatkan kembali bekas luka sayat yang minimal
itu. Proses operasi dengan teknik ini rata-rata menghabiskan waktu sekitar
30 menit saja.
Jaringan tumor yang sudah hancur oleh proses pembekuan
dibiarkan tak dikeluarkan dari dalam payudara. Diharapkan dalam
beberapa bulan kemudian sisa-sisa jaringan tumor yang hancur itu akan
diserap sendiri oleh tubuh tanpa bersisa.
b. Teknik Pemanasaan (heating)
Teknik pemanasaan (heating) memakai alat ultrasound yang
dipandu oleh MRI (Magnetic Resonance Imaging). Teknik ini dinamakan
Magnetic Resonance guided Focus Ultrasound Therapy (RgFUS). Dengan
teknik ini malah sama sekali tidak memerlukan sayatan pada payudara,
namun perlu waktu operasi sampai 2-3 jam.
Dengan pemidaian MRI, selain untuk melihat di mana persis lokasi
jaringan tumor payudaranya, juga untuk mengetahui apakah pada jaringan
tumornya sudah berlangsung proses pemanasan yang dilakukan oleh efek
ultrasound. Cara pemanasan ini yang akan menghancurkan jaringan
tumornya. Sama halnya dengan teknik cryoablation, jaringan tumor yang
sudah dihancurkan itu juga akan diserap sendiri oleh tubuh.

11
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Data Dasar pengkajian sesuai teori


1. IDENTITAS
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung jawab.
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Dahulu Kemungkinan klien pernah mendapat
sinar radiasi pada buah dada. Ada kalanya klien pernah memperoleh
terapi hormon untuk mendapatkan anak.
b. Riwayat Keseahatan Sekarang Klien dengan post FAM akan tersa
nyeri karena prosedur pembedahan, aktifitas menurun, nafsu makan
menurun, stres/ takut terhadap penyakit dan harapan yang akan
datang.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga Walaupun FAM bukan penyakit
turunan tetapi angka statistik akan menunjukan bahwa FAM sering
ditemukan pada wanita yang mempunyai hubungan keluarga.
3. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
a. Klien akan merasa cemas denngan penyakitnya.
b. Kadang kala klien marah pada tim kesehatan terhadap tindakan
operasi yang akan dilakukan.
c. Kadang – kadang klien sering bertanya, mengapa saya yang yang
sakit, mengapa tidak orang lain saja yang sakit.
d. Ada kalanya klien tidak mau ada orang yang menjenguknya.
4. RIWAYAT SPIRITUAL
Biasanya klien dengan FAM tidak mengalami gangguan dalam menjalani
ibadah.

12
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri berhubungan Tujuan : 1. Kaji keluhan klien, perhatikan 1. Membantu dalam mengidentifikasi
dengan penekanan Klien akan melaporkan nyeri lokasi, lamanya dan intensitas (0 – derajat ketidaknyamanan dan
saraf perifer, trauma berkurang/teratasi 10). Dan perhatikan reaksi verbal dan keefektifan analgetik, karena
jaringan, pembentukan criteria : non verbal yang tunjukkan. pengangkatan jaringan, otot dan system
edema a) Klien mengatakan nyeri hilang limfe dapat mempengaruhi nyeri yang
b) Ekspresi wajah ceria alami.
c) Vital sign dalam keadaan
normal 2. Monitor tanda-tanda vital. 2. Perubaha tanda-tanda vital dapat
diakibatkan oleh rasa nyeri dan
merupakan indicator untuk menilai
keadaan perkembangan penyakit.

3. Atur posisi yang menyenangkan. 3. Perubahan posisi dapat mengurangi


stimulasi nyeri akibat penekanan.

4. Pemberian obat analgetik. 4. Analgetik berfungsi menghambat


rangsangan nyeri dari saraf perifer
sehingga nyeri tidak dipresepsikan.

13
2 Gangguan konsep Tujuan 1. Dorong untuk mengungkapkan 1. Kehilangan payudara menyebabkan
diri berhubungan Klien akan menunjukkan konsep pertanyaan tentang situasi saat reaksi, termasuk perasaan
dengan biofisika, diri yang adekuat ini dan harapan yang akan perubahan gambaran diri, takut
prosedur bedah yang criteria : datang. Berikan dukungan reaksi pasangan hidup terhadap
mengubah gambaran a) Penerimaan diri dalam situasi emosional . perubahan tubuhnya.
tubuh kritis 2. Dorong klien untuk mengekspresi- 2. Kehilangan bagian tubuh membu-
b) Pengenalan dan tidak kan perasaan, misalnya marah, tuhkan penerimaan, sehingga klien
mengaktifkan harga diri bermusuhan dan duka. dapat membuat rencana masa depan.
c) Menyusun tujuan yang 3. Kaji ulang kemungkinan untuk 3. Rekonstruktif memberikan sedikit
realistis dan secara aktif dibedah rekonstruksi atau penampilan tidak lengkap atau
berpartisipasi dalam program t pemakaian prostektif. mendekati normal
4. Berikan prostesis bila 4. Prostesis milon dan dakron dapat
diindikasikan dipakai pada pra sampai insisi
sembuh, bila bedah rekonstruksi
tidak dilakukan pada waktu
mastektomi sehingga meningkatkan
penerimaan diri.

14
3 Risiko infeksi Tujuan : 1. Kaji tanda-tanda infeksi 1. Infeksi yang hebat dapat
berhubungan dengan Klien akan menunjuukkan tidak menghambat proses penyembuhan
luka adanya tanda-tanda infeksi penyakit.
dengan kriteria: tidak ada panas,
tidak ada edema, tidak ada rasa 2.Ganti balutan dengan mempertahan- 2. Menghindari perpindahan kuman
sakit, tidak ada kemerahan, kan teknik aseptik dan septik dan menghambat pertumbuhan
Leucosit dalam keadaan normal mikroorganisme dalam jaringan..
erapi
3.Anjurkan klien agar tidak 3. Meminimalkan kesempatan infeksi
menyentuh area luka . dan kontaminasi

4. Pemberian antibiotik 4. Antibiotik dapat membunuh bakteri


sehingga mempercepat
pertumbuhan jaringan dan
menghambat terjadinya infeksi.

4 Cemas berhubungan Tujuan: 1. Kaji tingkat kcemasan. 1. Mengetahui sejauhmana tingkat


dengan kurangnya klien akan mengatakan saya tidak kecemasan yang dirasakan sehingga
pengetahuan tentang cemas memudahkan dalam melakukan
penyakitnya. kriteria : tindakan yang sesuai.

15
a) Klien tidak bertanya tentang 2. Beri informasi yang benar tentang 2. Klien memahami dan mengerti
penyakitnya penyakitnya. tentang keadaan penyakitnya sehingga
b) Daerah akral tidak dingin mau bekerjasama dalam perawatan dan
c) Tanda-tanda vitak normal pengobatan.

3. Dengarkan keluhan klien. 3. Klien merasa diperhatikan sehingga


klien merasa aman dan tenang .
5 Kerusakan integritas Tujuan: 1. Kaji balutan/karakteristik. 1. Penggunaan balutan tergantung luas
kulit berhubungan Klien akan menunjukkan tidak pembedahan dan tipe penutupannya.
dengan pengangkatan adanya tanda-tanda kerusakan
bedah kulit integritas kulit 2. Rubah posisi ke posisi semi fowler 2. Meningkatkan risiko kontriksi,
kriteria: infeksi dan limpedema pada sisi yang
a.) Meningkatkan waktu sakit.
penyembuhan luka
b.) Menunjukkan perilaku/teknik 3. Dorongan untuk menggunakan 3. Mengurangi tekanan pada jaringan
untuk meningkatkan pakaian yang tidak sempit. yang tertekan sehingga memungkinan
penyembuhan. memperbaiki sirkulasi

16
B. Asuhan keperawatan sesuai pengamatan kasus
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas pasien:
1) Nama :Nn. M
2) Umur :21tahun
3) Agama : Islam
4) Jenis Kelamin : Perempuan
5) Status : Belum Menikah
6) Pekerjaan : Mahasiswa
7) Pendidikan terakhir : Universitas
8) Kewarganegaraan : Indonesia
9) Kamar perawatan : 606 Rsu Bunda
10) Alamat : Jalan Bungur, Jakarta Pusat
11) Tanggal Masuk : 06 Febuari 2019
12) Tanggal Pengkajian : 06 Febuari 2019
13) No. RM : 245101
14) Diagnosa Medis : Tumor Mamae Kanan

b. Status Kesehatan
1) Status Kesehatan Saat Ini
a) Keluhan Utama
Klien mengatakan terdapat benjolan di payudara
kanan, benjolan baru diketahui 6 bulan sebelum masuk
RS. Bila diraba benjolan dapat bergeser dan tidak
menetap, klien juga merasakan nyeri.
b) Keluhan tambahan
Klien mengatakan cemas pada penyakitnya
2) Status Kesehatan Masa Lalu
a) Penyakit yang pernah dialami

17
Klien tidak pernah mengalami masalah kesehatan yang
mengharuskan dirawat di rumah sakit.
b) Pernah dirawat
Klien belum pernah di rawat sebelumnya
c) Alergi
Riwayat alergi (-)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Berdasarkan data yang diperoleh, klien tidak memiliki
riwayat penyakit apapun, baik hipertensi, kanker, diabetes
mellitus, dan asma maupun yang terkait dengan tumor payudara
d. Diagnosa Medis dan therapy
Klien di rencanakan dilakukan insisi pada payudara
dengan indikasi tumor mamae kanan dan diberikan antibiotic
cefotaxime 1 jam sebelum operasi
e. Pola Kebutuhan Dasar
2) Pola Nutrisi-Metabolik
Klien mengatakan tidak mengalami penurunan nafsu
makan.
2) Poli Eliminasi
Klien mengatakan tidak ada penurunan maupun
peningkatan BAB maupun BAK.
3) Pola aktivitas dan latihan
Klien mengatakan mampu melakukan aktivitas seperti biasa.
f. Pola Persepsi Kognitif
Klien tidak mengalami disorientasi waktu, tempat,
maupun orang. Klien komunikatif dan tidak tampak mengalami
gangguan persepsi ketika menjawab pertanyaan.
g. Pola Tidur dan Istirahat
Klien mengatakan bisa beristirahat dengan baik.
h. Pola Seksual-Reproduksi

18
Klien pertama kali menstruasi umur 13 tahun, selama ini
menstruasi lancar
i. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Klien mengatakan bahwa ia awalnya ragu untuk
melakukan tindakan operasi, dan khawatir dengan kondisi
kesehatanya.
j. Peran dan Pola Hubungan
Klien mengatakan berhubungan baik dengan orang
dilingkungan tempat tinggalnya
k. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Klien mengatakan bahwa ia mengkhawatirkan
penyakitnya dan klien mengharapakan kesembuhannya
l. Pola Keyakinan dan Nilai
Klien memeluk agama islam, dan klien menjalankan, klien
mengatakan bahwa ia menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran
agama islam
m. Pengkajian Fisik
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran :Composmentis
3) Tanda-tanda Vital : RR: 20 x/m; N: 80 x/m; T:
36,20C;TD: 120/80 mmhg
4) Berat Badan : 47,50 kg
n. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboraturium tanggal 10 januari 2019
Parameter Hasil Satuan Nilai Normal Kategori
Hemoglobin 14,1 g/dl 11,7-15,5 Normal
Eritrosit 4,58 106/ L 3,8-5,2 Normal
Hematokrit 41,2 % 32-47 Normal
Leukosit 11,2 103/L 3,6-11,0 Tidak
Normal

19
Parameter Hasil Satuan Nilai Normal Kategori
Trombosit 359 103/L 150-440 Normal
MCV 90,0 Fl 80-100 Normal
MCH 30,8 Pg 26-34 Normal
MCHC 34,2 g/dL 32-36 Normal
LED 18 Mm/jam 0-20 Normal
Waktu 3 Menit 1-6 Normal
perdarahan
Waktu 12 Menit 5-15 Normal
pembekuan
APTT 31,7 Detik 25,9-39,5 Normal
Hbsag Non reaktif Non reaktif Normal

Ro thorax : Cor dan pulmo dalam batas normal


USG mamae : Lesi hipoecholic bentuk oval, batas tegas, tepi licin,
ukuran 0,99 x 0,65 x 1,09 cm dikuadran medial (
jam 4 ), klasifikasi atau penebalan subkutis (-) pada
CDFI tidak tampak poka vaculer patologis.

ASUHAN KEPERAWATAN PREOPERATIF


a. Persiapan kamar operasi meliputi:
1) Meja operasi : baik
2) Lampu operasi : baik
3) Mesin suction : baik
4) Meja instrumen : baik
5) Meja mayo : baik
6) Sampah infeksius : baik
7) Sampah non infeksius : baik
8) Safety box : baik
9) Trolly : baik

20
10) Mesin diatermi : baik
11) Mesin anestesi : baik
12) Penyangga tangan : baik
13) Tiang buffer : baik
14) Tiang infus : baik
b. Persiapan cuci tangan bedah
1) Air mengalir
2) Sikat
3) Cairan antiseptik clorheksidin 4%
APD lengkap (topi, google, masker, apron, sepatu bot/sendal yang
tertutup)
c. Persiapan alat dan ruang
1) Alat steril:
 Sponge holding forceps : 1 buah
 Doek klem : 4 buah
 Tangkai pisau no 3 dan no 4 : 1 buah
 Pinset anatomis : 2 buah
 Pinset cirugis : 2 buah
 Arteri klem pean : 4 buah
 Arteri klem pean bengkok kecil : 4 buah
 Gunting benang : 1 buah
 Gunting jaringan : 1 buah
 Naldvoerder : 2 buah
 Hak/ Eyelide : 2 buah
 Elis klem : 2 buah
 Diatermi bipolar : 1 buah
 Bengkok : 1 buah
 Kom kecil : 2 buah
 Selang suction : 1 buah
 Kanule suction : 1 buah

21
 Linen operasi:
a) Jas operasi disposible : 3 buah
b) Duk meja mayo : 1 buah
c) Duk kecil : 5 buah
d) Duk sedang : 3 buah
e) Duk besar : 2 buah
2) Alat non steril:
a) Meja operasi
b) Lampu operasi
c) Meja mayo
d) Mesin couter
e) Mesin dan botol suction
f) Tempat sampah
3) Alat/bahan medis habis pakai
a) Handscoon : 5 buah
b) Alkohol 70 % : 100 cc
c) Betadine : 100 cc
d) NaCl 0,9 % : 500 cc
e) Cairan RL : 500 cc
f) Pisau no. 20 no 15 : 1 buah
g) Benang asucryl 3/0 : 1 buah
h) Tip cleaner : 1 buah
d. Persiapan pre-operasi
1) Pasien diterima di ruang penerimaan.
2) Baju diganti dengan baju khusus operasi.
3) Memakaikan topi operasi.
4) Memastikan perhiasan telah di buka semua
5) Mengecek gelang pasien (ada)
6) Mengece status/ identitas pasien (lengkap)
7) Memasang infuse pasien di tangan kiri dengan cairan RL 500 ml
8) Mengecek skin test untuk antibiotic Cefotaxime 1 gr

22
9) Memberikan suntikan IV cendantron 8 mg
10) Memasukkan pasien ke ruang OK.
1. Analisa data
No Data Fokus Problem Etiologi
1 DS : Klien mengatakan cemas Ansietas Proses pembedahan
akan tindakan operasi

DO:
 Klien tampak gelisah
 Ttv : 120/80 mmhg, N: 100
x/mnt, RR : 14x/mnt
 Klien tampak memegangi
area yang akan di operasi
 Klien terlihat selalu
bertanya mengenai prosedur
pembedahan
Diagnosa Keperawatan
Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan

No Data Fokus Problem Etiologi


2. DS :Klien mengatakan nyeri Nyeri akut Adanya massa di mamae
pada mamae kanan
klien mengatakan nyeri
hilang timbul pada saat di
tekan dan saat mengangkat
tangan
klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk bila di
tekan

23
klien mengatakan nyeri
sejak mulai ada benjolan di
mamae 6 bulan SMRS
DO:
 Klien tampak kesakitan
(skala nyeri klien 4-5, skal
nyeri 10)
 Klien tampak meringis
kesakitan
 Ttv : 120/80 mmhg, N: 100
x/mnt, RR : 14x/mnt
 Klien tampak memegangi
kedua mamaenya
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan adanya massa di mamae

24
NO Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengkaji tingkat S :
berhubungan tindakan keperawatan kecemasan klien kecemasan klien klien mengatakan sudah
dengan proses selama 1x15 menit 2. Anjurkan keluarga 2. Mengajurkan lebih rileks, cemas
pembedahan diharapakan kecemasan untuk mendampingi keluarga untuk sedikit berkurang
berkurang dengan klien mendampingin klien O:
kriteria ansietas meurun 3. Jelaskan persiapan 3. Menjelaskan Klien tampak rileks
dan klien tampak rileks prosedur operasi prosedur operasi Klien tampak lebih
sebelum dilakukan sebelum dilakukan tenang
tindakan operasi tindakan operasi A:
4. Anjurkan klien untuk 4. Menganjurkan klien Masalah ansietas teratasi
berdoa sesuai dengan untuk berdoa sesuai P :
kepercayaannya dengan sesuai Intervensi dihentikan
dengan kepercayaan
2 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji adanya keluhan 1. Mengkaji adanya S:
berhubungan pendidikan kesehatan nyeri, catat lokasi, keluhan nyeri, catat Klien mengatakan bahwa
dengan adanya mengenai masalah nyeri lamanya serangan, lokasi, lamanya ia masih merasa nyeri
massa di mamae selama 1x15 menit, factor pencetus yang serangan, factor tetapi sudah berkurang.
nyeri berkurang pada memperberat pencetus yang O :
klien, dengan kriteria 2. Pertahankan tirah memperberat Klien tampak lebih rileks

25
hasil : baring selama fase 2. mempertahankan tirah dan tenang.
1. Skala nyeri akut. baring selama fase Nyeri klien dalam skala
berkurang 3. Anjurkan klien akut. ringan.
2. Klien tampak menggunakan teknik 3. Menganjurkan klien A :
tenang dan rileks. relaksasi nafas dalam. menggunakan teknik Masalah nyeri klien
relaksasi nafas dalam. teratasi sebagian ditandai
dengan nyeri berkurang
dari sedang menjadi
ringan serta klien tampak
lebih tenang serta rileks.
P:
Intervensi keperawatan
diteruskan
Anjurkan klien untuk
teknikrelaksasi napas
dalam

26
ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERATIF
a. Prosedur operasi
1) Memakai APD
2) Melakukan cuci tangan bedah
3) Masuk ke ruang operasi, mengeringkan tangan menggunakan kain lap yang
telah disediakan.
4) Tim anastesi telah selesai melakukan general anastesi
5) Memakai Jas operasi
6) Memakai Sarung tangan secara tertutup
7) Memakaikan meja mayo dengan alas duk.
8) Merapikan alat instrument
9) Menghitung alat dan kasa instrument
10) Melakukan time out
11) Memberikan kom bethadin dan kasa serta sponge holding forcep kepada
asisten untuk melakukan skin preparation
12) Operator dan asisten melakukan drapping
13) Operator memimpin untuk berdoa.
14) Operator melakukan marker pada area yang akan di insisi menggunakan
cairan bethadine.
15) Memberikan scaple mess kepada operator untuk melakukan insisi kulit dan
sub kutis
16) Memberikan pean kepada asisten untuk melakukan pembakaran jika terjadi
perdarahan
17) Kendalikan perdarahan denganjepit ujung pembuluh darah yang terputus
dengan klem bengkok, kemudian bisa digunakan elektrik cauter
18) Buka lokasi sayatan dengan hak ( mengangakan daerah subkutis, sehingga
terlihat FAM yang akan diangkat)
19) Fiksasi FAM dengan Elis klem
20) Bebaskan FAM dari jaringan sekitar dengan gunting atau dengan elektrik
cauter, sewaktu pembebasan dengan gunting, Alis klem berfungsi untuk
mengangkat FAM yang telah terfiksasi.
21) Setelah FAM dibebaskan dan terangkat dari sarangnya, jika ada perdarahan
hentikan dengan kiat pada poin ke 17 diatas
22) Jahit jaringan bekas FAM dengan benang asucryl 3/0

27
23) Jahit sub kutis dan kulit dijahit dengan asucryl 3/0
24) Setelah luka terjahit dengan rapi sampai ke kulit, maka bekas luka ditutup
dengan tegaderm pad
25) Operasi selesai
26) Drapping di buka
27) Jas,sarung tangan dan apron di buka
28) Perawat melakukan dekontaminasi alat
29) Perawatan selanjutnya ditangani oleh perawat anastesi
30) Pasien dipindahkan ke ruang RR oleh perawat anastesi
b. Evaluasi
1) Lama operasi 60 menit
2) Lebar luka ± 2-3cm, vertical
3) TTV selama operasi berlangsung:
TD: 105/61 mmHg
RR: 18 x/mnt
HR: 63
Temp: 36
4) Jumlah perdarahan selama operasi: 20cc
c. Analisa data
No Data Fokus Problem Etiologi
1 DS :- Resiko pola Efek pembiusan
DO: nafas tidak
 Klien tampak terpasang efektif
IUFD
 Klien tampak terpasang
LMA
 Klien tampak terpasang
elektroda
 Klien tampak posisi supine
 Kesadaran klien dalam
pengaruh obat anastesi

28
Diagnosa keperawatan
Resiko pola nafas tidak efektif berhubungan dengan efek pembiusan

2 Ds: - Resiko Tindakan pembedahan


Do: cidera
 Klien terpasang plate
dipaha
 Tampak luka sayatan

No Data Fokus Problem Etiologi


3 DS : - Resiko Proses pembedahan
DO: infeksi
 Pembedahan pada daerah
mamae
Diagnosa Keperawatan
Resiko infeksi berhubungan dengan proses pembedahan

Diagnosa: resiko cidera berhubungan dengan tindakan pembedahan

29
30
NO Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Resiko pola Setelah dilakukan  Observasi TTV  Mengobservasi TTV S: -
nafas tidak tindakan keperawatan, selama operasi selama operasi O:
efektif diharapkan pola berlangsung berlangsung TTV klien dalam batas
berhubungan efektif KH:  Berikan terapi  Memberikan terapi normal :
dengan efek  TTV dalam batas oksigen oksigen TD: 110/80 mmHg
pembiusan normal TD: 90-140  Pertahankan posisi  Mempertahankan N: 78 x/mnt
mmHg, T: 36-370C LMA selama operasi posisi LMA selama S: 360C
, N: 60-90 x/i, RR: berlagsung operasi berlangsung RR: 18x/mnt
16-24 x/i Pasien tidak terlihat
 Tidak terjadi sianosis
kegagalan nafas A:
masalah keperawatan
Resiko pola nafas tidak
efektif terastasi sebagian
P:
Implementasi
keperawatan diteruskan
 Observasi TTv
 Berikan terapi

31
oksigen

2 Resiko cidera Setelah dilakukan  Observasi pasien  Mengobservasi pasien S: -


berhubungan tindakan keperawatan plate terpasang plate terpasang dengan O:
dengan tindakan selama pembedahan dengan benar benar Klien terpasang plate
pembedahan tidak terjadi cidera  Hitung kasa yang  Menghitung kasa yang dengan benar, kasa
masuk dan keluar masuk dan keluar yang dikeluarkan dan
 Hitung alat  Menghitung alat digunakan sama dengan
instrumen tidak instrumen tidak jumlahnya, alat
tertinggal tertinggal instrumen lengkap

 Pertahankan teknik  Mempertahankan A:

yang benar dalam teknik yang benar masalah keperawatan

menggunakan dalam menggunakan resiko cedera tidak


instumen instumen terjadi

. P:
intervensi distop

3 Resiko infeksi Setelah dilakukan  Siapkan alat-alat  Menyiapkan alat-alat S:-


berhubungan tindakan keperawatan steril steril O:
dengan proses selama 2 jam tidak  Gunakan teknik  Menggunakan teknik Luka operasi di tutup

32
pembedahan terjadi infeksi dengan aseptic dan aseptic dan dengan tegaderm pad
kriteria: antiseptik saat antiseptic saat A:
tidak ada tanda infeksi menyiapkan menyiapkan Masalah resiko infeksi
area/lokasi yang area/lokasi yang teratasi sebagian
akan dibedah akan dibedah P:
 Pisahkan alat  Memisahkan alat Intervensi dilanjutkan
bekas pakai di bekas pakai di Gunakan teknik aseptic
wadah khusus wadah khusus dan antiseptic dalam
 Tampung  Menampung menjaga balutan luka
cairan/sisa pada cairan/sisa pada operasi
tempat tertentu tempat tertentu dan
dan buang sesuai buang sesuai metode
metode pembuangan yang
pembuangan telah ditetapkan
yang telah  Menutup luka
ditetapkan operasi dengan
 Tutup luka teknik steril
operasi dengan
teknik steril

33
ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI
a. Pengkajian
1) Klien dipindahkan ke recovery room pada pukul 19.00 WIB.
2) Kesadaran klien belum pulih benar karena klien masih ada efek anastesi
3) Klien di observasi oleh perawat anastesi di RR
4) Instruksi post operasi:
a) Awasi TNPS dan Kesadaran
b) Infus asering 20 tetes/menit
c) Obat : cefotaxime 2x1gr, tramal 2x1 amp, narfoz 2x8 mg
d) PA : berupa jaringan massa padat pada mamae kanan dengan ukuran 1,99 x
0,65 x 1,09 cm yang dimasukkan kedalam wadah berisi formalin 4%

1. Diagnosa Keperawatan

No. Data Fokus Diagnosa Keperawatan

1. DS: Nyeri berhubungan


a. Klien mengatakan nyeri pada luka dengan pasca pembedahan
operasi
DO:
a. Klien tampak berbaringlemah.
b. Klien tampak meringis kesakitan.
c. Skala nyeri 4
d. Ttv : 120/90 mmhg, N: 87x/mnt, RR
18x/mnt
2 DS : Resiko infeksi
klien mengatakan ada luka post operasi berhubungan dengan post
pada bagian mamae kanan. pembedahan
DO :
klien tampak berbaring lemas.
Terdapat luka jahitan yang ditutup dengan
tegaderm.

35
No. Data Fokus Diagnosa Keperawatan

3 DS : - Resiko pola nafas tidak


DO : efektif berhubungan
Klien tampak terpasang guedel dengan sisa efek anastesi
Klien tampak gelisah
Klien tampak tepasang selang oksigen

36
NO Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Nyeri Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien untuk 1. Menganjurkan klien S:
berhubungan tindakan keperawatan, bed rest total terlebih untuk bed rest total Klien mengatakan belum
dengan pasca masalah nyeri klien dahulu hingga efek terlebih dahulu hingga bisa bergerak bebas.
pembedahan dapat teratasi sebagian anestesi hilang efek anestesi hilang O:
dengan kriteria hasil : 2. Anjurkan klien untuk 2. Menganjurkan klien Klien tampak berbaring
1. Klien mengatakan teknik relaksasi nafas untuk teknik relaksasi di atas tempat tidur
nyeri berkurang dalam nafas dalam dalam posisi supinasi.
3. Kaji TTV,N,RR, 3. Mengkaji TTV,N,RR, Klien tampak tenang
skala nyeri skala nyeri tampak rileks
4. Kolaborasi dengan 4. Mengkolaborasi TTV : 120/80 mmhg, N:
dokter untuk dengan dokter untuk 87 x/mnt, RR 18 x/mnt
pemberian obat nyeri pemberian obat nyeri A:
Masalah nyeri teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
- kaji skala nyeri
- kolaborasi dengan dr
untuk pemberian

37
analgesic

2 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji adanya tanda- 1. mengkaji adanya S: -
berhubungan keperawatan selama 1 x 3 tanda infeksi pada tanda-tanda infeksi O:

dengan tindakan jam diharapkan infeksi area insisi. pada area insisi. Balutan luka op tampak
dapat diatasi dengan 2. Monitor tanda-tanda 2. Memonitor tanda-
invasif (insisi kering dan bersih
kriteria hasil: vital. Perhatikan tanda vital.
post A:
- Klien bebas dari demam, menggigil, Perhatikan demam,
pembedahan). masalah keperawatan
tanda-tanda infeksi berkeringat, menggigil,
resiko infeksi teratasi
- Menunjukkan perubahan mental. berkeringat,
kemampuan untuk 3. Lakukan teknik isolasi perubahan mental.
sebagian

mencegah timbulnya untuk infeksi enterik, 3. Melakukan teknik P: intervensi dilanjutkan


infeksi termasuk cuci tangan isolasi untuk infeksi
- Nilai leukosit (4,5- efektif. enterik, termasuk
11ribu/ul) 4. Pertahankan teknik cuci tangan efektif.
aseptik ketat pada 4. Mempertahankan
perawatan luka insisi / teknik aseptik ketat
terbuka, bersihkan pada perawatan luka
dengan betadine. insisi / terbuka,
5. Awasi / batasi bersihkan dengan
pengunjung dan siap betadine.
kebutuhan. 5. Mengawasi / batasi
6. Kolaborasi tim medis pengunjung dan siap

38
dalam pemberian kebutuhan.
antibiotik. 6. Mengkolaborasi tim
medis dalam
pemberian antibiotik.

3 Resiko pola Setelah dilakukan 1. posisikan pasien untuk 1. memposisikan pasien S : -


nafas tidak tindakan keperawatan memaksimalkan ventilasi untuk memaksimalkan O :

efektif selama 1 x 15 menit 2. kaji monitoring TTV, ventilasi ‘ Klien tampak mencoba
diharapkan pola nafas N, S, RR, serta bunyi 2. mengkaji monitoring TTV,
berhubungan melepasa guedel
efektif nafas N, S,RR, serta bunyi nafas
dengan sisa efek Klien tampak batuk
Dengan ditandai dengan 3. keluarkan secret dengan 3. mengeluarkan secret
anastesi untuk mengeluarkan
klien tidak terjadi batuk atau suction dengan cara mensuction
secret
sianosis 4. berikan oksigen sesuai 4. memberikan terapi oksigen
kebutuhan sesuai kebutuhan
Klien tampak rileks
A:
masalah pola nafas tidak
efektif berhubungan
dengan sisa efek anastesi
teratasi
P:
Intervensi di stop

39
BAB IV
PEMBAHASAN

Fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang keras, bulat, dan dapat
digerakkan yang biasanya mengenai wanita pada usia akhir belasan atau akhir
tigapuluhan.(Brunner & Suddarth, 2001)
Asuhan keperawatan pada Nn. M dengan pre operasi Insisi a/I
fibroadenoma mamae (D) yang telah dilaksanakan pada tanggal 06 Februari
2019, dalam kenyataannya ditemukan beberapa kesenjangan antara tinjauan teori
dan tinjauan kasus. Adapun kesenjangan tersebut antara lain:

A. PENGKAJIAN
Pada tinjauan teori, pengkajian klien dengan insisi fibroadenoma
mamae ditekankan pada pengkajian koping diri dan persepsi diri . Pada
tinjauan kasus, pengkajian klien dengan Fibroadenoma mamae ditemui
kesamaan tanda dan gejala dengan teori misalnya dengan adanya benjolan di
payudara dan nyeri pada payudara

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari beberapa diagnosa yang terdapat pada tinjauan teori, tidak
semuanya muncul pada Nn. M Hal ini disebabkan karena pada saat
pengkajian Nn. M tidak menunjukkan respon yang dapat memunculkan
diagnosa seperti pada tinjauan teori.
Berikut adalah diagnosa pada tinjauan teori yang tidak muncul pada
tinjauan kasus yaitu : Gangguan konsep diri berhubungan dengan biofisika,
prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh
Sedangkan beberapa diagnosa yang muncul pada Nn. M adalah
sebagai berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan dengan agen pencederaan fisik (kompresi
saraf,spasme otot)

40
Diagnose ini muncul karena pada saat pengkajian didapatkan klien
merasakan nyeri seperti ditusuk-tusuk pada kedua payudara
b. Resiko pola nafas tidak efektif berhubungan dengan efek pembiusan
Diagnose ini muncul karena pada saat pembedahan posisi klien
yang terpasang LMA
c. Resiko cidera berhubungan dengan tindakan pembedahan
Diagnose ini muncul karena selama pembedahan kita harus safety
dengan instrument yang kita gunakan untuk menghindari cidera atau
tertinggalnya alat atau kassa.
d. Nyeri berhubungan dengan pasca pembedahan
Diagnose ini muncul karena klien dengan general anastesi,
biasanya lebih cepat merasakan nyeri pada luka operasinya.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post
pembedahan).
Karena post operasi ini membutuhkan teknik aseptic dalam segala
yang berhubungan dengan luka post op, guna meminimalisir terjadinya
infeksi.

C. INTERVENSI
Perencanaan pada kasus nyata mengacu pada tinjauan keperawatan,
namun pada beberapa diagnose megalami perubahan dan pengurangan
intervensi karena disesuaikan dengan kondisi dan respon yang muncul pada
klien. Intervensi yang dilakukan pada preoperatif dilakukan dengan
manajemen nyeri yaitu teknik relaksasi, diagnosa introperatif resiko pola
nafas tidak efektif dilakukan dengan monitoring ttv, monitoring LMA dan
pemberian oksigen. Diagnose dengan resiko cidera dilakukan dengan posisi
yang benar dalam penggunaan plate pasien serta penghitungan alat dan kasa,
resiko infeksi berhubungan dengan proses pembedahan dilakukan dengan
menjaga teknik steril. Sedangkan untuk diagnose post operatif yaitu nyeri
dilakukan dengan teknik relaksasi dan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesic.

41
D. IMPLEMENTASI
Semua tindakan yang direncanakan sudah dapat dilaksanakan, hanya
saja untuk tindakan yang masih sebagian teratasi belum dapat dilakukan
karena keterbatasan waktu.Implementasi preoperative dengan nyeri dilakukan
dengan mengajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam. Implementasi pada
saat intraoperative dengan diagnose resiko pola nafas tidak efektif dengan
cara mempertahankan posisi LMA sampai operasi selesai dan memantau ttv
klien, sedangkan untuk implementasi postoperative dilakukan dengan cara
mengkolaborasikan dengan dokter untuk pemberian terapi analgesic

E. EVALUASI
Evaluasi dari setiap tahap operasi untuk diagnose keperawatan saat
preoperatif dengan nyeri teratasi sebagian. Saat intraoperatif diagnose resiko
pola nafas tidak efektif teratasi sebagaian dan resiko cidera teratasi.
Sedangkan saat postoperative dengan diagnose nyeri teratasi sebagian

42
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Semua tindakan yang direncanakan sudah dapat dilaksanakan, hanya
saja untuk tindakan yang masih sebagian teratasi belum dapat dilakukan
karena keterbatasan waktu.Implementasi preoperative dengan nyeri dilakukan
dengan mengajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam. Implementasi pada
saat intraoperative dengan diagnose resiko pola nafas tidak efektif dengan
cara mempertahankan posisi LMA sampai operasi selesai dan memantau ttv
klien, sedangkan untuk implementasi postoperative dilakukan dengan cara
mengkolaborasikan dengan dokter untuk pemberian terapi analgesik.

B. Saran
Dari penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, penulis dapat
menyarankan:
a. Perawat hendaknya melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan
keperawatan
b. Pendidikan kesehatan pada keluarga klien sangat dianjurkan untuk
meningkatkan pengetahuan keluarga dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.
c. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan agar dapat dilakukan dengan
baik, selain disesuaikan dengan situasi dan kondisi, diperlukan juga
kerjasama dengan tim kesehatan yang lain.

43
DAFTAR PUSTAKA

A. P. Sylvia, M. W. Lorraine, 1995. Patofisiologi, Buku 2, edisi 4. Jakarta: EGC

Asmadi. 2008.Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Baradero, dkk. (2006). Seri Asuhan Keperawatan : Klien Gangguan Sistem


Reproduksi dan Seksualitas, Jakarta: EGC

Brashers, Valentina L. 2008.Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan dan


Manajemen. EGC: Jakarta.

Bryant, Ruth. (2007). Acute & Chronic Wounds; Current Manangement Concept.
Philadelphia : Mosby Elsevier.

Carpenito , Lynda juall, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa
Tim Penerjemah PSIK UNPAD, Editor Monica Ester, (Edisi 8). Jakarta :
EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Diananda R. 2007. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta : Katahati

Doenges Marlyn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien, (Edisi 3), (Alih Bahasa 1 Made
Kriase). Jakarta: EGC.

Hidayat, A. 2009.Metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika

44

Anda mungkin juga menyukai