Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

L DENGAN SECTIO
CAESAREA ATAS INDIKASI LETAK SUNSANG DI RUANG OK RSIA
BUNDA JAKARTA

Di Susun Oleh :

Ns. Ulia Turrahmi, S.Kep

HIMPUNAN PERAWAT KAMAR BEDAH INDONESIA


RSU BUNDA JAKARTA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat,
taufiq serta hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus kelompok
Keperawatan Medikal Bedah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. L dengan
Sectio Caesarea Atas Indikasi Letak Sunsang Di Ruang OK RSIA BUNDA Jakarta”.
Laporan kasus ini dibuat sebagai tugas dan syarat untuk memenuhi nilai dari praktek
HIPKABI.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara material maupun moril, selama penulis melaksanakan praktik
sampai selesai nya pembuatan laporan ini.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangannya. Maka
dari itu kritik dan saran dari para pembaca sanga penyusun harapkan demi kesempurnaan
laporan kami selanjutnya.

Akhir kata semoga laporan ini dapat member pencerahan serta manfaa t bagi semua
pihak yang berkepentingan. Penulis menyadari bahwa, banyak terdapat kekurangan –
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Mak adari itu, penulis mengarapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalahini.

Jakarta, Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR … …..…………………………………………….... i

DAFTAR ISI………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1


1. LatarBelakang …………………………………………………... 1
2. TujuanPembuatanMakalah ……………………………………... 2

BAB II KONSEP DASAR…………………………………………………. 3


1. Definisi………………….. ……………………………………… 3
2. Etiologi …………………………………………………………... 5
3. Patofisiologi………………………………………………………. 6
4. AnatomiFisiologiPanggul ………………………………………. 7
5. Pathway Keperawatan ……………………………………………. 10
6. PemeriksaanPenunjang…………………………………………… 11
7. Komplikasi ………………………………………………………. 11
8. Penatalaksanaanmedis ………..…………………………………... 12
9. Pengkajian ………………………………………………………… 12
10. DiagnosaKeperawatan…………………………………………….. 16
11. FokusIntervensi, danRasional ……………………………………. 17

BAB III TINJAUAN KASUS……………………………………………….. 20


1. AsuhanKeperawatanPraOperatif di KamarBedah ………………. 20
2. AsuhanKeperawatan Intra Operatif di KamarBedah ……………... 26
3. AsuhanKeerawatan Post Operatif di KamarBedah ………………. 41

BAB IV PEMBAHASAN ……………………………………………………. 47


BAB V PENUTUP…………………………………………………………… 52
1. Kesimpulan ……………………………………………………….. 52
2. Saran ………………………………………………………………. 53
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 54
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Saat ini operasi Caesar menjadi trend karena berbagai alasan. Dalam 20 tahun terakhir
angka operasi Caesar meningkat pesat. Operasi ini kadang-kadang terlalu sering
dilakukan sehingga para kritikus menyebutnya sebagai Panacea (obat mujarab) praktek
kebidanan. Semakin modern alat penunjang kesehatan, semakin baik obat-obat
terutama antibiotik dan tingginya tuntutan terhadap dokter, menunjang meningkatnya
angka operasi Caesar di seluruh dunia (Seno Adjie, 2002).

Di Indonesia angka persalinan caesar di 12 Rumah Sakit pendidikan antara 2,1 % –


11,8 %. Angka ini masih di atas angka yang diusul oleh Badan Kesehatan Dunia
(WHO) pada tahun 1985 yaitu 10 % dari seluruh persalinan Caesar nasional
(Rahwan,2004). Di Propinsi Jakarta, khususnya di RS rujukan angka kejadian SC pada
tahun 2008 terdapat 35 % dan meningkat menjadi 38 % pada tahun 2009. (Profil Dikes
Propinsi, 2009).kasus ini RSIA BUNDA belum di kalkulasikan oleh penulis

Ada beberapa indikasi dari sectio caesarea, salah satunya adalah Letak Sunsang (Letsu).
Letak sunsang didefinisikan sebagai ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan
ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara
alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk
rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir
secara alami.
Berdasarkan uraian diatas, maka penyusun tertarik dan termotivasi untuk menyusun
Laporan HIPKABI dengan mengambil kasus berjudul “Asuhan Keperawatan pada
Ny. L dengan Sectio Caesarea Atas Indikasi Letak Sunsang Di Ruang OK RSIA
BUNDA Jakarta”.
2. Tujuan
a. Tujuan umum

Peserta pelatihan mampumengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan sectio


caesarea (Pre, Intra dan Post Operatif) di kamar bedah.

b. Tujuan khusus
a) Memahamidefinisi Sectio Caesarea.
b) Mengetahui Etiologi, Patofisiologi Sectio Caesarea.
c) Mengetahui Manifestasi klinik Sectio Caesarea.
d) Mengetahui penatalaksanaan dalam Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Sectio Caesarea.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomy untuk melahirkan janin dari
dalam rahim. Dalam operasi caesar ada tujuh lapisan yang diiris pisau bedah, yaitu
lapisan kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar
rahim, dan rahim. Setelah bayi dikeluarkan, lapisan itu kemudian dijahit lagi satu-
persatu, sehingga jahitannya berlapis-lapis.

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2005, hal. 133).

Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk kelahiran janin dengan insisi melalui
abdomen dan uterus (Liu, 2007, hal. 227)

Jenis-jenis operasi sectio caesarea :


a. Abdomen (Sectio caesar abdominalis)
a) Sectio caesarea Transperitonealis
 SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri)
dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada corpus uteri kira-kira
10 cm.
Kelebihan :
Mengeluarkan janin dengan cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung
kemih tertarik, sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.
Kekurangan :
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal, karena tidak ada
reperitonealis yang baik, untuk persalinan yang berikutnya lebih sering
terjadi rupture uteri spontan.
 SC Ismika atau profundal (Low servical dengan insisi pada segmen bawah
rahim).
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah
rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
- Penjahitan luka lebih mudah
- Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
- Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
- Pendarahan tidak begitu banyak
- Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil
Kekurangan :
- Luka dapat melebar kekiri, kekanan, dan bawah, sehingga dapat
menyebabkan uteri pecah dan mengakibatkan banyak pendarahan
- Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi

b) Sectio Ekstra Peritonealis yaitu tanpa membuka peritonium parietalis dengan


demikian tidak membuka cavum abdominal.

b. Vagina (Sectio Caesarea Vaginalis)


Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukam sebagai berikut :
a) Sayatan memanjang (Longitudinal)
b) Sayatan Melintang (Transversal)
c) Sayatan huru T (T insicion)

Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :


a) Sayatan Melintang ....
Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim. Sayatan melintang
dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan (shymphisisis) di atas batas
rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm. Keuntungannya adalah parut
pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko menderita rupture uteri (robek
rahim) di kemudian hari. Hal ini karena pada masa nifas, segmen bawah rahim
tidak banyak mengalami kontraksi sehingga luka operasi dapat sembuh lebih
sempurna (Kasdu, 2003, hal. 45).

b) Sayatan Memanjang (SC klasik)


Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang memberikan
suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan bayi, namun jenis ini kini
jarang dilakukan karena jenis ini labil, rentan terhadap komplikasi (Dewi Y.
2007. Hal 4).

2. Etiologi
Indikasi section caesarea
Indikasi sectio caesarea (Cuningham, F Garry, 2005: 595)
a. Riwayat sectio caesarea
Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai kontraindikasi untuk
melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi rupture uteri. Resiko ruptur uteri
meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya, klien dengan jaringan perut
melintang yang terbatas disegmen uterus bawah , kemungknan mengalami robekan
jaringan parut simtomatik pada kehamilan berikutnya. Wanita yang mengalami
ruptur uteri beresiko mengalami kekambuhan , sehingga tidak menutup
kemungkinan untuk dilakukan persalinan pervaginam tetapi dengan beresiko ruptur
uteri dengan akibat buruk bagi ibu dan janin, american collage of obstetrician and
ginecologistc (1999).

b. Distosia persalinan
Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan
persalinan, persalinan abnormal sering terjadi terdapat disproporsi antara bagian
presentasi janin dan jalan lahir, kelainan persalinan terdiri dari :
a) Ekspulsi (kelainan gaya dorong)
Oleh karena gaya uterus yang kurang kuat, dilatasi servik (disfungsi uterus) dan
kurangnya upaya utot volunter selama persalinan kala dua.
b) Panggul sempit
c) Kelainan presentasi, posisi janin
d) Kelainan jaringan lemak saluran reproduksi yang menghalangi turunnya janin

c. Gawat janin
Keadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan keadaan janin, jika penentuan
waktu sectio caesarea terlambat, kelainan neurologis seperti cerebral palsy dapat
dihindari dengan waktu yang tepat untuk sectio caesarea.

d. Letak sungsang
Janin dengan presetasi bokong mengalami peningkatan resiko prolaps tali pusat dan
terperangkapnya kepala apabila dilahirka pervaginam dibandingkan dengan janin
presentasi kepala.

3. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruang
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih kehamilan 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak lebih leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sunsang
atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan
jumlah air ketuban berkurang, karna bokong dan kedua tungkai terlipat lebih besar dari
pada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas difundus
uteri. Sedangkan kepala berada di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti bahwa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sunsang lebih
tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
persentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka
dalam posisi sunsang.
Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit,
tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih
longgar,misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang
2,5 cm.Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat
partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat
ditekan ke belakang. Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis
mayor dan pelvis minor.

4. Anatomi Fisiologi Panggul


Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah
(Presentasi Bokong). Angka kejadian : ± 3 % dari seluruh angka kelahiran.

Adapun letak sungsang dapat dibagi menjadi sebagai berikut :

1. Letak bokong murni ; prensentasi bokong murni (Frank Breech). Bokong saja yang
menjadi bagian terdepan sedangkan kedua tungkai lurus keatas.
2. Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki) disamping bokong teraba kaki (Complete
Breech). Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna kalau disamping
bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.
3. Letak lutut (presentasi lutut) dan
4. Letak kaki , yang keduanya disebut dengan istilah ; Incomplete Breech.
Tergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut atau hanya teraba satu kaki atau lutut
disebut letak kaki atau lutut sempurna dan letak kaki atau lutut tidak sempurna.
Dari semua letak-letak ini yang paling sering dijumpai adalah letak bokong murni.
Punggung biasanya terdapat kiri depan. Frekuensi letak sungsang lebih tinggi pada kehanilan
muda dibandingkan dengan kehamilan a`terme dan lebih banyak pada multigravida
dibandingkan dengan primigarvida.
Salah satu cara dalam mengatasi keadaan tersebut adalah dengan tindakan operatif yaitu
persalinan dengan cara tindakan seksio sesarea. Dimana apabila cara-cara lain dianggap tidak
berhasil atau syarat-syarat untuk dilakukanya tindakan tidak terpenuhi atau kondisi ibu
memerlukan tindakan yang segera yang apabila tidak segera dilakukan akan berakibat fatal.

Seksio sesarea adalah persalinan dengan suatu tindakan operasi/pembedahan untuk


mengeluarkan janin dari rongga uterus dengan cara mengiris dinding perut dan dinding uterus
dengan syarat rahim dengan keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.
5. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mengetahui Letak sunsang dapat dilakukan pemeriksaan, diantaranya
(Smeltzer 2001 : 339) :
a. Darah rutin (mis Hb)
b. Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa
c. Pelvimetri : menentukan CPD
d. USG abdomen
e. Gula darah sewaktu

6. Komplikasi
Komplikasi sectio caesarea mencakup periode masa nifas yang normal dan
komplikasi setiap prosedur pembedahan utama. Kompikasi sectio caesarea
(Hecker, 2001 ; 341)
a. Perdarahan
Perdarahan primer kemungkinan terjadi akibat kegagalan mencapai
hemostasis ditempat insisi rahim atau akibat atonia uteri, yang dapat terjadi
setelah pemanjangan masa persalinan.

b. Sepsis sesudah pembedahan


Frekuensi dan komplikasi ini jauh lebih besar bila sectio caesarea dilakukan
selama persalinan atau bila terdapat infeksi dalam rahim. Antibiotik profilaksis
selama 24 jam diberikan untuk mengurangi sepsis.

c. Cedera pada sekeliling stuktur


Beberapa organ didalam abdomen seperti usus besar, kandung kemih,
pembuluh didalam ligamen yang lebar, dan ureter, terutama cenderung terjadi
cedera. Hematuria yang singkat dapat terjadi akibatterlalu antusias dalam
menggunakan retraktor didaerah dinding kandung kemih.

13
d. Komplikasi Pada anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio
caesarea banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk
melakukan sectio caesaria. Menurut statistik di negara – negara dengan
pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca
sectio caesaria berkisar antara 4 dan 7 %. (Sarwono, 1999).

7. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam
pertama setelah pembedahan.
b. Ambulasi, satu hari setelahpembedahan klien dapat turun sebertar dari tempat
tidur dengan bantuan orang lain.
Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea
(Cuningham, F Garry, 2005 : 614)
c. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.
d. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap
berkontraksi dengan kuat.
e. Analgesia meperidin 75-100 mg atau morfin 10-15 mg diberikan, pemberian
narkotik biasanya disertai anti emetik, misalnya prometazin 25 mg.
f. Eriksa aliran darah uterus palingsedikit 30 ml/jam.
g. Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada
hari keempat setelah pembedahan.
h. Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan
untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan
hipovolemia.
i. Mencegah infeksi pasca operasi, ampisilin 29 dosis tunggal, sefalosporin, atau
penisilin spekrum luas setelahjanin lahir.

14
8. Pengkajian
a. Data Sunjektif
Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
a) Pengertian tentang bedah yang dianjurkan
Tempat
Bentuk operasi yang harus dilakukan
Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah
sakit,keterbatasan setelah di bedah.
Kegiatan rutin sebelum operasi.
Kegiatan rutin sesudah operasi.
Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.

b) Pengalaman Bedah Terdahulu


Bentuk, sifat, rontgen
Jangka waktu

c) Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah


- Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah
yang dianjurkan.
- Metode-metode penyesuaian yang lazim.
- Agama dan artinya bagi pasien.
- Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
- Keluarga dan sahabat dekat.
- Dapat dijangkau (jarak).
- Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi bantuan.

d) Status Fisiologis
- Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong
komplikasi-komplikasi pascabedah.
- Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
- Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.

15
Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.
- Monitor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis,
bedah orthopedi yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal)
- Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
- Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan
mengenai terbebas dari nyeri setelah operasi.
b. Data Objektif
a) Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan
(cemas), kemampuan berbahasa Inggris.
b) Tingkat interaksi dengan orang lain.
c) Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang
sibuk (cemas).
d) Tinggi dan berat badan.
e) Gejala vital.
f) Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.
g) Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
h) Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
i) Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan
bernafas dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan
pada pasca bedah).
j) Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer
sebelum bedah vaskuler atau tubuh.
k) Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di
tempat duduk, koordinasi waktu berjalan.

Pengkajian pra bedah di kamar bedah :

a). Pengkajian Psikososial

- Perasaan takut/cemas

- Keadaan emosional pasien

16
b). Pengkajian Fisik

- TTV
- Sistem integumentum : pucat, sianosis, adakah penyakit kulit di area
badan
- Sistem kardiovaskuler
Apakah ada gangguan pada sisitem cardio ?
Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?
Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.
Kebiasaan merokok, minum alcohol
Oedema
Irama dan frekuensi jantung.
Pucat
- Sistem pernafasan
Apakah pasien bernafas teratur ?
Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.
- Sistem gastrointestinal : apakah pasien diare ?
- Sistem reproduksi : Apakah pasien mengalami menstruasi?
- Sistem saraf : kesadaran
- Validasi persiapan fisik pasien
Apakah pasien puasa ?
Lavement ?
Kapter ?
Perhiasan ?
Make up ?
Scheren / cukur bulu pubis ?
Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?
Validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?
Pengkajian intra bedah di kamar bedah :
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang
diberi anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada

17
pasien yang diberi anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian
psikososial.

Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :

a. Pengkajian mental
Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga
maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan
terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut
menghadapi prosedur tersebut.
b. Pengkajian fisik
- Tanda-tanda vital.
(Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka
perawat harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada
ahli bedah).
- Transfusi
(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis
segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran
transfusi).
- Infus
(Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis
harus segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran
infuse).
- Pengeluaran urine
Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg
BB/jam.

9. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Umum (Doengoes, 2000)
a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari
anaesthesi.
b) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.

18
c) Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.
d) Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-
obatan (penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.
e) Gangguan pola nafas berhubungan dengan posisi klien (Brunnert dan
suddart).

b. Diagnosa Tambahan (Doengoes, 2000)


a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
b) Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan
kurang gerak.
c) Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.
d) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur
pembedahan.
e) Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan
elektrolit.
f) Kerusakan moilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
g) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksoia, lemah, nyeri, mual.
h) Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi

10. Intervensi Keperawatan


a) Gangguan pola nafas berhubungan dengan posisi klien
Tujuan : pola nafas klien normal
Intervensi :
- Kaji pola nafas klien (rasionalnya : mengetahui supali oksigen)
- Monitor TTV (apakah mengalami kenaikan)
- Beri posisi kepala lebih tinggi dari kaki, semi fowler (posisi
nyaman, membantu pola nafas efektif)
- Beri tarapi oksigen (membantu dalam suplai oksigen)
b) Kurang volume cairan berhubungan dengan perdarahan (Doenges, 2000)
Tujuan : memenuhi kebutuhan cairan sesuai kebutuhan Tubuh

19
Kriteria Hasil : intake dan out put seimbang
Intervensi :
- Observasi perdarahan (mengetahui jumlah darah yang keluar
- Monitor intake dan out put cairan.
- Monitor tanda-tanda vital (apakah mengalami kenaikan).
- Kolaborasi pemberian cairan elektrolit sesuai program (memenuhi
kebutuhan tubuh akan cairan elektrolit yang seimbang)

c) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (kulit


tak utuh) (Nanda Nic Noc, 2005)
Tujuan : tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, fungiolesa),
jumlah leukosit dalam batas normal
Intervensi :
- Kaji lebar luka, kedalaman, panjang, warna, panas/tidak, merah atau
hitammengetahui seberapa besar resiko infeksi.
- Inspeksi lebar luka/insisi bedah
- Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas.

d) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek anestesi


Tujuan : mengatasi masalah gangguan pertukaran gas
Intervensi :
- Kaji status pernapasan secaraperiodik, catat adanya perubahan pada
usaha tingkatan hipoksia
- Auskultasi bunyi paru secara periodic, catat kualitas bunyi napas,
wheezing, ekspirasi memanjang dan observasi kesimetrisan gerakan
dada.
- Kaji adanya sianosis.
- Auskultasi irama dan bunyi jantung
- Bantu klien untuk beristirahat dengan menjaga ketenangan lingkungan.
- Posisikan klien dalam posisi nyaman (fowler atau semi fowler)

20
- Ajarkan dan motivasi klien untuk melakukan pernapasanmulut/ bibir
(pursed lip).
- Monitor keseimbangan intake dan output cairan.
- Monitor saturasi oksigen (bila Pulse Oximetri ada).

e) Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan


Tujuan : nyeri berkurang, pasien terlihat rileks
Intervensi :
- Kaji tingkat, skala nyeri
- Beri posisi nyaman (mengurangi nyeri).
- Ajarkan teknik relaksasi (mengurangi nyeri).
- Beri kompres dingin (mengurangi nyeri dan menghentikan
pendarahan).
- Kolaborasi pemberian obat analgetik (mengurangi nyeri)

21
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Asuhan Keperawatan Pre Operatif di Kamar Bedah


Pada tanggal 14 Februari 2019, pukul 15.00 di OK RSIA BUNDA Jakarta
Biodata Pasien
a. Nama : Ny. L
b. Umur : 42 tahun
c. No. RM : 27. 63. 07
d. Bangsal :
e. Dx. Medis : Letak Sunsang
f. Tindakan Operasi : SC
g. Jenis Anestesi : Spinal Anestesi
h. Kamar Operasi/Tgl : OK 1/14 Februari 2019
i. Ceck list Pre Operatif tentang :
Gelang identitas : Ada
Informent Consent : Ada
Pasien Puasa : 8 jam
Premedikasi : Granon 4mg/2ml dan
Vomizol 1 gram (mengurangi
Mual.
1. Keluhan utama saat ini:
Klien mengatakan cemas dengan rencana tindakan operasi caesar
yang akan dilakukan, klien takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
terutama pada bayinya pada saat operasi dilakukan, klien tampak sering diam,
klien tampak tegang, klien tampak di damping suami, nyeri perut tidak ada.
Tanda-tanda vital sign: Tekanan darah: 100/70 mmHg, nadi: 88 kali/menit,
pernapasan 20 kali/menit, suhu: 36,7 ° C.
2. Riwayat penyakit dahulu:
Klien tidak ada menderita penyakit apapun sebelum hamil, selama hamil pada
trimester ke III klien sering mengeluh perutnya sering kencang.

22
3. Riwayat penyakit keluarga:
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti penyakit
jantung, diabetes mellitus, ginjal, kanker. TB.
4. Riwayat Ginekologi
Klien tidak ada menderita penyakit menular seksual dan belum pernah
mengalami pembedahan ginekologi.
5. Riwayat Obstetri (menarche, siklus menstruasi, karakteristik menstruasi)
Menarche usia 15 tahun, siklus haid teratur 28 hari dan lama 7 hari.
G3 P2 A0
HPHT : 12 MAI 2018
HPL : 14 FEBRUARI 2019
Usia kehamilan : 36 minggu
Keluhan yang muncul selama kehamilan ini:
a. Trimester I : tidak ada.
b. Trimester II : tidak ada.
c. Trimester III : oligohidramnion.
6. Kebiasaan yang merugikan:
Klien tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol.
7. Imunisasi:
Klien mendapatkan imunisasi TT di salah satu rumah sakit swasta Jakarta.
8. Kebutuhan dasar sehari-sehari:
a. Nutrisi
Klien makan 3 kali sehari, menu nasi lauk dan sayur serta susu 1 kali
sehari. Tidak ada keluhan mual dan muntah. Tidak ada riwayat alergi
makanan. Minum lebih kurang 1500 cc/hari.
b. Eliminasi
Klien BAK 5-7 kali sehari, warna urine jernih lebih kurang 1500 cc/ hari.
Tidak ada keluhan saat berkemih. BAB 2 kali sehari dengan konsistensi
lunak, tidak ada keluhan konstipasi.

23
c. Aktivitas dan latihan
Aktivitas selama hamil tidak ada perubahan, klien tetap menjalankan
aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga. Tidak ada keluhan sesak atau
pusing saat beraktifitas.
d. Istirahat dan tidur
Tidak ada gangguan dalam pola tidur. Malam hari tidur 7 jam dan siang 1
jam.
e. Seksualitas
Klien melakukan aktifitas seksual 1 kali dalam seminggu. Tidak ada
keluhan dalam aktifitas seksual.
f. Persepsi dan kognitif
Status mental : kesadaran komposmentis
Pendengaran : baik, dapat mendengar dengan baik.
Perabaan : baik, tidak ada keluhan sensasi perabaan.
Berbicara : bicara jelas dan bisa dipahami.
Kejang : tidak ada kejang selama kehamilan.
Penciuman : baik, tidak ada keluhan
Nyeri : tidak ada nyeri.
Kognitif : klien kadang-kadang terlihat merenung dan gugup
9. Persepsi diri dan konsep diri
Pasien mengatakan percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan
menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran yang dianut.
10. Keluarga Berencana
Klien belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.
11. Pemeriksaan Fisik
a. Kaji vital sign
Tekanan Darah: 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Temperatur : 36,7 °C
RR : 20 x/mnt
BB : 50 kg

24
b. Kulit, rambut dan kuku
c. Inspeksi kulit terdapat linea nigra, tidak ada pucat di daerah akral.
Kebersihan rambut baik dan kuku pendek bersih.
12. Pemeriksaan head to toe :
a. Kepala dan leher
Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat, tidak ada edema palpebra.
Klien tidak menggunakan kacamata.
Tidak ada pembesaran limphe node anterior dan posterior dan tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
1) Telinga bersih, membran timpani utuh.
2) Mulut, tenggorokan dan hidung.
Mukosa mulut lembab, gigi lengkap. tidak ada keluhan. Faring tidak
hiperemis, tidak ada pembesaran tonsil. Mukosa hidung lembab dan
tidak ada epistaksis.
b. Thoraks dan paru-paru
Dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada, palpasi dalam batas
normal. Suara paru vesikular, tidak ada bunyi tambahan weezhing atau
ronchi.
c. Payudara
Payudara membesar, hiperpigmentasi pada areola mammae. Putting susu
menonjol keluar. Teraba lunak dan tidak ada teraba benjolan.
d. Jantung
Pulsasi ictus cordis tidak terlihat, teraba dalam batas normal. Pada perkusi
tidak ada pembesaran jantung. Terdengar bunyi jantung I dan II “lub, dub.
e. Abdomen
Inspeksi terdapat linea nigra.
Leopold I : teraba bokong di fundus.
Leopold II : bagian kanan teraba punggung, di kiri teraba bagian
kecil.
Leopold III : teraba kepala
Leopold IV : divergent

25
TFU : 31 cm
DJJ : 140x/menit, frekuensi teratur (12-12-12).
Tafsiran berat janin 3100 gram.
Lingkar abdomen :
f. Genetalia
Distribusi rambut merata, tidak ada bekas luka.
g. Anus dan rectum
Tidak ada hemoroid, tidak ada lesi.
h. Vaskularisasi perifer
Wajah tidak pucat, ekstremitas tidak pucat, pengisian kapiler 2-3 detik,
tidak ada edema.
i. Perkusi refleks tendon
Normal
j. Neurologik
Tidak ada keluhan pusing.
13. Pemeriksaan Diagnostik
a. USG
Janin hidup, presentasi kepala. DJJ positif dan baik. Oligohydramnion,
AFI 410 cc. Plasenta di corpus posterior. Umur kehamilan 36 minggu.
b. Laboratorium
WBC : 13,56 10^3/ul
RBC : 3,37 10^3/ul

Hb : 11,8 g/dl

Hct : 32,3 %

Gol. Darah : A

CT/BT : 5/2 detik

Neutrofil : 10,17 10^3/ul

Limfosit : 2,2 10^3/ul

Monosit : 1,10 10^3/ul

26
Eosinofil : 0,07 10^3/ul

Basofil : 0,02 10^3/ul

ASUHAN KEPERAWATAN PERI OERATIF


Persiapan kamar operaasi
A. Persiapan ruang dan alat
1. Surgical Equipment
a. Meja operasi : baik
b. Lampu operasi : baik
c. Mesin suction : baik
d. Meja instrumen : baik
e. Meja mayo : baik
f. Sampah infeksius : baik
g. Sampah non infeksius : baik
h. Safety box : baik
i. Trolly : baik
j. Mesin diatermi : baik
k. Mesin anestesi : baik
l. Penyangga tangan : baik
m. Tiang buffer : baik
n. Tiang infus : baik

2. Persiapan cuci tangan bedah


a. Air mengalir
b. Sikat
c. Cairan antiseptik clorheksidin 4%
d. APD lengkap (topi, google, masker, apron, sepatu bot/sendal yang
tertutup)
3. Instrumen Steril (set microsurgery) dan Linen Steril :
a. Instrumen Steril

27
1) Bisturi no.20
2) Scapel no.4
3) Pinset chirurgi kecil 2 buah
4) Pinset chirurgi besar 1 buah
5) Pinset anatomi kecil 2 buah
6) Pinset anatomi besar 1 buah
7) Gunting jaringan 3 buah
8) Gunting benang 1 buah
9) Needle holder forcep 3 buah
10) Hak gigi empat tumpul 1 buah
11) Pean forcep 4 buah
12) Duk klem 6 buah
13) Kocher forcep 4 buah
14) Mikulik 4 buah
15) Sponge holding forcep 10 buah
16) Forcep 1 pasang
17) L hak2 buah
18) Hak segitiga retraktor 1 buah
19) Kassa X-ray 40 buah
20) Kassa partus 5 buah
21) Kassa operasi 5 buah
22) Kom kecil 2 buah
23) Kom besar 2 buah
24) Piala ginjal 1 buah
25) Couther 1 buah
26) Selang suction 1 buah
27) Vakum bayi 1 buah
28) Kondom lampu 2 buah

28
b. Linen Steril
1) Jas operasi disposable :3
2) Penutup meja mayo :2
3) Pentup meja instrumen :4
4) Laken besar bawah :1
5) Laken besar atas :1
6) Laken samping :2
7) Doek bolong :1
c. Medical Supply meliputi:
1) Spuit disp 1O cc :1
2) Spuit disp 5 cc :1
3) Spuit disp I CC :1
4) Spinal needle no 27 :1
5) Kassa steril polos :5
6) Drain Catheter no. 12 :1
7) Urine bag :1
8) Jelly Catheter :1
9) Bisturi no. 20 :1
10) Sarung tangan 7.5 :3
11) Sarung tangan 7 :2
12) Sofratule :1
13) Tegaderm pad besar :1
14) Betadine 10% :3
15) Hibiscrube : 30cc
16) Fentanil :1
17) NaC1 500 :3
18) Venvlon no 18 :1
19) IV dresing :1
20) Swab alcohol :3
21) Lidocain :1
22) Diatermi plate :1

29
23) Electosurgical pencil :1
24) Vicril no 1 :2
25) Chromic cugut no 2/0 :1
26) T-Mono no 3/0 :1
d. Instrumen tambahan
1) Jas operasi 4 buah
2) Duk bawah 1 buah
3) Duk atas 1 buah
4) Duk samping 2 buah
5) Duk lubang besar 1 buah
e. Persiapan pasien Pre-Operasi
1) Mengecek status atau identitas pasien (lengkap)
2) Pasien diterima di ruang penerimaan, pakaian diganti dengan baju
operasi
3) Memakai topi operasi
4) Memastikan perhiasan, gigi palsu/implan dan kutek telah dilepas semua
5) Mengecek gelang pasien (ada)
6) Mengecek ada alergi/tidak (tidak ada alergi)
7) Memasang infus pasien di tangan kiri dengan cairan Gelafusal 500 ml
8) Melakukan skin test untuk antibiotik Foricef I gr.
9) Memberikan suntikan IV Omevel (perawat anastesi)
10) Memberikan suntikan IV Ondavel 8 mg (perawat anastesi)
11) Memasukkan pasien ke ruang OK
A. Analisa Data
No Data Fokus Masalah Penvebab

30
1 DS: Cemas Kurangnya
- Klien mengatakan cemas dengan pengetahuan
rencana tindakan operasi yang akan terhadap
dilakukan, tindakan bedah
- Klien takut terjadi hal-hal yang tidak yang akan
diinginkan terutama pada bayinya dilakukan
pada saat operasi dilakukan

DO:
- Klien tampak senang diam
- Klien tampak tegang
- Klien tampak di damping suami.
- Tanda-tanda vital sign: Tekanan
darah: 100/70 mmHg, nadi: 88
kali/menit. pernapasan 20
kali/menit, suhu: 36,7 0 C.

B. Masalah Keperawatan
a. Cemas

C. Diagnosa Keperawatan
a. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap tindakan bedah
yang akan dilakukan.

D. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan
Implementasi Evaluasi
Keperawatan Kriteria Hasil
Cemas Tujuan: Cemas 1. Menggunakan S:
berhubungan berkurang dan pendekatan - Klien
dengan hilang yang mengatakan
kurangnya Kriteria Hasil: menenangkan. cemas masih
pengetahuan  Klien tampak 2. Mengkaji ada tapi sudah
terhadap rileks tingkat berkurang dan
tindakan bedah  Tanda-tanda kecemasan klien sebelumnya
yang akan vital dalam 3. Mendorong
dilakukan batas normal. pasien untuk O:
mengungkapkan - Klien masih
perasaan, tampak tegang
ketakutan, - Klien tampak
persepsi. ditemani suami
4. Menjelaskan - Klien tampak
semua prosedur melakukan

31
dan apa yang teknik napas
dirasakan dalam yang
selama prosedur telah diajarkan
5. Melibatkan
keluarga untuk A:
mendampingi Cemas belum
klien sebelum teratasi
operasi dimulai.
6. Anjurkan pasien P:
untuk Intervensi lanjut
menggunakan
teknik relaksasi,
teknik nafas
dalam.

I. ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI


B. Persiapan ruang dan alat
4. Surgical Equipment
a. Meja operasi : baik
b. Lampu operasi : baik
c. Mesin suction : baik
d. Meja instrumen : baik
e. Meja mayo : baik
f. Sampah infeksius : baik
g. Sampah non infeksius : baik
h. Safety box : baik
i. Trolly : baik
j. Mesin diatermi : baik
k. Mesin anestesi : baik
l. Penyangga tangan : baik
m. Tiang buffer : baik
n. Tiang infus : baik

5. Persiapan cuci tangan bedah


a. Air mengalir

32
b. Sikat
c. Cairan antiseptik clorheksidin 4%
d. APD lengkap (topi, google, masker, apron, sepatu bot/sendal yang
tertutup)
6. Instrumen Steril (set microsurgery) dan Linen Steril :
f. Instrumen Steril
29) Bisturi no.20
30) Scapel no.4
31) Pinset chirurgi kecil 2 buah
32) Pinset chirurgi besar 1 buah
33) Pinset anatomi kecil 2 buah
34) Pinset anatomi besar 1 buah
35) Gunting jaringan 3 buah
36) Gunting benang 1 buah
37) Needle holder forcep 3 buah
38) Hak gigi empat tumpul 1 buah
39) Pean forcep 4 buah
40) Duk klem 6 buah
41) Kocher forcep 4 buah
42) Mikulik 4 buah
43) Sponge holding forcep 10 buah
44) Forcep 1 pasang
45) L hak2 buah
46) Hak segitiga retraktor 1 buah
47) Kassa X-ray 40 buah
48) Kassa partus 5 buah
49) Kassa operasi 5 buah
50) Kom kecil 2 buah
51) Kom besar 2 buah
52) Piala ginjal 1 buah
53) Couther 1 buah

33
54) Selang suction 1 buah
55) Vakum bayi 1 buah
56) Kondom lampu 2 buah
g. Linen Steril
8) Jas operasi disposable :3
9) Penutup meja mayo :2
10) Pentup meja instrumen :4
11) Laken besar bawah :1
12) Laken besar atas :1
13) Laken samping :2
14) Doek bolong :1
h. Medical Supply meliputi:
27) Spuit disp 1O cc :1
28) Spuit disp 5 cc :1
29) Spuit disp I CC :1
30) Spinal needle no 27 :1
31) Kassa steril polos :5
32) Drain Catheter no. 12 :1
33) Urine bag :1
34) Jelly Catheter :1
35) Bisturi no. 20 :1
36) Sarung tangan 7.5 :3
37) Sarung tangan 7 :2
38) Sofratule :1
39) Tegaderm pad besar :1
40) Betadine 10% :3
41) Hibiscrube : 30cc
42) Fentanil :1
43) NaC1 500 :3
44) Venvlon no 18 :1
45) IV dresing :1

34
46) Swab alcohol :3
47) Lidocain :1
48) Diatermi plate :1
49) Electosurgical pencil :1
50) Vicril no 1 :2
51) Chromic cugut no 2/0 :1
52) T-Mono no 3/0 :1
i. Instrumen tambahan
6) Jas operasi 4 buah
7) Duk bawah 1 buah
8) Duk atas 1 buah
9) Duk samping 2 buah
10) Duk lubang besar 1 buah
j. Persiapan pasien Pre-Operasi
12) Mengecek status atau identitas pasien (lengkap)
13) Pasien diterima di ruang penerimaan, pakaian diganti dengan baju
operasi
14) Memakai topi operasi
15) Memastikan perhiasan, gigi palsu/implan dan kutek telah dilepas semua
16) Mengecek gelang pasien (ada)
17) Mengecek ada alergi/tidak (tidak ada alergi)
18) Memasang infus pasien di tangan kiri dengan cairan Gelafusal 500 ml
19) Melakukan skin test untuk antibiotik Foricef I gr.
20) Memberikan suntikan IV Omevel (perawat anastesi)
21) Memberikan suntikan IV Ondavel 8 mg (perawat anastesi)
22) Memasukkan pasien ke ruang OK

Analisa Data Pre-Operasi

No Data Fokus Masalah Etiologi

35
l. DS: Pasien mengatakan Ansietas Proses
cemas karena ini pembedahan
pengalaman pertama
dilakukan tindakan
operasi

DO:

1. Pasien tampak gelisah


2. Nadi : 90 x / menit,
Suhu 36,20C,
Pemafasan : 20 x /
menit, Tensi darah :
140 / 90 mmHg
3. Pasien tampak
mengelus memegang
tangan ibunya

II. ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPRASI


A. Prosedur Operasi:
1. Memakai alat pelindung diri (topi, google, masker, apron, sepatu boot).
2. Melakukan cuci tangan bedah.
3. Masuk ruang operasi, mengeringkan tangan dengan handuk atau lap yang
telah disediakan.
4. Memakai jas operasi dan sarung tangan secara tertutup.
5. Memasang linen mayo dan alas duk.
6. Menghitung kasa dan instrumrn dihadapan sirkuler
7. Menyiapkan instrument yang dibutuhkan selama operasi.
8. Melakukan time out
9. Melakukan aseptic area operasi/area operasi (kom kecil, bethadine, sponge
holding, kassa x-ray).

36
10. Draping area operasi (under pad, duk bawah, duk atas, duk samping, duk
klem 6 buah).
11. Pemasangan selang suction dan chouter (selang suction, chouter).
12. Cek selang suctition dan couter
13. Insisi panenstel dengan menggunakan bisturi no.20
14. Dinding perut dibuka lapis demi lapis dimulai dari kutis dan subkutis dengan
pisau, perdarahan dirawat dengan couter, dilanjutkan fascia dengan gunting
dan pinset cirugis dibantu dengan hak gigi, jepit fascia dengan klem kocher,
selanjutnya peritonium dibuka dengan pisau dan pean ujung tumpul
dilanjutkan dengan gunting lalu dipasang l-hak.
15. Insisi uterus (suction, hak segitiga).
16. Pengambilan bayi (vakum dan forcep bila diperlukan)
17. Pemotongan tali pusat (gunting, kocher 2, suction)
18. Pengambilan plasenta (kom besar, spong holder, suction)
19. Menghitung kembali kassa dan instrument (lengkap) dan laporkan ke
operator
20. Cek pendarahan
21. Hecting uterus (nallfudel, safil no 1, pinset sirugis)
22. Sudah hecting uterus dilakukan pencucian dengan nirbeken berisi cairan
Nacl 0,9%
23. Pemasangan mikulik di peritonium (mikulik 4, dapper, suction)
24. Hecting peritonium (nallfudel, jarum chromic no. 2/0, pean, kassa, gunting
benang).
25. Hecting fasia (nallfudel, jarum safil no. 1, pean, kassa, gunting benang).
26. Subkutis dan kutis (nallfudel, jarum monosyn no. 3/0, pean, kassa, gunting
benang).
27. Desinfeksi area jahitan (kassa, nacl)
28. Penutupan area luka operasi (lomatulle, tegaderm pad).
29. Setelah tertutup dengan rapi kemudian di periksa perdarahan pervaginam
menggunakan betadine dan kassa serta melihat kontraksi uterus.
30. Setelah itu bersihkan dengan t-towel, pemasangan pembalut.

37
31. Operasi selesai.
32. Drapping dibuka.
33. Jas, sarung tangan, dan apron dilepaskan.
34. Perawat melakukan dekontaminasi alat.
35. Pasien di pindahkan ke ruang RR oleh perawat anastesi
36. Perawatan selanjutnya oleh perawat anastesi

Evaluasi
1.Operasi di mulai pukul 15.00 WIB
2.Operasi selesai pukul 16.10 WIB
3.Alat dan kassa lengkap
4.Jumlah perdarahan 200 cc
5.Urine 200 cc
6.TTV selama operasi berlangsung:
TD : 121/88 mmHg RR : 20 x/mnt
N : 90 x/mnt spO2 : 100 %

B. Analisa Data
No Analisa Data Masalah Penyebab
1 DS : Resiko cedera Efek anastesi
-

DO:
- Klien tampak dalam
spinal anastesi
- Klien tampak terpasang
plate, elektroda, O2 3
1/menit
- Ekstremitas atas klien
tampak diikat
- Tampak luka sayatan
- Klien tampak terpasang
IVFD Futrolit 20
tetes/menit

38
C. Masalah Keperawatan
1. Resiko cedera

D. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko cedera berhubungan dengan efek anestesi.
E. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan
Implementasi Evaluasi
Keperawatan Kriteria Hasil
Resiko cedera Tujuan: 1. Menyediakan S:
berhubungan Cedera lingkungan yang -
dengan efek teratasi aman untuk O:
anastesi Kriteria Hasil: pasien  Klien tampak
 Klien 2. Memastikan terpasang plate
terbebas plate terpasang dipaha kiri
dari cedera dengan benar  Klien tampak
dan 3. Memasang dibawah pengaruh
mengenali pengaman saat obat
penibahan klien berada di  Ekstremitas atas dan
status meja operasi bawah klien tampak
kesehatan. 4. Memastikan diikat dengan benar
ikatan pada klien dan tidak terlalu
tidak terlalu kuat. ketat
5. Memastikan  Alat tampak
intrumen lengkap lengkap dan tidak
dan tidak ada yang tertinggal
tertinggal A:
6. Mempertahankan Masalah Resiko
teknik yang Cedera teratasi
benar dalam
menggunakan P:
instrument Intervensi lanjut

III. ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF


A. Pengkajian
1. Pasien dipindahkan ke ruang recovery room pada pukul 16.15 WIB.
2. Kesadaran pasien composmentis dibawah pengaruh obat.
3. Kulit teraba hangat, tidak tampak sianosis, konjungtiva tidak anemis.

39
4. Pasien terpasang elektroda, pulse oxymetri, dan tensimeter. Terpasang
oksigen 2 L/menit. Tampak terpasang kateter lancar 200 cc berwarna kuning
jernih.
5. Tanda vital pasien
TD Pemberian cairan obat dan
Jam SpO2 N RR
(mmHg) parenteral
16.20 128/96 98 80 17 Ring-as 500 cc
17.30 118/88 99 84 16 Tamoliv 100 cc
17.45 121/98 99 83 18
18.00 116/80 99 88 17
18.15 124/87 100 87 15
18.30 126/88 99 86 16
18.45 125/88 100 89 16
19.00 126/89 99 90 18

B. Analisa Data
No Analisa Data Masalah Penyebab
1 DS: Nyeri Kontinuitas
- Klien mengatakan nyeri jaringan pasca
pada luka operasi bedah
- Klien mengatakan nyeri
seperti disayat-sayat

DO:
- Klien tampak meringis
kesakitan
- Skala nyeri 5
- Klien tampak berhati-
hati ketika bergerak
- Klien tampak lebih
berfokus pada diri
sendiri
- Klien tampak lebih
banyak diam
- Klien tampak terpasang
oksigen 3 1/menit
- Klien tampak terpasang
IVFD Ring As 12
tetes/menit, Autofuser
(fentanyl+granon)
- TTV :

40
TD : 126/89 mmHg, N:
85 x/mnt, P: 18x/mnt,
SpO2: 100%
2 DS: Resiko infeksi Pertahanan
- primer tidak
DO: adekuat
- Tampak ada luka operasi (kerusakan
diabdomen bawah klien kulit, trauma
- Luka tampak tertutup, jaringan.
tidak ada perdarah, gangguan
tertutup peristaltic)
- kassa dan tegaderm pad
- Klien tampak terpasang
partex dan lochea
berwama merah

C. Masalah Keperawatan
1. Nyeri.
2. Resiko infeksi.

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kontinuitas jaringan pasca bedah.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
(kerusakan kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltic).
E. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan
Implementasi Evaluasi
Keperawatan Kriteria Hasi
Nyeri Setelah dilakukan 1. Melakukan S:
berhubungan tindakan selama 4 pengkajian nyeri - Klien
dengan jam diperoleh secara komprehensif mengatakan
kontuinitas hasil sebagai 2. Mengobservasi sesekali nyeri
jaringan pasca benkut; reaksi non verbal di luka operasi
bedah  Klien mampu 3. Mengontrol P : Pasien
mengontrol lingkungan yang mengatakan
nyeri dapat mempengaruhi nyeri pada area
 Melaporkan nyeri (kebisingan. insisi
nyeri suhu, penerangan) Q : Nyeri
berkurang 4. Mengobservasi seperti di
 Mengatakan tanda-tanda vital sign sayat-sayat
rasa nyaman benda tajam

41
setelah nyeri 5. Mengajarkan teknik R : Daerah
berkurang non farmakologi abdomen
 Tanda-tanda (teknik nafas dalam) bawah luka
vital dalam 6. Mengkolaborasi operasi
batas normal pemberian obat S : Skala 5
Tidak analgetik T : Jika
mengalami 7. Meganjurkan pasien bergerak
gangguan tidur untuk istirahat O:
- Klien tampak
meringis
kesakitan
ketika
bergerak
- Klien tampak
berhati-hati
- Klien tampak
tegang
- TTV:
TD : 126/89
mmHg,
N : 85 x/mnt,
P : 18 x/mnt,
SpO2: 100%

A:
Masalah nyeri
belum teratasi

P:
Intervensi lanjut.
Pemberian obat
sesuai terapi
dokter

Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Merpertahankan S:


tindakan selama 4 teknik aseptic -
berhubungan
jam diperoleh 2. Membatasi O:
dengan criteria hasil: pengunjung Luka tampak
 Klien terbebas 3. Mencuci tangan tertutup. tidak ada
pertahanan
dari tanda dan sebelum dan setelah perdarahan,
primer tidak gejala tindakan tertutup kassa dan
adekuat  Leukosit keperawatan tegaderm pad
(kerusakan normal

42
kulit, trauma  Menunjukkan 4. Mempertahankan Klien tampak
jaringan, prilaku hidup terapi cairan teryusang partex
gangguan sehat 5. Membenkan dan lochea
peristaltic).  Status imun, antibiotic van berwarna merah
gastrointestinal sesuai A:
dalam batas Masalah belum
normal teratasi
keperawatan P:
Intervensi lanjut.
Pertahankan
teknik aseptic,
berikan antibiotic
yang sesuai,
pantau leukosit

43
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan ini penulis akan membahas permasalahan tentang Asuhan
Keperawatan pada ny. L dengan sectio caesarea (pre,intra,post) atas indikasi Letak
Sunsang di RSIA BUNDA Jakarta.

Pembahasan akan diuraikan sesuai masalah yang ditemukan dengan menggunakan


pendekatan konsep dasar yang mendukung. Penulis akan menguraikan tentang
kesenjangan yang muncul pada asuhan keperawatan antara teori dengan kasus yang
penulis kelola. Penulis akan membahas tentang diagnosa yang muncul, yang tidak
muncul, serta dukungan dan hambatan dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada
Ny. L selama 35 menit.

a. Diagnosa yang muncul


a) Ansietas b/d situasi, ancaman pada konsep diri, kurangnya pengetahuan
Kecemasan penulis ambil sebagai diagnosa pertama kali sebelum menjalani operasi
karena tindakan operasi dapat menaikkan tingkat kecemasan pasien dan
meningkatkan hormon pemicu stress (Ibrahim, 2006). Perawatan pre operasi yang
efektif dapat mengurangi resiko post operasi, salah satu prioritasnya adalah
mengurangi kecemasan pasien. Cemas merupakan reaksi normal pasien terhadap
ancaman pembedahan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan
yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain jenis kelamin, usia,
pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan tipe kepribadian
sedangkan faktor eksternalnya antara lain ancaman terhadap integritas biologis dan
ancaman terhadap konsep diri (Stuart and Sundeen, 1998).

Dari hasil pengkajian yang kami lakukan pada pre operasi didapatkan data subyektif
yaitu pasien sering bertanya tentang jalannnya operasi, dokter yang mengoperasi dan
lamanya operasi. Dan data obyektif yaitu pasien terlihat tremor atau bergetar, kulit

44
teraba dingin, pasien terlihat tegang, TD : 123/89 mmHg, N : 92 x/mnt, RR : 22 x/mnt,
S : 36’ C.
Untuk mengatasi atau mengurangi tingkat kecemasan pasien maka dilakukan
intervensi dan implementasi yang tepat dan sesuai. Implementasi yang kami lakukan
adalah mengkaji tingkat kecemasan pasien, apakah sedang, berat, ringan, lalu kami
memberi pasien dukungan emosional, mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas
dalam dan memberi pengetahuan tentang jalannya operasi.

Dengan implementasi tersebut kami mengevaluasi keadaan pasien dan didapat hasil
masalah cemas teratasi sebagian ditandai dengan pasien tidak lagi terlihat tremor,
pasien melakukan teknik relaksasi dengan tarik nafas dalam, pasien juga
mengungkapkan cemas berkurang. Tetapi kami tetap melanjutkan intervensi untuk
tetap memberi dukungan emosional serta mengkaji tanda tanda vital pasien.

b) Resiko defisit volume cairan b/d pendarahan


Resiko defisit volume cairan penulis angkat sebagai diagnosa prioritas kedua karena
selama proses pembedahan pasien banyak mengeluarkan darah, keadaan itu akan
mempengaruhi keseimbangan asam basa dalam tubuh (stewart). Cairan elektrolit di
dalam tubuh berfungsi sebagai proses metabolik dan mempercepat proses
penyembuhan.

Dari hasil pengkajian yang kami lakukan selama intra operasi yaitu pendarahan pasien
sebanyak 300 cc, maka perlu dikolaborasikan untuk pemberian cairan elektrolit
tambahan melalui IV (intra vena) seperti cairan NaCl 0,9%, dan Ringer Laktat (RL).

Untuk mengurangi resiko defisit volume cairan intervensi dan implementasi yang
kami lakukan antara lain memonitor jumlah pendarahan, memonitor
TTV, mengkolaborasi cairan elektrolit seperti infuse NaCl 0,9 % (500cc), infuse
ringer laktat (guyur 200cc), oxytocin 1 A (drip), Bledstop 1 A (Bolus) untuk
mengatasi pendarahan selama kelahiran, Efedrin 1 A (10 mg) + aquabides 4 cc (IV)
sebagai bronkodilator, Ketorolac 3 x 30 mg (IV) sebagai anti inflamasi.

45
Dengan implementasi tersebut dapat diketahui hasilnya yaitu masalah resiko defisit
volume cairan dapat teratasi, dan perlu adanya intervensi lanjut yaitu monitor jumlah
pendarahan, monitor TTV.

c) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (insisi bedah,
kulit tak utuh, trauma jaringan).
Dalam melakukan operasi, teknik steril sangat diperlukan untuk menghindari
kemungkinan infeksi pada pasien karena terdapat jaringan terbuka akibat insisi bedah.

Dari hasil pengkajian yang kami lakukan didapatkan data antara lain lebar luka 10
cm, horizontal. Untuk mengurangi resiko infeksi yang mungkin terjadi maka kami
melakukan implementasi antara lain mengkaji luka apakah terdapat tanda-tanda
infeksi, menggunakan larutan desinfektan sebelum melakukan insisi, menutup luka
dengan jahitan agar kuman patogen dan non patogen tidak masuk selama jaringan
kulit terbuka, dan menutup jahitan dengan balut (kassa steril) yang sebelumnya di beri
larutan desinfektan (iodyne)

Dengan implementasi yang kami lakukan dapat diketahui hasilnya yaitu masalah
resiko infeksi teratasi, tetap lanjutkan intervensi melakukan teknik steril (memberi
desinfektan saat ganti balut).

d) Resiko cidera b/d efek anestesi, immobilisasi, dan kelemahan fisik


Sikap perawat dalam mendukung safety patient sangat diperlukan untuk menjamin
keselamatan pasien yang dirawat. Asuhan keperawatan ini bertujuan mencegah
terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi.

Dari hasil pengkajian yang kami lakukan didapatkan data antara lain posisi pasien
supinasi (kaki lebih rendah dari kepala), pasien terlihat terbaring dengan spinal
anestesi (pasien sadar, ekstremitas bawah tidak bisa bergerak).

46
Untuk mengurangi resiko cidera pada pasien maka kami melakukan intervensi dan
implementasi antara lain memberi penghalang samping bed (kanan, kiri) pasien,
menganjurkan pasien untuk menggerak-gerakkan ekstremitas bawah.

Dengan implementasi tersebut dapat diketahui hasilnya yaitu masalah resiko cidera
teratasi pasien dapat dipindah ke ruangan ditandai dengan pasien dapat mengangkat
kaki tetapi belum dapat menekkukan lutut dan dikaji dengan bromage score yaitu
scorenya 1. Delegasikan keperawat ruangan untuk tetap melanjutkan intervensi
memberi penghalang bed samping.

b. Dx yang tidak muncul


a) Nyeri akut
b) Gangguan eliminasi BAB
c) Resiko kurang perawatan diri
d) Gangguan pola tidur
e) Resiko retensi urine
f) Nausea
g) Ketidakseimbangan nutri kurang dari kebutuhan
h) Kerusakan mobilitas
i) Bersihan jalan nafas tidak efektif.

Semua itu tidak kami angkat sebagai diagnosa prioritas karena dalam pengkajian data
yang kami lakukan tidak ada batasan-batasan karakteristik yang memperkuat
diagnosa tersebut. Diagnosa tambahan tersebut akan muncul saat pasien berada di
ruangan atau pasien dengan general anestesi. Dan pasien yang kami kelola
menggunakan spinal anestesi, jadi diagnosa yang kami prioritaskan adalah cemas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, resiko gangguan pola nafas
berhubungan dengan posisi klien, resiko defisit volume cairan berhubungan dengan
pendarahan, resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat

47
(insisi bedah, kulit tak utuh, trauma jaringan) dan resiko cidera berhubungan dengan
immobilisasi, efek anestesi

c. Dukungan dan hambatan.


Keberhasilan penulis dalam mencapai tujuan kepeperawatan tidak lepas dari faktor
pendukung yang ada selama melakukan asuhan keperawatan dalam waktu 35 menit,
diantaranya adalah :
a) Kepercayaan yang diberikan oleh perawat klinik kepada penyusun untuk melakukan
perawatan pada pasien selama 35 menit.
b) Kepercayaan pasien terhadap kemampuan perawat dan sikap kooperatif dari pasien
selama tindakan keperawatan.
c) Bimbingan oleh perawat dan penguji yang sangat membantu dalam keefektifan
prosedur pelaksanaan tindakan keperawatan.

Sedangkan faktor penghambat keberhasilan tindakan keperawatan yang dihadapi


penyusun adalah :

a) Terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penyusun tentang penatalaksanaan asuhan


keperawatan pada pasien
b) Kurang teliti dalam melakukan pegkajian dan menganalisa data untuk memastikan
intervensi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
c) Kurang mendalami dalam melakukan pengkjian terhadap pasien mengenai psikologis
dan tingkat pengetahuan pasien tentang operasi.
d) Keterbatasan pengtahuan tentang cara pendokumentasian tindakan keperawatan yang
benar dan tepat.

48
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. L
dengan Sectio Caesarea atas Indikasi Letak Sunsang di Ruang OK RSIA BUNDA
Jakarta” dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul adalah cemas berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan, situasi dan kegagalan operasi, resiko gangguan pola
nafas berhubungan dengan posisi pasien, resiko defisit cairan berhubungan dengan
perdarahan, resiko infeksi berhubungan dengan lebar luka pembedahan, resiko cidera
berhubungan dengan tempat (bed), dan resiko injury berhubungan dengan efek anestesi
dan immobilisasi. Pada tahap ini penulis menarik kesimpulan :
Hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam penatalaksanaan pasien pre, intra, post
operasi yaitu :
a) Sebelum operasi dilakukan perawat harus melakukan pengkajian pre operatif
awal, rencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien,
perawat sebisa mungkin melakukan wawancara terhadap keluarga pasien dan
pastikan kelengkapan pemeriksaan pre operatif dan tentukan asuhan keperawatan
yang tepat dan sesuai. Sebelum operasi kasus yang banyak terjadi adalah pasien
mengal
b) ami kecemasan untuk itu sebagai perawat harus bisa memberi dukungan
emosional kepada pasien, dan mengkomunikasikan status emosional pasien
kepada tim-tim bedah.

c) Saat pelaksanaan operasi perawat harus memperhatikan status emosional pasien


dan memenuhi kebutuhan pasien akan suplai oksigen, volume cairan tubuh, dan
kemungkinan infeksi. Perawat harus bisa bertindak cepat, tepat dan sesuai dengan
kebutuhan pasien.

49
d) Setelah dilakukan operasi, efek anestesi dapat mempengaruhi sistem pernafasan
dan sistem motorik pasien. Maka dari itu pemantauan secara terus menerus
diperlukan guna mengurangi resiko akan cidera yang akan dialami pasien karena
efek anestesi.

B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
pre, intra dan post sectio caesarea di kamar bedah adalah :
a) Bagi Perawat.
Peningkatan pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan tentang teori dan
prosedure asuhan keperawatan penting agar dapat memberikan asuhan
keperawatan yang tepat dan sesuai dengan yang dibutuhkan klien maka dari itu
perawat klinik di OK perlu mengikuti sejumlah pelatihan-pelatihan kamar Bedah.

b) Bagi Akademik.
Pengetahuan dalam tindakan asuhan keperawatan di ruang bedah sangat
diperlukan maka untuk akademik bisa menambah jam-jam kuliah sperti
kunjungan IBS sesering mungkin, agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan
pengetahuannya. Jadi sewaktu mahasiswa terjun ke lapangan mahasiswa sudah
memiliki bekal dan siap mengaplikasikannya.

50
DAFTAR PUSTAKA

Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta:EGC

Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta :


mocaMedia

Mochtar, Rustam. 1998. Synopsis Obstetric dan Ginekologi. EGC. Jakarta

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetric. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

http//:www.SC/sectio-caesarea.html

http// :www.SC/LP-Sectio-Caesarea.htm

51

Anda mungkin juga menyukai