PENDAHULUAN
Perawatan kaki wajib dilakukan oleh setiap orang khususnya pada pasien
DM karena sangat rentan dan membutuhkan waktu yang lama dalam
proses penyembuhan apabila sudah terkena neuropati yang
mengakibatkan ulkus pada kaki. Senam kaki adalah kegiatan atau latihan
yang dilakukan oleh pasien Diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya
luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Senam
kaki ini bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah sehingga nutrisi ke
jaringan lebih lancar, memperkuat otot-otot kecil, otot betis, dan otot
paha, serta mengatasi keterbatasan gerak sendi yang sering dialami oleh
penderita Diabetes mellitus. Senam kaki ini dapat diberikan kepada
seluruh penderita Diabetes mellitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun
sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes mellitus
sebagai tindakan pencegahan dini. Senam kaki ini berpengaruh untuk
memperbaiki sirkulasi darah. (Suhertini et al., 2002)
Senam kaki diabetik merupakan senam yang berfungsi untuk memperbaiki
sirkulasi perifer akibat adanya gangguan vaskularisasi dan gangguan
metabolisme glukosa pada penderita Diabetes Melitus. Senam kaki diabetik
merupakan jenis olahraga sederhana yang cocok untuk penderita Diabetes
Melitus dan menunjukkan efektivitas jika dilakukan secara rutin. Senam kaki
dilakukan 3-4 kali seminggu untuk mendapatkan hasil yang efektif (Atun,
2010).
6
7
2.3.2 Umur
Dapat dipahami bahwa semakin tua umur makin besar kemungkinan
meninggal. Karena makin berlanjut proses antherosklerosis, makin
banyak penyakit yang diderita serta proses menua menyebabkan
kemampuan berbagai organ makin menurun (Dede Kusmana,
2006:125).
Penyakit diabetes melitus dapat menyerang semua jenis umur, dan
umur yang paling dominan terkena penyakit diabetes melitus adalah
lebih dari 40 tahun Secara umum diketahui bahwa pada periode ini,
kebanyakan orang cenderung elakukan sedikit aktivitas tetapi suplai
nutrisi tidak mengalami penurunan, bahkan sering kali mengalami
kelebihan.
Berdasarkan diagnosa yang di Indonesia ditegakkan tenaga
kesehatan, terlihat kecenderungan peningkatan prevalensi dengan
semakin meingkatnya umur yang tertinggi pada kelompok umur 55-64
tahun yaitu sebesar 2,5% dan menurun kembali pada kelompok umur
>65 tahun (Lestari Handayani, 2007:60).
2. Gangguan penglihatan
Pada fase awal penyakit diabetes melitus sering dijumpai
gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk
mengganti kaca mata berulang kali agar ia dapat tetap melihat
dangan baik.
3. Gatal/bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah
kemaluan/daerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah
payudara, sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang
lama sembuh. Luka ini dapat ditimbulkan oleh hal-hal yang sepele
seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk oleh peniti.
4. Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena
sering secara tidak terus terang dikemukakan oleh penderitanya.
Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu
membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut masalah
kemampuan/kejantanan seseorang.
5. Keputihan
Pada wanita keputihan atau gatal merupakan keluhan yang
sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala yang dirasakan.
2.6 Pencegahan DM
Menurut WHO, upaya pencegahan pada penyakit diabetes melitus ada 3
jenis yaitu:
18
1. Pencegahan primer
Semua aktivitas yang ditujukan untuk pencegah timbulnya
hiperglikemia pada individu yang beresiko untuk menjadi diabetes
melitus.
2. Pencegahan sekunder
Menemukan pengidap penyakit diabetes melitus sedini mungkin,
misalnya dengan tes penyaringan terutama pada populasi yang
beresiko tinggi, dengan demikian pasien diabetes melitus yang
sebelumnya tidak terdiagnosis dapat tersaring, sehingga dapat
dilakukan dengan upaya untu mencegah komplikasi/ kalau sudah ada
komplikasi masih reversibel.
3. Pencegahan tersier
Semua upaya untuk mencegah komplikasi kesehatan akibat
penyakit diabetes melitus, usaha tersebut meliputi:
a. Mencegah timbulnya komplikasi
b. Mencegah progesi dari pada komplikasi itu supaya tidak menjadi
kegagalan organ.
c. Mencegah kecacatan tubuh
Pencegahan penyakit diabetes melitus diperlukan suatu strategi yang
efisien dan efektif, agar mendapatkan hasil yang maksimal. Ada dua
macam strategi menurut Slamet Suyono dilaksanakan antara lain:
1. Pendekatan populasi/masyarakat
Semua upaya yang bertujuan untuk mengubah perilaku
masyarakat umum. Salah satunya yaitu dengan cara mendidik
masyarakat untuk menjalankan cara hidup sehat dan
menghindari cara hidup berisiko. Upaya ini tidak ditujukan
hanya untuk mencegah penyakit diabetes melitus tetapi juga
untuk penyakit lain secara bersamaan. Upaya ini sangat berat
19
peredaran darah bagian kaki. Senam kaki ini bertujuan untuk memperbaiki
sirkulasi darah sehingga nutrisi ke jaringan lebih lancar, memperkuat otot-otot
kecil, otot betis, dan otot paha, serta mengatasi keterbatasan gerak sendi yang
sering dialami oleh penderita Diabetes mellitus. Senam kaki ini dapat
diberikan kepada seluruh penderita Diabetes mellitus dengan tipe 1 maupun 2.
Namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes
mellitus sebagai tindakan pencegahan dini. Senam kaki ini berpengaruh untuk
memperbaiki sirkulasi darah. (Suhertini et al., 2002)
Senam kaki diabetes juga digunakan sebagai latihan kaki. Latihan
atau gerakan-gerakan yang dilakukan oleh kedua kaki secara
bergantian atau bersamaan bermanfaat untuk memperkuat atau
melenturkan otot-otot di daerah tungkai bawah terutama pada kedua
pergelangan kaki dan jari-jari kaki. Pada prinsipnya, senam kaki
dilakukan dengan menggerakkan seluruh sendi kaki dan disesuaikan
dengan kemampuan pasien. Dalam melakukan senam kaki ini salah
satu tujuan yang diharapkan adalah melancarkan peredaran darah pada
daerah kaki. (Katuk, 2017)
senam kaki diabet dapat membuat otot- otot di bagian yang bergerak
berkontraksi. (Studi et al., 2012)
Praktek senam kaki berpengaruh memperbaiki keadaan kaki,
dimana akral yang dingin meningkat menjadi lebih hangat, kaki yang
kaku menjadi lentur, kaki kebas menjadi tidak kebas, dan kaki yang
atrofi perlahan-lahan kembali normal. Dari uji statistik didapat bahwa
senam kaki dapat membantu memperbaiki otot-otot kecil kaki pada
pasien diabetes dengan neuropati. Selain itu dapat memperkuat otot
betis dan otot paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi dan mencegah
terjadinya deformitas. Keterbatasan jumlah insulin pada penderita DM
mengakibatkan kadar gula dalam darah meningkat hal ini
menyebabkan rusaknya pembuluh darah, saraf, dan struktur internal
lainnya sehingga pasokan darah ke kaki semakin terhambat, akibatnya
pasien DM akan mengalami gangguan sirkulasi darah pada kakinya.
(Hasneli, 2007)
badan.
3 Efektivitas Penelitian kuantitatif Hasil uji independen t- memiliki pengaruh
Senam Kaki dengan menggunakan testdi dapatkan nilai yang signifikan
Terhadap desain true eksperimen signifikan pada terhadap sensitivitas
Sensitifitas dengan rancangan sensitivitas kaki kaki dan resiko jatuh
Kaki san Risiko penelitian yang p=0,007 dan pada pasien diabetes
Jatuh Pada digunakan adalah resiko jatuh melitus.
Lansia desain pre post test didapatkan nilai
group design dengan p=0,000 ( <α = 0,05)
kelompok kontrol, artinya terdapat
yaitu kelompok pengaruh yang
intervensi diberi signifikan pemberian
latihan senam kaki dan senam kaki diabetes
kelompok kontrol melitus terhadap
mendapatkan senam sensitivitas kaki dan
lansia resiko jatuh pada
lanisa DM.
4 Pengaruh Penelitian ini Rerata Rerata Rerata perbedaan
Senam Kaki menggunakan metode perbedaan sesudah sesudah dilakukan
Diabetes quasi experiment dilakukan latihan latihan senam kaki
Melitus Dengan dengan Nonequivalent senam kaki pada pada kedua kelompok
Menggunakan control group design. kedua kelompok yaitu yaitu (6,20 + 1,033 :
Tempurung (6,20 + 1,033 : 7,20 + 7,20 + 0,632). Terlihat
Kelapa 0,632). Terlihat nilai nilai mean antara pada
Terhadap mean antara pada kedua kelompk adalah
Sensitivitas kedua kelompk adalah 1,0 dengan standar
Kaki Pada 1,0 dengan standar deviasi 0,401 Secara
Pasien Diabetes deviasi 0,401 Secara statistik perbedaan
Melitus di statistik perbedaan tersebut signifikan (p
Wilayah Kerja tersebut signifikan (p < 0,05).
Puskesmas < 0,05).
Harapan Raya
Kota Pekanbaru
Gaya hidup
Diet tidak sehat
Obesitas
Tekanan darah
tinggi PENDERITA DM GDA:
2. Yang tidak dapat ≥200
diubah:
Usia
Riwayat keluarga
DM
Ras
Riwayat DM pada Rendah Tinggi
kehamilan Sedang
28
29
O1 X O2
30
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diperoleh dengan cara
tertentu hingga dianggap mewakili populasinya (Tantur Syahdrajat, 2019).
Sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang memenuhi kriteria
inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri- ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan
kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).
a. Kreteria inklusi
Pasien yang kooperatif dan bersedia mengikuti senam kaki DM
tipe 2 yang dibuktikan dengan tanda tangan pada lembar persetujuan
setelah penjelasan.
31
b. Kriteria Eksklusi
Pasien yang merasakan kebas pada kaki
3. Besar Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang di anggap mewakili populasi
yang akan di teliti atau sebagian jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Soekidjo, 2012). Yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah dipilihnya secara acak pada lansia diabetes melitus tipe 2 sejumlah
10 responden baik laki-laki maupun perempuan. Rumus besar sampel
(Nursalam, 2013) yaitu sebagai berikut:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑)²
Keterangan :
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
d² = Tingkat Signifikasi ( d = 0,05)
Besar populasi 100 responden, maka dapat ditentukan besar sampel adalah:
𝑁
𝑛 = 1+𝑁(𝑑)²
100
𝑛=
1 + 100(0,05)²
100
𝑛=
1,25
𝑛 = 80
3.5 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Botania Kota Batam.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini akan direncanakan berlansung selama beberapa
minggu. Rincian kegiatan dan waktu seperti pada tabel berikut.
32
c.Nilai 0:
tidak ada
sensitivitas
yaitu dinilai
2. Analisis Bivariate
Embuai, S., Siauta, M. and Tuasikal, H. (2018) ‘Hubungan Diabetes Self Care
Terhadap Risiko Foot Ulcer pada Klien Diabetes Melitus ( The Correlation
Between Self Care Diabetes on Foot Ulcer Risk in Diabetes Mellitus
Clients )’, 2(September), pp. 83–87.
Lestari Handayani. '2007. Kejadian DM, Perilaku Beresiko dan Kondisi Fisiologis
Penderita DM Di Indonesia'. Volume 14. No 1. Juni 2007. Jakarta:
Universitas
Studi, P. et al. (2012) ‘Pengaruh senam..., Sigit Priyanto, FIK UI, 2012’.
Suhertini, C. et al. (2002) ‘Senam kaki efektif mengobati neuropati diabetik pada
penderita diabetes mellitus’.
Sulistyowati, A. S. R. I. et al. (2017) ‘DARAH SEWAKTU PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA’.
Taylor, R. B. (2010). Managing Diabetes With Exercise 6 Tips for Nerve Pain.
Retrieved January 15, 2015, from http://www.webmd.com/diabetes/feat
ures/6-exercise-tips