Anda di halaman 1dari 2

Nama : M.

Risnandar Zirkhan
Kelas : 3B – D3 Teknik Kimia
Mata Kuliah : Pilot Plant Modul Shell and Tube Heat Exchanger
Tugas : Pre-eliminary Study Modul Shell and Tube Heat Exchanger

Shell and Tube Heat Exchanger adalah alat penukar panas yang banyak digunakan pada industry
kimia, seperti industry perminyakan dan industry HVAC. Shell and Tube Heat Exchanger digunakan
saat suatu proses membutuhkan fluida untuk dipanaskan atau didinginkan dalam jumlah besar.
Untuk membuat perpindahan panas yang lebih baik dan untuk menyangga tube yang ada di dalam
shell, maka sering dipasang baffle. Efektifitas perpindahan panas meningkat dengan dipasangnya
baffle. Efektifitas meningkat seiring dangan mengecilnya jarak antar baffle hingga suatu jarak
tertentu kemudian menurun. Shell and tube heat exchanger merupakan bejana tekanan dengan
banyak tube didalamnya. Pada suatu proses, fluida mengalir melalui tube pada exchanger saat
fluida lainnya mengalir keluar tube yang berada di antara shell. Fluida pada sisi tube dan pada sisi
shell terpisah oleh tube sheet.

Shell and Tube Heat Exchanger terdiri dari satu bundle pipa yang dipasang parallel dan
ditempatkan dalam sebuah cangkang yang dinamakan shell. Untuk meningkatkan efisiensi dari
STHE, maka dipasang sekat yang bertujuan membuat aliran didalam cangkat mengalami
turbulensi. Namun pemasangan sekat ini menimbulkan kerugian karena naiknya beban kerja yang
dilakukan oleh pompa. Alat ini dibuat dengan logam dan paduannya yang didasarkan pada fluida
yang digunakannya. Selain itu kondisi operasi dan sifat fluida juga menjadi pertimbangan dalam
mnentukan logam untuk membuat alat ini.

Pemilihan fluida yang dialirkan ke dalam shell ataupun tube harus diperhitungkan
berdasarkan fluida yang akan dipanaskan atau didinginkan. Ketentuannya bisa ditentukan dengan
sifat korosinya, yaitu untuk cairan yang lebih korosif sebaiknya ditempatkan di dalam tube karena
akan mengurangi biaya komponen logam paduan. Kemudian dalam fouling dari fluida yang
digunakan, untuk fluida yang memiliki kecenderungan fouling lebih tinggi sebaiknya dipasag juga
di dalam tube. Hal ini memberikan control yang lebih baik terhadap kecepatan fluida dan semakin
tinggi kecepatan fluida dalam tube akan mengurani risiko terbentuknya kerak yang diakibatkan
oleh fouling. Lalu ada pertimbangan suhu cairan, dimana suhu yang lebih tinggi sebaiknya
dipasang di bagian tube karena akan mengurangi kehilangan panas dan mengurangi biaya isolasi
dan untuk keamanan juga. Untuk fluida yang memiliki pressure drop yang lebih rendah sebaiknya
ditempatkan dalam tube. Fluida yang memiliki viskositas cukup tinggi sebaiknya ditempatkan
pada shell karena menimbulkan aliran yang turbulen. Laju alir fluida yang rendah sebaiknya
ditempatkan pada shell.

DAFTAR PUSTAKA
R. K. Sinnott, R.K. (2005). Coulson & Richardson’s Chemical Engineering, Chemical Engineering
Design, Volume 6, Fourth Edition, Elsevier Butterworth-Heinemann.

Technische Ausbildung Ciba Geigy Roche Sandoz (1984). “Chemische Technologie-


Warmeaustausch”, volume 7, SANDOZ AG, Basel
Ariyanto, H., 2000. Pengaruh Kecepatan Aliran Fluida Masuk Terhadap Efektivitas Heat
Exchanger Model Shell And Tube, Jurusan Teknik Mesin UK Petra.
Artono Koestoer, Raldi, 2002, ”Perpindahan Kalor”, Salemba Teknik, Jakarta.

Geankoplis, Christie J., 1978, “Transport Processes and Unit Operations 3rd ed”, London:
Prentice-Hall International, Inc.

MC. Cabe, W.L, Smith, JC, Harriot, P, 1985, “Unit Operation of Chemical Enginering”, 4th ed,
Mc.Graw-Hill, New York, Chapter 11, 12, 15.
Walas, Stanley M., 1990 (Copyright), “Chemical Process Equipment Selection and Design”,
USA : Butterworth-Heinemann.

Anda mungkin juga menyukai