Anda di halaman 1dari 9

ALIRAN UTILITARIANISME

DISUSUN OLEH :
Diana Puspita Sari (1906200618)
Debby Aprianda (1906200558)
Muhammad Syahreza (1906200522)
KELOMPOK : 9 (B2 SIANG)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUMATERA UTARA
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyanyang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada kami
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Pengantar Ilmu Hukum
dengan judul ALIRAN UTILITARIANISME.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat


bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa


masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Aliran


Utilitarianisme ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
PENDAHULUAN .................................................................................................... 3
1. Latar Belakang ............................................................................................ 3
1. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
2. Tujuan Masalah .............................................................................................. 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 4
1. Perspektif Aliran utilitarialisme Menurut Para Filsuf ..................................... 4
Dalam aliran utilitariasme .................................................................................. 4
2.

2
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
1UTILITARIANISME atau utilism lahir sebagai reaksi terhadap
ciri – ciri metafisis dan abstrak dari filsafat hukum dan politik pada
abad ke 18. Aliran ini adalah aliran yang meletakkan ke manfaatan
disini sebagi tujuan hukum. Kemanfaatan disini diartikan sebagI
kebahagiaan (happiness). Jadi, baik buruk atau adil tidaknya suatu,
bergantung kepada apakah hukum itu membrikan kebahagiaan
kepada manusia atau tidak.
Kebahagiaan ini selayaknya dapat di rasakan setiap individu.
Tetapi jika idak mungkin tercapai (dan pasti tidak mungkin), di
upayakan agar kebahagiaan itu di nikmati oleh sebanyak mungkin
individu dalam masyarakat (bangsa) tersebut (the greatest happens
for the greatest number of people).
Aliran ini sesungguhnya dapat pula dimasukkan kedalam
positivisme hukum mengingat paham ini pada akhirnya sampai
kepada kesimpulan bahwa tujuan hukum adalah menciptakan
kerertiban masyarakat, di samping untuk memberikan manfaat yang
sebesar besarnya kepada jumblah orang yang terbanyak. Ini berarti
hukum merupakan pencerminan pemerintah perintah penguasa juga,
bukan pencerminan dari rasio saja.

1. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perspektif Aliran utilitarialisme Menurut Para Filsuf?
2. Apakah Hak Asasi Manusia Memiliki Konteks Ulitilitarisme?
3.Bagimana Memahami Maslahat menggunakan Pendekatan Filsafat
Utilitarlisme Menurut Muhammad Abu Zahra

2. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Perspektif Aliran Utilitarialisme Menurut Para Filsuf

1
Aburaera Sukarno, Muhadar, Maskun, 2015,filsafat hukum teori dan Pratik,
Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, Cetakan ke – 3,hlm.111

3
2. Untuk Mengetahui Konteks Ulititarisme Hak Asasi Manusia
3.Untuk Memahami Maslahat Menggunakan Pendekatan Filsafat
Utilitarisme Mmenurut Muhammad Abu Zahra

PEMBAHASAN

1. Perspektif Aliran utilitarialisme Menurut Para Filsuf

Dalam aliran utilitariasme


Dalam makalah ini kami menguraikan 3 prespektif aliran
utilitarialisme menurut para filsuf.
a. Jeremy Bentham (1748- 1832)
Teori Bentham tentang hukuman didasarkan atas prinsip
kemanfaatan (Principle of Utility). Di dalam bukunya yang fenomenal
(terbit tahun 1960) bertajuk Introduction to the Principles of Morals
and Legislation, Bentham menggariskan arah dan visi hukum dari
perspektif psikologis yang mendalam tentang prinsip utilitarisme.
Bentham menulis: “Alam telah menempatkan manusia di bawah
kekuasaan dua tuhan, yaitu ketidaksenangan dan kesenangan. Apa
yang harus kita lakukan dan apa yang akan kita perbuat, semuanya
ditujukan dan ditetapkan dalam rangka keduanya. Standar baik dan
buruk, serta mata rantai sebab dan akibat, juga terkait erat dengan
kedua hal itu. Keduanya memandu kita dalam segala yang kita
perbuat, dalam segala yang kita katakan dan pikirkan. Segala usaha
yang dapat dilakukan untuk menolak ketaklukan kita terhadap dua
kekuasaan itu, hanya akan membuktikan dan menegaskan
kebenaran itu”.2
Tujuannya hanyalah mencari kesenangan dan menghidari
kesusahan, memberikan kebahagiaan dan kesusahan, manusia
selalu memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi kesusahan.3

2
Frederikus Fios,” KEADILAN HUKUM JEREMY BENTHAM DAN RELEVANSINYA BAGI
PRAKTIK HUKUM KONTEMPORER “,Humaniora,Vol.3 No.1 April 2012.hlm.303
3
Friedmman ,W. 1990, Teori dan filsafat hukum,Telaah Kritis Atas Teori-Teori
Hukum(susunan I).Terjemahan Muhammad Arifin. Jakarta: Rajawali,hlm112

4
Untuk menyeibangkan antar kepentingan individu dan
masyarakat, Bentham menyarankan agar ada simpati dari tiap- tiap
indivudu. Walupun demikian, titik berat perhatian harus tetap ada
individu itu, karena setiap individu telah mempreloleh
kebahagiannya, dengan sendirinya kebahagiaan (kesejahteraan)
masyarakat akan dapat diujukan secara simultan.Pemidahan,
menurut Bentham harus bersifat spesifik untuk tiap kejahatan, dan
berapa keras pidana itu tidak boleh melebihi jumlah yang di butuhkan
untuk mencegah dilakukannya penyerangan penyerangan tertentu
ajaran seprti ini didasrakan atas hedonic utilitarism.4
Sumber hukum (sourc of a law) Menurut Jeremy Bentham
Bagi bentham, hukum sebagai alat control dalam masyarakat
itu bersumber dari legislator. Dengan demikian, legislator hendaknya
tidak hanya mengandalkan control social langsung dengan melarang
prilaku dan menghukum perilaku tersebut. Secara tak langsung
mengatur manusia “agar taat hukum, melindungi dari godaan dan
mengatur berdasarkan kecendrungan dan pengetahuannya”. 5

Ada dua kekurangan pemikiran Bentham yang dicatat oleh


Friedmann yaitu :6
1. Rasionalisme Bentham yang abstrak dan doktriner mencegahnya
melihat individu sebagai keseluruhan yang kompleks. Ini
menyebabkan terlalu melebih lebihkan kekuasaan membuat undang-
undang dan meremehkan perlunya individualisasi kebijakan dan
keluesan dalam penerapan hukum
2. Kegagalan Bentham untuk mnjelasakna konsepsinya sendiri
mengenai keseibangan antara kepentingan individu dan masyarakat.
b. Jhon stuart mill (1806-1873)
Pemikiran Mill banyak pertimbangan pisikologis, yang pada awalnya
dikembangkan oleh ayahnya sendiri, James Mill dia menyatahkan

4
Raharjo,1986,Ilmu hukum,cet, ke -2,Bandung:Alumni,hlm239
5
Uprenda Baxi, pengantar dalam perundang-undangan (prinsip-prinsip legislasi,
hukum perdata dan hukum pidana) Jeremy bentham, hlm.13
6
Friedmann, Op.cit.,hlm.116-117

5
bahwa tujuan manusia adalah kebahagiaan,manusia berusaha
memperoleh kebahagiaan itu melalui hal-hal yang membangkitkan
nafsunya. 7 Bagi Mill, pisikologi itu merupakan ilmu yang paling
fudanmental sususan pengindraan–pengindraan (sensations) terjadi
menurut asosiasi.Pisikologi harus memperlihatkan bagaimana
asosisi pengindraan satu dengan pengindraan lain di adakan
menurut hukum – hukum tetap itulah sebabnya pisikologi merupakan
dasar bagi semua ilmu lain, termasuk juga ilmu logika.8
Mill menolak pandangan Bentham yang Berasumsin bahwa antar
kepentingan inidvidu dengan kepentingan umum tidka ada
pertentangan.Mill lalu menganalisis hubungan antara kenggunaan
dan keadilan. Pada hakikatnya perasaan individu akan kedilaan akan
membuat individu itu menyesal dan ingin membalas dendam ke pada
tiap-tiap yang tidak menyenangkannya. Rasa sesal dan keinginan
demikian dapat diperbaiki dengan perasaan sosialnya (tampak
bahwa Mill menelaah masalah ini dengan kaca mata pisikologi). 9
Seperti dikutip oleh Friedmann, Mill menyatakan bahwa orang- orang
yang baik menyesalkan tindakannya yang tidak baik terhadap
masyarakat, walaupun tidak mengenai dirinya sendiri. Sebaliknya,
orang-orang yang baik tidak menyesalkan perbuatan tidak baik
terhadap diri sendiri, walupu menimbulkan rasa sakit, kecuali kalau
masyarakat menindasnya apa yang di gambarkan tersebut
merupakan ungkapan dari rasa adil. 10
Perbedaan antara utilitarianisme Jeremy bentham dengan
utilitarianisme jhon stuart mill
1. Bentham menyatakan bahwa kenikmatan pada hakikatnya sama,
satu-satunya aspeknya yang berbeda adalah kuantitasnya.
Sedangkan Mill tidak hanya membedakan kenikmatan menurut
jumlahnya, melainkan juga menurut sifatnya dalam artian Mill

7
Aburaera Sukarno, Muhadar, Maskun, Op,cit,hlm 114
8
Bertens,1992,sejarah filsafat yunani,Yogyakarta: Kanisius,hlm 74
9
Aburaera Sukarno, Muhadar, Maskun, Op,cit hlm 115
10
Friedmann,Op,cit.,hlm 121

6
menganggap bahwa kenikmatan-kenikmatan memiliki tingkatan
kualitas, karna ada kesenangan yang lebih tinggi mutunya dan ada
yang lebih rendah. Kesenangan manusia harus lebih tinggi dari
kesenangan hewan, tegasnya kesenangan orang seperti Socrates
lebih bermutu dari pada kesenangan orang tolol. 11

2. Bentham lebih mengedepankan watak individual. Sementara Mill


mengedepankan pada watak social yang meletakkan kebahagiaan
yang menjadi norma etis adalah kebahagiaan semua orang yang
terlibat dalam suatu kejadian, bukan kebahagian satu orang saja
yang barangkali bertindak sebagai pelaku utama. Menurut perkataan
Mill sendiri: every body to count for one, nobody to count for more
than one. Dengan demikian suatu perbuatan dinilai baik, jika
kebahagiaan melebihi ketidak bahagiaan, dimana kebahagian semua
orang yang terlibat di hitung dengan cara yang sama. 12
c. Rudolf Von Jhering
Teori Von Jhering merupakan gabungan antara teori Banthan, Stuart
Nill dan positivesme hukum dari Jhon Austin 13
Bagi Jhering, Tujuan hukum ialah melindungi kepentingan
kepentingan dalam mendifinisikan ‘’kepentingan kepentingan’’ ia
mengikuti banthan dengan melukiskannya sebagai pengejaran
kesenangan dan menghidari penderitaan, tetapi kepentingan individu
di jadikan bagiandari tujuan social dengan menghubungkan tujuan
pribadi soerang dengan kenpentingan kepentingan orang lain14

11
K.Bertens,etika(Jakarta: PT Gramedia pustaka utama,2011) hlm 264
12
Ibid, hlm.265
13
Rasjidi,L.1988.filsafat hukum, Apakah hukum itu?cetakan ke -
4,Bandung:Remajdja Karya,hlm 45
14
Friedmann,W.1990.Teori dan filsafat hukum,telaah kritis atas teori-teori
hukum(susunan I.terjemahan Muhammad Arifin. Jakarta : Rajawali hlm 149

7
8

Anda mungkin juga menyukai